0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan3 halaman
Alih fungsi lahan di Jawa Tengah telah sampai tahap yang mengkhawatirkan
Kebijakan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Jawa Tengah
Alih fungsi lahan di Jawa Tengah telah sampai tahap yang mengkhawatirkan
Kebijakan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Jawa Tengah
Alih fungsi lahan di Jawa Tengah telah sampai tahap yang mengkhawatirkan
Kebijakan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Jawa Tengah
Metrotvnews.com, Semarang: Alih fungsi lahan di Jawa Tengah telah sampai tahap yang mengkhawatirkan. Sekitar 350 - 400 hektare per tahun lahan pertanian produktif menyusut. Kini Jateng telah kehilangan sawah sebanyak 6.484 hektare akibat beralih fungsi ini.
Pemantauan Media Indonesia di pantura Kamis (5/9) ribuan hektare lahan pertanian telah beralih fungsi, selain akibat faktor alam karena terendam banjir air laut pasang (Rob) alih fungsi juga disebabkan oleh kebutuhan lain seperti sarana dan prasarana perkantoran, perumahan, ruang bisnis dan industri,
Pemandangan yang sangat jelas terlihat di sepanjang jalur pantura, ribuan hektare sawah produktif telah beralih menjadi pabrik, terminal bus dan pertokoan, sedangkan bagian lebih ke dalam muncul perkampungan dan perumahan baru yang sebelumnya adalah sawah.
"Sebelumnya disini adalah sawah yang sangat subur, tapi sekarang ini telah berubah terminal bus," kata Suratmi,56, warga Baros, Pekalongan.
Hal senada juga diungkapkan Jafar,47, warga Sayung, Demak bahwa sekitar tahun 80 - 90-an sepanjang jalur pantura Semarang - Demak adalah masih berupa sawah produktif yang dapat panen tiga kali setahun, namun sekarang ini telah berdiri ratusan pabrik.
Seorang petani yang lahan sawahnya telah berubah menjadi pabrik Suyuti,49, mengatakan sawahnya dijual kepada pabrik kayu tersebut karena mendapat penilaian tinggi, dari dua hektare sawah di jalur pantura yang dijual pada 1995 tersebut kemudian sebagian dibelikan lagi sawah lebih di dalam dan sebagian untuk kebutuhan keluarga.
"Kalau urusan surat-surat semua dilakukan pembeli," tambahnya.
Sementara itu Kho Ho,55, pemilik pabrik di sepanjang pantura mengatakan dipilihnya sawah di pantura timur Jawa Tengah ini karena selain harga yang masih relatif murah, juga akses untuk keperluan pabrik sangat mendukung hanya sekitar lima kilometer ke pelabuhan melintasi jalur pantura.
Data di Badan Pusat statistik (BPS) Jateng dalam kurun waktu 10 tahun terakhir jumlah lahan pertanian di 35 kabupaten dan kota di jawa Tengah telah mengalami penyusutan mencapai 6.484 hektare yakni dari sebelumnya 998.008 hektare sekarang ini hanya tersisa 991.524 hektare.
Belum hal itu termasuk lahan pertaian yang terendam banjir air laut pasang, seperti di kabupaten dan Kota Pekalongan 1.800 hektare sawah menjadi tambak, di Demak 2.000 hektare sawah hilang dan beberapa daerah pantura lain seperti Brebes, Tegal, Jepara, Pati dan Rembang.
Mengalaman lahan pertanian produktif agar tidak sampai beralih fungsi, Provinsi Jawa Tengah sebenarnya telah menerbitkan Perda Nomor 2 Tahun 2013, bahkan dalam rangka lebih mengefektifkan pelaksanaan Perda tersebut telah disusun dua draf Peraturan Gubernur sebagai petunjuk teknis pelaksanaan yaitu Pergub tentang Pedoman Pengembangan Dan Pembinaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah serta Pergub tentang Petunjuk Teknis Kriteria, Persyaratan, dan Tata Cara Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah, Aris Budiono mengatakan penyusutan lahan produktif akibat alih fungsi lahan di Jawa Tengah mencapai rata-rata 350-400 hektar per tahun.
"Data ini harus menjadi perhatian serius karena menjadi ancaman serius bagi produksi beras nasional yang 60 persennya disumbang dari pertanian di Jawa," kata Aris Budiono.
Alih fungsi lahan pertanian produktif, demikian Aris Budiono melanggar peraturan perundang- undangan karena semua lahan produktif tidak boleh dialihfungsikan, namun pada kenyataannya hal tersebut banyak dilanggar seperti kasus alih fungsi lahan menjadi tempat usaha Kampung Rawa di kawasan jalan lingkar Ambarawa.
"Kampung Rawa itu alih fungsi lahannya tidak boleh, seharusnya hal itu persetujuan gubernur," tambahnya.
Persoalan alih fungsi lahan di Jawa Tengah, menurut Aris, sudah pada taraf sangat mengkhawatirkan, karena secara nasional 60 persen produksi nasional adalah dari lahan pertanian di Jawa, namun sejumlah daerah beralasan alih fungsi lahan diperlukan untuk mendukung perindustrian, seharusnya pengembangan industri bisa menggunakan lahan nonproduktif asal didukung infrastruktur yang bagus. (Akhmad Safuan) http://microsite.metrotvnews.com/indonesiamemilih/read/2013/09/05/194/179605/Alih-Fungsi- Lahan-Pertanian-di-Jateng-Mengkhawatirkan
Friday, July 19, 2013 Kebijakan Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Jawa Tengah
Pembangunan yang semakin menggila di era modern ini tentunya memakan lahan yang sangat besar, modernisasi dimana - mana, membuat banyak lahan pertanian mulai beralih fungsi menjadi industri ataupun lahan perumahan dan permukiman. Lalu bagaimana dengan nasib pertanian kita, kita yang disebut merupakan negara agraris, sekarang ini sudah mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Bahkan kita sudah harus mengimport dari tetangga - tetangga seberang kita, yang dulu menimba ilmu di negeri kita. Untuk mengendalikan konversi lahan pertanian ke non pertanian, telah diterbitkan Undang - Undang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Sektor pertanian dijadikan sebagai dasar (backbone) dari pembangunan nasional sudah seharusnya dilakukan sejak dulu. Untuk menyongsong kebangkitan pembangunan dibidang pertanian dalam jangka panjang ada satu trigger yang harus segera disosialisasikan. Apalagi kalau bukan sistem pertanian berkelanjutan. Dan tentunya Jawa Tengah sebagai salah satu lahan subur pertanian (tempat gudang pasokan makanan, yang tanahnya subur) harus mulai melaksanakan pelaksanaan Undang - undang tersebut.
Pada Rancangan Perda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini telah terdapat pasal yang akan memproteksi dari alih fungsi lahan diantaranya adalah pemberian insentif kepada pemilik lahan. Insentif yang diberikan diantaranya adalah dengan pemberian subsidi terhadap pajak bumi, penyediaan sarana prasarana pertanian dan pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul. Selain insentif yang diberikan kepada pemilik lahan, kepada tiap orang atau perseorangan yang sengaja melakukan alih fungsi lahan akan dikenai pidana maksimal 5 tahun atau 1 milyar rupiah sedangkan korporasi yang melakukan alihfungsi lahan akan dikenai pidana antara 2 - 7 tahun dan denda 2 7 milyar rupiah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 74 ayat (1) Undang- undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Penyusunan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini diharapkan dapat mempertahankan ketahanan dan kemandirian pangan khususnya di Provinsi Jawa Tengah serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, utamanya pada lahan-lahan yang subur dan sistem irigasi yang baik. Koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan dalam terbitnya Perda ini mengingat sangat pentingnya Perda ini untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian. http://cikurunyot.blogspot.com/2013/07/kebijakan-peraturan-daerah-perlindungan.html
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 Tentang An Prasarana Lingkungan Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 Tentang An Prasarana Lingkungan Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 Tentang An Prasarana Lingkungan Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah