Anda di halaman 1dari 6

Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir


Sumber gambar:
nursingcrib.com
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera
dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering.
Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.
Pemotongan tali pusat

Pola di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di perut ibu dengan
posisi kepala sedikit ekstensi, selimuti bayi dengan kain, tetapi bagian dada dan perut tetap terbuka
kemudian klem dan potong tali pusat. Tali pusat tidak usah diikat dulu, tidak dibubuhkan apapun dan
tidak dibungkus.
Pola dekat perineum ibu
Jika tali pusat sangat pendek sehingga cara pertama tidak memungkinkan, setelah bayi baru lahir
dinilai, letakkan bayi di atas kain yang ada di dekat perineum ibu, kemudian segera klem dan potong
tali pusat (tanpa diikat), tidak bubuhi apapun dan tidak dibungkus.


Tindakan resusitasi bayi baru lahir (bagan alur)

Jika bayi tidak cukup bulan dan tidak bernapas atau bernapas mega-megap dan atau tonus otot tidak
baik
Sambil memulai langkah awal:
Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan bernapas dan bahwa Anda
akan menolongnya
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi dukungan moral, menjaga
ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

Tahap I: Langkah Awal
1. Jaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari perineum
Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat
Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah digelar di tempat
resusitasi
Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah pemancar panas.
2. Atur posisi bayi
Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari perineum
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu.

Posisi menghidu. Sumber gambar: glown.com
3. Isap lendir
Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut:
Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukkan
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut karena
dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk
hidung jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai berikut:
Tekan bola di luar mulut dan hidung
Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir akan terisap)
Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan lepaskan.

Resusitasi. Isap lendir BBL. Sumber gambar: helid.digicollection.org
4. Keringkan dan rangsang bayi
Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai menangis
Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai bernapas:
Menepuk/ menyentil telapak kaki; atau
Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan
Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa
memantau pernapasan bayi.
5. Atur kembali posisi kepala bayi
Atur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidu

Langkah penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap
Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi
Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

Tahap II: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam
paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan
teratur.
Langkah-langkah:
1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji
apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.
Lihat apakah dada bayi mengembang

Tindakan ventilasi BBL sambil memperhatikan dada bayi. Sumber gambar: helid.digicollection.org

Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
Jika tidak mengembang:
Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan
Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang
lakukan tahap berikutnya.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20
cm air sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis
Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik lakukan
penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.
Lihat dada apakah ada retraksi
Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
Jangan ventilasi lagi
Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
Jangan tinggalkan bayi sendiri.
Lakukan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
4. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah bernapas,
tidak bernapas atau megap-megap
Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap
dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
6. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai jantung.
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan resusitasi jika denyut
jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan
pencatatan.
Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang
permanen.
Tahap III: Asuhan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan intensif
selama 2 jam pertama. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi (asuhan pasca
resusitasi)yaitu:
Jika resusitasi berhasil
Jika perlu rujukan
Jika resusitasi tidak berhasil


Tindakan resusitasi BBL jika air ketuban bercampur mekonium

Apakah mekonium itu?
Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau kehitaman.
Kapan mekonium dikeluarkan?
Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12 24 jam pertama).
Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air ketuban,
hal ini menyebabkan cairan ketuban ebrwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34
minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala,
monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda bahaya.
Apa yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan?
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup (gawat janin). Kekurangan oksigen dapat meningkatkan gerakan
usus dan membuat relaksasi otot anus sehingga janin mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan
risiko lebih tinggi untuk gawat janin seringkali memiliki lebih sering pewarnaan air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan), misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau bayi post matur.
Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium?
Mekonium yang dikeluarkan dan bercampur air ketuban dapat masuk ke dalam paru-paru janin di
dalam rahim atau sewaktu bayi mulai bernapas saat lahir. Tersedak mekonium dapat menyebabkan
pneumonia dan mungkin kematian.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur
mekonium?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-langkah
tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada
bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/ bernapas/ bernapas
normal/ megap-megap/ tidak bernapas?
Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap lendir di mulut, klem dan potong
tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.
Keterangan: Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air
ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak (aspirasi).

Anda mungkin juga menyukai