ABSTRACT
This study was aimed to know antimicrobial potential of extract of sambilotos Leaf
(Andrographis paniculata) to bacteria Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda and
Saprolegnia sp. and to know the extract toxicity to brine shrimp (Artemia salina).
Sambilotos leaf was extracted using methanol, ethyl acetate and n-Hexane. Antimicrobial
activity test was done using diffusion discs method. To know the compunds contained in the
extract phytochemical test was conducted. The chemical compound test showed that extract
of sambilotos leaf contained terpenoid/steroid and saponin. The extracts inhibit the growth
of Aeromonas hydrophila and Edwardsiella tarda but Saprolegnia sp. Ethyl acetate extract
showed to have maximum inhibition to Aeromonas hydrophila of 9,11 10,78 mm and
Edwardsiella tarda of 6,10 9,50 mm respectivity. All extract showed to have LC50<1000
g/ml. Toxicity of n-hexane extract was highest to Artemia salina with LC50 of 118,6 ppm.
Keywords : Antimicrobial activity, Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda
Andrographis paniculata, Saprolegnia sp.
PENDAHULUAN
Keberadaan penyakit di dalam
lingkungan perairan merupakan salah satu
kendala di dalam pengembangan di sektor
budidaya perikanan. Penyakit tersebut
diantaranya penyakit infeksi atau menular
yang disebabkan oleh organisme patogen
dan penyakit non-infeksi yang berasal dari
pengaruh faktor fisika dan kimia
lingkungan, pakan dan metabolisme, stress
sebagai bagian reaksi psikologis ikan.
Keberhasilan budidaya ikan terkait
dengan pemeliharaan lingkungan dan daya
tahan organisme budidaya terhadap
serangan bakteri patogen. Salah satu
bakteri yang umum dijumpai pada
Uji Fitokimia
Analisis
fitokimia
dilakukan
berdasarkan Harborne (1987) :
Identifikasi Alkaloid
Sampel dari masing-masing pelarut
ekstrak yaitu metanol, etil asetat dan nheksana dicampur dengan 5 ml kloroform
dan 5 ml amoniak kemudian dipanaskan,
dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes
asam sulfat 2 N pada masing-masing
filtrat, kemudian kocok dan didiamkan.
Bagian atas dari masing-masing filtrat
diambil dan diuji dengan pereaksi Meyer,
Wagner, dan Dragendorf. Terbentuknya
endapan jingga, cokelat, dan putih
menunjukkan adanya alkaloid.
Identifikasi Flavonoid
Sampel dari masing-masing pelarut
ekstrak yaitu metanol, etil asetat dan nheksana dicampur dengan 5 ml etanol,
dikocok, dipanaskan, dan dikocok lagi
kemudian
disaring.
Kemudian
ditambahkan Mg 0,2 g dan 3 tetes HCl
pada masing-masing filtrat. Terbentuknya
warna merah pada lapisan etanol
menunjukkan adanya flavonoid.
Identifikasi Saponin
Sampel dari masing-masing pelarut
ekstrak yaitu metanol, etil asetat dan nheksana dididihkan dengan 20 ml air
dalam penangas air. Filtrat dikocok dan
didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya
busa yang stabil berarti positif terdapat
saponin.
Identifikasi Steroid
Sampel dari masing-masing pelarut
ekstrak yaitu metanol, etil asetat dan nheksana diekstrak dengan etanol dan
ditambah 2 ml asam sulfat pekat dan 2 ml
asam asetat anhidrat. Perubahan warna
dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan
adanya steroid.
Identifikasi Titerpenoid
Sampel dari masing-masing pelarut
ekstrak yaitu metanol, etil asetat dan nheksana dicampur dengan 2 ml kloroform
dan 3 ml asam sulfat pekat. Terbentuknya
warna merah kecoklatan pada antar
permukaan
menunjukkan
adanya
triterpenoid.
Identifikasi Tanin
Sampel dari masing-masing pelarut
ekstrak yaitu metanol, etil asetat dan nheksana didihkan dengan 20 ml air lalu
disaring. Setelah itu ditambahkan beberapa
tetes feriklorida 1% dan terbentuknya
warna coklat kehijauan atau biru
kehitaman menunjukkan adanya tanin.
Uji Aktivitas Antibakteri dan Antifungi
Bakteri A. hydropila dan E. tarda
diremajakan masing-masing dengan cara
menggoreskan
jarum
ose
yang
mengandung bakteri A. hydropila pada 1
cawan petri yang berisi media TSA dan E.
tarda pada petri yang lainnya secara
aseptis. Setelah itu dinkubasi selama 24
48 jam pada suhu 37oC. Untuk peremajaan
jamur Saprolegnia sp. dilakukan dengan
mengambil potongan kecil miselium
menggunakan blade dan menanamnya
secara aseptis pada media PDA. Setelah itu
diinkubasi pada suhu 27oC selama 2 3
hari.
Bakteri yang telah diremajakan
diambil biakannya menggunakan jarum
ose dan disuspensikan ke dalam tabung
reaksi berisi 3 ml larutan NaCl 0,9%.
Suspensi yang terbentuk disetarakan
dengan larutan baku Mc. Farland 0.5 yang
ekuivalen dengan suspensi sel bakteri
dengan konsentrasi 1,5 108 cfu/ml
(Andrews, 2008).
Konsentrasi larutan uji yang
digunakan adalah 10%, 30%, 40% dan 60
(b/v). Konsentrasi 60% dibuat dengan cara
menimbang ekstrak daun Sambiloto
sebanyak 0,6 g yang dilarutkan dengan 1
ml DMSO. Larutan dengan konsentrasi
10% dan 30%, 40% dibuat dengan cara
pengenceran dari konsentrasi 60%
menggunakan 0,5 ml DMSO. Kontrol
negatif digunakan DMSO dan kontrol
positif digunakan kloramfenikol (30
g/ml) untuk bakteri dan nistatin (100
g/ml) untuk jamur.
Pengujian antibakteri dilakukan
dengan menggunakan metode disc
diffusion (tes Kirby-Bauer). Cutton bud
Hasil
Uji Fitokimia Ekstrak Daun Sambiloto
Hasil pengujian fitokimia ekstrak
daun sambiloto dengan menggunakan
pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana
memperlihatkan bahwa hanya sebagian
dari ekstrak daun sambiloto mengandung
senyawa metabolit sekunder seperti
terpen/steroid
dan
saponin.
Hasil
pengujian
fitokimia
ekstrak
daun
sambiloto dengan masing-masing pelarut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Pereaksi
Ekstrak
Metanol
Ekstrak
Etil asetat
Ekstrak
n-heksana
Fenolik/Flavonoid/
Tanin
FeCl3
+
+
merah
kecoklatan
-
+
+
merah kecoklatan
Bouchardat
tidak ada
perubahan
+
+
merah
kecoklatan
-
Dragendroff
Mayer
Terpen/ Steroid
Lieberman-Bouchard
Ceriumsulfat(CeSO4)
/ TLC
Alkaloid
Wenger
Aqua-HCl
Saponin
+
(adanya busa)
Hasil
+
F
+
MR (+) / VP (-)
H2S, Gas, K/A
+
(+) (+) (+)
(+) (+) (+)
-
Arabinosa
Sorbitol
Manitol
Maltosa
+
+
+
+
Keterangan :
O/F : Oksidasi/Fermentasi
TSIA : Triple Sugar Iron Agar
SIM : Sulfida Indol Motility
MIO : Motilitas Indol Ornitin
SCA
LIA
Hasil
+
+
O/F
MR (+) / VP (-)
+
Ungu tua (+) / H2S (-)
K/A
(-) (+) (+)
(+) (+) (-)
+
+
+
+
+
b
a
a
Gambar 3. Hasil pengamatan slide culture jamur Saprolegnia sp. a) sporangium yang mulai
terbentuk pada pengamatan hari ke 3, b) sporangium yang sudah terbentuk pada
pengamatan hari ke 6
Uji Aktivitas Antimikroba Daun
Sambiloto
Pengujian aktivitas antimikroba daun
sambiloto dilakukan dengan metode difusi
cakram dengan menggunakan blanc disc
yang berukuran 6 mm. Ekstrak daun
sambiloto menunjukkan adanya zona
Konsentrasi
Metanol
A. hydrophila
E. tarda
Saprolegnia sp.
DMSO
10%
30%
40%
60%
Klorampenikol
DMSO
10%
30%
40%
60%
Klorampenikol
DMSO
10%
30%
40%
60%
Nistatin
6,16
7,10
7.27
7.36
8,08
8,26
8,30
8,43
0
0
0
0
Tabel 5. Hasil uji toksisitas ekstrak daun sambiloto dengan metode Brine Shrimp Lethality
(BSLT)
Pelarut
Metanol
Etil asetat
n-heksana
Konsentrasi
(ppm)
10
100
1000
10
100
1000
10
100
1000
Total
Populasi
(ekor)
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pembahasan
Ekstraksi Daun Sambiloto
Ekstraksi daun sambiloto dilakukan
dengan menggunakan tiga pelarut, yaitu
metanol, etil asetat dan n-heksana. Hasil
ekstraksi
daun
sambiloto
dengan
menggunakan pelarut metanol diperoleh
Jumlah
Kematian
(ekor)
8
16
26
8
13
24
7
16
21
LC50
(ppm)
64,5
100
118,6
Pengujian
aktivitas
antibakteri
menggunakan
kloramfenikol
sebagai
kontrol positif dimana hasil pengujiannya
menunjukkan adanya zona hambat yaitu
sebesar 30,15 mm untuk bakteri A.
hydrophila dan sebesar 31,06 mm untuk
bakteri E. tarda.
Siswandono dan Soekardjo (1995)
menyatakan
bahwa
kloramfenikol
merupakan antibiotik yang
mempunyai
aktifitas bakteriostatik dan pada dosis
tinggi bersifat bakterisid.
Aktivitas antibakterinya bekerja
dengan menghambat
sintesis
protein
dengan jalan meningkatkan ribosom
subunit 50S yang merupakan langkah
penting dalam pembentukan ikatan
peptida. Kloramfenikol efektif terhadap
bakteri aerob gram positif dan beberapa
bakteri aerob gram negatif.
Pengujian
aktivitas
antijamur
menggunakan nistatin sebagai kontrol
positif
dimana
hasil
pengujian
menunjukkan adanya zona hambat pada
sekitar cakram yaitu sebesar 9,95 mm
untuk jamur Saprolegnia sp. Pelczar dan
Chan (2005) menyatakan bahwa cara kerja
nistatin adalah merusak sel-sel khamir,
juga sel cendawan lain dengan cara
bergabung dengan sterol yang terdapat
dalam
membran
sel.
Hal
ini
mengakibatkan kacaunya organisasi di
dalam struktur molekuler membran, diikuti
dengan gangguan pada fungsinya.
Pengujian aktivitas ekstrak metanol
menunjukkan
bahwa
hambatan
pertumbuhan terbesar terdapat pada
bakteri E. tarda yaitu sebesar 8,43 mm
pada konsentrasi 60%, kemudian bakteri
A. hydrophila sebesar 7,36 mm, sedangkan
untuk jamur Saprolegnia sp. tidak terjadi
hambatan pada semua konsentrasi yang
diberikan dalam seluruh ekstrak daun
sambiloto.
Adanya
aktivitas
antimikroba
tersebut kemungkinan disebabkan karena
adanya kerja dari senyawa-senyawa
metabolit sekunder yang terkandung di
dalam daun sambiloto. Lukistyowati
(2012) menyatakan zona hambat yang
senyawa
metabolit
sekunder
yang
terkandung di dalam ekstrak tersebut.
Cahyadi (2009) menjelaskan bahwa cara
kerja senyawa-senyawa tersebut dengan
bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut. Oleh sebab itu jika senyawa
tersebut masuk ke dalam tubuh larva, alat
pencernaannya akan terganggu.
Uji toksisitas dengan metode BSLT
ini juga menggunakan dua jenis kontrol
yaitu dengan menggunakan kontrol air laut
dan kontrol DMSO yang merupakan
pelarut yang digunakan untuk melarutkan
bahan ekstrak metanol, etil asetat dan nHeksana dalam penelitian ini. Persentasi
mortalitas yang cukup rendah pada kontrol
air laut dan kontrol DMSO menunjukkan
bahwa air laut
dan DMSO yang
digunakan dalam penelitian ini bukan
merupakan penyebab kematian A. salina.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ekstrak daun sambiloto (Andrographis
paniculata)
mampu
menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila dan
E. tarda. namun tidak menghambat
pertumbuhan jamur Saprolegnia sp.
2. Hasil uji fitokima menunjukkan bahwa
ekstrak daun sambiloto (Andrographis
paniculata) dengan pelarut metanol, etil
asetat dan n-heksana mengandung
senyawa terpen/steroid pada seluruh
ekstrak dan saponin pada ekstrak
metanol.
3. Ekstrak daun sambiloto (Andrographis
paniculata) bersifat toksik pada A.
salina dengan LC50 64,5 ppm untuk
ekstrak metanol, 100 ppm untuk ekstrak
etil asetat, dan 118,6 ppm untuk ekstrak
n-heksana.
Saran
Sebaiknya ekstrak daun sambiloto
terhadap bakteri Aeromonas hidrophila
dan Edwardsiella tarda diujikan langsung
terhadap ikan yang terserang bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S. 1992. Kimia Kayu. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.