Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Pernahkah kalian berjalan-jalan di hutan dan menemukan sungai yang
bersih? Sebuah sungai yang mengalir dan bersih merupakan suatu contoh
ekosistem yang sempurna. Di dalamnya hidup berbagai organisme, misalnya
tanaman air, ikan, udang, ganggang, dan organisme lainnya. Semua organisme
tersebut saling berinteraksi dan saling membutuhkan. Manusia juga turut
memanfaatkan komponen biotik dan abiotik dari sungai tersebut. Air menjadi
kebutuhan pokok yang dimanfaatkan manusia. Selain itu, ikan dan udang juga
sebagai sumber makanan bagi manusia. Seiring dengan perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi, daerah di sekitar sungai sering menjadi suatu permukiman
padat penduduk yang tidak peduli akan lingkungannya seperti membuang sampah
atau limbah rumah tangga ke sungai.
Pabrik-pabrik membuang limbahnya ke sungai. Sungai yang awalnya bersih
menjadi kotor dan penuh bahan-bahan beracun yang membahayakan kesehatan
organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Bagaimanakah nasib
organisme hidup dalam sungai tersebut? Mungkin tidak ada lagi organisme yang
hidup. Manusia pun tidak dapat memanfaatkan air sungai tersebut karena sungai
yang semula sebagai sumber kehidupan, sekarang tidak berguna sama sekali.
Apakah ini akan dibiarkan dan terjadi pada ekosistem yang lain? Marilah kita
pelajari Pencemaran Limbah Air dan Penanganannya ini agar kita memiliki bekal
pengetahuan untuk menjaga lingkungan dan ekosistem agar tetap berfungsi
sebagaimana mestinya.







BAB II
ISI

A. Pencemaran air
Pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat, seperti danau
dan sungai, serta perairan laut. Sumber pencemaran air, misalnya
pengerukan pasir, limbah rumah tangga, industri, pertanian, pelebaran
sungai, pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran kapal tanker
pengangkut minyak.

1. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga seperti deterjen, sampah organik, dan
anorganik memberikan andil cukup besar dalam pencemaran air
sungai, terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar deterjen,
sampah organik dan anorganik yang mengandung miikroorganisme
dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang
mengunakan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses
penguraian sampah dan deterjen memerlukan oksigen sehingga kadar
oksigen dalam air dapat berkurang. Jika kadar oskigen suatu perairaan
turun sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan biota air
seperti ikan terancam.

2. Limbah Industri
Limbah Industri yang mencemarkan air dapat berupa polutan
sampah organik dan anorganik. Polutan tersebut berasal dari pabrik
pengolahan hasil ternak, polutan logam berat, dan polutan panas yang
antara lain berasal dari air pendingin industri. Limbah industri dapat
membunuh mikroorganisme air. Akan tetapi, beberapa pabrik tidak
mampu menghilangkan unsur kimia atau racun yang dikandungnya.
Sebagian besar industri membuang limbah cairnya ke perairan sungai
tanpa diolah terlebih dahulu. Untuk mengendalikan pencemaran air
oleh industri, pemerintah membuat aturan bahwa limbah industri
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai. Limbah cair
yang telah diolah, sisa olahannya pun masih mengandung bahan
beracun dan berbahaya seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), krom (Cr),
tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni).
Merkuri dapat berasal dari air limbah penggilingan kertas (pulp
= bubur kertas) dan pabrik yang membuat vinil plastik atau berasal
dari air hujan. Kebanyakan merkuri terakumulasi di dasar perairan,
seperti sungai, danau, dan lautan, kemudian diuraikan menjadi metal
merkuri oleh metan yang diproduksi oleh bakteri. Metil merkuri
bersifat sangat beracun dan dapat diabsorpsi oleh makhluk hidup yang
berada di perairan. Ikan yang tercemar oleh merkuri jika dikonsumsi
oleh ibu yang hamil, keturunannya dapat menderita cacat karena
kerusakan pada saraf, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Tembaga dapat masuk ke perairan atau sungai melalui
pembuangan air limbah yang berasal dari bijih atau cairan tembaga
yang dibuang oleh penambangan tembaga. Tembaga merupakan
logam yang sangat beracun. Kadar tembaga yang kurang dari 1 ppm
pada perairan dapat mematikan ikan dan hewan air lainnya. Ikan
mengabsorbsi tembaga melalui insangnya. Di perairan yang
mengandung konsentrasi oksigen terlarut rendah, gerakan membuka
dan menutupnya insang berlangsung lebih cepat sehingga proses
kematian ikan akibat polusi tembaga menjadi lebih cepat. Pembakaran
bensin pada mesin pabrik menghasilkan lebih dari 80% timah di
udara.
Timah yang ditambahkan ke dalam bensin adalah timah tetraetil
(TEL) yang berfungsi sebagai senyawa anti knock. Di daerah
pedesaan, kandungan timah di udara yang berasal dari kegiatan
manusia sekitar 20%, sedangkan di kota-kota besar lebih dari 50%.
Orang yang bekerja memperbaiki kendaraan bermotor di ruangan
tertutup, dalam darahnya akan mengandung konsentrasi timah yang
lebih tinggi dibandingkan bagi mereka yang bekerja pada ruangan
yang terbuka. Jika suatu perairan mengandung timah yang berasal dari
tangkiatau pipa saluran air minum dengan konsentrasi lebih dari 0.5
ppm, maka logam tersebut dapat bersifat racun bagi kehidupan ikan di
perairan. Hanya beberapa ganggang dan serangga yang mampu hidup
di perairan tersebut. Jika ikan yang tercemar tersebut dikonsumsi
manusia, akan membahayakan kesehatan manusia.

3. Limbah Pertanian
Kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran air terutama
karena penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan herbisida.
Pencemaran air oleh pupuk, pestisida, dan herbisida dapat meracuni
organisme air, seperti plankton, ikan, hewan yang meminum air
tersebut dan juga manusia yang menggunakan air tersebut untuk
kebutuhan sehari-hari. Residu pestisida seperti DDT yang
terakumulasi dalam tubuh ikan dan biota lainnya dapat terbawa dalam
rantai makanan ke tingkat trofil yang lebih tinggi, yaitu manusia.
Selain itu, masuknya pupuk pertanian, sampah, dan kotoran ke
bendungan, danau, serta laut dapat menyebabkan meningkatnya zat-
zat hara di perairan.
Peningkatan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ganggang
atau enceng gondok menjadi pesat (blooming). Pertumbuhan
ganggang atau enceng gondok yang cepat dan kemudian mati
membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya. Kondisi ini
mengakibatkan kurangnya oksigen dan mendorong terjadinya
kehidupan organisme anaerob. Fenomena ini disebut sebagai
eutrofikasi. Limbah pertambangan Pencemaran minyak di laut
terutama disebabkan oleh limbah pertambangan minyak lepas pantai
dan kebocoran kapal tanker yang mengangkut minyak. Setiap tahun
diperkirakan jumlah kebocoran dan tumpahan minyak dari kapal
tanker ke laut mencapai 3.9 juta ton sampai 6.6 juta ton.
BAB III
PENUTUP

Kegiatan yang dilakukan makhluk hidup banyak menghasilkan limbah.
Produksi limbah yang berlebihan dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Berdasarkan komponen penyusunnya, limbah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik ialah limbah yang dapat
diuraikan oleh organisme detrivor karena berasal dari bahan-bahan organik.
Contoh limbah organik ialah limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan,
misalnya kulit pisang, atau kotoran ayam. Limbah anorganik adalah limbah yang
tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau diuraikan tetapi dalam jangka
waktu yang lama. Bahan yang diuraikan berasal dari sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaruhi, seperti mineral, minyak bumi dan berasal dari proses industri,
seperti botol, plastik, dan kaleng. Limbah organik dapat dimanfaatkan baik secara
langsung (contohnya untuk makanan ternak) maupun secara tidak langsung
melalui proses daur ulang (contohnya pengomposan dan biogas). Limbah
anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik, logam, dan kaca.
Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih dahulu
dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau penghancuran
(pulverisation).

Anda mungkin juga menyukai