Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Trade Organization (WTO) Pada tanggal 23 Oktober 1947, sebanyak
23 negara anggota delegasi komite persiapan pada dewan ekonomi dan sosial PBB
(ECOSOC/Economic and Social Council) menyiapkan bahan tentang Piagam
Organisasi Perdagangan Internasional (Internasional Trade Organization/ITO)
(dimana piagam ini sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan ketentuan-
ketentuan atau aturan-aturan dalam perdagangan dunia, dan bertujuan memuat aturan-
aturan ketenaga kerjaan (employment), persetujuan komoditi, praktik-praktik restriktif
(pembatasan) perdagangan, penanaman modal internasional dan jasa)
menandatangani Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT/General
Agreement Tarrif and Trade). Perjanjian ini merumuskan 45.000 item tarif dengan
nilai 10 milyar Dollars AS (Rudy, 2002: 43).
Pertemuan penting diselenggarakan di Jenewa dari bulan April sampai
November 1947. Dari tanggal 10 April sampai dengan 22 Agustus, panitia persiapan
melanjutkan tugasnya membuat rancangan piagam ITO. Sementara panitia
melaksanakan tugasnya, dan dari tanggal 10 Aopril Oktober sampai 30 Oktober,
perundingan-perundingam bilateral berlangsung antarnegara-negara anggota komisi,
antara lain, Brazil, Burma, Ceylon, Pakistan dan Rhodesia Selatan (Adolf, 2005: 14).
Hasil perundingan mengenai konsesi timbal balik di bidang tarif (reciprocal
tarrif concession) dicantumkan ke dalam GATT yang ditandatangani pada 30
Oktober 1947. Hasil perundingan tersebut berisi pula suatu kodifikasi sementara
mengenai hubungan-hubungan pedagangan di antara negara-negara penandatanganan.
Bedasarkan persyaratan-persyaratan protokol tanggal 30 Oktober 1947, GATT yang
beranggotakan 23 negara sebagai pendirinya, termasuk Cina, Perancis, Inggris, dan
2

Amerika Serikat (Rudy, 2002: 43), ditetapkan sebagai suatu kesepakatan sementara
sejak tanggal 1 Januari 1948 hingga berlakunya ITO (Adolf, 2005: 14-15).
Namun, sampai dengan pertengahan tahun 1950-an, negara-negara peserta
menemui kesulitan dalam meratifikasinya. Hal ini disebabkan karena negara-negara
waktu itu tidak memiliki keinginan politis untuk menerima atau mertifikasi Piagam.
Amerika Serikat, pelaku utama perdagangan dunia, pada tahun 1958, menyatakan
bahwa negaranya tidak akan meratifikasi Piagam tersebut. Sejak itu pulalah ITO
secara efektif menjadi tidak berfungsi sama sekali (Adolf, 2002: 15).
Meskipun tidak berfungsi, dan minimnya negara-negara yang meratifikasi
ITO, tidak menyebabkan GATT menjadi tidak berlaku. Para perunding GATT
mengeluarkan suatu perjanjian internasional baru yaitu the Protocol of Provisional
Application, yaitu suatu protokol (perjanjian) yang memberlakukan GATT untuk
sementara (provisional) (Adolf, 2005: 15-16).
Terlepass dari keberhasilan yang telah dicapainya, GATT dipandang tetap
memiliki beberapa kekurangan sehingga mengurangi efektivitas sebagai sebuah
mekanisme yang dimaksudkan untuk memperlancar perdagangan internasional
(Jackson, di dalam Hadiwinata, 2002: 73).
Menyadari pelbagai persoalan yang dapat menghambat fungsi GATT sebagai
sebuah mekanisme pengatur perdagangan internasional, beberapa anggota
mengusulkan reformasi mendasar bahkan penggantian GATT dengan sebuah
mekanisme baru yang lebih mengikat dan memiliki status hukum yang lebih jelas.
Pada bulan Desember 1991, para perunding Putaran Uruguay menyusun sebuah
rancangan tentatif untuk menggantikan GATT yang dikenal dengan sebutan MTO
(Multilateral Trade Organization). Pada bulan Desember 1993 rancangan itu lebih
dimatangkan lagi, dan sebuah istilah baru yakni WTO (World Trade Organization)
mulai diperkenalkan (Hadiwinata, 2002: 73).
Deklarasi Marrakesh (Marrakesh Declaration) yang merupakan pernyataan
dari 124 negara yang hadir dalam pertemuan tingkat menteri di Marrakesh, Maroko
3

pada 12 sampai 15 April 1994 mendukung hasil-hasil dari Uruguay Round yakni
bagian kedelepan putaran perdagangan internasional di bawah GATT yang dimulai di
Punta del Esta, Uruguay pada 1987 berakhir Desember 1995 dan diikuti oleh 117
negara anggota GATT. Hasil dari Uruguay Round adalah pembentukan organisasi
perdagangan yang akan menggantikan GATT, yakni WTO. Dan WTO secara resmi
berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 (Cano, Guiomar Alonso, dkk. (eds), 2005: 38-
39).
Dan baru baru ini WTO digelar di bali tepat nya pada tanggal 3-6 Desember
2013 di Nusa Dua, yang jadwal penutupan mundur 1 hari menjadi tanggal 7
Desember 2013, Para Delegasi untuk pertemuan organisasi perdagangan sedunia
WTO di Bali telah menyetujui kesepakatan perdagangan global untuk pertama kali
sejak organisasi itu didirikan pada tahun 1995.
Paket Bali akhirnya disepakati dalam pertemuan organisasi perdagangan
dunia (WTO) di Nusa Dua Bali pada Sabtu (7/12) siang. Paket Bali disepakati setelah
terjadi negosiasi antara negara maju dengan negara miskin dan berkembang, yang
menyebabkan penutupan pertemuan WTO sempat tertunda.
Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo meneteskan air mata dalam upacara
penutupan KTT hari Sabtu, dan mengatakan, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
WTO akhirnya menghasilkan.
1


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil WTO yang di lakukan di Bali pada tanggal 3 -7
Desember 2013 dan berapa negara yang hadir dalam perundingan WTO
ini?
2. Keputasan meeting WTO apa saja yang berkaitan dengan investasi?




1
http://www.voaindonesia.com/content/wto-capai-kesepakatan-perdagangan-global/1805665.html.
diakses pada tanggal 14 desember 2013
4

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Hasil keputusan WTO yang di lakukan di Bali dan anggota yang
hadir dalam pertemuan WTO
Hasil WTO yang di lakukan di Bali pada tanggal 3 -7 Desember 2013 dan
berapa negara yang hadir dalam perundingan WTO ini adalah:
Paket Bali terdiri dari sektor-sektor berikut:
Perjanjian Bantuan Dagang
Keamanan pangan di negara berkembang
Perlakuan untuk negara berkembang
Paket ini meliputi penurunan tarif impor dan subsidi pertanian, sehingga
negara-negara berkembang mudah bersaing dengan negara-negara maju di pasar
global. Negara maju akan menghapus batasan impor produk pertanian dari negara
berkembang dan tidak lagi membebankan tarif terhadap jumlah produk pertanian
yang melebihi batasan impor, tetapi masih dibolehkan melakukan impor hasil tani
tanpa batas. Target penting lainnya adalah reformasi birokrasi dan formalitas bea
cukai untuk membantu kemudahan perdagangan.
2

Meski negosiasi bertujuan menghasilkan perjanjian universal dan multilateral
tanpa pengecualian, India berhasil mengajukan pengecualian terhadap program
subsidi pertaniannya dengan mengancam akan menjegal perundingan ini. Akan tetapi,
negara tersebut harus menyetujui batasan yang ditentukan


2
http://id.wikipedia.org/wiki/Paket_Bali di akses pada tanggal 14 Desember 2013
5

Dalam pertemua WTO di Bali ini keanggotaan negara-negara World Trade
Organization (WTO) yang hadir berjumlah 159 anggota negara-negara dan
bertambah, Yaman akhirnya menjadi anggota yang ke-160 WTO. Sebelumnya,
Aljazair sempat ingin menjadi anggota WTO ke-160 pada tahun depan.
Menurut catatan WTO, para anggota Kelompok Kerja Keanggotaan Yaman
pada tanggal 26 September 2013 telah menyetujui semua persyaratan bagi Yaman
untuk bisa masuk menjadi anggota WTO.
Pada pertemuan tingkat menteri di Bali paket keanggotaan Yaman telah
disampaikan kepada para menteri yang akan menyetujui secara resmi keanggotaan
Yaman. Yaman akan punya waktu sampai dengan 2 Juni 2014 untuk menandatangani
paket keanggotaan tersebut.
Yaman telah mengajukan permintaan menjadi angggota WTO pada tanggal 12
April 2000. Sejak masuk menjadi anggota, Yaman telah berjanji akan mematuhi
semua ketentuan WTO tentang wilayah asal, inspeksi sebelum pengapalan, anti-
dumping, kompensasi dan langkah-langkah pengamanan, pembatasan ekspor, subsidi,
langkah-langkah investasi yang terkait dengan perdagangan, zona bebas, dan
perdagangan preferensial di bawah perjanjian bilateral, regional dan perjanjian-
perjanjian lainnya
3


2. 2. Keputasan meeting WTO yang berkaitan dengan investasi
Keputusan yang Diambil WTO dalam kepentingan investasi adalah
PERSETUJUAN TENTANG KETENTUAN DI BIDANG PENANAMAN
MODAL YANG TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN yang dimana para


3
http://finance.detik.com/read/2013/12/04/182444/2432719/4/salip-aljazair-yaman-jadi-
negara-anggota-wto-ke-160 di akses pada tanggal Desember 2013
6

anggota, Menteri telah mencapai kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam
Deklarasi Punta del Este bahwa sebagai tindak lanjut atas pengamatan terhadap
pelaksanaan aturan-aturan PUTP yang berkaitan dengan pembatasan-pembatasan dan
gangguan perdagangan sebagai dampak dari ketentuan peraturan penanaman modal,
perundingan harus menjabarkan lebih lanjut aturan-aturan yang diperlukan untuk
menghindari terjadinya pembatasan dan gangguan perdagangan bebas
Bertekad untuk memacu perkembangan dan liberalisasi yang progresif dari
perdagangan dunia dan memudahkan arus penanaman modal antar negara dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari semua mitra dagang, khususnya
negara-negaraanggota yang tergolong negara berkembang dengan menjamin adanya
persaingan bebas
Mengingat kebutuhan, terutama di bidang perdagangan, pembangunan dan
keuangandari negara-negara anggota yang tergolong negara berkembang, negara
berkembang yang masih terkebelakang Menyadari bahwa aturan-aturan penanaman
modal tertentu dapat mengakibatkan pembatasan dan gangguan terhadap
perdagangan
4











4
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_category
_id=4 &news_sub_category_id=1 di akses pada tanggal 14 Desember 2013
7

BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
WTO memiliki berbagai kesepakatan perdagangan yang telah dibuat, namun
kesepakatan tersebut sebenarnya bukanlah kesepakatan yang sebenarnya. Karena
kesepakatan tersebut adalah pemaksaan kehendak oleh WTO kepada negara-negara
untuk tunduk kepada keputusan-keputusan yang WTO buat.
Privatisasi pada prinsip WTO memegang peranan sungguh penting.
Privatisasi berada di top list dalam tujuan WTO. Privatisasi yang didukung oleh
WTO akan membuat peraturan-peraturan pemerintah sulit untuk mengaturnya. WTO
membuat sebuah peraturan secara global sehingga penerapan peraturan-peraturan
tersebut di setiap negara belum tentulah cocok. Namun, meskipun peraturan tersebut
dirasa tidak cocok bagi negara tersebut, negara itu harus tetap mematuhinya, jika
tidak, negara tersebut dapat terkena sanksi ekonomi oleh WTO.
Negara-negara yang tidak menginginkan keputusan-keputusan yang dirasa
tidak fair, tetap tidak dapat memberikan suaranya. Karena pencapaian suatu
keputusan dalam WTO tidak berdasarkan konsensus dari seluruh anggota. Merupakan
sebuah rahasia umum bahwa empat kubu besar dalam WTO (Amerika Serikat,
Jepang, Kanada, dan Uni Eropa) lah yang memegang peranan untuk pengambilan
keputusan. Pertemuan-pertemuan besar antara seluruh anggota hanya dilakukan untuk
mendengarkan pendapat-pendapat yang ada tanpa menghasilkan keputusan, negara-
negara besar yang umumnya negara maju dan memiliki kepentingan pribadi untuk
memperbesar cakupan perdagangannya. Negara-negara berkembang tidak dapat
mengeluarkan suara untuk pengambilan keputusan.
8

Namun pada pertemuan WTO di Bali yang dilakukan baru-baru ini, negara
berkembang mempunyai suara penting dan membuat suatu keputusan yang di sebut
paket bali, paket bali ini bisa di sebut menguntungkan negara-negara berkembang
karena negara-negara berkembang mudah bersaing dengan negara-negara maju di
pasar global. Negara maju akan menghapus batasan impor produk pertanian dari
negara berkembang dan tidak lagi membebankan tarif terhadap jumlah produk
pertanian yang melebihi batasan impor, tetapi masih dibolehkan melakukan impor
hasil tani tanpa batas.

Anda mungkin juga menyukai