Anda di halaman 1dari 2

Biarkan Tuhan Bekerja

i

3 Votes
Quantcast
[Tulisan ini dibuat oleh Ibu Siti Nurlaela, Dosen PWK yg saat ini sdg studi S3 d
i
Australia - Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amin, JH]
Terinspirasi oleh sebuah kisah berjudul PUSH : Pray Until Something Happened.
Dikisahkan seorang pemuda yang diberi amanah oleh Tuhan untuk mendorong sebuah b
atu sebesar gunung. Sepanjang hari setiap malam, pemuda tersebut berusaha, tetap
i tidak seincipun batu berpindah. Dalam keputusasaan, dia berdoa. Tuhan menjawab
doanya: Aku hanya perintahkan kamu untuk mendorong batu, bukan memindahkannya.
Lihatlah hasil
usahamu. Badanmu lebih kuat. Jiwamu lebih sabar. Dan itulah tujuan dari perintah
Ku.
Seketika Tuhan memindahkan batu tersebut.
Seiring perjalanan kita di dunia, hidup tidaklah datar. Manusia menghadapi siklu
s kehidupan, seiring dengan itu, mengalami siklus ujian. Manusia lahir, tumbuh b
erkembang. Sejak bayi telah diuji oleh terpaan lingkungan, yang dengan instingny
a yang masih bersih, Tuhan menjaga dengan caraNya agar dia survive. Manusia tumb
uh berkembang.
Beranjak dewasa, mampu mengembangkan pemikiran dan menghidupkan akalnya, berlaku
lah ujian Tuhan yang lain, berupa kebebasan berkehendak. Dia menghadapi berbagai
fenomena, Tuhan menaikkannya, menurunkan, menjatuhkan, mengangkat, seperti
roda yang berputar, seperti roller coaster, melambat dan melaju. Berlaku kebebas
an berkehendak: pilihan untuk bersikap atas setiap fenomena. Pada fase-fase inil
ah, dia sedang dibentuk atau membentuk dirinya.
Fase kehidupan adalah arena perlombaan, perlombaan adalah ujian kehidupan, dan m
anusia sesungguhnya sedang berlomba: Dalam surat Al Waqiah: pada hari pembuktian,
manusia terbagi ke dalam tiga golongan: golongan kiri yang sengsara, golongan ka
nan yang mulia, dan golongan yang didekatkan kepada Allah dan paling terdahulu m
asuk
surga. Seperti itulah akhir cerita penghidupan manusia kelak.. yang tercermin da
ri bagaimana dia menjalani penghidupan saat ini. Menyikapinya, kadang kita terje
bak dengan logical fallacy: mengandalkan kemampuan diri sendiri: melupakan Tuhan
.
Padahal, Tuhan Maha Tahu hakikat ciptaanNya. Tuhan lebih tahu kita daripada diri
kita sendiri. Tuhan Maha Tahu batas kemampuan kita, karena itu tidaklah kita diu
ji melainkan sebatas kemampuan Seorang anak sekolah yang tidak pernah lulus ujian,
harus mengulang ujian yang sama Batas ketika kita terbukti mampu adalah saat kit
a lulus ujian. Bentukan diri yang tahan uji tahan banting atau lemah, menyerah, dan
akhirnya harus melewati ujian yang sama, terlalui dalam proses hidup.
Yah, kita sedang berlomba dalam ujian demi ujian yang bertubi. Bagaimana kita be
rusaha agar bisa menang. Apakah kita akan berjalan sendiri menuruti kehendak, de
ngan akal yang tertuntun oleh hikmah kehanifan atau dengan akal yang terselimuti
kebebasan hawa nafsu atau malah sama sekali tidak mampu menggunakan akal karena
kuatnya hawa nafsu. Tuhan tidaklah tidak memperhatikan. Hanyakesadaran manusia akan
campur tangan Tuhan yang menentukan, apakah dia MEMILIH untuk berjalan sendiri, a
tau MEMILIH untuk menyerahkan pekerjaan berat di hadapannya kepada si yang
Empunya perintah. Jika kita dapat berkolaborasi dengan juri yang menilai kelulusan
kita, alangkah mudahnya kita lulus ujian. Hakekatnya, saat kita MEMILIH berjala
n bersama Tuhan, sesungguhnya kita sedang berkolaborasi dengan juri, berkolusi denga
n yang mempunyai dan menciptakan scenario permainan. Maka demikian, kemenangan
kita adalah keniscayaan. Karena Tuhan Maha Tahu dan Lebih Tahu diri kita dari ki
ta sendiri.
Seorang survivor yang berikhlas dan berpasrah pada Tuhan tidak akan berputus asa
menghadapi arena perlombaan betapapun beratnya. Karena dia tahu, Tuhan Yang Mah
a Tahu akan berjalan bersamanya melewati semua. Dia tidak akan pernah berhenti b
erusaha dan tidak akan berhenti berdoa. Seperti kisah sang pemuda dalam usahanya
memindahkan batu sebesar gunung, dia mendorong batu, dan berdoa. Maka Keep in yo
ur PUSH (Pray until something happened) manakala kita memasuki arena.. dan Biark
an Tuhan Bekerja. Dan ingatlah ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua,
lalu mereka berdoa: Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan
sempunakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami (QS 18:10).
Siti Nurlaela

Anda mungkin juga menyukai