Anda di halaman 1dari 2

Tatkala Husain masih muda, ada malaikat yang kedua sayapnya tertunu, turun ke dunia.

Husain
menyapu bahu malaikat itu dengan tangannya. Dengan takdir Allah, sayap malaikat itu pun baik lalu ia
kembali ke udara. Jibril berkata bahwa malaikat itu tidak akan turun ke bumi melainkan pada waktu
Husain dibunuh oleh segala munafik. Adapun saat Hasan dan Husain masih kecil itu, Jibril turun ke dunia
bermain-main dengan mereka. Sekali peristiwa, sehari sebelum hari raya, Jibrail membawa pakaian
untuk Hasan dan Husain. Hasan memilih pakaian hijau dan diramalkan akan mati kena racun; Husain
memilih pakaian merah dan diramalkan mati terbunuh di Padang Karbala. Muawiyah mendengar bahwa
dari keturunannya akan lahir pembunuh cucu Muhammad dan bersumpah tidak mau beristeri. Pada
suatu malam, ia pergi buang air dan beristinjak dengan batu. Zakarnya disengat oleh kala. Ia tidak
terderita sakitnya. Menurut tabib, sakitnya hanya akan hilang jika ia berkawin. Maka berkawinlah ia
dengan seorang perempuan tua yang tidak bisa beranak lagi. Dengan takdir Allah, perempuan tua itu
melahirkan seorang anak yang diberi nama Yazid.

Setelah Ali wafat, Muawiyah menjadi raja. Sekali peristiwa, Muawiyah mengirim seorang utusan pergi
meminang Zainab, anak Jafar taiyar untuk menjadi istri anaknya, yaitu Yazid. Zaainab menolak pinangan
Yazid, tetapi menerima pinangan Amir Hasan. Karena itu Yazid pun berdendam dalam hatinya, hendak
membunuh Amir Hasan dan Amir Husain, bila ia naik pemerintah. Sekali peristiwa, Yazid ingin berkawin
dengan isteri Abdullah Zubair yang sangat baik parasnya. Muawiyah berja menipu Abdullah Zubair
menceraikan istrinya. Isteri Abdullah Zubair tiada mau menjadi isteri Yazid. Sebaiknya, isteri Abdullah
Zubair itu berkawin dengan Amir Husain. Yazid makin berdendam dalam hatinya, "Jika aku pemerintah,
yang Hasan dan Husain itu kubunuh juga, maka puas hatiku."


Maka berapa lamanya, Muawiyah pun matilah dan kerajaan pun jatuh ke tangan Yazid. Mulailah Yazid
melaksanakan niatnya untuk membunuh Amir Hasan dan Amir Husain. Ia berhasil membujuk seorang
hulubalang di Madinah (menurut suatu cerita, salah seorang istri Hasan sendiri) meracuni Hasan. Setelah
Hasan wafat, pikirannya tidak lain dari membunuh Husain saja. Ia mengirim surat ke Utbah, seorang
hulubalang di Madinah, dan memintanya membunuh Husain dengan menjanjikan harta dan anugerah.
Seorang hulubalang yang bernama Umar Saad Malsum juga dikirim untuk membunuh Utbah. Biarpun
begitu, Utbah masih tidak berani membunuh Husain. Katanya jika Husain ada di dalam Madinah, mereka
tidak dapat mengalahkannya. Karena itu mereka meminta raja Kufah, Ubaidullah Ziyad namanya, supaya
menipu Husain ke Kufah. Husain menerima undangan raja Kufah untuk pergi ke Kufah. Ummi Salamah
mengingatkan Husain tentang bahaya yang mengancamnya. Pada malam itu Husain juga bermimpi
bertemu dengan segala nabi dan malaikat. Nabi Muhammad memberitahukan bahwa surga sudah
berhias menantikan ketibaannya. Namun, Husain berangkat juga ke Kufah bersama-sama dengan
pengikutnya yang tidak banyak itu.

Hatta berapa lamanya sampailah mereka ke suatu tempat. Unta dan kuda Husain merebahkan dirinya,
tiada mau berjalan lagi. Mereka lalu mendirikan kemah di situ. Adapun segala kayu yang mereka tetak,
berdarah balak. Barulah mereka ketahui bahwa tempat itu adalah Padang Karbala, tempat kematian
Husain yang diramalkan Nabi Muhammad dahulu. Hatta mereka pun kekurangan air, karena air sungai
sudah ditebat oleh tentara Yazid. Air yang di dalam kendi kulit juga sudah terbuang, karena digorek
tikus. Apa bisa buat. Terpaksalah mereka menahan dahaga yang sangat. Maka mulai peperangan itu.
Pengikut Husain, satu demi satu syahid. Akhirnya anaknya sendiri, Kasim dan Ali Akbar, juga mati.
Barulah ketika itu Husain teringat meminta bantuan kepada saudaranya, Muhammad Hanafiah, yang
menjadi raja Buniara. Sesudah itu ia pun terjun ke dalam medan perang. Banyak musuh dibunuhnya.
Sekali peristiwa, ia berhasil menghampiri sungai. Biarpun begitu, ia tidak minum, karena teringat kepada
sahabat taulannya yang mati syahid disebabkan dahaga itu. Maka Husain pun lemahlah lalu gugur ke
bumi. Betapa pun demikian, tidak seorang pun berani menghampirinya. Akhirnya Samir Laain yang
susunya seperti susu anjing lagi hitam itulah yang maju ke depan dan memenggal leher Husain. Adapun
Husain syahid itu pada sepuluh hari bulan Muharam, harinya pun hari Jumaat. Tatkala Husain syahid itu,
arasy dan kursi gempar, bulan dan matahari pun redup, tujuh hari tujuh malam lamanya alam pun kelam
kabut.

Setelah Husain syahid, maka segala isi rumah Rasul Allah terampaslah oleh tentara Yazid. Akan tetapi,
seorang pun tidak berani mendekati Ummi Salamah. Seorang lasykar yang merampas anak perempuan
Ummi Salamah, dengan kudrat Allah, matanya menjadi buta. Yazid berjanji akan memberi diat kematian
Husain, jika Ummi Salamah rela dengan dia. Ummi Salamah menolak. Yazid sangat marah. Bila Fatimah,
anak perempuan Ummi Salamah, meminta air minum, yang diberikannya adalah kepala Husain yang
diceraikan dari badannya.

Anda mungkin juga menyukai