Anda di halaman 1dari 7

3.

METODOLOGI
3.1 Fungsi Alat
3.1.1 Digestibility
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air materi daya
Cerna (Digestibility) adalah sebagai berikut:
Aquarium : Untuk Media ikan yang akan diamati
Timbangan Oz : Untuk menimbang ikan nila (Oreochromis niloticus)
Timbangan digital : Untuk menimbang pakan dengan ketelitian 10
-2
gram
Timbangan Sartorius : Untuk menimbang sisa pakan dan feses dengan ketelitian 10
-
4

Stopwatch : Untuk menghitung lamanya waktu saat pengamatan
digestibility
Lap basah : Untuk pengkondisian ikan agar tidak stress
Seser : Untuk mengambl ikna nila (Oreochromis niloticus) dari
akuarium
Aerator : Untuk mensuplai oksigen dalam akuaium agar tetap stabil
Nampan : Untuk meletakkan ikan saat ditimbang dan alat saat dibedah
Sectio set : Untuk membedah ikan yang diamati
Oven : Untuk mengeringkan pakan yang tersisa di dalam akuarium
Selang T aerator : Untuk membuat percabangan selang aerator
Saringan : Untuk menyaring sisa pakan dan feses
Batu aerasi : Untuk mmebentuk gelembung aerasi
Kabel rol : Untuk menghubungkan saliran listrik pada aerator
Desikator : Untuk menghilangkan uap air pada kain setelah dioven
Kertas saring : Untuk alas saat penimbangan pakan
Kain saring : Untuk menyaring feses dari sisa pakan di akuarium

3.1.2 GET (Gastric Evacuation Time)
Alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air tentang sistem
pencernaan dengan praktikum GET, yaitu:
Akuarium 5 liter : sebagai wadahdan media objek yang akan diamati, ikan nila
(Oreocromis niloticus)
Timbangan digital : untuk menimbang ikan nila (Oreocromis niloticus) dengan ketelitian
10
-2
gram
Stopwatch : untuk menghitung waktu percobaan GET
Lap basah : untukpengkondisian agar ikannila (Oreocromis niloticus) tidak stress
Seser : untuk menangkap dan mengambilikan nila (Oreocromis niloticus)
Oven : untuk mengeringkan kain ukuran 10 x 10 cm dan feses ikan
Aerator : untuk bantuan suplay oksigen
T aerator : untuk percabangan selang aerator
Section set : alat untuk membedah ikan nila (Oreocromis niloticus)
Nampan : untuk meletakkan ikan nila (Oreocromis niloticus) saat ditimbang dan
untuk tempat saat membedah ikan
Kabel roll : untuk menyambungkanlistrikpada aerator
Timbangan OZ : untuk menimbang ikan nila (Oreocromis niloticus) dengan ketelitian
28.35
3.2 Fungsi Bahan
3.2.1 Digestibility
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air materi sistem pencernaan tentang digestibiliti
adapun bahan bahan yang digunakan adalah:
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai objek pengamatan yang akan diamati.
Lumut jaring (Chaertomorfa sp) : sebagai pakan alami yang bersifat nabati.
Mata lele (Azolla pinata) : sebagai pakan alami yang bersifat nabati.
Cacing sutra (Tubifex) : sebagai pakan alami yang bersifat hewani.
Cacing darah (Chironomus sp) : sebagai pakan alami yang bersifat hewani.
Pellet : sebagai pakan buatan.
Kertas label : sebagai penanda toples agar tidak tertukar.
Kain jaring 15x15 cm putih : untuk menyerap air pada sisa pakan dan feses.
Kertas alas : sebagai alas saat menimbang.
Air : sebagai media hidup ikan

3.2.1 GET (Gastric Evacuation Time)
Bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air tentang sistem
pencernaan pada perlakuan GET (Gastric Evacuation Time) adalah sebagai berikut:
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai objek yang akan diamati lambungnya.
Lumut jaring (Chaetomorphy sp.) : sebagai pakan alami yang bersifat nabati.
Mata lele (Azolla pinata) : sebagai pakan alami yang bersifat nabati.
Cacing sutra (Tubifex) : sebagai pakan alami yang bersifat hewani.
Pellet : sebagai pakan buatan.
Air : sebagai media tempat hidup objek yang diamati.
Kertas label : untuk penanda pada aquarium supaya tidak tertukar.
Kertas alas : untuk alas menimbang pakan.


3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Digestibility
Pada praktikum fisiologi Hewan Air materi sistem pencernaan tenmtang
digestibility, langkah pertama yang harus disiapkan adalah alat dan bahan. Alat yang
digunakan antara lain. Aquarium, 5 liter, Taerator, Timbangan oZ, oven, nampan,
setiuset,stopwatch, seser, saringan teh,timbangan digital,batu aerasi,aerator, lap basah,
desikator, gunting serta kabel rol. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nila
(Oreochromis niloticus) air tawar, cacing darah (Chironoimous sp). Lumut jaring
(Chaertomorfa sp), tubifex (cacing sutra). Mata lele (Azolla pimiata), pelet,kain saring
10x10m, dan kertas label.
Langkah selanjutnya adalah disiapakan aquarium 5 literdan dan diisi air
sebanyak 4,5 liter agar saat dimasukkan ikan air tidak meluap dan agar air dalam aquarium
dapat berdifusi dengan udara luar. Sebelumnya aquarium dipasanng aerator dahulu dan
kemudian di pasang aeratur T aeratur juga dan disambungkan agar tersebar di 4 aquarium,
lalu disiapkan ikan nila, sebelumnya ditimbang berat awal dengan menggunakan timbangan
0,2 dengan ketelitian 28,35 dan ditaruh dilap basah, tujuannya agar ikan tidak
setres,sebelumnya ikan sudah diadaptasi atau dipuasakan selama 24 jam, yang bertujuan
agar lambungnya benar benar kosong. Kemudian siapkan pakan dan ditimbang 5 %
pakan dari berat tubuh, tujuan pemberian pakan 5% adalah diasumsikan lambung sudah
penuh atau konfeksi pakan maksimum lalu pakan diberikan sesuai perlakuan masing
masing meja, meja 1 adalah lummut jarring sebagai pakan alami nabati . meja 2 adalah
subifex, meja 3 adalah cacing darah yang sudah beku sebagai pakan hewani. Meja 4 adalah
pelet sebagai pakan buatan dan meja 5 adalah mata lele sebagai pakan alami nabati.
Tujuan dibedakan paka n ikan ini agar dapat mengetahui daya cerna ikan pada pakan yang
berbeda. Pakan yang diberikan pada ikan terlebih dahulu ditimbang dengan timbangan
digital dengan ketentuan 28,35 dengan cara, pertama dihubungkan kabel timbangan
dengan colokan, lalu ditekan on/of dan di tekan zero untuk menormalkan angka dan
ditekannkan pakan sesuai dengan perlakuan yaitu 5 % dari berat tubuh ikan nila
mekanisme penimbangan digital dengan ketelitian 10
-2
pertama sambungkantimbangan ke
sumber listrik, kemudian tekan on diletakkan kain saring di atas timbangan digital dan
tekan zero dan tekan start. Tunggu sampai muncul angka dan catat angka tersebut. Ikan
diberi perlakuan adlibium, yaitu pemberian pakan sedikit hingga kenyang, tujuannya agar
pakan tidak lebih. Agar sisa pakan tidak mengendap di perairan dan dapat merusak media
hidup ikan dan ditunggu hingga 3 jam.
Setelah itu diinapkan 10x10 cm
2
agar penggunaan kain ini tidak mudah terbakar
sat dioven dan menyerap kadar air pada sisa pakan atau menyaring sisa pakan dan feses
cara penggunaan oven
Pertama dihubungkan kabel pada listrik, lalu loyang di taruh di dalam oven yang
berisi bahan. Lalu oven ditutup dengan suhu 100
m
c dengan waktu 15 menit. Agar uap air
berkurang kain tersebut ditimbang dengan timbangan digital dengan ketelitiaan 10
-2
,
carannya adalah sambungkan kabel timbangan digital dengan listrik, lalu di tekan on/of.
Kemudian diletakkan diatas timbangan dan dilihat angaka yang tertera.
Setelah ikan diamati selama 3 jam dalam aquarium, ikan diamati apakah keluar
feses atau tidak. Jika iayta ikan itu diambil dari aquarium lalu diletakkan kain pada
saringan menggunakan metode sifonnyaitu dengan memasukkan selang aerator dengan
mengambil feses yang ada pada dasar dan saring pakan serta feses yang ada dalam
aquarium, lalu letakkan pada kain saringan yang berbeda. Jika tidak, maka dilakukan
proses pengambilan feses dengan metode pembedahan ikan dipotong dari anus keatas
sampai linea literalis diteruskan kedepan sampai kebelakang operculum lalu ngunting
kebawah dari ari usus dan lambungnya lalu cari feses selanjutnya, sisa pakan danj feses
dioven agar kadar air berkurang dan tidak mempengaruhi berar pada saat ditimbang
dengan timbangan sertorius dengan ketelitian 10
-4
dan dihitung digestibility dengan rumus
Digestibility = BTM- BTF dengan BTM adalah berat total pakan yang dimakan ikan (gram),
BTF adalah berat total feses. BTM itu sendiri merupakan penjumlahan dan sisa pakan
kering dan sisa pakan basah.
Mekanisme penggunaan timbangan OZ, pertama nyalakan timbangan OZ , lalu tekan
ON lalu tekan zero dan ditunggu, lalu ditimbang ikan dan dicatat hasilnya. Lalu lakukan
perhitungan dengan Wo X 0,07X 28,35 dan diperoleh hasilnya.
Mekanisme penggunaan timbanagn basah yaitu pertama siapkan alat dan bahan,
yaitu nyalakan timbangan OZ lalu tekan Zero, ikan dimasukkan kedalam baskom dengan
menggunakan seser dan dicatat hasilnya.
Mekanisme desikator, pertama dioven silika gell selama 24 jam sampai warnanya
berubah menjadi biru, dibuka desikator dengan cara digeser, lalu dimasukkan kedalam
desikator dalam keadaan panas, diletakkan alas diatasnya, lalu bahan yang akan
didesikator dimasukkan, lalu desikator ditutup dengan cara digeser, ditunggu sesuai
waktunya.

3.3.2 GET (Gastric Evacuation Time)
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air materi sistem pencernaan tentang GET, langkah
pertama yang harus kita siapkan adalah alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain:
aerator, timbangan OZ, nampan, stopwatch, sectio set, seser, akuarium, selang aerator,
batu aerasi, kabel roll, T aerator, lap basah dan timbangan digital. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), air tawar, cacing tanah (Chironomus
sp.), tubifex (cacing sutra), lumut jaring (Chaertomorfa sp.), mata lele (Azolla pinata), pellet,
kertas saring, kertas label dan tissue.
Langkah selanjutnya adalah disiapkan akuarium berkapasitas 5 liter dan diisi air
sebanyak 4,5 liter agar saat dimasukkan ikan, air tidak meluap keluar dan agar dalam
akuarium dapat berdifusi dengan udara luar. Sebelumnya ikan sudah dipuasakan atau
diadaptasikan selama 24 jam yang bertujuan agar lambungnya benar-benar kosong.
Sebelumnya akuarium dipasang aerator terlebih dahulu dan dipasang juga T aerator dan
disambungkan agar oksigen tersebar di 4 akuarium. Kemudian diambil 4 ekor ikan nila lalu
ditimbang dengan menggunakan timbangan OZ dengan ketelitian 28,35. Ikan nila pertama
diamati sebagai ikan kontrol, lalu disiapkan pakan dan ditimbang 5% dai berat tubuh, 5% ini
diasumsikan lambung sudah penuh atau konversi pakan maksimum. Kemudian pakan
diberikan sesuai perlakuan masing-masing meja, meja 1 adalah Lumut Jaing sebagai pakan
alami nabati, meja 2 adalah Tubifex sebagai pakan hewani, meja 3 adalah Cacing Tanah
yang sudah beku sebagai pakan alami hewani, meja 4 adalah pellet sebagai pakan buatan
dan meja 5 adalah mata lele Mata Lele sebagai pakan alami nabati. Kemudian diamati ikan
nila kedua selama 1 jam dan dicatat sebagai GET 1, ikan nila ketiga selama 2 jam dan
dicatat sebagai GET 2, ikan nila keempat selama 3 jam dan dicatat sebagai GET 3. Ikan
diberi perlakuan adibilitum, yaitu pemberian pakan sedikit demi sedikit sampai kenyang,
tujuannya agar pakan tidak lebih dan juga agar pakan tidak mengendap di bawah.
Setelah ikan nila yang sebagai ikan kontrol dibedah dari anus ke atas hingga linea
lateralis sampai ke operculum dengan menggunakan sectio set lalu diambil lambungnya dan
ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 10
-2
. Pengamatan GET 1, GET
2, GET 3 sebagai GET ikan nila dibedah juga menggunakan section set dari anus ke atas
hingga linea lateralis sampai ke operculum dengan menggunakan sectio set lalu diambil
lambungnya dan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 10
-2
. Cara
penggunaan timbangan digital dengan cara tekan tombol ON-OFF pada timbangan digital
lalu ditekan tombol ZERO dan ditunggu, lalu lambung ditimbang dan dicatat hasilnya.
Setelah ditimbang langkah selanjutnya adalah membandingkan lambung ikan kontrol
dengan lambung ikan GET 1, GET 2, GET 3 yang sudah dibedakan pada masing masing
perlakuan. Tujuan diberikan pakan yang berbeda adalah agar mengetahui daya cerna pada
ikan. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara berat lambung setiap perlakuan dengan
berat lambung ikan kontrol dan diperoleh hasil berat lambung ikan nila yang paling
mendekati berat lambung ikan kontrol. Jika berat lambung mendekati berat lambung ikan
kontrol maka berat lambung itu yang menjadi GET ikan nila.

Anda mungkin juga menyukai