1. Aktiva yang paling likuid 2. Media pertukaran standar 3. Dasar pengukuran dan akuntansi untuk semua pos-pos lainnya 4. Termasuk dalam aktiva lancer Manajemen dan pengendalian kas Manajemen biasanya menghadapi dua masalah akuntansi untuk transaksi kas : (a) Pengendalian yang tepat harus ditetapkan untuk menjamin bahwa tidak ada transaksi yang tidak diotorisasi dicatat oleh pejabat atau karyawan, dan (b) Informasi yang diperlukan untuk manajemen kas yang ada di tangan dan transaksi kas harus tersedia. Untuk melindungi kas dan menjamin kekuatan catatan akuntansi untuk kas, pengendalian internal (internal control) yang efektif atas kas merupakan keharusan. Pelaporan kas Kas yang Dibatasi atau Restriktif Perusahaan memisahkan kas yang dibatasi dari kas regular untuk tujuan pelaporan keuangan. Contoh, pemisahan kas untuk : Perluasan pabrik, pelunasan hutang jangka panjang, pencatatan biaya deposito. Overdraft Bank 1. Terjadi apabila suatu cek ditulis dalam jumlah yang melebihi rekening kas. 2. Dilaporkan dalam kelompok kewajiban usaha dan biasanya ditambahkan ke dalam jumlah yang dilaporkan sebagai hutang usaha. 3. Tidak dioffset terhadap akun kas, pengecualian utamanya adalah apabila kas tersedia pada akun lainnya di bank yang sama dimana overdraft tersebut terjadi. Dalam kasus ini, diperlukan pengoffsetan. Ekuivalen Kas Investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang (a) Segera bisa dikonversi menjadi sejumlah kas yang diketahui, dan (b) Begitu dekat dengan jatuh temponya sehingga resiko perubahan suku bunga tidak signifikn.
Piutang Klasifikasi Piutang Untuk tujuan pelaporan keuangan (financial reporting), maka piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Piutang Lancar (Current Receivables) Piutang ini juga disebut sebagai piutang jangka pendek, karena piutang jenis ini diharapkan akan dapat tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan (tergantung mana jangka waktu yang lebih panjang). 2. Piutang Tidak Lancar (Non Current Receivables) Piutang ini juga disebut sebagai piutang jangka panjang, karena sifatnya yang merupakan kebalikan dari piutang jangka pendek.. Sedangkan untuk kepentingan penyusunan neraca, maka piutang selanjutnya diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Piutang Dagang (Trade Receivables) Merupakan jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. 2. Piutang Usaha (Accounts Receivables) Merupakan janji lisan dari pihak pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. 3. Piutang Non Dagang (Non Trade Receivables) Merupakan jenis piutang yang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu. Pengakuan Piutang Usaha Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchage price) adalah jumlah yang terhutang dari debitor (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur (invoice). Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah (1) ketersediaan diskon (diskon dagang dan diskon tunai) dan (2) lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (elemen bunga). Penilaian Piutang Usaha Setelah mencatat piutang usaha pada nilai nominalnya (jumlah yang akan jatuh tempo), maka seorang staf akuntansi akan menghadapi masalah mengenai penyajian laporan keuangan, yaitu pelaporan piutang yang melibatkan mengenai klasifikasi (melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar), dan penilaian didalam neraca. Penilaian piutang pada dasarnya sedikit lebih kompleks. Piutang jangkapendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas, yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang. Penentuan nilai realisasi bersih ini memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga yang diberikan.