Tabel 3 Contoh Identifikasi Demand/Lead Time Dari Receiving Ke GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 18
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Satuan dari volume komponen harus dikonversikan ke dalam satuan m3 agar tidak terjadi kesalahan
perhitungan karena perbedaan satuan dimensi.
Berikut ini adalah contoh identifikasi dimensi dan volume dari rough lumber 1/4.
3. Identifikasi berat total dari komponen
Berat total dari komponen dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
Di mana besar volume per lead time dihitung melalui persamaan :
dan besar massa jenis ditentukan berdasarkan bahan dasar dari komponen yang terkait.
Berikut ini adalah contoh perhitungan dari berat total rough lumber 1/4.
Tabel 4 Contoh Identifikasi DImensi dan Volume Dari Receiving Ke GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 19
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
4. Identifikasi jumlah berat komponen yang akan dipindahkan.
Jumlah berat komponen merupakan penjumlahan dari keseluruhan berat total komponen yang
akan dipindahkan dari suatu departemen. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam
menghitung jumlah berat dari pemindahan komponen menuju suatu departemen.
Di mana n = komponen ke n yang dipindahkan dari suatu departemen menuju departemen lain.
Berikut ini adalah contoh perhitungan jumlah berat dari receiving ke GBBU.
5. Menentukan alat transportasi berdasarkan jumlah berat komponen yang dipindahkan.
Penentuan alat transportasi didasari oleh jumlah berat komponen yang akan dipindahkan. Besarnya
ongkos pemindahan material bergantung kepada alat transportasi apakah yang akan digunakan
Tabel 5 Contoh Perhitungan Berat Total Receiving Ke GBBU
Tabel 6 Contoh Perhitungan Jumlah Berat Receiving Ke GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 20
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
untuk memindahkan komponen. Terdapat tiga alat transportasi yang digunakan untuk
memindahkan material pada modul kali ini seperti yang telah disebutkan pada sub-sub-bab 2.1.1.
Berikut ini adalah contoh penentuan alat transportasi pemindahan komponen dari receiving ke
GBBU.
Tahapan perhitungan ongkos pemindahan material ini berlaku sama pada setiap aliran perpindahan antar
departemen. Perbedaan yang ada hanya terdapat pada penarikan data demand/lead time dan besar
dimensi komponen yang tentunya akan berubah sesuai dengan proses pengolahan komponen yang dilalui.
3.1.1.2 Receiving Ke GBBP
Berikut ini adalah contoh perhitungan ongkos pemindahan material 900 drive nail dari receiving menuju
GBBP.
1. Identifikasi jumlah demand/lead time dari setiap komponen.
Jumlah demand/lead time didapatkan dari besar unit received per lead time pada tabel luas GBBP.
Satuan lead time yang digunakan adalah per jam.
Tabel 7 Contoh Perhitungan Ongkos Pemindahan Material Receiving Ke GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 21
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
2. Identifikasi dimensi dan volume dari komponen.
Data dimensi komponen disesuaikan dengan data dimensi karakteristik bahan yang terdapat pada
tabel luas GBBU. Volume dihitung dengan menggunakan persamaan volume tabung sesuai dengan
bentuk drive nail yang berbentuk slinder.
Tabel 8 Contoh Identifikasi Demand Receiving Ke GBBP
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 22
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
3. Identifikasi berat total dari komponen
Proses perhitungan berat total yang dilakukan, sama dengan perhitungan berat total pada receiving
ke GBBU.
Tabel 9 Contoh Identifikasi Dimensi dan Volume Receiving Ke GBBP
Tabel 10 Contoh Perhitungan Berat Total Receiving Ke GBBP
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 23
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
4. Identifikasi jumlah berat komponen yang akan dipindahkan.
Proses perhitungan jumlah berat yang dilakukan sama dengan proses perhitungan pada receiving ke
GBBU.
5. Menentukan alat transportasi berdasarkan jumlah berat komponen yang dipindahkan.
Proses penentuan sama dengan proses penentuan alat transportasi pada receiving ke GBBU.
Tabel 11 Contoh Perhitungan Jumlah Berat Receiving Ke GBBP
Tabel 12 Contoh Perhitungan Ongkos Pemindahan Material Receiving Ke GBBP
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 24
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
3.1.2 Gudang Ke Stasiun Kerja
3.1.2.1 GBBU Ke Stasiun Kerja
Berikut ini adalah contoh ongkos pemindahan material rough lumber 1/4 dari GBBU menuju C.O. Saw (pre-
fabrikasi).
1. Identifikasi jumlah demand/lead time dari setiap komponen.
Data demand/lead time dari rough lumber 1/4 disesuaikan dengan jumlah rough lumber 1/4 yang
harus disiapkan di mesin C.O.Saw pada tabel routing sheet pre-fabrikasi.
2. Identifikasi dimensi dan volume dari komponen.
Dimensi komponen rough lumber 1/4 disesuaikan dengan dimensi dari rough lumber 1/4 yang
diproses pada mesin C.O.Saw prefabrikasi pada tabel ukuran material tiap proses. Perhitungan
volume dilakukan dengan menggunakan perhitungan volume untuk bidang empat.
Tabel 13 Contoh Identifikasi Demand/Lead Time GBBU Ke Stasiun Kerja
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 25
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
3. Identifikasi berat total dari komponen
Perhitungan berat total komponen sama dengan perhitungan pada perpindahan aliran material
sebelumnya.
Tabel 14 Contoh Perhitungan Dimensi dan Volume GBBU Ke Stasiun Kerja
Tabel 15 Contoh Perhitungan Berat Total GBBU Ke Stasiun Kerja
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 26
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
4. Identifikasi jumlah berat komponen yang akan dipindahkan.
Proses perhitungan jumlah berat komponen sama dengan proses perhitungan yang dilakukan pada
perpindahan material sebelumnya.
5. Menentukan alat transportasi berdasarkan jumlah berat komponen yang dipindahkan.
Proses penentuan alat transportasi sama dengan proses penentuan yang dilakukan pada
perpindahan aliran material sebelumnya.
3.1.2.2 GBBP Ke Stasiun Kerja
Berikut ini adalah contoh ongkos pemindahan material 900 Drive Nail dari GBBP menuju Bench II
(assembly).
1. Identifikasi jumlah demand/lead time dari setiap komponen.
Tabel 16 Contoh Perhitungan Jumlah Berat GBBU Ke Stasiun Kerja
Tabel 17 Proses Perhitungan Ongkos Pemindahan Material GBBU Ke Stasiun Kerja
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 27
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Data demand/lead time dari Drive Nail disesuaikan dengan jumlah Drive Nail yang harus disiapkan
di Bench II assembly sejumlah total kebutuhan bahan/ lead time pada tabel luas GBBP. Satuan lead
time di konversi ke dalam jam karena material sudah masuk ke dalam stasiun kerja.
2. Identifikasi dimensi dan volume dari komponen.
Data dimensi komponen disesuaikan dengan data dimensi karakteristik bahan yang terdapat pada
tabel luas GBBU. Volume dihitung dengan menggunakan persamaan volume tabung sesuai dengan
bentuk drive nail yang berbentuk slinder.
Tabel 18 Contoh Perhitungan Demand/Lead Time GBBP Ke Stasiun Kerja
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 28
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
3. Identifikasi berat total dari komponen
Perhitungan berat total komponen sama dengan perhitungan pada perpindahan aliran material
sebelumnya.
Tabel 19 Contoh Perhitungan Dimensi dan Volume GBBP Ke Stasiun Kerja
Tabel 20 Contoh Perhitungan Berat Total GBBP Ke Stasiun Kerja
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 29
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
4. Identifikasi jumlah berat komponen yang akan dipindahkan.
Proses perhitungan jumlah berat komponen sama dengan proses perhitungan yang dilakukan pada
perpindahan material sebelumnya.
5. Menentukan alat transportasi berdasarkan jumlah berat komponen yang dipindahkan.
Proses penentuan alat transportasi sama dengan proses penentuan yang dilakukan pada
perpindahan aliran material sebelumnya.
Tabel 21 Contoh Perhitungan Jumlah Berat GBBP Ke Stasiun Kerja
Tabel 22 Contoh Perhitungan Ongkos Pemindahan Material GBBP Ke Stasiun Kerja
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 30
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
3.1.3 Stasiun Kerja Ke Stasiun Kerja
Aliran komponen yang melalui proses Bench II ke Bench III adalah aliran komponen penyusun kereta kayu
dan semua bahan baku pembantu. Tabel berikut menunjukkan perhitungan OMH untuk komponen Boiler.
Demand / lead time 100 unit
(Jumlah Bahan yang harus disiapkan untuk stasiun rak dari
Routing Sheet Assembly)
Dimensi (inch) 4,5 in (P) dan 1,5 in (T)
(Kebutuhan Rough Lumber Fabrikasi untuk membuat Boiler)
Volume Komponen /Volume per Kotak (m
3
) Vol. Tabung = 3,14 x (1,5/2)
2
)x4,5x(0,0254
3
) =0,000130246
Volume/lead Time =0,000130246 x 100 = 0,013024643
Massa Jenis (kg/m
3
) 600 kg/m
3
Berat total (kg) = 600 kg/m
3
x 0,013024643= 7,81478598 Kg
Jumlah Berat (kg) 135,839493
Jumlah berat seluruh material yang dipindahkan ke bench II
dari stasiun kerja sebelumnya
Jenis Transportasi Lift truk , karena jumlah berat lebih dari 60 Kg
OMH (Rp/m) Rp 5.000,-/ meter
Tabel 23 Contoh Perhitungan Ongkos Pemindahan Material Stasiun Kerja Ke Stasiun Kerja
3.1.4 Stasiun Kerja Ke Warehouse
Aliran komponen yang melalui proses Bench III ke warehouse adalah aliran komponen penyusun kereta
kayu dan semua bahan baku pembantu. Tabel berikut menunjukkan perhitungan OMH untuk komponen
Boiler.
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 31
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Demand / lead time 100 unit
(Jumlah Bahan yang harus disiapkan untuk stasiun rak dari
Routing Sheet Assembly)
Dimensi (inch) 4,5 in (P) dan 1,5 in (T)
(Kebutuhan Rough Lumber Fabrikasi untuk membuat Boiler)
Volume Komponen /Volume per Kotak (m
3
) Vol. Tabung = 3,14 x (1,5/2)
2
)x4,5x(0,0254
3
) =0,000130246
Volume/lead Time =0,000130246 x 100 = 0,013024643
Massa Jenis (kg/m
3
) 600 kg/m
3
Berat total (kg) = 600 kg/m
3
x 0,013024643= 7,81478598 Kg
Jumlah Berat (kg) 168,8530593
Jumlah berat seluruh material yang dipindahkan ke Bench III
dari stasiun kerja sebelumnya
Jenis Transportasi Lift truk , karena jumlah berat lebih dari 60 Kg
OMH (Rp/m) Rp 5.000,-/ meter
Tabel 24 Contoh Perhitungan Ongkos Pemindahan Material Stasiun Kerja Ke Warehouse
3.1.5 Warehouse Ke Shipping
Aliran komponen yang melalui proses warehouse ke shipping adalah aliran komponen penyusun kereta kayu
dan semua bahan baku opembantu. Tabel berikut menunjukkan perhitungan OMH untuk komponen Boiler.
Demand / lead time 8000 unit
(Jumlah Bahan yang harus disiapkan untuk stasiun rak dari
Routing Sheet Assembly)
Dimensi (inch) 4,5 in (P) dan 1,5 in (T)
(Kebutuhan Rough Lumber Fabrikasi untuk membuat Boiler)
Volume Komponen /Volume per Kotak (m
3
) Vol. Tabung = 3,14 x (1,5/2)
2
)x4,5x(0,0254
3
) =0,000130246
Volume/lead Time =0,000130246 x 8000 = 1,041971464
Massa Jenis (kg/m
3
) 600 kg/m
3
Berat total (kg) = 600 kg/m
3
x 1,041971464 =625,182879 Kg
Jumlah Berat (kg) 13508,24474
Jumlah berat seluruh material yang dipindahkan ke
warehouse dari stasiun kerja sebelumnya
Jenis Transportasi Lift truk , karena jumlah berat lebih dari 60 Kg
OMH (Rp/m) Rp 5.000,-/ meter
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 32
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Tabel 25 Contoh Perhitungan Ongkos Pemindahan Material Warehouse Ke Shipping
3.2 Matriks Ongkos
Dalam membuat matriks ongkos, pada dasarnya hanya mencocokkan antara departemen from to yang
terdapat pada matriks ongkos dengan yang terdapat pada OMH. Setelah dicocokan maka ongkos
perpindahan materialnya disamakan. Berikut adalah contoh pembuatan matriks ongkos from receiving to
GBBU.
1. Cari nilai ongkos perpindahan material pada OMH
2. Hubungkan ongkos perpindahan material OMH pada matriks ongkos baris receiving dan kolom
GBBU (from receiving to GBBU).
Tabel 26 OMH Dari Receiving to GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 33
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Tabel 27 Menghubungkan OPM dari OMH ke Matriks Ongkos
Langkah yang sama dilakukan untuk melakukan sisanya, dan nanti akan dijumlahkan ongkos per baris dan
per kolom dari matriks ongkos.
3.3 Matriks Berat
Konsepnya sama seperti matriks ongkos, hanya saja yang akan dihubungkan adalah jumlah berat dalam
kilogram, Berikut adalah contoh pembuatan matriks ongkos from receiving to GBBU :
1. Cari nilai jumlah berat dalam kilogram pada OMH
Tabel 28 Jumlah berat material from receiving to GBBU dalam OMH
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 34
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
2. Hubungkan ongkos perpindahan material OMH pada matriks ongkos baris receiving dan kolom
GBBU (from receiving to GBBU). Perlu diingat khusus untuk material dari receiving atau menuju
shipping maka jumlah berat total dibagi delapan puluh hasil konversi dari leadtime 1 minggu (80
jam) menjadi demand/jam.
3.4 Matriks Aliran
3.4.1 Inflow
Seperti yang telah disebutkan pada bab 2 bahwa rumus untuk menghitung matriks inflow adalah :
Tabel 29 Menghubungkan Jumlah berat dari OMH ke Matriks berat
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 35
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Maka dapat disimpukan matriks aliran berhubungan dengan matriks berat, berikut ini adalah contoh
perhitungan untuk kasus from receiving to GBBU.
1. Hitung inflow dari receiving ke GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 36
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
2. Masukkan hasil perhitungan inflow dari receiving ke GBBU ke dalam matriks inflow.
Tabel 30 Hasil Perhitungan Matriks Inflow From Receiving to GBBU
3.4.2 Outflow
Secara konsep matriks outflow masih sama dengan matriks inflow, perbedaan hanya pada rumus
perhitungannya saja berikut ini adalah contohnya untuk kasus from receiving ke GBBU.
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 37
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
1. Hitung outflow dari receiving ke GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 38
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
2. Masukkan hasil perhitungan outflow dari receiving ke GBBU ke dalam matriks outflow.
Tabel 31 Hasil perhitungan matriks outflow from receiving to GBBU
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 39
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
3.5 Matriks Prioritas
Matrik prioritas dibuat berdasarkan hasil pada matriks outflow, secara konsep untuk departemen yang
memiliki nilai outflow lebih besar maka akan mendapatkan prioritas lebih dibanding yang outflownya lebih
kecil. Berikut ini adalah contoh penentuan prioritas untuk kasus barang berasal dari C.O. Saw-prefabrikasi.
1. Identifikasi stasiun kerja yang menerima barang dari C.O. Saw-prefabrikasi.
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 40
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
2. Urutkan dengan outflow yang memiliki nilai terbesar berada pada prioritas pertama dan
seterusnya pada matriks prioritas.
Tabel 32 Matriks Prioritas
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 41
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Perhitungan Ongkos Material Handling
Perhitungan ongkos material handling adalah perhitungan yang menunjukkan seberapa besar biaya yang
diperlukan untuk memindahkan material di dalam suatu proses produksi. Besarnya ongkos material
handling dihitung berdasarkan berat total material yang akan dipindahkan dari suatu departemen ke
departemen lain. Berat total material akan menjadi acuan bagi penentuan alat pemindahan yang tepat
untuk digunakan. Setiap alat pemindah yang digunakan memiliki besar biaya yang berbeda, sehingga dapat
diketahui berapa besar ongkos yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan perpindahan
material yang terjadi di dalam pabrik.
Analisis Input dan Output dari Perhitungan OMH
Dalam melakukan perhitungan ongkos material handling, diperlukan beberapa input dalam bentuk From to
Chart sebagai berikut.
Asal dan tujuan aliran material
Asal dan tujuan material diperlukan untuk melihat aliran perpindahan material dari suatu
departemen/proses ke departemen/proses lainnya. Dari aliran ini, akan diketahui besar perubahan
dimensi yang terjadi pada suatu material setelah diproses.
Nomor Komponen
Nomor komponen menunjukkan informasi dari nama dan nomor material yang dipindahkan.
Demand/Lead Time
Demand/lead time menunjukkan seberapa besar jumlah material yang diperlukan di setiap
departemen/proses dalam setiap lead time. Data besar demand/lead time didapatkan melalui sheet
perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya di dalam luas perhitungan lantai pabrik.
Periode lead time dapat berbeda-beda, tergantung kepada aktivitas pemindahan yang dilakukan.
Contohnya pada pemindahan material dari Receiving menuju gudang yang memiliki lead time per 1
minggu karena proses pemindahan dilakukan setiap 1 minggu. Berbeda halnya dengan pemindahan
material dalam proses produksi yang dilakukan dalam perusahaan, di mana pada setiap proses
memiliki periode lead time dalam satuan per jam.
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 42
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Besarnya demand juga perlu diperhitungkan kembali karena terdapat beberapa bahan baku
pembantu yang dikirimkan secara agregat dalam suatu box. Karena itu, besar demand juga perlu
dikonversikan ke dalam bentuk satuan bahan baku agar tidak terjadi kesalahan perhitungan besar
demand.
Dimensi Material
Dimensi material memberikan informasi mengenai ukuran dari setiap material yang akan
dipindahkan. Besar dimensi material perlu diperhatikan karena besar dimensi dapat berkurang
akibat adanya proses permesinan yang dilakukan pada material.
Massa Jenis
Massa jenis memberikan informasi besarnya massa jenis dari setiap material, karena setiap material
dapat memiliki bahan dasar yang berbeda-beda.
Berdasarkan input input tersebut, dapat diperoleh beberapa output sebagai berikut.
Volume Komponen
Volume komponen diperoleh berdasarkan perkalian dimensi material yang dipindahkan.
Volume/Lead Time
Volume/lead time diperoleh berdasarkan perkalian volume komponen dengan besar demand/lead
time. Volume/lead time menunjukkan besarnya volume total dari material yang dipindahkan.
Berat Total
Berat total menunjukkan besarnya berat total dari suatu material yang akan dipindahkan. Besarnya
berat total diperoleh berdasarkan perkalian antara volume/lead time dengan besar massa jenis dari
material.
Jumlah Berat
Jumlah berat menunjukkan total keseluruhan berat material dari suatu departemen/proses yang
akan dipindahkan menuju departemen/proses lainnya. Jumlah berat merupakan penjumlahan dari
berat total pada suatu departemen/proses.
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 43
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Jenis Transport dan Ongkos Pemindahan Material
Pada modul ini, alat transport diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu tenaga manusia, walking pallet,
dan lift truck. Klasifikasi alat transport didasari oleh jumlah berat material yang akan dipindahkan.
Ongkos pemindahan material ditentukan berdasarkan alat transport yang digunakan untuk
memindahkan material dari suatu departemen ke departemen lain.
Analisis Alur From-To pada Ongkos Pemindahan Material
Dalam menentukan ongkos pemindahan material, kita perlu mengetahui aliran dari perpindahan material,
yaitu darimana material tersebut berasal dan kemana material tersebut akan dipindahkan. Untuk
mengetahui aliran perpindahan tersebut, kita perlu mengetahui tahapan proses apa saja yang dilalui oleh
suatu bahan untuk menjadi sebuah produk akhir yang diinginkan. Selain itu, perlu diketahui juga jumlah
material yang dibutuhkan dalam suatu proses agar jumlah produk akhir yang diinginkan dapat sesuai
dengan target produksi.
Pada modul ini, alur perpindahan material bahan baku dapat dilihat melalui routing sheet dari setiap
tahapan yang dilalui oleh material tersebut. Sedangkan data bahan baku pembantu dapat dilihat melalui
sheet luas gudang bahan baku pembantu. Melalui routing sheet ini, data demand per lead time dari
material dapat ditarik langsung untuk menjadi sebuah input pada tabel ongkos pemindahan material. Selain
itu, besarnya dimensi material juga dapat diperoleh melalui routing sheet dari tahapan proses permesinan
material ini. Contoh penarikan data dapat dilihat pada sub-bab 3.1 OMH
Aliran perpindahan material perlu diketahui karena perpindahan material dalam kasus ini, tidak bisa
dilakukan secara otomatis dan perpindahan tentunya melibatkan jarak tempuh yang menjadi dasar bagi
perhitungan ongkos pemindahan material per meternya.
Analisis Langkah Langkah Cara Perhitungan OMH
Perhitungan ongkos pemindahan material perlu dilakukan secara bertahap dan tidak bisa dihitung secara
sama rata saja. Tahapan perhitungan ongkos pemindahan material perlu dilakukan karena adanya
perubahan dimensi dari material yang telah melalui suatu proses permesinan. Perubahan pada dimensi
material akan menyebabkan adanya perubahan volume dari suatu material yang tentunya akan berdampak
pada perubahan berat material tersebut. Selain itu, setiap material memiliki alur perpindahannya masing
masing sehingga perlu dilakukan tahapan perhitungan ongkos pemindahan material yang disesuaikan
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 44
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
dengan alur perpindahan dari setiap material mulai asal mula materia menuju departemen/proses yang
akan dituju.
4.2 Analisis Matriks Outflow
Matriks aliran keluar atau matriks outflow adalah matriks yang menunjukkan perbandingan antara total
berat material yang dipindahkan dari stasiun A ke stasiun B dan jumlah berat keseluruhan material yang
dipindahkan ke stasiun B.
Matriks outflow dapat membantu kita untuk menentukan besarnya proporsi material dari suatu stasiun
terhadap stasiun yang ditujunya. Terdapat syarat dan kondisi dimana aliran material outflow dapat
dikatakan baik, yaitu proporsi total berat material yang keluar dari departemen harus lebih atau sama
dengan 1, hal ini disebabkan formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
Terdapat beberapa kemungkinan dari nilai yang muncul atau proporsi yang dihasilkan secara vertikal pada
matriks outflow yaitu :
Proporsi < 1
Jika total nilai proporsi per kolom yang dihasilkan kurang dari satu, menunjukkan terjadinya
kesalahan pada perhitungan sebelumnya. Kesalahan yang paling sering dilakukan/Common mistake
adalah hasil pembulatan ditengah proses perhitungan sehingga hasil akhir dari perhitungan
menjadi bias dan tidak akurat.
Nilai kurang dari satu mengindikasikan bahwa dalam kondisi nyata jumlah jenis berat material yang
masuk ke suatu stasiun lebih kecil daripada berat material yang dihasilkan oleh stasiun tersebut. Hal
ini tidak mungkin terjadi disebabkan material yang telah terkena proses permesinan akan
mengalami pengurangan massa yang berimbas pada pengurangan jumlah berat. Hal ini disebabkan
suatu material yang terkena proses permesinan sederhana pun tetap akan mengalami pengurangan
massa akibat bergesekan dengan pahat mesin ataupun saat barang dipindahkan. Alternatif kondisi
nyata dari kondisi proporsi kurang dari satu ini juga berati material beratnya bertambah dari saat
akan masuk ke dalam stasiun kerja. Setelah dijabarkan representasi dari kondisi ini maka dapat
disimpulkan tidak akan mungkin terjadi secara kondisi nyata proporsi kurang dari satu. Penjelasan
logis dari kesalahan ini adalah pada saat kesalahan perhitungan oleh manusia.
Proporsi = 1
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 45
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
Jika nilai yang dihasilkan sama dengan satu, hal ini menunjukkan bahwa berat material yang masuk
sama dengan berat material yang keluar. Hal tersebut mungkin terjadi jika proses permesinan
tersebut tidak menghasilkan scrap. Alternatif lain dari representasi kondisi dimana proporsi sama
dengan satu ini adalah selain proses permesinan tersebut tidak menghasilkan scrap jumlah stasiun
kerja yang berhubungan hanya ada dua, sehingga stasiun tujuan hanya menerima dari satu sumber
stasiun kerja.
Proporsi > 1
Jika nilai proporsi lebih dari satu,hal ini menunjukkan bahwa berat material lebih kecil dari saat ia
masuk ke stasiun tujuannya atau stasiun tujuannya menerima sumber material dari banyak stasiun.
Hal ini sangat logis dan ini adalah proporsi yang diharapkan terjadi. Namun ketika total proporsi
lebih dari dua hal ini menunjukkan jumlah barang yang dihasilkan oleh stasiun tujuannya seratus
persen lebih kecil dari jumlah material yang masuk dari stasiun kerja sebelumnya. Hal tersebut tidak
logis karena benda fisik tidak dapat memiliki ukuran yang negatif atau dibawah nol.
Perbedaan dengan matriks inflow adalah pada matriks inflow total proporsi harus sama dengan satu karena
hanya menunjukkan proporsi berat material yang masuk dari stasiun A ke B terhadap total berat material
yang masuk ke stasiun B. Nilai ini dianggap tidak dapat merepresentasikan perubahan ukuran material atau
berat yang terjadi pada proses permesinan
4.3 Analisis Penentuan Prioritas
Pada perancangan tata letak pabrik (PTLP) yang sesuai dengan prosedur SLP (systemic Layout Planning)
maka dalam tahap merancang akan dicari terlebih dahulu tingkat ketergantungan antara stasiun kerja
(workstation) dan stasiun kerja lainnya atau dalam skala yang lebih besar antara departemen yang satu dan
departemen lainnya. Hal ini menjadi cukup penting mengingat keuntungan yang akan didapat jika kita
memerhatikan tingkat ketergantungan antar departemen , yaitu :
Meminimasi waktu pemindahan material (material handling). Hal ini akan meningkatkan efisiensi
dari penggunaan waktu kerja sehingga ide Time dapat dihindari. Jika efisien penggunaan jam kerja
meningkat maka tingkat utilitas pemakaian stasiun kerja pun ikut meningkat.
Meminimasi biaya pemindahan material (Cost of material handling). Hal ini dapat tercapai jika ada
pemahaman bahwa biaya transportasi merupakan satu bentuk pemborosan(waste). Jika mengikuti
kaidah kaizen maka segala bentuk pemborosan dalam proses produksi harus dihilangkan sehingga
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 46
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
dalam prakteknya penentuan prioritas adalah salah satu alat (tools) untuk menghilangkan
pemborosan dari biaya transportasi.
Dalam menentukan tingkat ketergantungan maka digunakan matriks outflow sebagai alat untuk mengukur
tingkat intensitas aliran material. Alasan penggunaan matriks outflow dalam penentuan prioritas kedekatan
atau sejauh apa stasiun kerja diletakkan adalah pada matriks ini ditunjukkan proporsi dari berat material
yang dikirim dari stasiun asal ke stasiun tujuan dibagi dengan total berat yang dikeluarkan dari stasiun
tujuan tersebut. Logika sederhana dari konsep matriks outflow ini adalah semakin besar nilai outflow maka
menandakan kontribusi aliran material tersebut terhadap proses produksi dalam stasiun kerja yang dituju
besar pula sehingga dengan menempatkan stasiun kerja yang memiliki nilai outflow besar berdekatan hal
tersebut akan meningkatkan efisiensi dari proses produksi pada stasiun kerja yang dituju. Konsep matriks
outtflow akan memberikan rekomendasi untuk meminimasi jarak stasiun kerja yang memilki nilai outflow
tinggi agar biaya transportasi dapat diminimalisir, sebaliknya jika nilai outflow rendah maka sebaiknya
peletakkan mesin dijauhkan dan diutamakan yang memiliki nilai outflow tinggi karena meskipun jarak
transportasi menjadi semakin jauh namun karena tingkat intensitas aliran material yang rendah sehingga
ongkos produksi akibat biaya transportasi juga tidak berdampak besar.
Oleh karena itu, penentuan matriks prioritas ini adalah inputan awal untuk tahap selanjutnya yaitu
penentuan tata letak. Stasiun kerja yang memiliki prioritas tinggi dengan stasiun kerja lainnya perlu
diminimasi jarak antar keduanya agar biaya material handling terminimasi juga.
4.4 Analisis Keterkaitan Antar Modul
Proses utama dalam tahap I ini adalah perhitungan ongkos pemindahan material. Perhitungan ongkos
pemindahan material atau biasa disebut ongkos material handling (OMH) banyak menggunakan data
historis dari praktikum sebelumnya yaitu modul III PPST III. Modul III PPST III memberikan input seperti
demand kereta, routing sheet untuk tiga tahapan proses (Prefabrikasi, pabrikasi, dan Assembly), kebutuhan
roguh lumber untuk proses prefabrikasi dan pabrikasi, ukuran material yang dipindahkan dan beberapa
informasi dari lantai Gudang Bahan Baku Utama/Pembantu (GBBU/GBBP) seperti unit received /Lead Time
dan kebutuhan bahan /lead Time.
Dalam perhitungan ongkos material handling (OMH), dilakukan perhitungan volume komponen, berat total
material/ komponen yang ditransportasikan, dan ongkos berdasarkan jenis alat angkut yang digunakan.
Output dari tahap I ini adalah matriks ongkos, matriks berat, matriks aliran, dan matriks prioritas. Matriks
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 47
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
prioritas seperti yang dijelaskan pada bab 2 dan 3 akan Bergman untuk mempertimbangkan perancangan
tata letak pabrik berdasarkan tingkat intensitas material handling yang terjadi. Dalam tahap II sendiri akan
dilakukan perbaikan tata letak berdasarkan matriks prioritas, area allocation diagram dan dilanjutkan
dengan perhitungan kembali ongkos pemindahan material (OMH).
Gambar 2 Keterkaitan Antar Modul
Modul III - PPST III
Demand
Routing Sheet
Luas lantai pabrik
Modul I PPST IV
OMH
Matriks ongkos
Matriks aliran
Matriks prioritas
Modul II PPST IV
Perbaikan tata letak
AAD
OMH lanjutan
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 48
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
JOSEPH WIDAGDO - 13410032 49
B&R Consulting, The One You Trust
Jalan Jakarta No.10
Bandung 40291
Kelompok 1
13411019
13411033
DAFTAR PUSTAKA
Heragu, Sunderesh S. Facilities Design 3rd ed. PWS Publishing Company, 2008.
Sule, D.R. 1991, Manufacturing Facilities : Location, Planning, and Design, PWS Kent, Boston.
Tompkins, James A., et al., Facilities Planning, John Wiley&Sons, Canada, 1996.
Modul 1 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi 4, 2014