Anda di halaman 1dari 2

Pyoderma

Etiologi
Pyoderma adalah infeksi kulit akibat bakteri. Infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan kulit telah
rusak. Kulit mengalami maserasi akibat pemaparan kronis dari tempat yang lembab, kemudian flora
bakteri kulit berubah, sirkulasi di kulit rusak, dan terjadi kerusakan terhadap kekebalan. Sebagian
besar kasus pyoderma disebabkan oleh Staphylococcus intermedius, dapat juga dapat disebabkan
oleh Pasteurella multocida. Kejadian pyoderma yang dalam merupakan komplikasi dengan bakteri
gram negatif seperti Escherichia coli, Proteus sp., dan Pseudomonas sp (Smith dan Tilley 2000).
Patofisiologi
Infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan kulit telah rusak. Kulit mengalami maserasi akibat
pemaparan kronis dari tempat yang lembab, kemudian flora bakteri kulit berubah, sirkulasi di kulit
rusak, dan terjadi kerusakan terhadap kekebalan.
Gejala klinis
Pyoderma superfisial umumnya terjadi pada tubuh. Luasnya lesi dari pyoderma tidak jelas akibat
tertutup oleh rambut hewan. Pyoderma yang dalam sering mempengaruhi dagu, hidung, dan kaki
ataupun terjadi secara menyeluruh. Pada saat pemeriksaan fisik terlihat adanya sisik, kerak,
kemerahan pada kulit, alopecia, papula, pustul, abses, furunculosis, dan cellulitis. Gejala yang sering
terlihat pada kejadian pyoderma adalah pruritus. Jika penyebab awal dari pyoderma adalah alergi
maka kulit akan kemerahan, jika penanganan hanya untuk mengatasi kejadian pyoderma tanpa
mengatasi kejadian alergi maka pruritus yang timbul tidak akan terselesaikan. Jika penyebab utama
adalah disfungsi endokrin, maka akan terlihat gejala lain seperti polidipsia/poliuria, lethargy,
penambahan berat badan, ataupun feminisasi.
Diagnosa
berdasarkan gejala klinis
diagnosa dilakukan dengan cara membuat kultur jaringan. Kultur dilakukan dengan
mengambil kerak ataupun eksudat dari pyoderma. Selain itu juga dapat dilakukan kerokan
kulit, tes alergi intradermal, percobaan tes alergi pakan, tes endokrin, dan biopsi kulit.
Terapi

Terapi dapat dilakukan dengan pemberian Ivermectin 0.2 mg/kg bb sc, Metronidazole 20 mg/kg bb
po, CTM 4 mg po, dan Dexamethasone 0.3 mg/kg bb po. Pemberian Ivermectin bertujuan
mengantisipasi apabila ternyata kejadian pyoderma pada kasus ini merupakan akibat dari infeksi
parasit. Metronidazole yang diberikan bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri yang terjadi.
Dexamethasone bertujuan untuk mengatasi proses inflamasi dan alergi yang terjadi. Pemberian
Dexamethasone dilakukan bersamaan dengan pemberian CTM.
Menurut Smith dan Tilley (2000), pyoderma akibat Staphylococcus intermedius dapat diterapi
dengan pemberian Cephalosporin, Cloxacillin, Oxacillin, Methicillin, Amoxicillin-clavulanate,
Erythromycin, dan Chloramphenicol. Terkadang isolat sudah resisten terhadap Amoxicillin,
Ampicillin, Penicillin, Tetrasiklin, dan Sulfonamida. Hindari pemakaian steroid karena akan
merangsang resistensi dan pengulangan kejadian meskipun diberikan bersamaan dengan antibiotik.
Oleh karena itu, pemberian Dexamethasone yang merupakan turunan dari corticosteroid sebaiknya
tidak digunakan lagi untuk mengatasi kasus pyoderma.

Pencegahan

Menjaga kebersihan kandang dan juga hewan

Prognosa

Fausta (dapat di sembuhkan)

Anda mungkin juga menyukai