Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

MODUL ORGAN FORENSIK


Mayat Bayi dan Perempuan yang Dicurigai
Kelompok IX
030.2010.179
030.2010.189
030.2011.009
030.2011.019
030.2011.129
030.2011.139
030.2011.209
030.2011.259
030.2011.289
030.2012.159
030.2012.189



Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti
Jakarta, Oktober 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut
ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.
Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan
dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-
10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun).
Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.
Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama
setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan
diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu
melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul rasa
kasih sayang.





BAB II
LAPORAN KASUS

Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat melaporkannya kepada
polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan yang
mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang dari
anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter
direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai
sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya
agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang
akan menjadi pemeriksa.










BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perkiraan Kronologis Kematian
Seorang wanita yang hamil dari hubungan di luar nikah, baru saja melahirkan dibantu oleh
dukun secara diam-diam tanpa diketahui oleh kenalan atau orang terdekatnya. Karena panik akan
kelahirannya wanita tersebut membekap bayinya dengan satu tangan sampai mati setelah selesai
melahirkan. Bayi tersebut belum dibersihkan dan belum dirawat oleh sang ibu. Wanita tersebut
mencari tempat yang tepat untuk membuang mayat bayinya tersebut dan dia menemukan tempat
sampah yang cocok. Selama beberapa saat wanita tersebut berada di sana untuk melihat situasi
dan kondisi tanpa menyadari ada seorang warga yang mengamati dan mencatat nomor polisi
mobil tersebut. Setelah mendapat laporan dari warga tersebut polisi segera mencari mobil
tersangka dan wanita yang ada di tempat kejadian untuk diperiksa apakah wanita tersebut benar
ibunya.

3.2 Aspek Hukum
Aspek hukum yang terkait dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu:

1. KUHP pasal 341

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

2. KUHP pasal 342

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.


3. KUHP pasal 305

Barangsiapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau
meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.


4. KUHP pasal 306 (ayat 2)

(1) Jika salah satu perbuatan pasal 304 dan pasal 305....

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
1


3.3 Prosedur Mediko-Legal
Prosedur medico-legal meliputi:
1. Pengadaan visum et repertum.
2. Tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka
3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan
ahli di dalam persidangan.
4. Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran.
5. Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik.

Penemuan dan pelaporan Sesosok mayat bayi ditemukan oleh masyarakat di tempat
sampah dan dilaporkan kepada polisi. Selain itu, didapatkan informasi bahwa seorang
perempuan yang menghentikan mobilnya dan berada cukup lama di dekat sampah dan
ada warga yang mencatat plat mobilnya.


Penyelidikan
Proses ini dapat dilakukan oleh anggota polisi berpangkat apa saja sesuai pasal 4
KUHAP yang berisi penyelidik adalah setiap pejabat polisi negera Republik. Proses
penyelidikkan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah benar ada kejadian yang
dilaporkan oleh pelaporan.

Penyidikan
Proses ini dilakukan oleh pejabat polisi Indonesia tertentu sekurang-kurangnya
berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi sesuai dengan pasal 6 KUHAP dan pasal 2 PP
no 27/ 1983 dan dapat dibantu oleh pejabat polisi Negara Indonesia tertentu yang
sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi sesuai dengan pasal 3 PP No 27 /
1983. Proses ini merupakan tindak lanjut setelah diketahui benar-benar terjadi suatu
kejadian. Pada saat proses penyidikan jika diperlukan ahli untuk membantu maka para
penyidik dapat memanggil bantuan ahli, salah satunya adalah dokter. Jika seorang dokter
mendapat permintaan tertulis untuk membantu proses penyidikan dalam hal yang
berhubungan dengan tubuh manusia maka harus melaksanakan tugasnya sebagai
kewajiban seorang dokter sesuai dengan pasal 133 KUHAP. Pasal ini berisi dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya. Apabila menolak akan mendapatkan sanksi sesuai ketentuan hukum
yang diatur dalam pasal 216 KUHP, berisikan barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang
tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula
yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula
barangsiapa dengan sengaja menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

Pemberkasan perkara
Dilakukannya pengumpulan semua hasil penyidikan termasuk hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter yang sudah diberi tugas. Hasil berkas ini akan dibawa ke penuntut
umum.

Penuntutan
Dilakukan di sidang pengadilan oleh penuntut umum dan jika berkas perkara telah
lengkap akan akan dilanjutkan ke dalam pengadilan.

Persidangan dan Vonis
Dipimpin oleh hakim atau majelis hakim dan yang menjatuhkan vonis adalah hakim.
2


3.4 Interpretasi Temuan
Berdasarkan kasus dan kronologis kematian yang telah dikemukakan diatas, mayat bayi
yang ditemukan itu merupakan bayi yang lahir hidup. Lahir hidup itu sendiri berarti keluar atau
dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernafas atau
menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali
pusat dipotong dan uri dilahirkan.
2

3.5 Pemeriksaan Temuan
a. Pemeriksaan Ibu
Pada pemeriksaan ibu seusai persalinan didapatkan:
1. Keadaan umum
Biasanya masih lemah terutama dalam 48-72 jam pertama. Rasa nyeri juga masih bisa
dirasakan akibat kontraksi uterus yang sangat kuat.
2. Payudara
Payudara membesar dan penuh berisi susu. Areola payudara bewarna gelap, putting
susu lebih menonjol dan tamppak tuberkel montgomeri. Dalam 24 jam pertama
setelah persalinan, payudara mengeluarkan kolostrum dan kemudian disusul dengan
pengeluaran air susu ibu.
3. Pemeriksaan abdomen
Uterus mengeras dan mengalami kontraksi setelah persalinan. Setelah melahirkan,
uterus teraba persis dibawah umbilicus dan ukurannya perlahan-lahan mengecil dan
akhirnya kembali ke dalam rongga pelvis setelah 10 sampai 2 minggu setelah
persalinan.
4. Organ genital
Vagina: bisa terlihat memar dan laserasi karena proses persalina. Vagina lunak,
berongga dan mungkin terdapat robekan yang masih baru terjadi. Robekan juga bisa
terjadi pada bagian frenulum labiorum pudenda. Perineum juga kadang-kadang
mengalami laserasi.

Serviks: segera setelah melahirkan, ostium uteri eksternum masih mengalami
pembukaan sebesar 2 jari.

Lokia: cairan yang dikerluarkan dari uterus, biasanya berlangsung selama 2 sampai 3
minggu setelah melahirkan. 1-4 hari lokia rubra, cairan bewarna merah terang.
3

b. Pemeriksaan Jenazah Bayi
Pada pemeriksaan jenazah bayi ditemukan:
Antropometri bayi :
Berat bayi : 2700 gr
Panjang badan : 45 cm
Usia janin dalam kandungan = 45/5 x 4 minggu = 36 minggu
Kepala tungging : 35cm
Lingkar kepala oksipito frontal : 33 cm
Diameter dada : 8 cm
Diameter perut : 7cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 29 cm

Pameriksaan luar :
Terdapat sianosis yang bisa ditemukan diujung jari tangan bayi.
Terdapat lebam mayat pada jenazah yang lebih gelap (merah keunguan/kebiruan) dan
lebih luas (pada dada bagian atas,leher dan wajah).
Terdapat tanda kekerasan berupa gambaran tangan serta memar pada bibir bayi.
Dapat dilihat pada dada bayi sudah mengembang turun hingga iga ke 4-5.
Terdapat rambut yang sudah tumbuh.
Kuku jari tangan melewati ujung jari.
Alis mata sudah lengkap.
Testis yang sudah turun ke scrotum.

Pemeriksaan dalam :
Adanya pelebaran pembuluh darah sehingga ditemukan tardieu spot atau bintik-bintik
perdarahan atau petechiael hemorrhage.
Adanya perbendungan atau kongesti, dapat dilihat pada hepar yang bewarna lebih gelap
dan bertepi tumpul.
Paru sudah memenuhi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru-paru
bewarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegangdan menunjukan gambaran
mozaik. Apeks paru kanan paling dulu atau jelas terisi karena halangan paling minimal.
Gambaran marmer terjadi akibat pembuluh darah intertisial berisi darah. Konsistensi
seperti spons dan teraba derik udara.
Pemeriksaan uji apung paru positif
Pemeriksaan mikroskopik paru manunjukan alveoli paruyang mengembang sempurna
tanpa emfisema serata tidak terdapat projection. Pada pewarnaan Ladewig, serabut
retikulin tampak tegang.

Pemeriksaan radiologi menujukan adanya udara duodenum namun belum sampai pada
usus besar.

Pemeriksaan DNA memperlihatkan adanya kecocokan dengan wanita yang dibawa
polisi yang dicurigai sebagai tersangka.


3.6 Visum et Repertum
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa, Grogol, Telp 5655786, Fax 5660706 Jakarta Barat 11440

Nomor : 1234-SK.III/3456/2-11 Jakarta, 10 Oktober 2014
Lamp. : Satu sampul tersegel
Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan
atas jenazah bayi X








PROJUSTITIA
Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, SAP, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta, menerangkan bahwa atas
permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan No. Pol.:B/789/VR/IX/11/Serse
tertanggal 13 Oktober 1995, maka pada tanggal empat belas Oktober tahun dua ribu sebelas,
pukul Sembilan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah
jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti telah melakukan pemeriksaan
atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:

Nama :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : -
Kebangsaan : Indonesia
Agama :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak merah,
terikat pada ibu jari kaki kanan.
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat terbungkus kain panjang.
2. Mayat tidak berpakaian. Kulit berlumuran darah dan lendir.
3. Tali pusat terpotong tepi tidak rata.
4. Mayat adalah seorang bayi laki-laki bangsa Indonesia dengan panjang badan empat puluh
lima sentimeter dan berat badan dua ribu tujuh ratus gram.
5. Lebam mayat terdapat pada punggung, daerah pinggang, bokong, dan wajah berwarna
merah keunguan, tidak hilang pada penekanan.
6. Sianosis terdapat pada ujung-ujung jari.
7. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, relatif kasar dan panjang lima sentimeter.
Kedua mata tertutup. Alis mata sudah lengkap.
8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Rawan telinga sudah
terbentuk.
9. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.
10. Dada mengembang turun hingga rusuk ke empat sampai lima.
11. Pada jari-jari tangan, kuku jari melewati ujung jari.
12. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk
biasa tidak menunjukkan kelainan.
13. Pada daerah mulut dan hidung terdapat tanda kekerasan tumpul dengan jejak seperti
tangan. Memar pada bibir bagian dalam dan pipi.
II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)
14. Paru memenuhi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru kanan terdiri
dari tiga baga, bewarna merah muda tidak merata dengan perabaan seperti karet busa dan
dari irisan dalam air terlihat gelembung udara.
Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna merah muda tidak merata dengan perabaan
seperti karet busa dan dari irisan dalam air terlihat gelembung udara.
15. Pada permukaan paru dan jantung ditemukan bintik-bintik perdarahan.
16. Hati berwarna gelap, bertepi tumpul.
Kesimpulan
Pada pemeriksaan mayat bayi laki-laki dengan golongan darah O, cukup bulan dalam
kandungan, hidup pada saat dilahirkan, tidak ditemukan tanda-tanda perawatan, ditemukan jejas
memar akibat kekerasan tumpul pada mulut dan hidung karena pembekapan yang menyebabkan
terjadinya asfiksia.
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-
baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.
Dokter yang memeriksa,



dr. SAP, SpF
NIP 030.2011.259
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Pembunuhan Anak Sendiri
Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat
setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Aspek hukumnya tercantum didalam :
1. Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam
karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
2. Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan
rencana pidana penjara paling lama 9 tahun.
3. Pasal 343 : bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangan dalam
pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
4. Pasal 181: barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan
mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan
pidana menjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
5. Pasal 304 : Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam
keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan
dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
6. Pasal 305 : Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

7. Pasal 306 :
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka
berat, yang bersalah diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.
8. Pasal 307 : Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau ibu
dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat ditambah
dengan sepertiga.
9. Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orm t t lahiran anaknya, tidak
lama sesudah melharkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya
dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut
dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
1

Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :
1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan,
hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20 tahun,
seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).
2. Waktu
3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan
diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh adalah
hasil dari hubungan yang tidak sah.
4

Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup
Untuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti :
Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah proses
pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai dengan adanya
bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya bula atau vesikel pada
kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak membusuk, sendi dan tungkai lunak
sehingga adanya hiperekstensi, akan terbentuk litopedion.
Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau masih datar
dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup, diafragnma sudah turun
sampai sela iga 4-5.
Pemeriksaan makroskopik paru : bila bayi lahir mati, paru-paru mungkin masih
tersembunyi dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada, peru-paru
berwarna kelabu unggu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara
dan pleura yang longgar, berat paru 1/70xBB. Bila lahir hidup, paru sudah mengisi
rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, paru-paru berwarba merah muda
dengan pleura yang tengang, konsistensi seperti spons, teraba derik udara berat paru
bertambah 2x atau kira-kira 1/35xBB
Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil positif, bila
negative maka diperlukan pemerikasaan mikroskopik paru.
Pemerikasaan mikroskopik paru : pada bayi lahir hidup, alveoli paru mengembang
sempurna dan pada pewarnaan gomori atau ladewig, serabut retikulin akan tampak
menegang, kadang-kadang ditemukan edema yang luas dalam jaringan paru, membrane
duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru atau atelektasis paru akibat adanya
obstruksi.
Adanya udara dalam saluran cerna : bila ada udara dalam duodenum atau saluran cerna
menunjukkan telah hidup 6-12 jam, bila dalam usus berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi
dapat menjadi positif palsu karena ada kemungkinan adanya pernapasan buatan atau gas
pembusukan.
2. Berapakah umur bayi tersebut(intra dan ekstrauterin).
3. Apakah bayi cukup bulan, premature atau nonviable.
4. Apakah ada tanda-tanda kekerasan : tanda-tanda kekerasan seperti tanda pembekapan
disekitar mulut dan hidung, memar pada mukosa bibir dan pipi, jejas jerat pada leher atau
pada tengkuk.
5. Apakah penyebab kematiannya
Penyebab tersering adalah karena adanya asfiksia atau mati lemas akibat pembekapan,
penyumbatan salruran nafas, pencekikan, penjeratan, penekanan pada dada,
pengenggelaman, kekerasan tumpul ataupun tajam. Jika disebabkan karena asfiksia maka
pada pemeriksaan bisa didapatkan adanya tardieu spot atau bintik perdarahan. Selain itu
dapat dikarenakan adanya trauma saat persalinan seperrti fraktur tulang tengkorak,
perdarahan subdural, perdarahan intracranial ataupun perdarahan epidural.
6. Apakah Golongan darahnya
7. Apakah bayi sudah dirawat atau belum
Tali pusat : bila bayi telah dirawat biasanya tali pusat yang digunting atau dipisau akan
telihat ujung yang terpotong rata, sedang bila belum dirawat atau jika terjadi kematian
akibat terjadinya partus presipitatus maka akan terputus dekat perlekatannya pada uri atau
pusat bayi dengan ujung tali pusatnya yg terlihat tidak rata
Verniks kaseosa (lemak bayi) : pada bayi yang telah dirawat biasanya telah bersih dari
lemak bayi dan bekas-bekas darah, bila bayi belum dirawat maka akan masih dapat
ditemukan didaerah lipatan kulit.
Pakaian.




4.2 Pembekapan
Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan
udara ke paru-paru yang dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena adanya asfiksia.
Cara kematian akibat pembekapan dapat berupa :
1. Bunuh diri (suicide) : mungkin hal ini bisa terjadi misalnya pada penderita penyakit jiwa,
orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur, bantal, pakaian yang diikatkan
menutupi hidung dan mulut.
2. Kecelakaan (accidental smothering) : dapat terjadi misalnya pada bayi premature atau
bayi bulan pertama yang mulut dan hidungnya tertutup oleh bantal atau selimut dan tidak
disadari oleh sang ibu atau penjaganya. Pada anak-anak dan dewasa muda yang terkurung
dalam suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara. Pada orang dewasa misalnya
terjatuh pada waktu bekerja (contoh pada orang yang epilepsy yang terjatuh) ke
gunungan pasir atau tepung terigu dan pasir atau terigu tersebut menutupi mulut dan
hidung.
3. Pembunuhan (homicidal smothering) : terjadi karena korban yang memang lemah atau
dalam keadaan lemah atau tidak berdaya, misalnya pada kasus pembunuhan anak sendiri
atau pada orang tua, orang yang sakit berat atau dalam pengaruh obat atau minuman
keras.
Pada pembekapan yang menggunakan benda keras dan dilakukan dengan
kekuatan yang cukup, dapat dilihat tanda-tanda kekerasan pada pemeriksaan luar jenazah,
misalnya seorang ibu yang membunuh anaknya yang masih bayi dengan dibekap dengan
telapak tangannya, maka pada pemeriksaan luarnya kemungkinan bisa didapatkan adanya
bekas tempelan telapak tangan sang ibu yang menempel di sekitar hidung, mulut dan pipi
atau mungkin diseluruh bagian muka. Bila benda yang digunakan lunak maka pada
pemeriksaan luar kemungkinan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Bentuk adanya kekerasan pembekapan, kemungkinan terdapat luka lecet tekan
atau geser, goresan kuku dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang
mungkin terjadi akibat korban melakukan perlawanan. Luka memar atau lecet dapat juga
terlihat ada bagian permukaan dalam bibir, gusi dan lidah akibat adanya bibir yang
terdorong, selain itu dapat juga terlihat memar di bagian kepala atau tubuh belakang
korban akibat terjadinya pembekapan pada dasar yang kasar.
Selain luka lecet atau pun tanda-tanda kekerasan, perlu diperhatikan pula adanya
tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun dalam seperti adanya sianosis,
lebam mayat, busah halus, bintik perdarahan atau tardieu spot atau petechiael
hemorrhage, perbendungan, oedema pulmoner dan darah berwarna lebih gelap dan encer.













BAB V
KESIMPULAN


Pada kasus ini, wanita yang dicurigai dilihat warga pada malam sebelum ditemukannya
mayat bayi tersebut diduga kuat oleh polisi adalah ibu kandung dari bayi tersebut yang baru saja
melahirkan dan membunuh anaknya sendiri. Berdasarkan hasil visum diketahui bahwa si ibu
dengan teganya membekap bayi tersebut dengan telapak tangannya dan pada akhirnya bayi
meninggal karena asfiksia.












BAB VI
PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan
tanpa halangan yang berarti dan tepat waktu oleh penulis. Makalah ini merupakan hasil
diskusi tutorial pertama kelompokVIII modul organ forensik Fakultas Kedokteran Trisakti.
Terimakasih kepada para dosen pengajar, tutor, serta puhak-pihak lain yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak terkait lainnya, yang membantu tersusunnya makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan
juga, kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini, baik dari cara penyajiannya
maupun isi dari makalah ini.











BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

1. Penyusun,editors. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. 1
st
ed. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1994.

2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Hertian S, Sampurna B, dkk.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997.p. 57-8. 165-76.

3. Chadha PV. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksologi (Handbook of Forensic
Medicine & Toxologi). 5
th
ed. Jakarta: Widya Medika; 1995.p.146-52.
4. Idries AM. Abortus dan Pembunuhan Anak. In: Idries AM, Tjiptomartono AL, editors.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. 2
nd
ed. Jakarta: Sagung
Seto;2011.

Anda mungkin juga menyukai