Anda di halaman 1dari 3

Kamis, 05 September 2013 | 11:40 WIB

Alih Fungsi Lahan Pertanian di Jateng


Mengkhawatirkan
Editor: Asnawi Khaddaf

Metrotvnews.com, Semarang: Alih fungsi lahan di Jawa Tengah telah sampai tahap yang
mengkhawatirkan. Sekitar 350 - 400 hektare per tahun lahan pertanian produktif menyusut. Kini
Jateng telah kehilangan sawah sebanyak 6.484 hektare akibat beralih fungsi ini.

Pemantauan Media Indonesia di pantura Kamis (5/9) ribuan hektare lahan pertanian telah beralih
fungsi, selain akibat faktor alam karena terendam banjir air laut pasang (Rob) alih fungsi juga
disebabkan oleh kebutuhan lain seperti sarana dan prasarana perkantoran, perumahan, ruang bisnis
dan industri,

Pemandangan yang sangat jelas terlihat di sepanjang jalur pantura, ribuan hektare sawah produktif
telah beralih menjadi pabrik, terminal bus dan pertokoan, sedangkan bagian lebih ke dalam muncul
perkampungan dan perumahan baru yang sebelumnya adalah sawah.

"Sebelumnya disini adalah sawah yang sangat subur, tapi sekarang ini telah berubah terminal bus,"
kata Suratmi,56, warga Baros, Pekalongan.

Hal senada juga diungkapkan Jafar,47, warga Sayung, Demak bahwa sekitar tahun 80 - 90-an
sepanjang jalur pantura Semarang - Demak adalah masih berupa sawah produktif yang dapat panen
tiga kali setahun, namun sekarang ini telah berdiri ratusan pabrik.

Seorang petani yang lahan sawahnya telah berubah menjadi pabrik Suyuti,49, mengatakan
sawahnya dijual kepada pabrik kayu tersebut karena mendapat penilaian tinggi, dari dua hektare
sawah di jalur pantura yang dijual pada 1995 tersebut kemudian sebagian dibelikan lagi sawah lebih
di dalam dan sebagian untuk kebutuhan keluarga.

"Kalau urusan surat-surat semua dilakukan pembeli," tambahnya.

Sementara itu Kho Ho,55, pemilik pabrik di sepanjang pantura mengatakan dipilihnya sawah di
pantura timur Jawa Tengah ini karena selain harga yang masih relatif murah, juga akses untuk
keperluan pabrik sangat mendukung hanya sekitar lima kilometer ke pelabuhan melintasi jalur
pantura.

Data di Badan Pusat statistik (BPS) Jateng dalam kurun waktu 10 tahun terakhir jumlah lahan
pertanian di 35 kabupaten dan kota di jawa Tengah telah mengalami penyusutan mencapai 6.484
hektare yakni dari sebelumnya 998.008 hektare sekarang ini hanya tersisa 991.524 hektare.

Belum hal itu termasuk lahan pertaian yang terendam banjir air laut pasang, seperti di kabupaten
dan Kota Pekalongan 1.800 hektare sawah menjadi tambak, di Demak 2.000 hektare sawah hilang
dan beberapa daerah pantura lain seperti Brebes, Tegal, Jepara, Pati dan Rembang.

Mengalaman lahan pertanian produktif agar tidak sampai beralih fungsi, Provinsi Jawa Tengah
sebenarnya telah menerbitkan Perda Nomor 2 Tahun 2013, bahkan dalam rangka lebih
mengefektifkan pelaksanaan Perda tersebut telah disusun dua draf Peraturan Gubernur sebagai
petunjuk teknis pelaksanaan yaitu Pergub tentang Pedoman Pengembangan Dan Pembinaan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah serta Pergub tentang Petunjuk Teknis Kriteria,
Persyaratan, dan Tata Cara Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah, Aris Budiono
mengatakan penyusutan lahan produktif akibat alih fungsi lahan di Jawa Tengah mencapai rata-rata
350-400 hektar per tahun.

"Data ini harus menjadi perhatian serius karena menjadi ancaman serius bagi produksi beras
nasional yang 60 persennya disumbang dari pertanian di Jawa," kata Aris Budiono.

Alih fungsi lahan pertanian produktif, demikian Aris Budiono melanggar peraturan perundang-
undangan karena semua lahan produktif tidak boleh dialihfungsikan, namun pada kenyataannya hal
tersebut banyak dilanggar seperti kasus alih fungsi lahan menjadi tempat usaha Kampung Rawa di
kawasan jalan lingkar Ambarawa.

"Kampung Rawa itu alih fungsi lahannya tidak boleh, seharusnya hal itu persetujuan gubernur,"
tambahnya.

Persoalan alih fungsi lahan di Jawa Tengah, menurut Aris, sudah pada taraf sangat
mengkhawatirkan, karena secara nasional 60 persen produksi nasional adalah dari lahan pertanian di
Jawa, namun sejumlah daerah beralasan alih fungsi lahan diperlukan untuk mendukung
perindustrian, seharusnya pengembangan industri bisa menggunakan lahan nonproduktif asal
didukung infrastruktur yang bagus. (Akhmad Safuan)
http://microsite.metrotvnews.com/indonesiamemilih/read/2013/09/05/194/179605/Alih-Fungsi-
Lahan-Pertanian-di-Jateng-Mengkhawatirkan


Friday, July 19, 2013
Kebijakan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Jawa Tengah

Pembangunan yang semakin menggila di era modern ini tentunya memakan lahan yang sangat
besar, modernisasi dimana - mana, membuat banyak lahan pertanian mulai beralih fungsi menjadi
industri ataupun lahan perumahan dan permukiman. Lalu bagaimana dengan nasib pertanian kita,
kita yang disebut merupakan negara agraris, sekarang ini sudah mulai kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan pangan di dalam negeri. Bahkan kita sudah harus mengimport dari tetangga - tetangga
seberang kita, yang dulu menimba ilmu di negeri kita. Untuk mengendalikan konversi lahan
pertanian ke non pertanian, telah diterbitkan Undang - Undang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Sektor pertanian dijadikan sebagai dasar (backbone) dari pembangunan nasional sudah seharusnya
dilakukan sejak dulu. Untuk menyongsong kebangkitan pembangunan dibidang pertanian dalam
jangka panjang ada satu trigger yang harus segera disosialisasikan. Apalagi kalau bukan sistem
pertanian berkelanjutan. Dan tentunya Jawa Tengah sebagai salah satu lahan subur pertanian
(tempat gudang pasokan makanan, yang tanahnya subur) harus mulai melaksanakan pelaksanaan
Undang - undang tersebut.


Pada Rancangan Perda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini telah terdapat pasal
yang akan memproteksi dari alih fungsi lahan diantaranya adalah pemberian insentif kepada pemilik
lahan. Insentif yang diberikan diantaranya adalah dengan pemberian subsidi terhadap pajak bumi,
penyediaan sarana prasarana pertanian dan pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan
varietas unggul. Selain insentif yang diberikan kepada pemilik lahan, kepada tiap orang atau
perseorangan yang sengaja melakukan alih fungsi lahan akan dikenai pidana maksimal 5 tahun atau
1 milyar rupiah sedangkan korporasi yang melakukan alihfungsi lahan akan dikenai pidana antara 2 -
7 tahun dan denda 2 7 milyar rupiah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-
undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Penyusunan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini
diharapkan dapat mempertahankan ketahanan dan kemandirian pangan khususnya di Provinsi Jawa
Tengah serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, utamanya pada
lahan-lahan yang subur dan sistem irigasi yang baik. Koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak
sangat diharapkan dalam terbitnya Perda ini mengingat sangat pentingnya Perda ini untuk
mengendalikan alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian.
http://cikurunyot.blogspot.com/2013/07/kebijakan-peraturan-daerah-perlindungan.html

Anda mungkin juga menyukai