Teknologi Bahan Makanan Pengampu: Dr. Sperisa Distantina, S.T., M.T., Ph.D
Kelompok 7 Janu Ganang Prakoso (I0512030) Kukuh Eka Prasetya (I0512031) M Fitra Arifianto (I0512032)
IKAN DAN SEAFOOD Ikan dan seafood merupakan produk laut yang kesegarannya tidak tahan lama setelah masa pemanenannya. Selama proses pasca pemanenan, ikan dan seafood memerlukan perbaikan dalam sistem penanganan seperti: Perawatan siklus pendinginan Aplikasi pengolahan yang tepat secara fisik dan biokimia yang dibutuhkan untuk mengurangi kerusakan dan penurunan kualitas Dan penanganan penyimpanan untuk menambah umur simpan produk. Jenis ikan air hangat dan ikan air dingin beda dalam cara perawatan pasca panen dan membutuhkan perawatan yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Masalah dalam penanganan ikan dan seafood: Walaupun teknologi budidaya ikan meningkat pesat, pemanenan ikan masih banyak dilakukan secara tradisional Dalam kasus jenis ikan air dingin, kenaikan suhu mempercepat resolusi kekakuan seperti pada daging Dalam penanganannya, ikan tidak bisa mencapai nilai pH rendah seperti yang biasa ditemui pada daging. Perbaikan Sistem Penanganan Panen dan Pasca Panen Kualitas ikan dan makanan laut dipengaruhi oleh teknik pemanenan dan penanganan pasca panen serta peralatan yang digunakan. Penanganan pasca panen harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kerusakan ikan baik kerusakan fisik maupun kebusukan. Pengurangan kerusakan ikan dapat dilakukan dengan: Memeriksa peralatan pemanenan dan kontainer secara teratur untuk memastikan tidak ada sudut tajam yang dapat merusak ikan Tidak melempar ikan ke dalam container Tumpukan ikan dalam kontainer tidak boleh terlalu tinggi. Terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan suhu tinggi terutama di daerah tropis dan subtropis yang suhunya dapat berubah tiba tiba Penanganan yang baik akan menambah umur simpan ikan dan seafood Perawatan Prapenyimpanan Pretreatment dan penyimpanan yang dilakukan dengan segera diperlukan untuk meningkatkan sanitasi dan mengurangi bagian yang termakan oleh bakteri yang dapat menyebabkan pembusukan. Ikan dibersihkan darah dan isi perutnya untuk penyimpanan lebih lanjut. Pembersihan darah dan isi perut ikan dapat mengurangi beberapa sekresi antimikroba alami yang tidak menguntungkan untuk proses penyimpanan. Pada beberapa spesies ikan , isi perut (usus) tidak perlu dihilangkan dan dapat dimakan, tergantung pada penggunaan akhir dan kebutuhan pasar. Perawatan kebersihan yang baik dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi produk ikan dan seafood. Hal tersebut lebih mudah dilakukan didarat daripada saat dikapal Teknologi Rantai Pendinginan Menjaga rantai pendinginan adalah strategi yang efektif untuk pengawetan ikan dan makanan laut dan pemeliharaan kualitas. Kebanyakan ikan didinginkan dengan es segera setelah panen kecuali mereka diperuntukkan hanya untuk pasar lokal di dekatnya. Es adalah pendingin yang sangat baik. Es juga murah, dan pasti harus bersih, tidak tercemar dan bebas bakteri air. Chilling umumnya mengurangi suhu ikan menuju 0C . Proses chilling ke 0C pada es atau kompartemen berpendingin merupakan persyaratan penting untuk penanganan ikan dan produk seafood. Umur penyimpanan dapat diperpanjang melalui penggunaan sorbat atau sulfit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas dan waktu simpan berkurang saat ikan mengalami physical stress. Tingkat infeksi pada otot ikan meningkat dengan meningkatnya stres fisik. Penanganan Kimiawi dan Pemakaian Pengawet Biologis Berbagai macam penanganan kimiawi dan budidaya bakteri telah digunakan dalam praktek komersial atau diusulkan oleh para peneliti untuk mengurangi efek buruk dari faktor abiotik, biotik, dan fisiologis yang menyebabkan pembusukan pada ikan dan makanan laut. Klorin dan Klorin Dioksida Klorin dioksida komersial mampu membunuh Escherichia coli, Listeria monocytogenes. Klorin dioksida dalam larutan lebih efektif daripada klorin dalam membunuh L. monocytogenes pada fish cubes. Penggunaan klorin dioksida pada kadar tertentu dapat menimbulkan perubahan warna pada fish cubes. Hidrogen Peroksida Perendaman dalam larutan hidrogen peroksida dapat meningkatkan umur simpan ikan. Hydrogen peroksida berperan sebagai pengawet serta pemutih , sehingga menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan umur simpan panjang. Namun, hydrogen peroksida dapat menyebabkan oksidasi yang berlebihan (tengik) sehingga menyebabkan penurunan kualitas produk
Bakteri Asam Laktat Penambahan kultur bakteri asam laktat digunakan untuk mengontrol pertumbuhan pathogen pada ikan L.monocytogenes yang sulit dikendalikan di air garam. Hal tersebut bukan dikarenakan penghambatan oleh asam laktat melainkan karena produksi pengawet nisin alami oleh bakteri asam laktat. Enzim Inhibitor Keempukan daging atau pelunakan seafood secara umum telah dikaitkan dengan aktivitas endogen protease otot pada hewan post-mortem. Penggunaan plasma glikoprotein dan 2-macroglobulin (komponen aktif dalam telur hidrolisat plasma putih) dapat digunakan untuk menghambat enzim protease endogen. 2-macroglobulin nonkompetitif menghambat protease dalam urutan menurun: cathepsin D, tripsin, kimotripsin, kolagenase. Aktivitas inhibitor ini tergantung pada ukuran molekul substrat, ukuran enzim, dan kekhususan relatif enzim. 4-hexylresorcinol dapat mengikat ireversibel ke polifenol oksidase, menghambat aksinya. Penilaian panel sensorik ditemukan tidak berpengaruh pada rasa, tekstur, penampilan visual, dan pengamatan warna normal setelah memasak dengan memperlakukan udang dengan 4- hexylresorcinol. Udang terkadang timbul blackspot (melanosis) dalam penyimpanan dingin dan beku, dan sulfit adalah zat pereduksi digunakan untuk mencegah perubahan warna ini. Dibandingkan dengan natrium metabisulfit pengobatan, Everfresh (0,2% 4- hexylresorcinol) memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap blackspot, khususnya pada tubuh udang selama penyimpanan es, dalam air laut didinginkan, dan es setelah beku penyimpanan.
Teknologi Pengemasan Pengemasan berperan sangat penting dalam pengawetan ikan dan makanan laut. Ada tiga fungsi utama pengemasan yaitu containment, proteksi dan informasi. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak terdapat kandungan air pada ikan yang dapat merusak kemasan berbasis kertas, dan mengurangi kemungkinan terkontaminasi mikroba. Kemasan juga harus dapat melindungi produk dari kondisi di lingkungan dan atmosfir dan bahaya fisik dan kimia. Pemberian label dalam kemasan yang berisi informasi tanggal pengemasan, tanggal kadaluwarsa serta informasi cara penyimpanan juga sangat penting. Ikan atau makanan laut lain yang dikemas haruslah yang berkualitas baik. Inovasi teknologi pengemasan saat ini sudah mulai diterapkan yaitu dengan memanipulasi karakteristik gas dalam kemasan. Kombinasi gas O2, CO2, dan N2 yang tepat sesuai dengan karakteristik produk yang dikemas ditambah dengan penyimpanan yang berpendingin akan menambah masa guna produk dalam kemasan. Proses Iradiasi Radiasi gamma merupakan metode inovatif untuk preservasi , penyimpanan ikan, dan juga pengurangan jumlah mikroba pada ikan Penelitian menunjukkan bahwa iradiasi dengan dosis 2-7 kGy dapat mengurangi pathogen pada makanan seperti Salmonella, Listeria, dan Vibrio spp. Termasuk pathogen ikan seperti Pseudomonaceae dan Enterobacteriaceae . Penerapan treatment iradiasi pada ikan dan seafood harus dilihat sebagai bagian dari kualitas yang terintegrasi dan manajemen keselamatan, menggabungkan praktik manufaktur yang baik (GMP) dan analisis bahaya dan titik control kritis (HACCP). Ikan yang untuk iradiasi harus dalam kondisi baik, bebas dari kerusakan, dan ditangani dengan benar baik sebelum dan sesudah irradiasi. Dosis iradiasi yang direkomendasikan adalah 0,75 1,5 kGy untuk produk segar dan 2 5 kGy untuk makanan beku. Tidak ada efek yang merugikan pada kualitas ikan yang diradiasi dengan benar. Terimakasih