Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA DAN ETIKA ISLAM

RELASI HUKUM ALAM DAN HUKUM AGAMA





disusun oleh:
Abda Malika /15313023
Hana Fauziyah /15313037
Ika Artika /15313049
Rivan R. Istagfar/15313056
Anisa Salsabilla /13012090










UPT SOSIOTEKNOLOGI
MATA KULIAH ETIKA DAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hukum alam (kauniah) dan hukum Allah (qauliah) merupakan peraturan atau batas-batas
kita dalam menjalani kehidupan ini. Hukum tersebut sudah ada sejak lama. Hukum alam atau
hukum Qauniah adalah segala aturan yang berlaku pada alam, tidak tertulis dalam kitab suci
Al-Quran dan berfungsi untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan alam yang kita
kenal secara fisik.

Dalam sejarahnya hukum alam pertama ditentukan oleh bangsa yunani. Filsafat Yunani
melahirkan standar yang absolut mengenai hak dan keadilan. Hal ini didasarkan pada
kepercayaan pada berlakunya kekuasaan supernatural atas hukum, di mana manusia
seharusnya mematuhinya. Pernyataan riil pertama dari Teori Hukum Alam (Natural Law)
dari sudut terminologi filsafat berasal dari abad ke 6 SM. Hukum manusia dikatakan
mendapat tempatnya dalam tatanan benda-benda berdasarkan atas kekuatan yang mengontrol
segala hal. Reaksi dari ajaran ini datang pada abad-abad berikutnya dimana ada perbedaan
dan kemungkinan timbulnya konflik antara Hukum Alam (Natural Law) dan hukum yang
dibuat manusia.

Pada zaman Yunani, Aritoteles dan Plato membangun kembali Hukum Alam (Natural
Law). Sampai hari ini hanya Aristoteles yang mempunyai pengaruh terbesar dalam doktrin
Hukum Alam (Natural Law).Sebagai manusia kita diberi akal dan pikiran oleh karna itu
hukum alam bisa kita cari melalui berbagai cabang ilmu, seperti biologi, geologi, astronomi,
matematika, fisika, kimia dll. Hukum agama dapat dipelajari melalui buku-buku khususnya
Al-Quran dan hadist, menghadiri majelis-majelis pengajian, dan belajar langsung dari para
ulama.

1.2 Tujuan Makalah
Tujuannya mempelajari hukum qauliah dan kauniah adalah mempelajari bahwa kita
sebagai manusia ada karna allah dan semua yang ada disekitar kita adalah ciptaanya juga.
Dengan mempelajari hukum alam dan hukum allah kita dapat mengerti mengapa kita disini
untuk apa kita hidup disini dan bagaimana kita menjalani hidup ini serta menyukuri nikmat-
nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
3


BAB II
PEMBAHASAN

Untuk mengatur keberjalanan alam semesta, Allah SWT menurunkan beberapa
aturan yang dikenal dengan hukum, yaitu hukum alam (Kauniyah) dan hukum agama
(Qauliyah).


Sesungguhnya Kami-lah yang menunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benr-benar
memeliharanya.
2.1 Menurut kitab Ushul Fiqh terjemahan Hanafi, MA. Al-Ahkam al-Syariy (hukum-hukum
syariat) dibagi menjadi sembilan, yaitu: wajib, mandub, mubah, haram, makruh, sahih, bathil,
rukhshah dan 'azimah. Adapun definisi masing-masing sembilan hukum tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan ketika ditinggalkan
akan disiksa. Seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.
b. Mandub, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan apabila
ditinggalkan tidak akan disiksa. Seperti shalat tahiyat masjid.
c. Haram, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan akan diberi pahala dan apabila dikerjakan
akan disiksa. Seperti riba dan melakukan kerusakan.
d. Makruh, yaitu sesuatu yang diberi pahala apabila ditinggalkan, tapi tidak disiksa apabila
dikerjakan. Seperti mendahulukan bagian yang kiri dalam wudhu.
e. Mubah, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan dan dikerjakan tidak mendapat pahala
dan siksa. Seperti tidur siang hari.
f. Shahih, yaitu sesuatu yang didalamnya mencakup rukun dan syarat.
g. Bathil, yaitu sesuatu yang didalamnya tidak mencakup rukun dan syarat.
Rukun adalah sesuatu yang menyebabakan sahnya sesuatu (pekerjaan) dan ia merupakan
bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti membasuh wajah dalam berwudhu dan
takbiratul ihram dalam shalat. Adapun syarat adalah sesuatu yang menyebabkan sahnya
sesuatu (pekerjaan), namun ia bukanlah bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) tersebut.
h. Rukhshah, yaitu perubahan hukum dari berat menjadi ringan, sedangkan sebab hukum
asalnya masih tetap. Seperti diperbolehkannya membatalkan puasa bagi musafir meskipun ia
tidak merasa keberatan untuk melanjutkan puasanya.
4

i. Azimah, yaitu hukum seperti kewajiban shalat lima waktu dan haramnya memakan
bangkai bagi yang tidak terpaksa.

2.2 Ayat Kauniyah
2.2.1 Pengertian Ayat Kauniyah
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh
Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada
di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala
sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan
Penciptanya.

Hukum alam atau hukum Qauniah adalah segala aturan yang berlaku pada alam,
tidak tertulis dalam kitab suci Al-Quran dan berfungsi untuk mengatur segala hal yang
berhubungan dengan alam yang kita kenal secara fisik. Hukum alam yang berlaku pada
semua benda bermassa yaitu hukum gravitasi, sangat bisa dirasakan dampaknya oleh semua
umat manusia yang ada di bumi, seperti benda yang dilempar keatas akan selalu terjatuh ke
bawah, kita bisa berjalan dengan bebas di permukaan bumi tanpa merasa takut akan
terhambur ke luar angkasa, pasang surut air laut merupakan dampak dari interaksi hukum
gravitasi bulan dan bumi. Bahkan pada tubuh manusiapun berlaku hukum-hukum alam yang
berlakupulapadaunsur-unsurpembentuktubuh.

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?
(QS. Nuh (41): 53).


2.2.2 Karakteristik dan Hakikat Alam
Profan
Tidak suci, tidak sakral dan tidak sial.
Diciptakan dari ketiadaan
5

Alam wujud tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan diciptakan oleh Allah SWT
dengan perintah-Nya. ( QS Yunus [10]:24). Diciptakan dari ketiadaan ( QS Al-
Baqarah [2]:117 dan Ali Imran [3]:47 )
Baik dan indah
Semua ciptaan Allah SWT baik dan indah misal ribuan spesias ikan, burung,
keindahan koral bawah laut dll.
Patuh kepada hukum Allah
Matahari dan planet-planet patuh kepada Allah dengan berputar sesuai porosnya.
Dialah Allah sebagai Al-Qahhar (Maha Menaklukkan)
Bermanfaat dan bertujuan
Allah tidak menciptakan suatu apapun kecuali dengan ukuran, takdir, peran (QS Al-
Furqan [25]:20) , tidak main-main tetapi bertujuan ( QS Ad-Dukhan [44] :38)
Memiliki system sendiri-sendiri
Semua ciptaan Allah memiliki sifat dan system sendiri-sendiri yang melekat pada
dirinya.
Memiliki keteraturan yang disengaja
Alam berada dalam keteraturan yang diciptakan Allah. Keteraturan ini akan tetap
seperti itu karena pola-pola Allah bersifat abadi (QS Al-Fath [48]:23)
Berpasang-pasangan
Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasang-pasangan semuanya, baik dari apa
yang tidak mereka ketahui .( QS Ya Sin [36]: 36)
Dapat dipelajari
Maka apakah mereka tidak memerhatikan, bagaimana unta diciptakan, dan
bagaimana ia ditinggikan , dan gunung-gunung ia dihamparkan? (QS Al-Ghasyihah
[88]: 17-20). Ilmu para peneliti jauh lebih dalam daripada orang-orang yang hanya
mengutip informasi tentang sains dari orang lain.
Integratif, sistematis, hierarkis dan sentralistis
Intergratif Karen alam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Sistematis karena satu dengan yang lainnya saling keterkaitan, berhubungan. Hierakis
karena bertingkat dan tingkat tertinggi makhluk Allah adalah manusia. Sentralistis
karena semua yang ada di alam semesta ini berpusat pada kekuasaan Allah SWT.


6

Berkeseimbangan (tawazun)
Seimbang antara jumlah manusia dan jumlah makanan yang diciptakan Allah SWT.
Jika terjadi kelaparan maka itu karena ketidakadilan manusia kepada manusia yang
lain.
Fana
Alam itu rusak dan akhirnya akan punah (QS Al-Qashash [28] : 88. Langit dan bumu
dan segenap isinya akan hancur dibawah semua relativitas ruang dan waktu.

2.2.3 Ragam Alam
1. Alam Makro
Alam makro adalah alam yang besar yaki bumi dan langit (termasuk planet dan
galaksi). Langit ada tujuh (saba samawat) yang berlapis (thibaqa).
2. Alam Mikro
Alam mikro adalah makhluk kecil seperti sel (baksil, bakteri, virus dan sel sperma)
dengan ukuran yang sangat kecil.
3. Alam Biotik dan Antibiotik
Alam biotik adalah makhluk hidup ( malaikat yang dibuat dari cahaya, jin yang dibuat
dari api, manusia yang dibuat dari tanah, hewan dan tumbuhan). Alam abiotik adalah
makluk yang tidak hidup seperti gunung, batu, air dll.
4. Alam syahadah dan alam gaib
Alam syahadah adalah alam yang dapat dijangkau oleh pancaindera manusia.
Sedangkan alam gaib adalah alam yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindera
manusia.
5. Alam fasik dan alam ruh

2.3 Ayat Qauliyah
2.3.1 Pengertian Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-
Quran. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini
yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) (QS.
At-Tin (95): 1-5).
7


Ayat-ayat Qauliyah berguna sebagai panduan hidup seluruh umat manusia. Dengan
bimbingan wahyu Al-Quran manusia akan banyak mengetahui tentang Allah, malaikat, jin,
setan, makna hidup, kehidupan setelah mati, akhirat dan tentunya ketenangan, kesehatan dan
kedamaian rohani.

2.3.2 Karakteristik Hukum Allah
1. Pasti
Sesungguhnya Aku menciptakan sesuatu menurut ketentuan yang pasti ( QS Al-
Qamar [54] : 49)
2. Tetap
Tidak berubah sepanjang waktu
3. Objektif
Berlaku kepada apa dan siapa saja

2.3.3 Hierarki Hukum dan Urutan Menaatinya menurut Buku Islamic Character
Building
1. Hukum syariah
Hukum tertinggi seperti hukum zina, warisan dan riba.
2. Hukum sunatullah
Hukum alam yang melekat pada alam itu sendiri. Contohnya hokum gravitasi,
hokum rotasi dll.
3. Hukum akal
Hukum yang dihasilkan oleh rasio atau nalar manusia. Contohnya tentang konstruksi
bangunan, strategi berdagang dll.
4. Hukum ulul amri
Hukum buatan manusia yang bertugas untuk mengurus keperluan kita seperti
keputusan MPR, DPR dll.
5. Hukum uruf
Hukum adat isti adat. Contohnya bila di Jawa tengah jika ada orang tua sedang
duduk kemudian kita mau lewat didepannya biasanya lewat sembari menundukan
badan dan mengatakan kulanuwun yang artinya permisi. Soalnya kalo tidak maka
akan terkesan tidak sopan. Nah hal ini hanya berlaku di daerah-daerah tertentu saja
8

karena merupakan adat dan tidak berlaku di daerah lain yang memiliki adat yang
berbeda.

Note : menurut kami Hukum syariah dan Hukum sunatullah itu bisa dijadikan satu
karena sama-sama hokum yang langsung dari Allah. Sehingga pada urutan pertama
menjadi

2.4 Keserasian Hukum Kauniah dan Hukum Qauliyah

Dengan mempelajari alam semesta melalui ayat-ayat kauniyah, akan menambah
keyakinan seseorang bahwa hanya Allah, dzat yang Maha Pencipta, tidak ada satupun yang
sanggup mencipta alam semesta ini kecuali Allah. Sumber-sumber keyakinan yang berasal
dari ayat-ayat kauniyah seperti ini perlu ditambahkan dalam materi pendidikan agama Islam
di Perguruan Tinggi, sehingga mahasiswa tidak hanya belajar teori saja mengenai aqidah,
melainkan juga mampu mengembangkan daya pikir/nalarnya melalui bukti-bukti kebesaran
Allah di dalam alam semesta.

Hubungan antara ayat ayat-ayat qauliyah dan kauniyah adalah sangat erat sekali,
keterkaitannya terletak pada ayat-ayat kauniyah yang menjadi isyarat kebenaran pada ayat-
ayat qauliyah, dapat dikatakan ayat-ayat kauniyah merupakan pembuktian atas kebenaran
yang ada di dalam al-Quran atau ayat-ayat qauliyah. Adanya keterkaitan itu menunjukkan
bahwasanya Allah Maha Besar atas segala sesuatu. Seperti proses perkembangan manusia
yang ada didalam kandungan yang merupakan kebesaran Allah ternyata sudah di jelaskan di
dalam al-Quran Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan
daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari
binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam
tiga kegelapan, yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhanselain dia; Maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan? (QS al-Zumar [39]: 6)

Salah satu contoh keserasian ayat kauniah dan qauliyah adalah pada fenomena sikulus
hidrologi. Pada penjelasan fenomena kauliyah siklus hidrologi memiliki 4 (empat) macam
proses yang saling menguatkan, yaitu:
a. hujan/presipitasi.
9

b. penguapan/evaporasi.
c. infiltrasi dan perkolasi (peresapan).
d. limpahan permukaann (surface runoff) dan limpasan iar tanah (subsurface runoff)

Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian) nya, Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu
hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-
Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan(AnNur:43).

Pada ayat diatas, menunjukkan adanya proses inti yang sedang berlangsung dan merupakan
bagian dari proses siklus hidrologi. Kedua proses itu, yaitu proses penguapan (evaporasi)
yang ditunjukkan dengan kata awan dan proses hujan (presipitasi) yang berupa keluarnya
air dan butiran es dari awan. Dimana awan adalah massa uap air yang terkumpul akibat
penguapan dan kondisi atmosfir tertentu. Menurut Prof. Sri Harto (2000) seorang pakar
hidrologi, awan dalam keadaan ini jika masih mempunyai butir-butir air berdiameter lebih
kecil dari 1mm masih akan melayang-layang di udara karena berat butir-butir tersebut masih
lebih kecil daripada gaya tekan ke atas udara. Sehingga pada kondisi ini awan masih bisa
bergerak terbawa angin, kemudian berkumpul menjadi banyak dan bertindih-tindih
(bercampur), dalam ayat lain awan menjadi bergumpal-gumpal seperti pada surat Ar-
Arum(30)ayat 48.

Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu
turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi
gembira (Ar-Arum: 48).

Demikian jelaslah bahwa dengan terbawanya awan oleh pergerakkan angin, maka awan akan
berkumpul menjadi banyak dan bergumpal-gumpal. Akibat berbagai sebab klimatologis
seperti pengaruh kondensasi, awan tersebut dapat menjadi awan yang potensial menimbulkan
10

hujan, yang biasanyamnurut Sri Harto (2000) terjadi bila butir-butir berdiameter lebih besar
dari pada 1mm.

Sehingga pada ayat diatas hujan keluar dari celah-celah awan, maksudnya secara ilmiah
hujan turun tidak seperti menggelontornya air, melainkan berupa butir-butir air kecil (lebih
besar dari pada 1mm) yang turun dari awan akibat pengaruh berat dan gravitasi bumi, seperti
jatuhnya tetes-tetes aur dari celah-celah mata air. Sedangkan turunya butiran-butiran es
langit, itu disebabkan apabila gumpalan-gumpalan awan pada ketinggian tertentu dan kondisi
atmosfir tertentu mengalami kondensasi sampai mencapai kondisi titik beku, sehingga
terbentuklah gunung-gunung es. Kemudian karena pengaruh berat dan gravitasi bumi
sehingga jatuh/turun ke permukaan bumi, dan dalam perjalananya dipengaruhi oleh
temperatur, pergerakan angin dan gesekan lapisan udara , maka gunung es itu peceh menjadi
butir-butir es yang jatuh ke permukaan bumi.

Bila terjadi hujan masih besar kemungkinan air teruapkan kembali sebelum sampai di
permukaan bumi, karena keadaan atmosfir tertentu. Hujan baru dusebut sebagai hujan apabila
telah sampai di permukaan bumi dapat diukur. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai air lintasan dan sebagai air yang terinflocrsi/meresap
ke dalam tanah (Sri Harto.2000). Kaidah-kaidah atas di tunjukkan pula pada surat Al-
Mukminun 23 ayat 18.

Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.(Al-Mukminun
:18)

Pada ayat diatas Allah menurunkan hujan menurut suatu ukuran sehingga hujan yang sampai
di permukaan bumi dapat di ukur. Hanya tinggal kemampuan manusaia sampai dimana
tingkat validitasnya dalam mengukur dan memperkirakan jumlah atau kuantitas hujan.
Sehingga timbul beberapa teori pendekatan dalam analisis kuantitas hujan yang menjadikan
berkembangnya ilmu hidrologi. Lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi. Maksudnya
adalah air yang jatuh dari langit itu tinggal di bumi menjadi sumber air, sebagai mana
tercantum dalam surat Az-Zumar 39 ayat 21.

11

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.( Az-Zumar: 21)

Sumber-sumber air dibumi bisa berupa air sebagai aliran limpasan seperti air sungai, danau,
dan laut. Juga bisa berupa air tanah (graund water) segagai akibat dari infiltrasi seperti air
sumur,air artesi dan sungai bawah tanah. Dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.maksudnya Allah berkuasa untuk menghilangkan sumber-sumber air tadi,
seperti dengan cara kemarau panjang (akibat siklus musim yang dipengaruhi oleh pergerakan
matahari disekitar equator), sehinga tidak ada suplei air sebagai pengisian (recharge kedalam
permukaan tanah atau bawah permukaan tanah.

Sedangkan, proses pengguapan, pergerakan air permukaan dan pergerakan air tanah
berlangsung terus-menerus, sehinga lapisan iar tanah (water table) menjadi turun dan sumber
mata iar menjadi berkurang, bahkan lebih drastis lagi muka air tanah bisa turun mencapai
lapisan akifer artetis yang kedap iar. Maka kondisi seprti itu seringkaili terlihat sungai-sungai
kekeringan, sumur-sumur air dangkal kekeringan, muka air danau surut dan bahkan ada yang
sdampai kering, dan pohon-pohon mengalami kerontokan dan mati kekeringan. Kaidah-
kaidah seperti ini sebagai mana telah digambarkan pad surat Az-Zumar (39) ayat 21 di atas.
Dengan demikian bahwa kajian ayat-ayat qauliyah diatas meliputi suatu sunnatullah daur
yang terus menerus tidak terputus, seperti lingkaran setan yang disebut sebagai siklus
hidrologi









12




BAB III
SIMPULAN

Baik hukum alam maupun hukum agama sama-sama mempunyai akibat yang buruk
jika manusia melanggarnya. Hukum alam yang dilanggar akan dapat langsung dirasakan
akibatnya oleh manusia dan cepat terbukti, misalnya saja jika manusia yang meminum racun
besar kemungkinan orang tersebut akan keracunan dan bisa meninggal dunia, semua benda
yang ada di bumi tidak bisa melepaskan diri dari gaya gravitasi bumi, dll. Hukum agama,
seperti yang sudah banyak kita ketahui mengenai isi, sebab dan akibatnya, mempunyai reaksi
yang lambat atau bahkan tidak terlalu dirasakan oleh pelaku yang melanggarnya. Misalnya
saja orang yang tidak mengerjakan sholat akan mendapatkan dosa, meskipun secara fisik
mereka tidak akan merasakan apa-apa, namun balasannya akan didapatkan di akhirat kelak.
Para pelaku zina tidak akan langsung merasakan akibat dari perbuatannya walaupun tidak
sedikit juga yang langsung mendapatkan balasan di dunia seperti diberi berbagai penyakit
akibat perbuatannya tersebut. Para pelaku korupsi dan riba, walaupun merasakan kebahagiaan
dengan harta yang melimpah di dunia, namun akan mendapatkan balasan di akhirat kelak.
Ilustrasi yang mudah ditemui di kehidupan sehari-hari contohnya seperti adanya undian
berhadiah dan pengajian.
Kemudian antara hokum qauliyah dan kauniah selalu akan tercita keserasian. Jika
misal terjadi perbedaan antara hukum Allah dan hukum alam maka bisa dipastikan hukum
alamlah yang salah karena hukum Alam manusia mencari dan mempelajarinya sendiri
sehingga tidak menutup kemungkinan bisa salah dalam pengambilan atau pengolahan data.
Sedangkan hukum Allah jelas diturunkan wahyu-wahyunya kedalam Al-Quran. Maha Suci
Allah yang tidak akan salah. Jadi kita sebagai manusia harusnya jika melakukan suatu
penelitian berdasarkan hukum Allah karena sesungguhnya segala sesuatu telah dijelaskan
disana dan pada akhirnya kita harus menjadikan kitab suci umat Islam sebagai penguat,
bahwa A-Quran itu benar-benar Kalamullah dan Allah adalah pencipta alam semesta ini.




13



BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi. 1962. Ushul Fiqh. Jakarta : Widjaya.
Sudibyo, Muh Marufin. 2012. Ensiklopedia Fenomena Alam dalam Al-Quran . Solo : Tinta
Medina.
Ausop, Asep Zaenal. 2014. Islamic Character Building. Bandung : Salamadani.
http://menaraislam.com/content/view/209/1/ . Diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul
20.30 wib.
http://ignarest.blogspot.com/2012/03/islam-dan-ilmu-pengetahuan.html. Diakses pada
tanggal 14 September 2014 pukul 20.40.

Anda mungkin juga menyukai