Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Radiasi
Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah
substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom
dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi
kinetik. Beberapa contoh partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon dan neutron. Sumber
radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah contohn ya radiasi dari
sinar kosmis, radiasi yang terjadi pada atmosfer akibat terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola
bumi. Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya sinar-X, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta,
radiasi sinar gamma (Boel, 2009).
Radiasi merujuk pada semua spektrum elektromagnetik serta semua partikel atom dan
subatom yang telah ditemukan. salah satu dari banyak cara dalam mengelompokkan berbagai jenis
radiasi adalah dalam hal pengion dan non-pengion. Kata pengion mengacu pada kemampuan radiasi
untuk mengionisasi atom atau molekul dari medium yang dilintasi. radiasi pengion non adalah radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 10 nm atau lebih. bagian dari spektrum
elektromagnetik termasuk gelombang radio, gelombang mikro, cahaya tampak ( = 770-390 nm), dan
sinar ultraviolet (= 390-10 nm). Radiasi pengion meliputi seluruh spektrum elektromagnetik (x-ray,
= 0,01-10 nm) dan sinar gamma dengan panjang gelombang lebih pendek daripada sinar-x. Hal itu
juga mencakup semua partikel atom dan subatom, seperti, elektron, positron, proton, Alpha, neutron,
ion berat, dan meson (Tsoulfanidis dan Landsberger,2001).
2.2 Neutron
Neutron merupakan partikel yang tidak bermuatan listrik (netral) yang timbul berdasarkan
reaksi inti penghasil neutron. dan memiliki massa yaitu 1,6750 x 10
-27
kg yang sama dengan 1,0014
sma = 939,5 MeV, yang berarti 1838, 5 kali massa elektron atau 1,0014 kali massa proton.
Neutron, bersama dengan proton, dikenal sebagai nukleon yang merupakan penyusun inti atom. Di
dalam inti, jumlah neutron menentukan kestabilan inti atom seperti ditunjukkan gambar 2.1.
berikut(Firmansyah, 2014). Sedangkan di luar inti, neutron bersifat tidak stabil dan akan meluruh
menjadi proton yang disertai dengan pancaran partikel beta dan neutrino, dengan waktu paruh 12
menit(Fathoni US, 1982).

Gambar 2.1. Grafik Pita Kestabilan Inti
(http://www.schoolphysics.co.uk/age16-
19/Nuclear%20physics/Nuclear%20structure/text/Neutron_and_proton_numbers/images/1.png)
Neutron dalam inti seperti sinar gamma dapat menembus suatu bahan dengan mudah.
Interaksi neutron dengan inti atom berbeda dengan interaksi partikel radioaktif. Pancaran neutron dari
suatu radionuklida sebetulnya jarang terjadi dan kalaupun terjadi bersamaan dengan rangkaian
peluruhan lainnya. Peristiwa radiasi neutron terjadi pada peluruhan yang inti hasil peluruhan masih
dalam keadaan tereksitasi dengan tingkat energi yang tinggi, sekitar 8 MEV (Wardhana, 1994).
2.2.1 Klasifikasi Neutron

Berdasarkan tingkat energinya, neutron diklasifikasikan menjadi beberapa jenis karena
neutron memiliki kisaran jangkauan energi yang sangat besar dan distribusi energinya yang bervariasi
yang dikenal sebagai spektrum neutron. Spektrum energi neutron yang dihasilkan dari beberapa linac
terlihat pada gambar dibawah ini.


Gambar 2.2 Spektrum energi neutron dari beberapa linac (Snchez-Doblado, dkk., 2012)
Hasil spektrum energi tersebut hampir sama dengan spektrum energi yang dihasilkan oleh sumber
neutron standar (
252
Cf) menggunakan simulasi pada Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi (PTKMR)- BATAN. Besar kecilnya energi neutron, sangat menentukan macam interaksi
yang terjadi dengan materi (Hanny, 1989). Dari spektrum energi tersebut kemudian diklasifikasikan
menurut tingkat energi sebagai berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Neutron (Firmansyah, 2014)
Nama Energi
Neutron lambat
Neutron termal < 0.025 eV
Neutron Epitermal
0.025 - 0.5 eV
neutron sedang 0.5 eV - 100 keV
Neutron cepat > 100 keV

2.2.2 Sumber Neutron
Sebuah sumber radiasi neutron adalah perangkat yang memancarkan neutron, terlepas dari
mekanisme yang digunakan untuk menghasilkan neutron. Perangkat sumber neutron biasa digunakan
dalam bidang fisika, teknik, kedokteran, senjata nuklir, eksplorasi minyak bumi, biologi, kimia dan
nuklir. Sumber radiasi neutron dapat dibedakan menjadi empat kelompok antara lain, radioisotop,
fotodisentegrasi, akselerator partikel, dan reaktor nuklir.
Radioisotop merupakan isotop dari unsur radioaktif yang banyak digunakan untuk kemajuan
teknologi diberbagai bidang. Radioisotop ada yang bersifat alami karena reaksi alam dan ada juga
yang buatan manusia dari hasil penelitian dengan mereaksikan zat radioaktif di sebuah reaktor. Salah
satu contoh sumber neutron dari peluruhan radioisotop yang paling banyak digunakan adalah
Californium-252 (
252
Cf) yang menghasilkan neutron secara langsung dari proses reaksi fisi spontan,
dengan energi rata-rata 2,3 MeV dan energi yang paling mungkin 1MeV. Selain itu, radioisotop
241
Am-Be yang menghasilkan neutron secara tidak langsung, dimana partikel alfa yang dihasilkan
oleh
241
Am akan bereaksi dengan Berillium sehingga menghasilkan neutron yang ditunjukkan pada
reaksi berikut


4 9 12 1
2 4 6 0
Be C n (2.1)
Energi neutron yang dihasilkan rata-rata 4,2 MeV dan maksimum 10 MeV(Firmansyah,2014).
Fotodisintegrasi (juga disebut fototransmutasi) adalah proses fisika di mana sebuah sinar
gamma energi yang sangat tinggi diserap oleh inti atom dan menyebabkan ia tereksitasi, yang
kemudian meluruh dengan memancarkan partikel subatomik. Sebuah proton tunggal atau neutron atau
partikel alpha secara efektif terlepas dari inti oleh sinar gamma yang masuk. Proses ini pada dasarnya
kebalikan dari fusi nuklir, di mana unsur yang lebih ringan pada suhu tinggi digabungkan bersama-
sama membentuk elemen yang lebih berat dan melepaskan energi. Fotodisintegrasi adalah endotermik
(menyerap energi) untuk inti atom ringan dari besi dan kadang-kadang eksoterm (melepaskan energi)
untuk inti atom lebih berat dari besi. Fotodisintegrasi bertanggung jawab atas nukleosintesis,
setidaknya beberapa elemen proton berat kaya melalui p-proses yang berlangsung di
supernova(Wikipedia, 2014).
Akselerator adalah alat yang dipakai untuk mempercepat gerak partikel bermuatan seperti
elektron, proton, inti-inti ringan, dan neutron. Tujuan mempercepat gerak partikel agar partikel
tersebut bergerak sangat cepat sehingga memiliki energi kinetik yang sangat tinggi. Untuk
mempercepat partikel ini diperlukan medan listrik ataupun medan magnet. Dilihat dari jenis gerakan
partikel, ada dua jenis akselerator, yaitu akselerator dengan gerak partikelnya lurus (lebih dikenal
dengan sebutan akselerator linier) dan gerak partikelnya melingkar (akselerator magnetik)(Akhadi,
2013).
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat, mengatur,
dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap. Reaktor nuklir merupakan
sumber penghasil neutron paling banyak. reaksi fisi dalam reaktor nuklir (biasanya dari uranium atau
plutonium) akan menghasilkan neutron yang tergolong neutron cepat dengan besar energi dari 0.7
MeV sampai dengan 2 MeV (Wikipedia,2014;Firmansyah,2014)
2.3 Interaksi Neutron dengan Materi
Neutron dalam inti seperti sinar gamma dapat menembus suatu bahan dengan mudah.
Daya tembus neutron terhadap materi paling besar diantara radiasi yang lain sehingga tidak
terpengaruh medan listrik disekitarnya, dan ionisasi yang ditimbulkan adalah tidak langsung.
Interaksi neutron dengan inti atom berbeda dengan interaksi partikel radioaktif. Menurut
Firmansyah (2014), jika suatu neutron berinteraksi dengan materi atau bahan, jumlah neutron akan
berkurang secara eksponensial seperti halnya foton. Tetapi pengurangan jumlah neutron bukan
bergantung pada koefisien atenuasi linear melainkan tergantung pada tampang lintang nuklir (cross-
section nuclear). Secara matematis ditulis sebagai berikut.


0
Nx
I I e

(2.2)
Dengan I0 adalah intensitas neutron awal (neutron/s, selanjutnya ditulis n/s), I adalah intensitas (n/s)
setelah melewati bahan dengan tebal x (cm), adalah tampang lintang nuklir (cm2/atom), dan N
adalah kerapatan atom bahan (atom/cm3).

Gambar 2.3 Daya Tembus Radiasi
(http://arq.lanl.gov/source/orgs/nmt/nmtdo/AQarchive/07springsummer/images/radiation.gif)
Interaksi neutron dengan materi dapat mengaktivasi materi tersebut hingga menjadi tidak
stabil atau menjadi radioaktif. Satu partikel neutron yang bergerak ke sana ke mari mungkin menabrak
inti zat lainnya dan tetap berada di situ. Pada keadaan ini perbandingan proton/neutron dari inti
berubah, dan perbandingan ini lah yang menentukan apakah suatu inti tidak stabil (radioaktif) atau
stabil. (Batan, 2012).

Gambar 2.4 Interaksi Neutron dengan Materi
(http://www.batan.go.id/berita/gambar/rindustri1.jpg)
Waktu keberadaan neutron berlangsung dengan cepat. Umumnya, neutron cepat yang
dipancarkan dari suatu bahan, neutron akan berinteraksi dengan inti-inti atom unsur-unsur yang
terkandung dalam bahan tersebut. Interaksi yang terjadi mengakibatkan terjadinya hamburan balik
neutron sehingga neutron cepat mengalami perlambatan menjadi neutron lambat. Biasanya setelah
melambat menjadi termal atau dekat energi termal, mereka ditangkap oleh inti dari bahan yang
menyerap.
2.4 Dosimetri Radiasi
Dosimetri radiasi adalah ilmu yang mempelajari berbagai besaran dan satuan dosis radiasi,
sedangkan pengertian dosis adalah kuantisasi dari proses yang ditinjau sebagai akibat radiasi
mengenai materi. Dalam hal ini, berbagai faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah jenis
radiasi dan bahan yang dikenainya. Apabila yang terkena radiasi adalah benda hidup, maka perlu juga
diperhatikan tingkat kepekaan masing-masing jaringan tubuh terhadap radiasi. Demikian pula apabila
zat radioaktif sebagai sumber radiasi masuk ke dalam tubuh, maka pola distribusi dan proses
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh sangat perlu diperhatikan(Bapeten, 2006).


2.5 Thermoluminesence Dosemeter (TLD)
Peristiwa penyerapan energi yang diikuti dengan pancaran cahaya disebut dengan
luminesensi. Sedangkan peristiwa luminesensi dengan bantuan panas dari luar disebut
termoluminisensi. Peristiwa termoluminisensi didefinisikan sebagai pancaran cahaya dari suatu benda
padat sebagai akibat proses eksitasi yang disebabkan oleh radiasi pengion. TLD adalah dosimeter
yang berdasarkan efek termoluminisensi.
TLD merupakan salah satu jenis dosimeter yang banyak dipakai untuk keperluan pemantauan
dosis radiasi perorangan pekerja radiasi dalam berbagai bidang ilmiah dan terapan seperti proteksi
radiasi, klinik radioterapi, industri, penelitian lingkungan dan ruang, dengan menggunakan bahan
yang berbeda. Tuntutan dasar dari sebuah dosimeter termoluminisensi (TLD) adalah reproduktifitas
baik, higroskopisitas rendah, dan sensitivitas tinggi untuk pengukuran dosis yang sangat rendah dalam
radioterapi dan dalam bidang radiasi campuran (Shani, 2001).
Menurut Yuliati dan Akhadi (2004), keuntungan dalam penggunaan TLD ini adalah mudah
dalam pengoperasian, evaluasi dosis dapat dilakukan lebih cepat daripada dosimeter lainnya, mampu
memantau radiasi dengan rentang dosis dari rendah hingga tinggi, dapat dipakai ulang dan tidak peka
terhadap faktor-faktor lingkungan. TLD sering digunakan dalam pemanfaatan untuk pemantauan
radiasi ,-, maupun neutron. Pada umumnya TLD dapat memberikan tanggapan terhadap sinar-X,
sinar-, sinar-, elektron, dan proton dengan jangkauan dosis radiasinya dari 0,1 mGy sampai dengan
kira-kira 1000 Gy.
2.5.1 Karakteristik TLD
Bahan yang digunakan untuk TLD adalah bahan fosfor. Bahan fosfor mempunyai
kesanggupan untuk menyimpan energi dari radiasi pengion yang diterimanya. Jika bahan tersebut
mendapat rangsangan berupa energi panas yang cukup, maka akan dipancarkan cahaya tampak
dengan intensitas sebanding dengan energi total yang sebelumnya diserap oleh materi tersebut.
Diantara fosfor tersebut adalah LiF, NaCl, CaF
2
, Li
2
B
4
O
7
, CaSO
4
, dan sebagainya (Andriansyah,
2012).

Gambar 2.5 Jenis-jenis TLD dan berbagai ukurannya
(http://www.tld.com.pl/tld/images/tld5.jpg)
Dalam penggunaannya, fosfor dicangkoki dengan berbagai macam aktivator (bahan pengotor)
yang dapat menghasilkan sifat-sifat khusus terhadap karakteristik termoluminisensi masing-masing
fosfor. Sebagai contoh adalah lithium borat (Li
2
B
4
O
7
) yang dicangkoki dengan mangan (Mn) dapat
menghasilkan cahaya termoluminisensi(TL) yang berwarna jingga sehingga kepekaannya terhadap
radiasi relatif rendah. Namun apabila Li
2
B
4
O
7
itu dicangkoki dengan tembaga (Cu), dapat
memancarkan cahaya TL berwarna biru sehingga kepekaannya terhadap radiasi menjadi sekitar 10
kali lebih tinggi(Yuliati dan Akhadi, 2004).
Pemilihan bahan fosfor TLD yang tidak tepat untuk aplikasi medik dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan yang signifikan dalam memperkirakan dosis yang diterima pasien. Disamping
itu, penentuan puncak kurva dalam menentukan dosis keestabilan informasi dosis juga merupakan
parameter penting yang tidak bisa diabaikan. Jumlah sinyal TL per unit dosis serap, dipengaruhi oleh
beberapa variabel eksperimental dan bahan fosfor pembuatan TLD (Sofyan dan Kusumawati, 2012).
2.5.2 Prinsip Termoluminisensi
Dosimeter termoluminisensi (TLD) adalah perangkat yang melepaskan cahaya ketika
dipanaskan setelah paparan radiasi pengion. Menurut Fathoni US(1982), untuk menerangkan masalah
termoluminisensi dapat digunakan model pemisahan energi yang dinamakan model pita (band).
Gambar 2.6 menunjukkan tingkat elektron dalam kristal dari bahan termoluminesesnsi seperti LiF
atau Li
2
B
4
O
7
. Ketika energi diserap dari radiasi yang terjadi, elektron tereksitasi dari pita valensi ke
pita konduksi. Beberapa elektron kembali langsung ke pita valensi. Tetapi yang lain ada yang
"terperangkap" dalam tingkat energi menengah antara pita konduksi dan pita valensi (pita larangan)
akibat ketidakmurnian dalam kristal.
Jumlah elektron terjebak sebanding dengan energi yang diserap dari radiasi. Selain energi
yang dipasok ke kristal, sebagian besar elektron terperangkap tetap berada di tingkat energi menengah
untuk waktu yang tidak terbatas. Jika kristal dipanaskan, elektron yang terjebak dilepaskan dan
kembali ke pita konduksi. Elektron ini kemudian jatuh ke pita valensi, melepaskan cahaya
termoluminisensi dalam prosesnya. Cahaya diarahkan ke PMT (photomultiplier tube) untuk
menghasilkan sinyal listrik yang sebanding dengan energi awal yang disimpan dalam kristal oleh
radiasi. Deteksi sinyal ini menghasilkan ukuran dosis yang diserap dalam kristal (Hendee, dkk, 2005).

Gambar 2.6 Skema terjadinya Termoluminisensi (Hendee, dkk., 2005)
Namun demikian, data dosis yang sudah terbaca langsung hilang, sehingga tidak bisa
dilakukan pembacaan ulang apabila ditemukan hal-hal yang meragukan. Untuk kondisi tertentu,
informasi penerimaan dosis dapat diperoleh kembali/digali dengan memanfaatkan fenomena PTTL
(phototransfer thermoluminescent) yang masih tersimpan di dalamnya (Akhadi & Thoyib, 1998).
2.5.3 TLD-600H dan TLD 100H (LiF:Mg,Cu,P)
2.6 Linear Accelerator (Linac)
2.6.1 Sumber Radiasi Neutron dari Linac

2.7 Kanker
2.7.1 Kanker Mamae
2.7.2 Kanker Prostat

Anda mungkin juga menyukai