JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG 2009 PENGARUH PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcumae domesticae Val.) TERHADAP TOTAL BAKTERI Eschericia coli dan Salmonella PADA TAHU
SKRIPSI
Diajukan Kepada : Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh: SALEHURRAHMAN NIM: 03520036
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG 2009 PENGARUH PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcumae domesticae Val.) TERHADAP TOTAL BAKTERI Eschericia coli dan Salmonella PADA TAHU
SKRIPSI
Oleh: SALEHURRAHMAN NIM. 03520036
Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing Agama
Ir. Lilik Harianie. AR. MP NIP. 150 290 059
Pada Tanggal: 09 Januari 2009 Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi
Dr. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si NIP. 150 299 505 PENGARUH PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcumae domesticae Val.) TERHADAP TOTAL BAKTERI Eschericia coli dan Salmonella PADA TAHU
SKRIPSI
Oleh: SALEHURRAHMAN NIM. 03520036
Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing Agama
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagim (Q.S. al-Baqarah: 168).
Manusia bijak adalah manuasia yang cinta sekaligus takut kepada Tuhan. Nilai hakiki manusia tidak pernah terselib di antara warna kulitnya, agamanya, suku atau keturunannya, melainkan pada ilmu pengetahuan dan perilakunya (Khalil Gibran).
Kesuksesan seseorang bukan di ukur dari seberapa banyak materi atau harta yang ia dapatkan (miliki) akan tetapi dari seberapa banyak kepuasan atau jeripayah yang telah telah telah telah ia kerjakan Pengalaman adalah guru yang tidak pernah berbohong (Penulis).
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah...
Setiap langkah menjadi anugrah tersendiri untukku, terima kasih ya Allah...karya ini akan aku persembahkan Kepada Bapak Ibundaku serta Adikku terkasih, tersayang, yang selalu memberikan siraman air kasih dan sayang untuk keberhasilan sang buah hati tercinta...
Seseorang yang menjadi tempat mengadu, mencurahkan segala rindu, berkeluh resah setiap waktu dan kelak menjadi pendamping hidupku. Insya Allah... KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Syukur Alhamdulillah merupakan ucapan pertama penulis buat sang pencipta segala-Nya, dengan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya serta Inayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Perasan Rimpang Kunyit (Curcumae domesticae. Val) Terhadap Total Bakteri Eschericia coli dan Salmonella Pada Tahu ini dapat terselesaikan dengan lancar. Tak lupa penulis ucapkan Sholawat dan Salam kepada manusia pilihan yang selalu menjadi panutan bagi mahluk seluruh alam yaitu Nabi Kita Muhammad SAW, Nabi penutup zaman yang telah berhasil mengangkis kita dari balik lumpur yang penuh kegelapan menuju lentera yang terang benderang yakni hadirnya Agama Islam yang selama ini kita akui kebenarannya. Penelitian yang dilakukan penulis dilatarbelakangi dengan meningkatnya kebutuhan gizi protein masyarakat di Indonesia. Tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi kelas menengah kebawah. Hal ini adalah salah satu alasan para produsen untuk membuat tahu yang mereka produksi mempunyai kualitas baik, dari segi kenampakan, rasa dan daya simpan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas produksi dan masa simpan tahu, tidak jarang para pengusaha menggunakan jalan pintas, dengan pemakaian formalin yang berakibat buruk pada kesehatan (keracunan). Untuk itu, penulis mencoba memberikan solusi mengenai pengawetan tahu yang alami dan aman dikonsumsi, yaitu dengan menggunakan rimpang kunyit (Curcumae domesticae. Val). Sebuah karya sebenarnya sangat sulit dikatakan sebagai usaha satu orang tanpa bantuan orang lain, begitu pula dengan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dorongan dan sumbangsih pemikiran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., D.Sc, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Dr. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si, selaku Ketua Jurusan (Kajur) Biologi. 4. Ir. Liliek Harianie AR, selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam skripsi ini. 5. Bapak Ach. Nachihuddin, M. A, selaku pembimbing agama yang telah membimbing sekaligus mengarahkan dalam pembuatan skripsi ini. 6. Dr. Dra. Ulfah Utami, M. Si, selaku penguji skripsi sekaligus pemberi arahan demi tercapainya penulisan skripsi ini dengan baik. 7. Amalia Fitri, M. Si. Selaku dosen mikrobiologi yang memberikan motivasi dan bimbingan selama penulisan skripsi ini. 8. Bapak Suyono, M. Si, selaku koordinator Laboratorium Biologi terimakasih atas saran dan kerjasamanya. 9. Bapak Romaidi, M. Si, selaku dosen Biologi yang selalu memberikan bimbingan dengan sabar dan ikhlas, semoga Allah menggantinya. amien 10. Seluruh Dosen Biologi serta Staf pegawai kantor Jurusan Biologi yang telah membantu dan memberikan selama penyusunan skripsi ini. 11. Ayahanda dan Ibunda tercinta, serta mbak-Q (alm) adik-Q tersayang, yang sepenuh hati memberikan motivasi maupun materi serta ketulusan doanya sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. 12. Cicik Rosyidah, Maratun Sholihah, Linda Inayati, Aniswarinda, Neli, atas ketulusan hatinya untuk selalu bersedia menemani berdiskusi, memberikan sumbangsih pemikiran serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman-teman chemistry 2003 yang memberikan masukan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Good luck 14. Teman-teman JOKER (Abd. Qodir Muslim, Aziz, M. Taufiq) atas segala bantuan dan motivasinya, serta teman-teman yang belum bisa saya sebutkan satu-persatu. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif secara nyata bagi Masyarakat pada umumnya dan Mahasiswa pada khususnya. Keterbatasan penulis menjadikan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif selalu penulis harapkan demi sempurnanya penulisan selanjutnya.
Malang 10 Januari 2009
Penulis DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 01 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 04 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 04 1.4 Hipotesa Penelitian............................................................................... 05 1.5 Batasan Masalah................................................................................... 05 1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 06 1.7 Penegasan Istilah.................................................................................. 06
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Tahu Secara Umum.............................................................. 07 2.2 Bahan Baku Pembuatan Tahu ............................................................ 11 2.2.1 Kedelai ..................................................................................... 11 2.2.2 Bahan Penggumpal ................................................................... 13 2.2.3 Air Bersih................................................................................. 14 2.2.4 Bahan Pelunak.......................................................................... 14 2.2.5 Garam....................................................................................... 15 2.3 Komposisi Kimia Tahu...................................................................... 15 2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tahu....................................... 16 2.5 Kerusakan Pada Tahu ....................................................................... 17
2.6 Faktor Penentu Daya Tahan Tahu..................................................... 18 2.7 Pengawetan Tahu Yang Digunakan .................................................. 20 2.7.1 Pengawetan Dengan Perendaman ............................................. 20 2.7.2 Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Val.) .......................... 21 2.8 Tinjauan Bahan Antimikroba............................................................. 27 2.9 Mekanisme Kerja Antimikroba......................................................... 28 2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Antimikroba........................ 31 2.11 Bakteri Enteropatogenik .................................................................. 33 2.11.1 E. coli ..................................................................................... 33 2.11.2 Salmonella.............................................................................. 35 2.12 Tinjauan Islam Tentang Makanan.................................................... 38
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 42 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 44 3.3 Alat dan Bahan Penelitian..................................................................... 46 3.3.1 Alat-alat ...................................................................................... 46 3.3.2 Bahan-bahan ............................................................................... 47 3.4 Cara Kerja Penelitian............................................................................ 47 3.4.1 Sterilisasi .................................................................................... 47 3.4.2 Preparasi Rimpang Kunyit .......................................................... 48 3.4.3 Pengujian Perasan Kunyit Terhadap Bakteri Uji.......................... 48 3.4.4 Penumbuhan Bakteri E. coli (metode tuang/pour plat) ............. 49 3.4.5 Penumbuhan Bakteri Salmonella (metode tuang/pour plat) ...... 51 3.5 Pengamatan.......................................................................................... 52 3.6 Analisa Data......................................................................................... 53
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Total Bakteri E. coli ............................................................................. 56 4.2 Perbedaan Total Bakteri E. coli Yang Tumbuh Pada Media Agar ......... 58 4.2.1 Perbedaan Total Bakteri Bakteri E. coli Untuk Faktor Variasi Konsentrasi Dan Lama Perendaman................................ 58 4.2.2 Perbedaan Total Bakteri E. coli untuk Faktor Variasi Konsentrasi..................................................................... 62 4.3 Perbedaan Total Bakteri E. coli Untuk Lama Perendaman .................... 64 4.4 Total Bakteri Salmonella ...................................................................... 67 4.5 Perspektif Islam Tentang Pengawetan Makanan (tahu dan lain-lain) Dengan Menggunakan Bahan Alami...................................... 68
BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 73 5.2 Saran .................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 75 LAMPIRAN......................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman Tabel 2.1. Syarat Mutu Tahu.................................................................................. 10 Tabel 2.2. Kandungan Unsur Gizi Kedelai ............................................................. 11 Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Tahu Dalam 100 gram............................................ 16 Tabel 2.4. Senyawa Dalam Minyak Atsiri .............................................................. 24 Tabel 2.5. Kandungan Tiap 100 gram Kunyit......................................................... 25 Tabel 2.6. Total Warna Senyawa Kurkuminoid Dalam Rimpang Kunyit ................ 26 Tabel 4.1. Rerata Bakteri E. coli Mulai Hari ke-1 Sampai Hari ke-6 Dengan Konsentrasi 0%, 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9% Pada Tahu............. 57 Tabel 4.2. Ringkasan Anova Untuk Interaksi Antara Lama Perendaman dan Variasi Konsentrasi Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu ............................................................ 59 Tabel 4.3. Uji Jarak Duncan Untuk Interaksi Antara Variasi Konsentrasi dan Lama Perendaman Bakteri E. coli Pada Tahu ................................. 59 Tabel 4.4. Ringkasan Anova Pengaruh Variasi Konsentrasi Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu .................. 62 Tabel 4.5. Uji Jarak Duncan Variasi Konsentrasi Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu ................................. 63 Tabel 4.6. Ringkasan Anova Variasi Lama Perendaman Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu .................. 65 Tabel 4.7. Uji Jarak Duncan Variasi Lama Perendaman Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Pertumbuhan Bakteri E. coli Pada Tahu...... 65 DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman Gambar 2.1. Morfologi Tanaman Kunyit (Curcumae domestica. Val).................... 22 Gambar 2.2. Rimpang Kunyit (Curcumae domestica. Val)..................................... 23 Gambar 2.3. Struktur Komponen Kurkumin........................................................... 25 Gambar 2.4. Struktur Kimia Kurkumin .................................................................. 27 Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Perasan Rimpang Kunyit ................. 48 Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Perlakuan (pengawetan) Terhadap Bakteri Uji... 49 Gambar 3.3. Diagram Alir Penghitungan Bakteri E. coli ........................................ 50 Gambar 3.4. Skematis Isolasi dan Penumbuhan Salmonella ................................... 52 Gambar 4.1. Bakteri E. coli Pada Tahu .................................................................. 55 Gambar 4.2. Bakteri Salmonella Pada Tahu ........................................................... 56 Gambar 4.3. Grafik Total Bakteri E. coli Pada Tahu Dengan Variasi Konsentrasi dan Lama Perendaman Yang Berbeda................................................ 58 Gambar 4.4. Variasi Lama Perendaman Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Pertumbuhan Bakteri E. coli Pada Tahu ............................. 66 Gambar 4.5. Total Bakteri Salmonella Pada Hari ke-5 dan ke-6 Pada Tahu............ 67 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman Lampiran 1. Penghitungan Total Bakteri E. coli dan Salmonella Pada Tahu........... 79 Lampiran 2. Penghitungan Total Bakteri E. coli dan Salmonella Tahu (cfu/ml)...... 87 Lampiran 3. Perhitungan Analisis Anava Ganda Dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) ................................................................................. Lampiran 4. Gambar Hasil isolasi bakteri E. coli Pada Media NA (Natrium Agar) dan hasil isolasi bakteri Salmonella (LB SS-Agar ........................ 83
ABSTRAK
Salehurrahman, 2009. Pengaruh Perasan Rimpang Kunyit (Curcumae domesticae. Val) Terhadap Total Bakteri Eschericia coli dan Salmonella Pada Tahu. Skripsi Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing I: Ir. Lilik Harianie, AR. MP. Pembimbing II: Ach. Nasichuddin, M.Ag.
Kata Kunci : Tahu (tofu), E. Coli, Salmonella, Kunyit.
Teknologi pengawetan makanan dengan menggunakan bahan kimia sintetik seperi formalin telah menyebabkan masalah gangguan pada kesehatan manusia. Untuk itu perlu dilakukan upaya atau teknik mengawetkan makanan dengan menggunakan bahan alami seperti menggunakan kurkumin. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pengaruh variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap cemaran mikroba (E. coli dan Salmonella) pada tahu; (2) untuk mengetahui pengaruh lama perendaman rimpang kunyit (Curcumae domesticate Val.) terhadap cemaran mikroba (E. coli dan Salmonella) pada tahu; (3) untuk mengetahui interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap cemaran mikroba (E. coli dan Salmonella) pada tahu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari dua faktor dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (0%, 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9%). Faktor kedua adalah lama perendaman (1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari). Data yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan total bakteri (E. coli dan Salmonella) pada tahu. Data yang diperoleh dianalis dengan menggunakan Anova Ganda dengan taraf signifikan 7%, apabila terdapat pengaruh, dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (Curcumae domestica Val.) terhadap cemaran mikroba E. coli dimana konsentrasi 7 % perasan kunyit menunjukkan rerata total pertumbuhan bakteri E. coli yang paling sedikit yakni 48.55 cfu/ml. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat pengaruh variasi lama perendaman rimpang kunyit (Curcumae domesticate Val.) terhadap cemaran mikroba E. coli pada tahu dimana lama perendaman 48 jam (2 hari) ternyata paling efektif dalam mencegah pertumbuhan bakteri E. coli yakni sebesar 55.11 cfu/ml. Terdapat interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit kunyit (Curcumae domestica Val.) terhadap cemaran mikroba E. coli dimana konsentrasi 7 % dengan lama perendaman 1 hari merupakan interaksi terbaik yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri E. coli dengan rata-rata 12,67 cfu/ml. Sedangkan pada Salmonella tidak dikuantifikasi karena pada hari ke 1 sampai ke 4 belum tumbuh pada tahu. ABSTRACT
Salehurrahman, 2009. The Effect Curcuma domestica Rhizome Extract on E. coli and Salmonella in Tohu. Thesis: Biology Department. Science and Technology Faculty- The State Islamic University of Malang. Advisor I: Ir. Lilik Harianie, AR. MP. Advisor II: Ach. Nasichuddin, M.Ag.
Kata Kunci : Tahu (tofu), Bacteria, E. Coli, Salmonella, Curcuma domestica.
The technique in food saving with using chemical synthetically compound like formaldehyde had affected negative effect on man healthy. So, the precise technique must be introduced to save food with using natural product like antibacterial plants. The aims of this research are: (1) to know the effect of concentration variations of Curcuma domestica rhizome extract on E. coli and Salmonella in Tahu food (2) to know the effect of soaking stripper variations of Curcuma domestica rhizome extract on E. coli and Salmonella in Tahu food; and (3) to know the interaction effect of concentration and soaking stripper variations of Curcuma domestica rhizome extract on E. coli and Salmonella in Tahu food This research had been conducted with using completely randomized design compiled with two factor and three replication. The first factor is concentration variations of Curcuma domestica rhizome extract (0%, 1%, 3%, 5%, 7% and 9%) the second factor is soaking stripper variations of Curcuma domestica rhizome extract ((1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari). Data is analyze with Two Way ANOVA with significance 95 %. If there is effect of curcuma extract, the date is analyzed with Duncan Test. The research shows that there is effect of concentration variations of Curcuma domestica rhizome extract on E. coli growth which 7 % extract is very effective concentration in inhibiting the growth of E. coli with low rate total of bacteria: 48.55 cfu/ml. The soaking stripper variations also affect on E. coli growth which 2 days of soaking stripper is most effective in inhibiting the growth of E. coli with low rate total of bacteria: 55.11 cfu/ml. The research also shows that there are interaction between concentration and soaking stripper variations on E. coli which 7 % extract combined with 1 days of soaking stripper is most effective in inhibiting the growth of E. coli with low rate total of bacteria: 12,67 cfu/ml. The effect of Curcuma domestica rhizome extract on Salmonella is not quantified because Salmonella is not growth till the fourth day, Salmonella grows very rapidly at the fifth and the sixth day.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tahu merupakan produk kedelai yang paling penting di Negara Asia karena dapat memenuhi kebutuhan gizi protein masyarakat (Estiasih, 2005). Menurut Suprapti (2005), tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir setiap hari dijumpai dalam menu keluarga. Tahu merupakan makanan yang terbuat dari kedelai yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan zat-zat mineral seperti kalium, pospor, magnesium, serta vitamin B (Kastyanto, 1999). Selain memiliki kelebihan, tahu juga mempunyai kelemahan, yaitu kandungan airnya yang tinggi (80%-88%) sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba (Mudjajanto, 2005). Selain itu kandungan protein yang cukup tinggi pada tahu juga menyebabkan tahu termasuk produk yang mudah atau cepat busuk (Sarwono dan Saragih, 2003). Menurut Fouad and Hegeman (1993), penyebab kerusakan/busuk tahu karena adanya kontaminan yang pada umumnya adalah bakteri. Semua bakteri kontaminan pada tahu bersifat proteolitik (memecah protein), termasuk bakteri Asam laktat, Enteric bacteria dan Pseudomonas spesies juga tergolong proteolitik. Tahu diketahui juga mempunyai kandungan gula yaitu sebesar 3%, ketika bakteri selesai memetabolisme gula, maka bakteri menggunakan protein sebagai substrat untuk pertumbuhannya. Kapang juga dimungkinkan tumbuh karena suhu di Indonesia yang optimum bagi pertumbuhan berbagai mikroba (Suprapti, 2005). Tahu yang disimpan dalam suhu ruang tanpa pengawet hanya mampu bertahan selama 12 jam (Nuryasin, 2006). Sejalan dengan meningkatnya konsumsi tahu di masyarakat maka mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan tahu yang banyak dijumpai di setiap kota di Indonesia, salah satunya Kota Malang. Untuk memperpanjang masa simpan, kebanyakan industri tahu yang ada di Indonesia menambahkan bahan pengawet. Bahan pengawet yang ditambahkan tidak terbatas pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang nakal dengan menambahkan formalin. Hal ini sejalan dengan firman Allah STW dalam Al-Quran, yang berbunyi: ! l2 < =L9 39 l. . `=L Artinya: Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (Q.S. At-Taubah: 70).
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa penyebab berbagai penyakit di dunia ini sebenarnya bukan disebabkan oleh Allah. Akan tetapi manusia sendirilah yang telah berbuat aniaya terhadap diri atau saudara mereka sendiri sehingga menyebabkan kebinasaan bagi manusia. Sebagaimana diketahui formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Menurut (Mudjajanto, 2005) jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang mengakibatkan keracunan pada tubuh. Allah SWT tidak segan-segan dalam Al-Quran mengancam orang-orang yang berbuat aniaya sebagaimana dalam firman-Nya: !% ! =L . ,- . ` <| , ,-` !,s 3 Artinya: Berkata Dzulkarnain "Adapun orang yang aniaya, Maka kami kelak akan mengazabnya, Kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya (Q.S. Al-Kahfi: 87).
Meningkatnya penggunaan formalin untuk memperpanjang daya simpan tahu, menimbulkan resiko yang berbahaya mengingat formalin bukan pengawet makana, maka diperlukan penggunaan bahan pengawet yang aman dan efisien dalam menjaga keawetan tahu. Upaya penghambatan pertumbuhan bakteri, dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan bahan penghambat yang aman dan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai fungsi sebagai anti bakteri adalah kunyit. Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia yaitu minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Akar kunyit juga mengandung pati getah yang terdiri dari kurkumin (zat berwarna kuning) turmeron, zingibern, turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan aroma dan wangi pada kunyit) lemak, pati dan damar (Agusta, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thakare (2004) tentang efek anti bakteri dari beberapa familia Zingiberaceae yaitu Curcuma longa dan Zingiber officinale menunjukkan bahwa pada konsentrasi 5% 10% ternyata cukup efektif dengan lama perendaman 1 4 hari dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, S. typhimurium, E. faecium, atau E. faecalis. Dari penelitian tersebut juga diketahui bahwa organ tumbuhan yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri di atas adalah bagian rimpang. Hal ini disebabkan adanya senyawa kimia berupa curcuminoid yang terdapat dalam rimpang Curcuma longa dan zingiberen dalam Zingiber officinale. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis berinisiatif menggunakan anggota dari familia Zingeberaceae lainnya yaitu kunyit (Curcuma domestica) untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Adakah pengaruh variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu? b. Adakah pengaruh lama perendaman rimpang kunyit (Curcumae domesticate Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu? c. Adakah interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu?
1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu. b. Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman rimpang kunyit (Curcumae domesticate Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu. c. Untuk mengetahui interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu.
1.4 Hipotesis Penelitian a. Ada pengaruh variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu. b. Ada pengaruh lama perendaman rimpang kunyit (Curcumae domesticate Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu. c. Ada interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit (Curcumae domesticae Val.) terhadap total bakteri E. coli dan Salmonella pada tahu.
1.5 Batasan Masalah Untuk mendapatkan penelitian yang lebih terarah, maka penelitian ini perlu dibatasi sebagaimana berikut: a. Bagian kunyit yang digunakan adalah rimpang. b. Variasi konsentrasi yang digunakan, yaitu: 0%, 1%, 3%, 5%, 7%, 9%. c. Lama perendaman 1 hari (24 jam), 2 hari (48 jam), 3 hari (72 jam), 4 hari (96 jam), 5 hari (120 jam), dan 6 hari (144 jam). d. Jenis mikroorganisme yang diamati : total E. coli dan Salmonella. e. Suhu dalam penelitian ini dibuat sama (suhu kamar). f. Tahu yang digunakan diperoleh langsung dari pengolahan tahu segar (UKM tahu Guyup Rukun Lowokwaru, Kelurahan Kendalsari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang).
1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Memberikan tambahan ilmu di bidang biologi, salah satunya matakuliah mikrobiologi. 2. Bagi Umum Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh perasan rimpang kunyit terhadap lama penyimpanan tahu yang aman bagi kesehatan.
1.7 Penegasan Istilah a. Daya antimikroba adalah kemampuan suatu zat untuk mencegah pertumbuhan atau aktifitas metabolisme mikroba. b. Daya hambat ialah kemampuan suatu substansi untuk menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tahu Secara Umum Kata tahu berasal dari China tao-hu, teu-hu atau tokwa. Kata tao atau teu berarti kacang. Untuk membuat tahu menggunakan kacang kedelai (kuning, putih), sedangkan hu atau kwa artinya rusak atau hancur menjadi bubur, jadi tahu adalah makanan yang dibuat pakan salah satu bahan olahan dari kedelai yang dihancurkan menjadi bubur (Kastyanto, 1999). Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai. Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari China, seperti halnya kecap, taucu, bakpao dan bakso. Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An yang merupakan seorang bangsawan, anak dari Kaisar Han Gaouzu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han (Kastyanto, 1999). Menurut Suprapti (2005), tahu dibuat dari kacang kedelai dan dilakukan proses penggumpalan (pengendapan). Kualitas tahu sangat bervariasi karena perbedaan bahan penggumpalan dan perbedaan proses pembuatan. Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan serentak diseluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan, semakin banyak air yang dapat dikeluarkan dari gumpalan protein, gumpalan protein itulah yang disebut sebagai tahu. Standar kualitas tahu menurut Suprapti (2005), sebagai berikut : 1. Air Meskipun merupakan komponen terbesar dalam produk tahu, yaitu meliputi (80% - 85%), namun air tidak ditetapkan sebagai karakteristik dalam penentuan kualitas tahu. 2. Protein Komponen utama yang menentukan kualitas produk tahu adalah kandungan proteinnya. Dalam standar mutu tahu, ditetapkan kadar minimal protein dalam tahu adalah sebesar 9% dari berat tahu. 3. Abu Abu dalam tahu merupakan unsur mineral yang terkandung dalam kedelai. Bila kadar abu tahu terlalu tinggi, berarti telah tercemar oleh kotoran, misalnya tanah, pasir yang mungkin disebabkan oleh cara penggunaan batu tahu yang kurang benar. Garam (NaCl) termasuk dalam kelompok abu, namun keberadaan garam dalam produk tahu merupakan hal disengaja dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, daya tahan, dan cita rasa. Selain garam kadar abu yang diperbolehkan ada dalam tahu adalah 1% dari berat tahu. 4. Serat Kasar Serat kasar dalam produk tahu berasal dari ampas kedelai dan kunyit (pewarna). Adapun kadar maksimal serat yang di perbolehkan adalah 0,1% dari berat tahu. 5. Logam Berbahaya Logam berbahaya (As, Pb, Mg, Zn) yang terkandung dalam tahu antar lain dapat berasal dari air yang tidak memenuhi syarat standar air minimum, serta peralatan yang digunakan, terutama alat penggilingan. 6. Zat Pewarna Zat pewarna yang harus digunakan untuk pembuatan tahu adalah pewarna alami (kunyit) dan pewarna yang diproduksi khusus untuk makanan. 7. Bau dan Rasa Adanya penyimpangan bau dan rasa menandakan telah terjadi kerusakan (basi atau busuk) atau pencemaran oleh bahan lain. 8. Lendir dan Jamur Keberadaan lendir dan jamur menandakan adanya kerusakan atau kebusukan. 9. Bahan Pengawet Untuk memperpanjang masa simpan, maka tahu dapat dicampur bahan pengawet yang diizinkan berdasarkan SK Menteri Kesehatan, antara lain: a. Natrium benzoat dengan dosis 0,1%, b. Nipagin dengan dosis maksimal 0,08%, dan c. Asam propeonat dengan dosis maksimal 0,3%. 10. Bakteri Coli Bakteri ini dapat berada dalam produk tahu bila mana dalam proses pembuatannya digunakan air yang tidak memenuhi standar air minum. Departemen perindustrian telah mengeluarkan standar mutu tahu yaitu SNI Nomer. 01-3142-1998. Standar ini meliputi beberapa parameter yang mempengaruhi mutu tahu, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Syarat Mutu Tahu No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan : a. Bau b. Rasa c. Warna d. Penampakan
Normal Normal Putih normal atau kuning normal Normal tidak berlendir dan tidak berjamur 2. Abu % b/b Maksimal 1,0 3. Protein (N x 6,25) % b/b Minimal 9,0 4. Lemak % b/b Minimal 0,5 5. Serat kasar % b/b Maksimal 0,1 6. Bahan tambahan pangan % b/b Sesuai SNI 01-0222-M dan peraturan Ment. Kes No.722/Ment. Kes/per/IX/1988 7. Cemaran arsen mg/kg Maksimal 1,0 8. Cemaran mikroba - E. coli - Salmonella
APM/g /25g
Maksimal 6 Negatif/25 gram Sumber : Departemen Perindustrian (1998).
Menurut Sarwono dan Saragih (2003), kandungan gizi dan protein tahu yang setara dengan daging hewan dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut Tabel 2.2. Kandungan Unsur Gizi Kedelai Kandungan Gizi Jumlah Satuan Energi 442 kalori Air 7,5 gram Protein 34,9 gram Lemak 18,1 gram Karbohidrat 34,8 gram Mineral 4,7 gram Kalsium 227 mg Fosfor 585 mg Zat besi 8 mg Vitamin A 33 mcg Vitamin B 1,07 mg Sumber : Fak. Kedokteran UI, Jakarta 1992 (dalam Suprapti, 2005).
2.2 Bahan Baku Pembuatan Tahu 2.2.1 Kedelai Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar, seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara (Suprapti, 2005). Klasifikasikan kacang kedelai sebagi berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermathopyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Familia : Fabaceae Sub famili : Faboideae Genus : Glycine (L.) Merrl. Spesies : Glycine max Kedelai memiliki kandungan unsur gizi yang relatif tinggi dan lengkap. Kedelai juga mengandung protein dan lemak yang berkualitas tinggi. Disamping itu juga mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup tinggi (Suprapti 2005). Kacang kedelai tidak mengandung kolesterol, sumber yang baik dari isoflavon dan polytochimical yang penting untuk melindungi tubuh melawan serangan penyakit, seperti kanker dan penyakit ginjal, berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol, antioksidan pencegah osteoporosis dan zat imunitas (Arix, 2006). Makanan yang berasal dari kedelai diyakini dapat menurunkan resiko penyakit jantung koroner. Konsumsi makanan yang berasal dari kedelai secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, dan meningkatkan kesehatan arteri (Esti, 2001). Kedelai juga mengandung zat anti gizi dan senyawa penyebab off flavour. Senyawa yang berpengaruh terhadap olahan produk kedelai yaitu: antitripsin, hemoglutinin, asam fitat, oligosakarida, dan penyebab flatubusi. Sedangkan senyawa penyebab off flavour pada kedelai adalah glukosida, saponin, estrogen, dan senyawa penyebab alergi. Dalam pengolahan, senyawa-senyawa tersebut harus dihilangkan atau dinonaktifkan sehingga akan dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi. (Koswara, 1992). Untuk menjadikan kedelai sebagai makanan yang mudah dicerna, maka zat anti gizi diinaktifkan terlebih dahulu dengan perlakuan panas atau pH. Beberapa zat anti gizi tersebut antara lain typsin inhibitor, hemoglutin, rapinosa, stakiosin, asam pitat, saponin, isoflaponoid, dan lifopsigenenase (Estiasih, 2005). 2.2.2 Bahan Penggumpal Bahan penggumpal digunakan untuk mengendapkan protein dan larutan pada sari kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan adalah batu tahu atau siokan (sebagian besar kandungannnya berupa kalsium sulfat), asam cuka, biang tahu, kalsium, sulfat murni, dan glucano-delta-lacton (GDL) (Sarwono dan Saragih, 2003), dan whey Menurut Suprapti (2005) merupakan cairan yang diperoleh selama proses penggumpalan protein dan susu kedelai. Whey tahu hasil pengepresan yang telah didiamkan semalam pada suhu kamar pada umumnya digunakan sebagai koagulan dalam proses pembuatan tahu. Secara tradisional, whey tersebut akan mengalami fermentasi oleh bakteri asam laktat yang dapat menggumpalkan protein kedelai menjadi tahu. whey yang terfermentasi terdiri dari asam laktat, dan asam asetat dalam jumlah kecil sebagai penggumpal jenis ini termasuk golongan asam (Departemen Perindustrian, 1998). Menurut Shurleff and Aoyagi (1984), yang menyatakan bahwa komponen asam yang ada pada whey tahu sebagian besar adalah asam laktat, hal ini desebabkan karena organisme utama yang berkembang biak pada tahu adalah baktri asam laktat seperti Lactobacillus dan Streptococcus lactis. Fouad and Hegeman (1993) menemukan bahwa whey tahu didominasi oleh mikroba kelompok kokus aerob. Actinomyces sp, Bacillus sp, dimana kelompok kokus aerob dapat menghasilkan asam laktat seperti Lactobacillus dan Sterptococus sp. 2.2.3 Air Bersih Proses pembuatan tahu memerlukan air bersih sebanyak sepuluh kali lipat volume bahan baku yang digunakan. Air bersih digunakan dalam kegiatan perendaman kedelai, pencucian bahan dan alat, penggilingan kedelai, pengenceran bubur kedelai dan sebagainya. Air yang digunakan harus memenuhi standar air minum, yaitu bersih, jernih, tidak beraroma, dan tidak mengandung logam berbahaya (Suprapti, 2005). 2.2.4 Bahan Pelunak Tingkat kelemahan hasil penggilingan, kapasitas dan rendemen sangat tergantung pada kondisi atau kemampuan mesin penggiling serta tingkat kelunakan kedelai. Dengan perendaman, kedelai hanya mengembang karena menyerap air, namun tidak menjadi lunak, bahkan dengan perebusan pun dibutuhkan waktu yang relatif cukup lama. Oleh karena itu, untuk melunakkan kedelai diperlukan bahan kimia yang berfungsi sebagai pelunak, yaitu soda kue yang digunakan dengan dosis 5g/10 liter air rendaman (Suprapti, 2005). 2.2.5 Garam Penambahan garam dalam bubur tahu yang akan dicetak menyebabkan tahu menjadi semakin awet dan mempunyai rasa yang lebih lezat (gurih), apalagi bila disertai kepadatan yang cukup tinggi (Suprapti, 2005).
2.3 Komposisi Kimia Tahu Tahu adalah salah satu makanan yang menyehatkan karena mutunya yang tinggi dan setara dengan protein hewani yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh (Mahmud, dkk 1990). Ditilik dari sisi nilai NPU (Net Protein Utility) tahu sebesar 65%, tahu juga mempunyai daya cerna yang tinggi karena serat kasar dan sebagian serat kasar yang berkisar antara 85% - 98%, nilai paling tinggi diantara produk lainnya. Itulah sebabnya produk ini dapat dikonsumsi oleh setiap kelompok umur, termsuk para penderita pencernaan (Sarwono dan Saragih, 2003). Menurut Arixs (2006), tahu kaya akan kandungan phytoestrogen yang berfungsi untuk mencegah menopause dini, ruam panas, penuaan dini dan kanker payudara. Selain itu tahu juga mengandung kalsium dan serat yang dibutuhkan tubuh sehingga mampu menghambat osteoporosis dan penyakit usus lambung. Tahu merupakan makanan bebas kolesterol rendah lemak jenuh, rendah kalori dan natrium, dan merupakan sumber Vitamin B dan mineral. Secara umum makin lunak tahu, makin rendah kandungan protein, kalsium, besi, dan lemak. (Kastyanto, 1999). Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Tahu Dalam 100 gram Kandungan Gizi Jumlah Satuan Air 85 gram Energi 85 kalori Protein 9 gram Lemak 5 gram Jenuh - mono-unsaturated - poly- unsaturated 0,70 1,00 2,90 gram gram gram Karbohidrat 3 gram Kalsium 108 mg Fosfor 151 mg Besi 2,30 mg Potaneum 50 mg Sodium 8 mg Sumber : Fak. Kedokteran UI, Jakarta 1992 (dalam Suprapti, 2005).
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tahu Menurut Suprapti (2005) beberapa hal yang mempengaruhi kualitas tahu antara lain: 1. Tingkat Kepadatan Pembuatan tahu padat (dimampatkan) seperti tahu Kediri, memerlukan bahan yang jauh lebih banyak dari pada bahan yang diperlukan dalam pembuatan tahu gembur.
2. Adanya Bau Asam Tahu yang dicetak tidak terlalu padat, umumnya relatif mudah rusak (karena kadar air lebih tinggi). Oleh karena itu umumnya tahu gembur dipasarkan atau dijual direndam air. Selain mengawetkan perlakuan ini juga dapat mencegah mengecilnya ukuran tahu karena kandungan airnya keluar. Air perendaman harus diganti setiap hari untuk mencegah tahu agar tidak berlendir. 3. Penampilan Penampilan produk tahu menyangkut warna serta keseragaman bentuk dan ukuran. Warna yang biasa digunakan untuk tahu adalah kuning, disamping warna aslinya (putih), sedangkan untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang sama dapat digunakan cetakan. 4. Cita Rasa Tahu Cita rasa tahu akan menjadi lebih lezat apabila kedalam bakal tahu (sebelum dicetak) ditambahkan bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai penyedap rasa, seperti garam dan flavour buatan.
2.5 Kerusakan Pada Tahu Tahu merupkan bahan pangan yang mudah rusak dengan pH (5,8 - 6,2) dan kandungan air (80% - 88%) (Medikasari, 2002). Karena kandungan airnya yang tinggi sehingga tahu mudah rusak, dan mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa simpan tahu banyak produsen menggunakan bahan pengawet sintesis (Mudjajanto, 2005) dan (Winarno, 1997). Menurut Shurfleff dan Aoyagi (1984), menyatakan bahwa organisme utama yang berkembangbiak pada tahu dan menyebabkan kerusakan adalah bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Streptococus. Hasil penelitian Prastawa, dkk (1980), menunjukkan bahwa tahu yang dibiarkan pada udara terbuka tanpa perendaman dalam air hanya bertahan sekitar 10 jam, sedangkan tahu yang direndam setiap hari bisa bertahan antara 1 - 3 hari. Tanda-tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui kerusakan tahu ialah permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi lembek, kekompakan berkurang, warna dan penampakan tidak bagus dan kadang-kadang berjamur pada permukaan. Menurut Fardiaz (1992), bakteri yang tumbuh pada bahan pangan dapat menyebabkan berbagai perubahan baik pada penampakan maupun pada komposisi dan cita rasa bahan pangan tersebut. Perubahan yang dapat dilihat dari luar misalnya perubahan warna atau pembentukan film/lendir, bau dan berbagai perubahan lainnya.
2.6 Tinjauan Teknik Pengawetan Tahu Preservasi (pengawetan) pada hakekatnya merupakan suatu daya upaya untuk mempertahankan suatu benda atau barang tertentu agar tahan lama dan tidak cepat rusak. Demikian juga produksi tahu perlu diupayakan dan dipertahankan dengan teknik tertentu sebagai salah satu usaha untuk menekan mengurangi atau menghilangkan mikroba tergolong patogen dan penghasil racun pada bahan makanan (Supardi dan Sukamto, 1999). Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam ataupun garamnya (Yusvina, 2007). Menurut Koeswara (1992) teknik pengawetan tahu hasil produksi dapat dilakukan dengan cara: 1. Perendaman Semua tahu hasil produksi yang sudah dibentuk menjadi potongan- potongan kecil menurut ukuran tertentu, agar tidak mudah patah, hancur/rusak, maka harus direndam air bersih pada tempat tertentu, seperti kaleng besar bekas tempat minyak goreng atau ditempatkan pada benda lainnya sampai batas waktu yang ditentukan. Batas waktu perendaman tahu yang diperoleh dari hasil produksi dapat berlangsung sampai batas maksimal 3 hari dan tidak boleh lebih. Jika melebihi batas waktu yang ditentukan, maka tahu tersebut akan mengalami kebusukan dan keracunan. 2. Perlindungan Tahu yang sedang dalam keadaan perendaman harus dilindungi dan diamankan dari segala macam benda dan/atau kotoran yang akan mengganggu kekuatan daya tahan hasil produksi tersebut. Menurut Kastyanto (1999) tahu dapat bertahan 2-3 hari dengan pengawetan sebagai berikut: 1. Digoreng Tahu digoreng tanpa diberi bumbu atau dicelupkan kedalam larutan garam. Setelah digoreng tahu dapat disimpan dalam kaleng yang tertutup rapat. 2. Direbus/dikukus Tahu direbus atau dikukus kemudian diiris tebal, irisan-irisan ini diatur rapi pada penampi dan dijemur hingga kering. 3. Direndam Tahu direndam dengan air matang, yang setiap hari harus diganti. Menurut Suprapti (2005) daya tahan tahu ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. Penggunaan Bahan Pengawet a. Natrium benzoat Natrium benzoat dapat digunakan mengawetkan tahu. Bahan ini dapat dicampurkan ke dalam bakal tahu (sebelum dicetak), ataupun dalam air rendaman tahu sebelum diperdagangkan. b. Garam Garam selain menambah cita rasa, dapat juga berfungsi sebagai pengawet. Garam dapat dicampurkan kedalam bakal tahu sebelum dicetak atau dicampurkan pada larutan pewarna, dengan dosis (2,5%-5%). c. Kunyit (turmeris) Kunyit sebagai pewarna sekaligus dapat berfungsi sebagai bahan pengawet. 2. Pelaksanaan Proses Pengawetan Selain dengan penambahan bahan pengawet, tahu juga dapat diawetkan melalui kegiatan pembungkus dengan kantong plastik dan pasteurisasi.
2.7 Definisi Rimpang Kunyit (Curcumae domesticae Val.) Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya India, Cina, Taiwan, Indonesia (Jawa) dan Filipina. Tanaman ini tumbuh bercabang dengan tinggi 40 - 100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan mempunyai pelepah daun (gambar 2.1). Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan dan daging buah merah jingga kekuning-kuningan. Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, dimana saat panen terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan (Rismunandar, 1994).
Gambar 2.1 Morfologi tanaman kunyit (Curcumae domesticate. Val.)
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia yaitu atsiri dan senyawa kurkumin. Kunyit mengandung kurkumin (zat berwarna kuning) turmeron, zingibern, turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan aroma dan wangi pada kunyit) lemak, pati dan damar (Agusta, 2000). Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan Cronquist (1981), dalam Tjitrosoepomo (1996), klasifikasi tanaman kunyit dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut: Divisi : Spermathopyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingeberales Famili : Zingeberaceae Genus : Curcumae Spesies : Curcumae domestica Val. Diantara komponen-komponen penting yang terkandung dalam rimpang kunyit tersebut adalah minyak atsiri dan zat warna. Komponen tersebut memiliki aktifitas fisiologis yang berperan penting dalam pembentukan aroma, cita rasa dan warna dari kunyit (Aznam, 1998).
Gambar 2.2 Rimpang Kunyit (Curcumae domesticate. Val.)
Rimpang kunyit mengandung beberapa komponen kimia seperti air, serat kasar, protein, lemak, abu, zat warna dan minyak atsiri. Komponen utama dari kunyit adalah pati yang kandungannya berkisar (40%-50%) dari bahan kering. Kandungan kimia ini berbeda antara daerah penghasil kunyit karena perbedaan iklim, keadaan tanah dan faktor lingkungan lainnya (Aznam, 1998). Minyak atsiri merupakan senyawa terpenoid. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. (Agusta, 2000). Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam minyak atsiri, seperti yang terlihat pada tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4. Senyawa Dalam Minyak Atsiri Kandungan Jumlah Satuan Tumeran 35 % Zigeberene 25 % ar-tumeron 12 % Sumber: Agusta (2000).
Kunyit mengandung 5% minyak atsiri yang memiliki sifat anti-serangga, anti-jamur, dan anti-nemathoda. Ekstraksi kunyit dengan menggunakan etil alkohol, aseton atau methilen chloride menghasilkan (6% - 10%) oleoresin dan mengandung (35% - 45%) curcumin yang berasan dari demethoxycurcumin dan bis-demethoxycumin (Agusta, 2000). Bahan yang aktif pada kunyit yaitu pholypenol curcumin yang mempunyai nama kimia (1E, 6E)-1,7 (4-hidroxy-3- methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-diane. Terdiri dari dua bentuk tautomeric yaitu keto dan enol (Ardiansyah, 2007). Warna kuning orange pada rimpang kunyit akibat adanya kurkuminoid dan minyak atsiri yang menyebabkan bau yang khas. Ekstrak tanaman ini mempunyai sifat anti bakteri antifugal dan antiseptic Majeed, Prakash and Badmaev (1999). Sedangkan menurut Agusta (2000), kebanyakan minyak atsiri bersifat sebagai antibakteri, antijamur, antioksidan dan antimutagenik aktif. Kunyit juga dikenal masyarakat untuk meningkatkan nafsu makan dan mengobati kelainan organ tubuh khususnya pencernaan, dari beberapa penelitian farmakologi, kunyit memiliki sifat antikanker, mengobati penyakit kulit, AIDS, peradangan dan kolesterol (Guzman and Seimonsma, 1999). Kurkuminoid merupakan kandungan utama pada spesies-spesies Curcumae tetapi kuantitasnya dalam masing-masing spesies tersebut berbeda-beda. Kandungan kurkuminoid terbanyak ada pada tamanan kunyit. Kandungan kurkuminoid rimpang kunyit bervariasi antara (1,8% - 5,4%) tergantung jenis kunyit, pelarut dan cara ekstraksinya (Puji Rahayu, 1988). Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini. Tabel 2.5. Kandungan Tiap 100 gram Kunyit Kandungan Jumlah Satuan 11-13 gram 6-8 gram 5-10 gram 60-70 gram 2-7 gram 3-6 gram Air Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Asam ascorbic 25 mg Sumber: Guzman and Siemonsma (1999). Dari ekstraksi rimpang kunyit dapat diperoleh (6%-10%) oleoresin yang mengandung 35-45% kurkumin (C 6 H 20 0 6 ) dan turunannya yaitu dimetoksi kurkumin Guzman dan Siemonsma (1999). Adapun struktur kimia dari ketiga senyawa kurkuminoid dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini:
Gambar 2.3. Struktur komponen kurkuminoid
Menurut Majeed and Prakash (2000) sifat umum kurkumin adalah kristal kuning keorangean, sedikit larut dalam etanol, larut dalam aseton dan asam asetat glisal, sedangkan bila terdekomposisi pada temperatur 275C - 280C dapat menghasilkan gas karbon dioksida dan karbon monoksida. Penggunaan kurkuminoid dalam bahan makanan sangat dibatasi karena kurkuminoid merupakan senyawa yang sangat sensitif terhadap cahaya dan akibatnya kunyit mudah sekali menjadi tak berwama, pada tabel 2.6, tampak bahwa warna rimpang kunyit 49,6% disebabkan oleh senyawa kurkumin. Tabel 2.6. Total Warna Senyawa Kurkuminoid Dalam Rimpang Kunyit Nama Senyawa
Warna
Total Warna
Kurkumin Di Feruloyl methane Di metoksi Kurkumin P Hydroxy-cinnamoyl-feruloyl methane Bis demotoksi kurkumin pp-dihydroxy-dicinnamoyl-methane
Kuning-kemerahan
Kuning-kemerahan
Kuning jingga
49,6%
28,7%
22,3%
Sumber : Guzman and Siemonsma (1999). Majeed and Badmaev (1999) melakukan penelitian tentang aktifitas farmakologi yang dimiliki oleh senyawa kurkuminoid. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kurkuminoid sangat potensial digunakan sebagai antioksidan, antiinflamatori, antikanker, anti-mutagen, antitrombotik hepatoprotektif, antimikroba, antivirus dan anti-parasit. Hal penting yang juga didapatkan dari penelitian tersebut adalah kurkuminoid terbukti dapat digunakan sebagai anti-oksidan yang lebih efektif dan aman dibandingkan BHA dan BHT.
2.8 Tinjauan Bahan Antimikroba Antimikroba merupakan komposisi kimia yang berkemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme (Volk dan Wheeler, 1993). Sedangkan Menurut Pelczar dan Chan (1988), mendefinisikan antibiotik sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Pemakaian bahan antimikroba merupakan upaya untuk mengendalikan menghambat mikroorganisme. Pengendalian yang dimaksud adalah segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme, tujuan utama pengendalian adalah: 1. Mencegah penyakit dan infeksi 2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi 3. Mencegah pembususkan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1988). Menurut Fardias (1992), dalam memilih bahan kimia sebagai zat antimikroba sebaiknya diperhatikan:
1. Bersifat mikrosidal, yaitu dapat membunuh mikroorganisme 2. Bersifat mikrostatik, yaitu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme 3. Kecepatan penghambatan, yaitu bahwa komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh atau menghambat yang berbeda-beda. Menurut Pelczar dan Chan (1988), selain itu dalam memilih bahan antimikrobial kimiawi untuk tujuan praktis sebaiknya diperhatikan beberapa faktor berikut: 1. Sifat bahan yang diberi perlakuan harus dipilih zat yang serasi (compatible) dengan bahan yang akan dikenainya. 2. Tipe mikroorganisme, tidak semua mikroorganisme sama keresistenannya terhadap sifat menghambat atau mematikan suatu zat kimia tertentu. Maka harus dipilih zat yang telah diketahui efektif terhadap suatu tipe mikroorganisme yang akan dibasmi. 3. Keadaan Lingkungan, faktor-faktor seperti suhu, pH, waktu, konsentrasi, dan adanya bahan organik asing, kesemuanya itu mungkin turut mempengaruhi laju dan efisiensi penghancuran mikroba.
2.9 Mikanisme Kerja Antimikroba Menurut Pelczar (1988) dan Jawetz (2001), mekanisme kerja antimikroba dapat melalui beberapa cara, yaitu: 1. Merusak Dinding Sel Bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut dinding sel. Dinding sel berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan menahan sel, dinding sel bekteri tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang merupakan polimer komplek. Terdiri atas asam N-asetil glusamin dan asam N- asetilmuramat yang tersusun bergantian, setiap asam N-asetilmuramat dikaitkan tetrapeptida yang terdiri dari empat asam amino. Adanya lapisan peptidoglikan ini menyebabkan dinding sel bersifat kaku dan kuat sehingga mampu menahan tekanan osmotik dalam sel yang kaku. Dinding sel dapat mengalami kerusakan jika pembentukannya dihambat, yaitu penghambatan pada sintesis dinding sel atau dengan cara mengubahnya setelah selesai terbentuk. Kerusakan dinding sel akan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian. 2. Mengubah Permeabilitas Membran Sel Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh suatu selaput yang dibatasi membran sel yang mempunyai permeabilitas selektif. Membran ini tersusun atas fosfolipid dan protein. Membran sel berperan sangat vital yaitu mengatur transport zat ke luar atau ke dalam sel, melakukan pengangkutan aktif dan mengendalikan susunan dalam diri sel. Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik ke dalam maupun ke luar sel dimungkinkan karena di dalam membrane sel terdapat protein pembawa (carier), di dalam membran sitoplasma juga terdapat enzim protein untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran luar. Dengan rusaknya dinding sel bakteri secara otomatis akan berpengaruh pada membran sitoplasma. Beberapa bahan antimikroba seperti fenol, kresol, deterjen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel. Bahan-bahan ini akan menyerang dan merusak membran sel sehingga fungsi permeabilitas membran mengalami kerusakan. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar, 1988). 3. Kerusakan Sitoplasma Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80 % air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion anorganik dan berbagai senyawa dengan bobot molekul rendah. Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya. Konsentrasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi dan denaturasi komponen-komponen seluler yang vital. 4. Menghambat Kerja Enzim Di dalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan proses-proses metabolisme. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia misalnya logam-logam berat, golongan tembaga, perak, air raksa, dan senyawa logam berat lainnya umumnya efektif sebagai bahan antimikroba pada konsentrasi relative rendah. Logam-logam ini akan mengikat gugus enzim sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. 5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat dan Protein DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting dalam sel, beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotic misalnya cloramnivekol, tetrasiline, prumysin menghambat sintesis protein. Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotic misalnya mitosimin. Bila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Antimikroba Terdapat beberapa faktor dan kondisi yang dapat mempengaruhi aktifitas zat antimikroba dalam menghambat atau membasmi organisme pathogen. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi aktifitas zat antimikroba Menurut Pelczar (1988) adalah: 1. Konsentrasi atau Intensitas Zat Antimikroba Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi daya antimikrobanya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi. 2. Jumlah Organisme Semakin banyak jumlah organisme yang ada maka semakin banyak pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya. 3. Suhu Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan suatu disenfektan atau bahan mikrobial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia. Reaksi kimia bisa dipercepat dengan meninggikan suhu. 4. Spesies Mikroorganisme Spesies mokroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia tertentu. 5. Adanya Bahan Organik Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia antimikrobial dangan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya bahan organik dalam campuran zat antimikrobial dapat mengakibatkan: a) Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk produk yang tidak bersifat antimikrobial. b) Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat mikroorganisme. c) Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu pelindung yang akan mengganggu kontak antara zat antimikrobial dengan sel. 6. Keasaman (pH) atau Kebasaan (pOH) Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada suhu rendah dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan mikroorganisme yang hidup pada pH basa.
2.11 Bakteri Enteropatogenik 2.11.1 Escherichia coli Bakteri E. coli termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram negatif, fakultatif anaerob, dan tidak mampu membentuk spora. Klasifikasi bakteri E. coli menurut Hendri dan Heni (2006) adalah sebagai berikut: Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : E. Coli Bakteri E. coli termasuk bakteri gram negatif yang memiliki lapisan luar lipolisakarida yang terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis dan terletak pada periplasma (diantara lapisan luar dan membran sitoplasmik Funke dan Tortora (2004). Bakteri gram negatif mengandung lipid, lemak, atau substansi seperti lemak dalam persentase lebih tinggi (11% - 12%) daripada yang dikandung bakteri gram positif. Sedangkan struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih tipis (10 - 15m) dan berlapis tiga (multi) dari pada struktur dinding sel bakteri gram positif. Lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri gram negatif ada di dalam lapisan kaku sebelah dalam dengan jumlahnya sekitar 10% berat kering dan tidak ditemukan asam tekoat (Pelczar dan Chan, 1986). E. coli umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan. Serotype dari E. coli yang dapat menyebabkan diare pada manusia disebut E. coli enteropatogenik (EPEK). Berdasarkan sifat patogenik dan produksi toksinnya, strain enteropatogenik E. coli (EPEK) dapat dibedakan menjadi dua grup. Grup I terdiri dari strain yang bersifat patogenik, tetapi tidak dapat memproduksi toksin, sedangkan grup II terdiri dari strain yang memproduksi enterotoksin dan menyebabkan gejala enterotoksigenik. Strain yang termasuk grup II ini disebut E. coli enterotoksigenik (ETEK), dan merupakan bakteri penyebab diare (Supardi dan Sukamto, 1999). Sifat-sifat yang dimiliki bakteri E. coli menurut Supardi dan Sukamto (1999), antara lain sebagai berikut: a. Termasuk basil Coliform, merupakan flora komensial yang paling banyak pada usus manusia dan hewan, hidup aerobik/fakultatif anaerobik. b. E. coli merupakan bakteri gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motil. c. E. coli dalam jumlah yang banyak bersama-sama tinja akan mencemari lingkungan. d. E. coli mempunyai ukuran panjang 2,0m - 6,0m dan lebar 1,1m - 1,5m, tersusun tunggal, berpasangan, dengan flagella peritrikus. e. E. coli tumbuh pada suhu antara 10 o C - 40 o C, dengan suhu optimum 37 o C. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0 - 7,5, pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH 9,0. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas. f. Susunan antigen yang penting dalam penentuan serologi E. coli ada tiga macam yaitu: antigen O (somatik) yang terdiri dari polisakarida, H (flagellar) dan K (kapsul). Disamping itu terdapat antigen fimbria yang ikut berperan dalam penentuan strain dari berbagai serotype E. coli. 2.11.2 Salmonella Salmonella adalah suatu genus bacteria enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus, dan penyakit foodborne. Species-species salmonella bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfide. Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald Smith yang pertama kali menemukan bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi. Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi. Kebanyakan species bergerak dengan flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi Salmonella dari tinja. Klasifikasi bakteri Salmonellai menurut Cykrykkcy (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Bakteria Phylum : Proteobakteria Classis : Gamma proteobakteria Ordo : Enterobakteriales Familia : Enterobakteriakceae Genus : Salmonella Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab Salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang membuat semua gram negative. Bakteri dari jenis Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk kedalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonelosis. Gejala salmonelosis yang paling sering terjadi adalah gatroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa spesies Salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya, misalnya demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid, serta infeksi lokal (Supardi dan Sukamto, 1999). Sifat-sifat yang dimiliki bakteri Salmonella menurut Supardi dan Sukamto (1999) antara lain sebagai berikut: a. Terdapat 1000 serotip salmonella, diantaranya adalah S. tipy, S. parathypi A, S. parathypi B, S. parathypi C, sebagai penyebab demam enterik. b. Salmonella merupakan salah satu genus dari Enetrobacteriaceae, berbentuk batang gran nigatif, anaerobik fakultatif dan anaerogenik. c. S. thypi dapat memproduksi H 2 S, tetapi tapi tidak dapat membentuk dari glukosa. g. Salmonella dapat tumbuh pada suhu 5 o C - 47 o C, dengan suhu optimum 35 o C - 37 o C. disamping itu salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1 - 9,0, dengan pH optimum 6,5 - 7,5 h. Salmonella umumnya dapat tumbuh pada media dengan a w 0,945 - 0,999. d. Salmonella hidup secara anaerobik fakultatif. e. Antigen adalah suatu komponen protein dengan BM tinggi, jika disuntikka ke dalam tubuh manusia atau hewan dapat menstimulir produksi antibodi di dalam tubuh. Salmonella dalam familia Enterobacteriaceae mempunyai beberapa jenis antigen, diantaranya: antigen O (somatik) terdiri dari lipoposakarida yang mengandung glukosamin dan terdapat pada dinding sel bakteri gram nigatif, yang bersifat hidrolitik. H (flagella) ditemukan pada bakteri yang berflagel. Antigen ini merupakan suatu protein yang disebut flagellin, bersifat thermolabil (tidak tahan panas dan cepat rusak pada suhu di atas 60 o C. K dan Vi (kapsul) antigen ini terdapat pada permukaan yang terdiri dari polisakarida, dan bersifat termolabil.
2.12 Tinjauan Islam Tentang Makanan
Makanan yang halal dan baik dapat menentukan perkembangan rohani dan pertumbuhan jasmani ke arah yang positif dan diridhoi Allah SWT di dunia hingga di akhirat, kalau tidak manusia akan berwatak syaitan di dunia ini dan di akhirat diancam dengan siksa api neraka kelak pada hari kiamat (Muhammad, 1995). Anjuran memakan makanan yang halal dan baik dijelaskan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 168 dan surat An-Nahl ayat 114 yang berbunyi : !! '_!9 =. ! _{ => !,L `-,.. ,L> L:9 | 39 s , Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. al-Baqarah : 168).
=3 ! `6% < => !,L `6: - < | `.. !| ,-. Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada- Nya saja menyembah (QS. An-Nahl : 114 ).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah sangat mencintai sesuatu yang baik- baik dan selalu memerintahkan kepada manusia dan Rasul-Nya untuk selalu memakan yang halal dan baik seperti yang dijelaskan dalam al-Quran surat al- Muminuun ayat 51, yang berbunyi: !! `9 =. ,L9 =- !>=. | !, =-. =. Artinya : Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan: (al-Muminuun : 51).
Hal ini juga ditegaskan dalam surat al-Maidah ayat 88, yang berbunyi: =. ! `3% < => !,L ). < %! . , `` Artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. al-Maidah : 88).
Berdasarkan ayat diatas, dapat dijelaskan bawa Allah menganjurkan untuk memakan rizqi yang telah diberikan kepada kita berupa hal-hal yang halal pada dirinya dan bukan yang diharamkan, seperti bangkai, darah yang mengalir, daging babi, dan halal dalam pencariannya, misalnya bukan barang riba dan curian, selain itu rizki tersebut hendaknya sedap dimakan, dan tidak kotor, baik karena zat sendirinya, karena rusak atau berubah akibat terlalu lama disimpan (Mustafa, 1992). Setelah Allah SWT menjelaskan bahwa tidak ada sembahan yang haq kecuali Dia dan bahwa-sanya Dialah yang menciptakan seluruh makhluk, maka Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Maha Pemberi rizki bagi seluruh makhluk- Nya. Tentang kedudukan-Nya sebagai Pemberi nikmat, Dia menyebutkan bahwa Dia telah mengizinkan manusia memakan segala yang ada di muka bumi, selagi makanan itu halal dari Allah dan thayyib.Maksud thayyib adalah baik dan bermanfaat bagi dirinya, serta tidak membahayakan bagi jiwa raganya. Diapun melarang mereka mengikuti langkah-langkah syaitan, berupa berbagai jalan dan perbuatan syaitan yang menyesatkan para pengikutnya, seperti mengharamkan bahiirah, saa-ibah, washiilah, Dalam beberapa hadits juga diungkapkan mengenai anjuran mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi. Barangsiapa yang mengkonsumsi makanan yang tidak halal (haram), maka segala doa yang dimohonkan kepada Allah SWT tidak akan dikabulkan. Hal tersebut, karena Allah adalah bersih (dari kekurangan dan kotoran) dan hanya menerima yang bersih (thayyib) pula. Sesuai dengan hadits riwayat Muslim berikut ini: = _- , - - -= ' : ' ,- - _'- - ,'= '- : ( - _''- -,= .--,` ` -,= , - - ,--,-' '-- - - ,'--' , '- _''- : ', '+, ,-' ,-- ,' - '-,= ,'-= '=''- . ' _''- : ', '+, ,-' ,-- ,' - '-,= '- '- , ` _=' .,=, --' -- -= --, ,-, _' '--' ', ', -=- = --- = --'- = -= =''- , _-' --, '= ' ) - '-- Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah itu thayyib (bersih dari kekurangan dan kotoran) dan tidak menerima kecuali yang thayyib. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum mukminin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul. Allah berfirman: Hai para rasul, makanlah dari makanan-makanan yang thayyib dan kerjakanlah amal saleh. Allah juga berfirman: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rejeki-rejeki yang thayyib yang Kami berikan kepadamu. Kemudian beliau menyebut tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan yang panjang, badannya kusut dan berdebu, ia mengangkat tangannya ke langit dan berdoa: Rabbi, Rabbi, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dengan hal yang haram, maka mana mungkin doanya dikabulkan? Hadis riwayat Muslim (Muhammad, 1995).
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi: %! !.9 ! /39 ',: ">: . Artinya : Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu (QS. An Nahl:10).
Hal ini juga ditegaskan dalam surat lain yang berbunyi: `; `_{ .9 !> !>> !] !',> =2! Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. (QS.Yaasin: 33).
Kata makan yang terkandung dalam ayat di atas, mengandung arti menikmati maka mencakup meminum, memakan dan lain sebagainya, dari hal- hal yang halal, tidak memabukkan ataupun membahayakan, dan dari segala yang baik, tidak kotor pada zatnya sendiri atau kotor karena sesuatu sebab (Musthafa, 1992). BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Setiap perlakuan dilakukan dengan 3 kali ulangan, pengamatan dilakukan tiap hari mulai hari ke-0, sampai hari ke-6, dengan rincian sebagai berikut: Faktor Pertama : Konsentrasi perasan rimpang kunyit (F) 0%. 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9%. F 1 = Variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit 0% F 2 = Variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit 1% F 3 = Variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit 3% F 4 = Variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit 5% F 5 = Variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit 7% F 6 = Variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit 9% Faktor Kedua : Lama Perendaman (P) yang terdiri dari 6 hari P 1 = Lama perendaman 1 hari (24 jam) P 2 = Lama perendaman 2 hari (48 jam)
P 3 = Lama perendaman 3 hari (72 jam) P 4 = Lama perendaman 4 hari (96 jam)
P 5 = Lama perendaman 5 hari (120 jam)
P 6 = Lama perendaman 6 hari (144 jam) Dari kedua faktor tesebut dapat diperoleh kombinasikan sebagai berikut: F 1 P 1 = Variasi konsentrasi 0% dengan lama perendaman 1 hari F 1 P 2 = Variasi konsentrasi 1% dengan lama perendaman 1 hari
F 1 P 3 = Variasi konsentrasi 3% dengan lama perendaman 1 hari
F 1 P 4 = Variasi konsentrasi 5% dengan lama perendaman 1 hari
F 1 P 5 = Variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 1 hari
F 1 P 6 = Variasi konsentrasi 9% dengan lama perendaman 1 hari
F 2 P 1 = Variasi konsentrasi 0% dengan lama perendaman 2 hari F 2 P 2 = Variasi konsentrasi 1% dengan lama perendaman 2 hari
F 2 P 3 = Variasi konsentrasi 3% dengan lama perendaman 2 hari
F 2 P 4 = Variasi konsentrasi 5% dengan lama perendaman 2 hari
F 2 P 5 = Variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 2 hari F 2 P 6 = Variasi konsentrasi 9% dengan lama perendaman 2 hari
F 3 P 1 = Variasi konsentrasi 0% dengan lama perendaman 3 hari
F 3 P 2 = Variasi konsentrasi 1% dengan lama perendaman 3 hari
F 3 P 3 = Variasi konsentrasi 3% dengan lama perendaman 3 hari
F 3 P 4 = Variasi konsentrasi 5% dengan lama perendaman 3 hari
F 3 P 5 = Variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 3 hari
F 3 P 6 = Variasi konsentrasi 9% dengan lama perendaman 3 hari
F 4 P 1 = Variasi konsentrasi 0% dengan lama perendaman 4 hari
F 4 P 2 = Variasi konsentrasi 1% dengan lama perendaman 4 hari
F 4 P 3 = Variasi konsentrasi 3% dengan lama perendaman 4 hari
F 4 P 4 = Variasi konsentrasi 5% dengan lama perendaman 4 hari
F 4 P 5 = Variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 4 hari
F 4 P 6 = Variasi konsentrasi 9% dengan lama perendaman 4 hari
F 5 P 1 = Variasi konsentrasi 0% dengan lama perendaman 5 hari
F 5 P 2 = Variasi konsentrasi 1% dengan lama perendaman 5 hari
F 5 P 3 = Variasi konsentrasi 3% dengan lama perendaman 5 hari
F 5 P 4 = Variasi konsentrasi 5% dengan lama perendaman 5 hari
F 5 P 5 = Variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 5 hari F 5 P 6 = Variasi konsentrasi 9% dengan lama perendaman 5 hari
F 6 P 1 = Variasi konsentrasi 0% dengan lama perendaman 6 hari F 6 P 2 = Variasi konsentrasi 1% dengan lama perendaman 6 hari F 6 P 3 = Variasi konsentrasi 3% dengan lama perendaman 6 hari F 6 P 4 = Variasi konsentrasi 5% dengan lama perendaman 6 hari
F 6 P 5 = Variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 6 hari F 6 P 6 = Variasi konsentrasi 9% dengan lama perendaman 6 hari
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Fisiologi Hewan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, pada bulan Juli s/d Agustus 2008. 3.3 Variabel Penelitian Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap suatu (benda, manusia, dll) ciri yang dimiliki oleh suatu anggota atau kelompok (Notoadmodjo, 2005). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Varibel Bebas Variabel yang sengaja dibuat berbeda-beda dalam satu percobaan yaitu : a. Konsentrasi rimpang kunyit masing-masing: 0%, 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9%, dan b. Lama perendaman 1 hari (24 jam), 2 hari (48 jam), 3 hari (72 jam), 4 hari (96 jam), 5 hari (120 jam), 6 hari (144 jam). 2. Variabel Terikat Variabel terikat, merupakan variabel yang terjadi karena perlakuan variabel bebas yaitu E. coli dan Salmonella. 3. Variabel Terkontrol Variabel terkontrol, merupakan variabel yang dibuat sama dalam suatu penelitian, yang meliputi: sterilisasi, suhu, media.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: - blender - cawan petri - pisau - gelas ukur - gelas ukur 10/100 - sikat pencuci - rak tabung reaksi - jarum ose - labu ukur - mikro-pipet - tabung reaksi - vortex - sendok - alumunium foil - jarum spet - gelas arloji - elemenyer 250/500 ml - lampu spiritus - beaker gelas - timbangan analitik - kaca pengaduk - oven - termometer ruang - autoglave - gelas aquades - inkubator 3.4.2 Bahan-Bahan - Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: - Tahu segar (UKM tahu Guyup Rukun Lowokwaru, Kelurahan Kendalsari, kecamatan Lowokwaru, Kota Malang). - Rimpang kunyit (diperoleh dari pasar Dinoyo). - Nutrien Agar (NA), Lactose Broth (LB) (diperoleh dari Laboratorium Mikro-Biologi UIN Malang), untuk medium E. coli. - Salmonella Singgela Agar (SS-Agar) (diperoleh dari Laboratorium Biologi UMM Malang), untuk medium Salmonella. - Aquades, kain kasa, alkohol 70%, kapas (diperoleh dari Laboratorium PANADIA Coorporation, Malang). - Kertas label, tissue, plastik bungkus, karet (diperoleh dari Sardo Swalayan, Malang). Kunyit 150 gram
Dikupas dan dicuci
Diblender
Disaring Perasan Kunyi
Ampas 3.5 Cara Kerja Penelitian 3.5.1 Sterilisasi Sterelisasi dalam mikroorganisme berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun (Irianto, 2006). Sterilisasi alat yang akan digunakan sebelum semua peralatan digunakan yaitu dengan cara membungkus semua peralatan menggunakan kertas, kemudian dimasukkan kedalama plastik, seperti cawan petri, tabung reaksi, lalu dimasukkan ke dalam autoclave pada suhu 121 o C dengan tekanan 15 psc (per square inci) selam kurang lebih 15 menit. Untuk alat yang tidak tahan panas tinggi disterilisasi dengan zat kimia berupa alkohol 70% (Utami, 2004). 3.5.2 Preparasi Rimpang Kunyit a. Mempersiapan bahan dan alat pembuatan perasan rimpang kunyit, seperti: blander, pisau, rimpang kunyit dan aquades steril. b. Rimpang kunyit dikupas, dipotong-potong kemudian dicuci dengan air mengalir dan dihaluskan dengan cara di blender. c. Kemudian diperas dan disaring dengan alat saring / kertas saring
Gambar 3. 1 Diagram Alir Proses Pembuatan Perasan Rimpang Kunyit 3.5.3 Pengujian Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Bakteri Uji a. Pengambilan konsentrasi perasan kunyit 0%, 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9%. b. Dimasukkan tahu ke dalam gelas aqua, dengan ukuran (2 x 4 x 6 cm), yang telah terisi air perlakuan sebanyak 140 ml. c. Ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang. d. Diinkubasi pada suhu ruang (27 o C) e. Pengamatan diamati tiap hari, mulai hari ke-0 sampai hari ke 6, dan f. Dilakukan penumbuhan bakteri E. coli (NA) dan Salmonella (LB SS-Agar).
Total E. coli dan Salmonella Keterangan: * analisa dilakukan setiap hari selama 6 hari, dimulai pada hari ke-0.
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Perlakuan (pengawetan) Terhadap Bakteri Uji. Tahu
Aquades dalam wadah gelas aqua 140 ml
1 potong tahu ukuran 2 x 4 x 6 cm
Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu ruang (27 o C) Analisa*
Konsentrasi Kunyit: 1%, 3%, 5%, 7%, 9%
Dimasukkan kedalam waskom (tahu terendam seluruhnya dalam larutan pengawet) 3.5.4 Penumbuhan Bakteri E. coli (metode tuang / pour plat) a. Menimbang sampel tahu yang dilakukan perlakuan (25 gram). b. Dimasukkan kedalam blander yang ditambahkan aquades steril 175 ml. c. Diblander selama 5 menit (tahu berubah menjadi bubur). d. Diambil sampel dengan mikro-pipet steril (1 ml). e. Dilakukan pengencera terhadap sampel caranya ialah: pengenceran 10 -1 , 10 -2 diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel kedalam 9 ml aquades steril. f. Kemudian di vortex (agar homogen). g. Diinokulasikan sebanyak 1 ml hasil pengenceran kedalam cawan petri kemudian media NA dituangkan. h. Diratakan dengan cara memutar-mutar cawan diatas meja sebanyak 5 kali. i. Diinkubasi pada suhu 35 o C selama 1 x 24 jam. j. Mengamati koloni yang tumbuh, dan menghitung jumlahnya. Perhitungan yang dianggap benar hanya pada cawan yang terdapat 30-300 cfu. k. Dihitung total mikroba/ml sampel dengan rumus: Jumlah koloni X 1/pengenceran (cfu)
Gambar 3.3 Diagram Alir Penghitungan Bakteri E. Coli
3.5.5 Penumbuhan Bakteri Salmonella (metode tuang / pour plat) a. Menimbang sampel tahu yang dilakukan perlakuan (25 gram). b. Dimasukkan kedalam blander yang ditambahkan aquades steril 175 ml. c. Diblander selama 5 menit (tahu berubah menjadi bubur). d. Diambil sampel dengan mikro-pipet steril (1 ml). e. Dilakukan pengenceran terhadap sampel yaitu: pengenceran 10 -1 , 10 -2 diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel kedalam 9 ml ke media LB. f. Kemudian diinkubasi pada suhu 35 o C selama 1 x 24 jam. g. Ditumbuhkan kedalam cawan petri Dengan media SS-Agar. 25 gr tahu
Diambil 1 ml
Di encerkan pada aquades steril 1 ml
Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 35 o C Penghitungan total bakteri E. coli
Ditumbuhkan pada mediun NA (tuang) Di encerkan pada aquades 175 ml
h. Diinkubasi pada suhu 35 o C selama 2 x 24 jam. i. Dihitung total bakteri salmonella.
Gambar 3.4 Skematis isolasi dan Penumbuhan Bakteri Salmonella
Sampel Tahu
Diambil 1 ml
Ditumbuhkan pada medium LB
Diambil 1 ml Ditumbuhkan pada medium SS-Agar
Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 35 o C
Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 35 o C
Total bakteri Salmonella
Di encerkan pada aquades 175 ml
3.6 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terdapat beberapa tahap yaitu: 1. Pengamatan mikrobiologi meliputi: a. Uji pendahuluan b. Total bakteri E. coli (cfu), dan c. Salmonella
3.7 Analisa Data Analisis kualitas dari perendaman tahu dengan bahan pengawet perasan rimpang kunyit dapat diketahui dengan total bakteri dengan metode cawan. Data hasil pengamatan dianalisa dengan menggunakan ANAVA (Tabel Analisa Ragam) yang diolah dengan menggunakan SPSS. Hasil uji menunjukkan adanya pengaruh, maka dilakukan uji lanjut Uji Jarak Duncan (UJD).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan total bakteri E. coli dengan variasi konsentrasi dan lama perendaman pada tahu. Rerata total bakteri yang mengalami perlakuan yang berbeda menunjukkan nilai yang bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1. Rerata total Bakteri E. coli Pada Tahu Lama Perendaman Konsentrasi 24 Jam 48 Jam 72 Jam 96 Jam 120 Jam 144 Jam Total Rerata 0 % 84,67 97,33 118,67 137,67 116,67 46,67 601,68 100,28 1 % 79,67 17,33 91,67 149,67 106,67 52,67 497,68 82,94 3 % 78,00 94,33 122,67 64,00 93,33 94,67 547,00 91,16 5 % 76,33 27,67 94,00 82,33 80,33 88,33 448,99 74,83 7 % 12,67 64,33 69,00 51,67 53,67 40.00 291,34 48,55 9 % 46,67 29,67 109,00 82,67 65,00 104,00 437,01 72,83 Total 378,01 330,66 605,01 568,01 515,67 426,34 Rerata 63,00 55,11 100,83 94,66 85,94 71,05
Dari hasil perhitungan total bakteri E. coli yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata bakteri setiap perlakuan sangat bervariasi yaitu dari data yang terendah total bakteri E. coli 12,67 cfu/ml dan tertinggi 149,67 cfu/ml. Dari data diatas juga diketahui bahwa rerata terendah pertumbuhan total bakteri E. coli pada tahu untuk faktor konsentrasi terdapat pada konsentrasi 7% yaitu 48,55 cfu/ml. Sedangkan rerata pertumbuhan total E. coli yang tertinggi terdapat pada konsentrasi 3 % yaitu 91,16 cfu/ml. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 24 Jam 48 Jam 72 Jam 96 Jam 120 Jam 144 Jam Lama Perendaman J u m l a h
E .
C o l i
( L o g
( c f u / m l ) ) 0% 1% 3% 5% 7% 9% Adapun untuk faktor lama perendaman berdasarkan data tabel 4.1 di atas diketahui bahwa rerata terendah pertumbuhan total bakteri E. coli pada tahu terdapat pada lama perendaman 48 jam (2 hari) yaitu 55.11 cfu/ml dan lama perendaman 24 jam (1 hari) yaitu 63,00 cfu/ml. Sedangkan rerata pertumbuhan total E. coli yang tertinggi terdapat pada lama perendaman 72 jam (3 hari) yaitu 100.83 cfu/ml dan lama perendaman 96 jam (4 hari) yaitu 94,66 cfu/ml. Akan tetapi secara data keseluruhan dapat dilihat bahwa untuk faktor konsentrasi terdapat ketidak konsistenan pertumbuhan bakteri E. coli setiap harinya. Pada konsentrasi perasan kunyit 7% misalnya, pada hari kedua pertumbuhan total cenderung meningkat cukup signifikan dibandingkan pada hari pertama dan mencapai puncaknya pada hari ketiga, kemudian mengalami penurunan lagi pada hari ke-empat dan meningkat pada hari kelima. Hal ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1. Grafik Rerata Total Bakteri E. coli Pada Tahu dengan Variasi Konsentrasi Dan Lama Perendaman Yang Berbeda. Keterangan : K0 : Konsentrasi 0% K1 : Konsentrasi 1% K3 : Konsentrasi 3% K5 : Konsentrasi 5% K7 : Konsentrasi 7% K9 : Konsentrasi 9%
4.2 Perbedaan Total Bakteri E. coli Yang Tumbuh Pada Media Agar 4.2.1 Perbedaan Total Bakteri E. coli Untuk Faktor Variasi Konsentrasi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan data yang tecantum pada lampiran 3, dianalisis dengan analisis Anava Ganda berikut : Tabel 4.2. Ringkasan Anova Pengaruh Variasi Konsentrasi Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Jumlah Bakteri E. coli Pada Tahu. JK db JK KT F hitung F tabel 0,05 Konsentrasi 5 28740,046 5748,009 103,654* 2,341 Galat 72 3992,667 55,454
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diperoleh nilai F hitung > F tabel 0,05 pada taraf signifikansi 0,05 yaitu: F hitung 103,654 > F tabel 0,05 2,341. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh variasi konsentrasi terhadap jumlah bakteri E. coli pada tahu. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, hipotesis penelitian diterima. . Untuk memastikan seberapa besar perbedaan variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit dalam mempengaruhi pertumbuhan bakteri E. coli tersebut, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan. Hasil Uji jarak Duncan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Uji Jarak Duncan Variasi Konsentrasi Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu. Variasi Konsentrasi Total Rerata Notasi 7 % 291.34 48.55 a 9 % 437.01 72.83 b 5 % 448.99 74.83 b 1 % 497.68 82.94 c 3 % 547.00 91.16 d 0 % 601.68 100.28 e
Pada tabel 4.3 untuk variasi konsentrasi menunjukkan adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Dari tabel di atas diketahui bahwa pada konsentrasi 0% (kontrol) berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya yaitu konsentrasi 1%, 3%, 5%, 7% dan 9%. Konsentrasi 7% dari perasan kunyit menunjukkan rerata total pertumbuhan bakteri E. coli yang paling sedikit dibandingkan yang lainnya yaitu 48,55 cfu/ml. Selanjutnya disusul dengan konsentrasi 9% sebanyak 72,83 cfu/ml dan konsentrasi 5% sebanyak 74,83 cfu/ml. Data tersebut diatas dapat diasumsikan bahwa pada konsentrasi 7% perasan air kunyit ternyata sudah cukup efektif dalam rangka menghambat pertumbuhan dari koloni bakteri E. coli. Semakin rendah konsentrasi perasan kunyit semakin banyak pula jumlah koloni bakteri E. coli yang tumbuh pada tahu. Dengan kata lain apabila tahu dibiarkan tanpa adanya perlakuan (konsentrasi 0% (kontrol)) ternyata tahu mempunyai potensi untuk rusak atau membusuk yang disebabkan salah satunya oleh pertumbuhan koloni bakteri E. coli yang semakin banyak. Efektifitas air perasan kunyit pada konsentrasi 5% - 9% dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli menunjukkan bahwa pada larutan kunyit tersebut terdapat minyak atsiri dan senyawa curcuminoid. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Parwata dan Dewi (2008) menunjukkan adanya daya hambat yang cukup kuat dari lengkuas (Alpinia galanga L.) yang merupakan kerabat kunyit (Zingiberaceae). Kandungan minyak atsiri yang umum terdapat pada lengkuas dan kunyit merupakan salah satu faktor penghambat yang cukup efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli. Minyak atsiri menurut Yuharmen dkk. (2002) bukanlah senyawa tunggal tetapi gabungan dari beberapa senyawa dengan gugus fungsi yang berbeda-beda. Pada umumnya minyak atsiri yang aktif mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan keton. Dengan demikian, ekstrak lengkuas dengan konsentrasi 10% ternyata sudah cukup efektif dalam menghambat diameter pertumbuhan dari bakteri E. coli. 4.2.2 Perbedaan Total Bakteri E. coli Untuk Lama Perendaman Dari hasil penelitian yang dilakukan data yang tecantum pada lampiran 2, dianalisis dengan Anava Ganda, tentang variasi lama perendaman (lampiran 3) dalam perasan rimpang kunyit terhadap pertumbuhan bakteri E. coli pada tahu. Ringkasan anova dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4. Ringkasan Anova Variasi Lama Perendaman Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu. JK Db JK KT F hitung F tabel 0,05 Lama Perendaman 5 29848,380 5969,676 107,652 2,341 Galat 72 3992,667 55,454
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diperoleh nilai F hitung > F tabel pada taraf signifikansi 0,05 yaitu: F hitung 107,652 > F tabel 0,05 2,341. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama perendaman dalam perasan air kunyit terhadap jumlah bakteri E. coli pada tahu. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, hipotesis penelitian diterima. . Untuk memastikan seberapa besar perbedaan lama perendaman dalam perasan rimpang kunyit dalam mempengaruhi pertumbuhan bakteri E. coli tersebut, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan. Hasil Uji jarak Duncan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Uji Jarak Duncan Variasi Lama Perendaman Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Pertumbuhan Bakteri E. coli Pada Tahu. Lama Perendaman Total Rerata Notasi 48 Jam 330.66 55.11 a 24 Jam 378.01 63.00 b 144 Jam 426.34 71.05 c 120 Jam 515.67 85.94 d 96 Jam 568.01 94.66 e 72 Jam 605.01 100.83 f
Berdasarkan tabel di atas untuk lama perendaman menunjukkan adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Dapat diketahui bahwa total bakteri E. coli untuk lama perendaman 48 jam (2 hari) ternyata paling efektif dalam mencegah pertumbuhan bakteri E. coli yaitu sebesar 55,11 cfu/ml diikuti oleh lama perendaman 24 jam sebesar 63,00 cfu/ml. Pertumbuhan bakteri E. coli tertinggi didapatkan pada lama rendam 72 jam (3 hari) yaitu sebesar 100,83 cfu/ml. 4.2.3 Perbedaan Total Bakteri E. coli Untuk Faktor Interaksi Variasi Konsentrasi dan Lama Perendaman Dari hasil penelitian yang dilakukan data yang tecantum pada lampiran 2, dianalisis dengan Anava Ganda. Ringkasan anova tentang interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman (lampiran 3) dalam perasan rimpang kunyit terhadap pertumbuhan bakteri E. coli pada tahu dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6. Ringkasan Anova Untuk Interaksi Antara Lama Perendaman dan Variasi Konsentrasi Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Total Bakteri E. coli Pada Tahu. JK db JK KT F hitung F tabel 0,05 Interaksi Lama Perendaman & Konsentrasi 25 52043,464 2081,738 37,540** 1,659 Galat 72 3992,667 55,454
Untuk uji interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit, diperoleh nilai F hitung > F tabel pada taraf signifikan 0,05 yaitu : F hitung 37,540 > F tabel 1,659 dengan demikian hipotesis penelitian diterima yang berarti ada pengaruh interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman terhadap pertumbuhan koloni bakteri E. coli pada tahu. Oleh karena itu, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (UJD) untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara variasi konsentrasi dan lama perendaman dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Hasil UJD dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7. Uji Jarak Duncan untuk Interaksi Antara Variasi Konsentrasi dan Lama Perendaman Bakteri Eschericia Coli Pada Tahu Perlakuan Konsentrasi Lama Perendaman Rerata Notasi 7% 1 hari 12,67 a 1% 2 hari 17,33 ab 5% 2 hari 27,67 abc 9% 2 hari 29.67 abcd 7% 6 hari 40,00 bcde 9% 1 hari 46,67 cdef 0% 6 hari 46,67 cdef 7% 4 hari 51,67 cdef 1% 6 hari 52,67 defg 7% 5 hari 53,67 defgh 3% 4 hari 64,00 efghi 7% 2 hari 64.33 efghi 9% 5 hari 65,00 fghi 7% 3 hari 69,00 fghij 5% 1 hari 76,33 ghijk 3% 1 hari 78,00 hijk 1% 1 hari 79,67 ijkl 5% 5 hari 80,33 ijkl 5% 4 hari 82,33 ijklm 9% 4 hari 82,67 ijklm 0% 1 hari 85,33 ijklmn 5% 6 hari 88,33 ijklmn 1 % 3 hari 91,67 ijklmn 3% 5 hari 93,33 ijklmn 5% 3 hari 94,00 klmno 3% 2 hari 94,33 klmnop 3% 6 hari 94,67 klmnop 0% 2 hari 97,33 klmnop 9% 6 hari 104,00 lmnopq 1% 5 hari 106,67 mnopq 9% 3 hari 109,00 nopq 0% 5 hari 116,67 opqr 0% 3 hari 118,67 pqr 3% 3 hari 122,67 qr 0% 4 hari 137,67 rs 1% 4 hari 149,67 s
Interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman terhadap jumlah bakteri E. coli yang dihasilkan dari Uji Jarak Duncan (UJD) dapat diketahui bahwa total bakteri E. coli mengalami peningkatan pada setiap perlakuan. Hanya pada perlakuan dengan variasi konsentrasi 7% yang mengalami penghambatan yang signifikan. Sedangkan pada kontrol 0%, dan konsentrasi 1%, 3%, 5%, dan 9% menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan total bakteri pada tahu. Peningkatan total bakteri pada tahu yang direndam dalam larutan kunyit dibandingkan dengan larutan aquades (sebagai kontrol) tidak begitu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa larutan kunyit mempunyai senyawa anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama bakteri E. coli. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa semakin lama perendaman tahu semakin banyak total bakteri pada semua perlakuan. Total bakteri terendah di peroleh pada variasi konsentrasi 7% dengan lama perendaman 24 jam (1 hari) yaitu 12,67 cfu/ml dan terendah kedua pada konsentrasi 1% dengan lama perendaman 48 jam (2 hari) yaitu 17,33 cfu/ml. Sedangkan pada semua perlakuan mengalami peningkatan total bakteri dengan semakin lamanya perendaman. Penurunan total bakteri pada larutan kunyit 7% menunjukkan penghambatan bakteri yang sangat kuat. Penghambatan bakteri menurut Agusta (2000) dan Ardiansyah (2007), disebabkan adanya senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satunya adalah minyak atsiri yang diduga dapat merusak dinding sel dan menghambat sintesis protein sel bakteri. Menurut Puji Rahayu (1988), kunyit diketahui mengandung 2% 9% senyawa curcuminoid dan minyak atsiri 1,8% 5,4%. Senyawa curcuminoid tersebut meliputi curcumin (60%), desmethoxycurcumin, mono demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, dihydrocurcumin dan cyclocurcumin. Sedangkan minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang kunyit meliputi 60% sesquiterpene lactone turmerone, zingiberene (25%), - and - atlantone, bisabolene, guaiane, germacrene, 1,8-cineole, borneol, -sabinene, caprilic acid, dehydroturmerone, 1-phenyl-HON- pentane, limonene, linalol, eugenol, curcumenol, curcumenone, curlone dan phelandrene. Senyawa kimia diatas dapat berfungsi untuk berbagai hal, antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antibakteri. Menurut Cykrykkcy, et al. (2008) curcumin merupakan fraksi kimia paling penting yang terdapat dalam rimpang kunyit yang bertanggung jawab dalam aktivitas biologis terutama dalam penghambatan bakteri (antibakteri). Ekstrak curcumin murni diketahui dapat menghambat pertumbuhan E.coli, S.aureus, E.feacalis, P.aeuroginosa, M.smegmatis, M.simiae, M.kansasii, M. terrae, M.szulgai dan jamur Candida albicans. Akan tetapi fungsi yang paling penting dari curcumin adalah sebagai antioksidan. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa semakin meningkatnya koloni bakteri untuk hari ke-5 dan hari ke-6 perendaman, disebabkan karena adanya pertumbuhan bakteri Salmonella. Tumbuhnya bakteri lain (Salmonella) menunjukkan semakin melemahnya sifat antibakteri rimpang kunyit. Mikroba, terutama dari golongan bakteri mudah tumbuh dan merusak tahu karena beberapa hal, diantaranya adalah nutrisinya yang cukup tinggi. pH yang relative tinggi (5,8 - 6,2) dan kadar air yang tinggi sekitar 75% untuk media pertumbuhannya Medikasari (2002). Hal ini didukung oleh pendapat Winarno (1992) yang menyatakan bahwa bahan pangan yang mengandung protein dan kadar air yang tinggi mudah rusak oleh bakteri. Hal ini berarti efek penghambat bakteri rimpang kunyit 7% adalah tertinggi, sehingga aktivitas bakteri memecah protei juga lebih rendah. Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa pertumbuhan bakteri E. coli berdasarkan lama perendaman menunjukkan pertumbuhan logaritmik (gambar 4.2). Pertumbuhan bakteri mula-mula berkurang pada hari kedua (lama perendaman 48 jam) kemudian mengalami peningkatan yang cukup signifikan (kondisi optimal) pada lama perendaman 72 jam (3 hari) dan menurun lagi pada perendaman hari ke 4 (96 jam), hari ke 5 (120 jam) dan hari ke 6 (144 jam). Proses penurunan pertumbuhan koloni bakteri E. coli pada hari ke 4 sampai ke 6 0 20 40 60 80 100 120 24 Jam 48 Jam 72 Jam 96 Jam 120 Jam 144 Jam Lama Perendaman R e r a t a
t o t a l
b a k t e r i
( l o g ( c f u / m l ) ) ini diduga disebabkan oleh adanya pertumbuhan dari bakteri lain seperti Salmonella sp. Sehingga menyebabkan adanya kompetisi dalam mendapatkan makanan.
Gambar 4.2. Variasi Lama Perendaman Dalam Perasan Rimpang Kunyit Terhadap Pertumbuhan Bakteri E. coli Pada Tahu.
Menurut Thakare (2004) perendaman suatu bahan makanan dalam larutan Curcuma zedoaria yang mengandung curcumin menunjukkan bahwa lama rendam 1 - 4 hari cukup efektif dalam menekan pertumbuhan berbagai macam bakteri antara lain E. coli. Pada perendaman hari ke-lima dan seterusnya menunjukkan penghambatan yang kurang berarti karena terjadi penguapan dari senyawa kurkuminoid, sehingga zona penghambatan semakin berkurang.
4.3 Total Bakteri Salmonella Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bakteri Salmonella tumbuh pada hari ke-lima (120 jam) dan ke-enam (144 jam). Adapun total bakteri Salmonella dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 K0 K1 K3 K5 K7 K9 konsentrasi j u m l a h
b a k t e r i
( l o g ( c f u / m l ) ) 120 Jam 144 Jam
Gambar 4.3. Total Bakteri Salmonella Pada Hari ke-lima dan ke-enam
Berdasarkan gambar diatas bakteri Salmonella tidak dapat tumbuh pada hari ke-satu hingga hari ke-empat. Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa curcuminoid yang terdapat dalam rimpang kunyit. Menurut Cykrykkcy, et al. (2008) curcumin mempunyai efekt toksik yang sangat tinggi terhadap Salmonella dibandingkan dengan toksisitasnya pada bakteri E. coli. Alasan lain ketidak hadiran bakteri Salmonella pada hari ke-satu sampai ke-empat diduga disebabkan oleh tidak tersedianya nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bakteri. Menurut Sukamto (1999) bakteri Salmonella tidak dapat terbentuk dari glukosa, akan tetapi Salmonella memproduksi H 2 S sebagai sumber hidupnya. Disamping itu Salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1 - 9,0, dengan pH optimum 6,5 - 7,5, diduga pada hari ke-lima dan ke-enam pH tahu sudah mencapai angka yang dimaksud. Penyebab lain dari munculnya bakteri Salmonella pada hari ke-lima adalah kuatnya kompetisi antar bakteri dalam mendapatkan subtrat (media pertumbuhan). Menurut Supardi dan Sukamto (1999) bakteri Salmonella yang mempunyai sifat hidup anaerobik fakultatif umumnya tidak dapat berkompetisi secara baik dengan mikroba-mikroba yang umum terdapat dalam makanan, misalnya bakteri-bakteri pembusuk, bakteri genus lainnya dalam familia Escherichieae dan bakteri asam laktat. Total koloni E. coli yang melimpah pada hari ke 1 4 diduga menjadi salah satu faktor penghambat ketidak hadiran bakteri Salmonella pada tahu.
4.4 Perspekstif Islam Tentang Pengawetan Makanan (Tahu dan Lain-Lain) Dengan Menggunakan Bahan Alami. Islam merupakan agama yang mencintai kebersihan dan segala sesuatu yang bersih. Hal ini sebagaimana disabdakan dalam hadist nabi yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk selalu menjaga keindahan atau kebersihan dalam hal pakaian, tempat, makanan dan segala sesuatu yang terdapat di lingkungan kita. Begitu pentingnya kebersihan ini sampai-sampai dalam hadist Nabi dinyatakan bahwa Kebersihan sebagian dari iman (Muhammad, 1995). Dalam hal menjaga kualitas makanan Islam sendiri juga menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang halal lagi baik sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran: =3 ! `6% < => !,L `6: - < | `.. !| ,-. Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu Hanya kepada- Nya saja menyembah (Q.S An-Nahl: 114).
Dalam ayat lain juga disebutkan:
!! %! ` =2 ,L ! 3% `3: < | `.2 !| ,-. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar- benar kepada-Nya kamu menyembah (Q.S Al-Baqarah: 172.).
Berdasarkan kedua ayat diatas dapat dijelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk mengkonsumsi makanan yang berkualitas tinggi. Kualitas makanan yang dimaksud meliputi kehalalan, kebersihan (hegeinitas), kandungan gizi yang penting bagi tubuh dan lain-lain. Allah SWT juga memerintahkan kepada kita untuk selalu mensyukuri sekecil apapun yang diberikan kepada kita (Mustafa, 1992). Tahu merupakan salah satu contoh makanan yang dinashkan dalam Al- Quran sebagai makanan yang halal lagi baik (berkualitas). Hal ini dikarenakan tahu memiliki kandungan gizi yang tinggi, meliputi kandungan protein yang tinggi serta beberapa zat gizi penting lain sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemenuhan gizi masyarakat(Asti, 2006). Walaupun kandungan gizi tahu sangat tinggi, tahu juga merupakan bahan pangan yang mudah rusak dengan pH (5,8 - 6,2) dan kandungan air (80% - 88%). Karena kandungan airnya yang tinggi sehingga tahu mudah rusak, dan mudah ditumbuhi mikroba, sehingga tahu harus dibuang atau diberikan kepada hewan. Padahal dalam Al-Quran sudah sangat jelas diperintahkan untuk tidak bersikap boros dan melampau batas sebagaimana firman Allah SWT: _, > /3. s . >`. =2 ,. . | > .9 Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Q.S Al-Araf: 31).
Dalam ayat lain juga disebutkan:
, )9 )> 3`.9 ,.9 ,. ,. | ,9 l. >| L:9 l. L:9 ,9 . Artinya: Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (Q.S. Al-Isra: 26- 27).
Ketiga ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah memerintahkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dan Allah sangat membenci orang yang berlebih-lebihan (boros). Allah menyatakan bahwa orang yang berlebih-lebihan merupakan saudara setan yang mana setan selalu mengingkari keberadaan Tuhannya. Sikap membuang makanan karena sudah tidak layak konsumsi lagi seperti misalnya merupakan sifat boros yang mendekati kepada kekufuran. Untuk itu sebagai umat Islam kita diperintahkan untuk belajar dan mencari berbagai metode yang sangat penting dalam teknologi pengawetan makanan dengan menggunakan bahan-bahan yang alami dan ramah terhadap tubuh manusia (Thalib, 1995). Saat ini yang terjadi dalam masyarakat dalam usaha memperpanjang masa simpan tahu banyak produsen menggunakan bahan pengawet sintesis seperti formalin, boraks dan lain-lain. Pada dasarnya bahan pengawet tersebut cukup efektif dalam mempertahankan usia tahu, akan tetapi dalam waktu jangka akan meybebabkan berbagai masalah dalam tubuh, seperti penyakit kanker, ganguan pencernaan dan lain-lain. Untuk masalah ini Allah pun sudah tegas berfirman dalam Al-Quran: 9!% 9 `)9 ?s `> .)9 Ls Artinya: Dan tidaklah kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (Q.S. Az-Zukhruf: 31).
Ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah berbuat dhalim (aniaya) kepada kita (umat manusia), akan tetapi manusia sendirilah yang berbuat dhalim kepada diri mereka sendiri salah satunya dengan mencampur bahan makana dengan bahan kimia berbahaya yang dapat membahayakan tubuh. Alam telah menyediakan bahan sebagai antibiotik maupun antiseptik, yang tersebar di seluruh permukaan bumi, yang memiliki berbagai macam bentuk, rasa, warna, dan manfaat yang berbeda-beda. Sebagaimana yang tertuang dalam kalam Allah surat asy-Syuaraa ayat 7, yang berbunyi:
9 <| _{ /. !., ! . _ . Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik (QS. Asy-syuaraa: 7).
Maksud dari : berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik salah satu adalah kunyit. Kunyit baik untuk penghambatan bakteri maupun untuk keperluan kesehatan lainnya. Berdasarkan ayat tersebut Allah memerintahkan kepada manusia yang telah diberi kelebihan akal untuk meneliti dan mengkaji segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi karena tidak ada hasil ciptaan Allah yang sia-sia. Dari hasil penelitian ini setidaknya sudah dapat memberikan petunjuk untuk menemukan alternatif baru dalam pemanfaatan dan pemeliharaan lingkungan. Menurut Triwulan (2008) sebuah lingkungan yang bersifat simbiotik, menghasilkan hubungan dengan alam secara mutualistik. Nilai-nilai kunci dimanfaatkan untuk menjaga alam, bukan kesemberonoan untuk mempertinggi seni kehidupan. Lingkungan yang menetapkan nilai lebih pada kesehatan fisik akan memelihara sikap bahwa setiap situasi pertentangan yang nyata antara manusia dan alam merupakan satu kesempatan untuk berfikir bahwa dibalik solusi semacam itu terdapat keuntungan baik bagi manusia maupun alam. BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi perasan rimpang kunyit (Curcumae domestica Val.) terhadap cemaran mikroba E. coli dimana konsentrasi 7 % perasan kunyit menunjukkan rerata total pertumbuhan bakteri E. coli yang paling sedikit yakni 48.55 cfu/ml. Sedangkan pada Salmonella tidak dikuantifikasi karena pada hari ke 1 sampai ke 4 belum tumbuh pada tahu. 2. Terdapat pengaruh variasi lama perendaman rimpang kunyit (Curcumae domesticate Val.) terhadap cemaran mikroba E. coli pada tahu dimana lama perendaman 48 jam (2 hari) ternyata paling efektif dalam mencegah pertumbuhan bakteri E. coli yakni sebesar 55.11 cfu/ml. Sedangkan pada Salmonella tidak dikuantifikasi karena pada hari ke 1 sampai ke 4 belum tumbuh pada tahu. 3. Terdapat interaksi antara variasi konsentrasi dan lama perendaman perasan rimpang kunyit kunyit (Curcumae domestica Val.) terhadap cemaran mikroba E. coli dimana konsentrasi 7 % dengan lama perendaman 1 hari merupakan interaksi terbaik yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri E. coli dengan rata-rata 12,67 cfu/ml. Sedangkan pada Salmonella tidak dikuantifikasi karena pada hari ke 1 sampai ke 4 belum tumbuh pada tahu.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perlu pengukuran factor lingkungan yang menjadi penyebab pertumbuhan E. coli maupun Salmonella, seperti pH, kadar air, suhu, dan lain-lain. 2. Perlu dilakukan uji senyawa kimia curcuminoid murni yang diisolasi dari rimpang kunyit maupun anggota familia Zingiberaceae lainnya untuk mendapatkan hasil yang lebih optimum. 3. Perlu dilakukan pengamatan tentang mikroorganisme lain, misalnya kapang, karena suhu di Indonesia sangat memungkinkan untuk pertumbuhan mikroorganisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. http://www. Berita iptek.com. Diakses 28 Februari 2007.
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika indonesia. Bogor: penerbit Institut Pertanian Bogor.
Arixs, 2006. Jangan Bosan Tempe dan Tahu Yang Penting Pengolahan dan Penyajian.http:/cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle &ardid=484. Diakses 23 februari 2003.
Buckle K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI Press.
Cykrykkcy, S., Mozioglu, E. dan Ylmaz, H. 2008. Biological Activity of Curcuminoids Isolated from Curcuma longa. In: Academy of Chemistry of Globe Publications: Rec. Nat. Prod. 2:1 (2008) 19-24.
Departemen Perindustrian. 1998. Standar Industri Idonesia. Dalam Farida, M. 2002. Pengaruh Penggunaan whey Sebagi Media Perendaman Terhadp Daya Simpan Tahu Yang Dikemas, Kajian Lama Perendaman whey dan Lama Pemanasan Tahu. Skripsi Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.
Estiasih, T. 2005. Kimia Dan Teknologi Pengolahan Kacang-Kacamgan. Malang: THP Universitas Brawijaya.
Esti, S. 2001. Tanaman Kacang-Kacangan. http://www.ristek.go.id/file upload/ttg/data/pengolahan20%pangan/dipti/tanaman kacang-kacngan.pdf. Diakses tanggal 05 Desember 2007.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fouad, K.E. and Hegemen, G.D. 1993. Microbial Spoilage of Tofu (Saybean Curd). Journal of tood Protection. Vol 56. No.2, page 157-164.
Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction, 8th ed,, San Francisco: Benjamin Cummings.
Guzman, D.C.C and Siemonsma, J.S. 1999. Plant Resources of South East Asia (PROSEA). Leiden: Backhuys publisher.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikrroorganisme. Bandung: CV. Yrama Widya. Kastyanto, F.W. 1999. Membuat Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mahmud, K. Mien, D.S. Sabita, R.R. Aprianto dan Herma. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depkes RI. Bina Gizi Manyarakat dan Pusat Pangembangan Gizi. Jakarta.
Majeed, M and I. Prakash. 2000. Tetrahydrocurcuminoids: Bioactive Compounds From Curcuminoids. New Jersey: Sabinsa Corporation.
Majeed, M and V. Badmaev. 1999. Bioprotectant Composition Method of Useand Extration Process if Curcumenoids. United States Patent.
Masduki, I. 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli in vitro. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No. 109, 1996.
Mudjajanto, E.S. 2005. Tahu Makanan Favorit Yang Keamanannya Perlu Diwaspadai. Dalam kompas. Fakultas Pertanian IPB. Diakses Maret 08 2008.
Muhammad, A.B., 1995. Hadist Tarbiyah II. Surabaya: Al-Iklas.
Notoadmodjo, Soekanto, 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuryasin, A. 2006. Bahaya Formalin. http://ikaptdk.com/arpon/content/ view/III/89. Diakses tanggal 05 Desember 2007.
Parwata, I. M. O. A. P dan Dewi, P.F.S. 2008. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). Dalam: Jurnal Kimia 2 (2), Juli 2008 : 100-104.
Prastawa, S.P.C. Riyatiningsih dan Anjarwati. 1980. Penerbit Dan Pengembangan Tentang Pengawetan Tahu. Semarang: Badan Penelitian Dan Pengembangan Tahu. Balai Penelitian Kimia.
Puji Rahayu, N. 1988. Pengaruh Kadar Larutan Natrium Karbonat dan Lama Perebusan Terhadap Kadar Kurkumin dan Warna Simplisia Kunyit. Malang: IKIP Malang.
Raihan I. 2005. Al-Quran Bertutur Tentang Makanan dan Obat-Obatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Rismunandar, R. 1994. Rempah-Rempah Komoniti Eksport Indonesia. Bandung: CV. Sinar Baru.
Rukmana, R. 1994. Kunyit. Yogyakarta. Kanisius.
Sarwono, B. dan Saragih, Y.P. 2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suprapti, L. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius.
Supardi, dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan Produk Pangan. Bandung: Penerbit Alumni.
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik (Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian). Jakarta: Barata Karya Angkasa.
Shurfleff and Ayogi. 1984. The Book Of Tofu (Tofu for Mankind). New York: Balantine Books.
Thakare, M. 2004. Pharmacological Screening of Some Medicinal Plants as Antimicrobial and Feed Additives. Thesis: Department of Animal and Poultry Science Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, Virginia USA.
Thalib, M., 1995. Butir-Butir Pendidikan Dalam Hadits. Surabaya: Al-Ikhlas.
Tjitrosoepomo, G. 1996. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Triwulan, dan Trianto. 2008. Pengembangan Sains dan Teknologi Berwawasan Lingkungan dalam Perspektif Islam. Jakarta: Lintas Pustaka
Utami, Ulfa. 2004. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi.
Volk, W.A dan Wheeler, M.F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Lima. Alih Bahasa: Markhan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Widiyanti, N. L. P. M dan Ristiati, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%203/Ni%20Putu%20_2.p df. Diakses tanggal 23 Desember 2008.
Widyaningsih, T.O. dan E.S. Murtini. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Surabaya: Tcrubus Angrisarana.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno dan Tim Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Yuharmen, Eryanti, Y. dan Nurbalatif. 2002. Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Riau.