Anda di halaman 1dari 10

2003 Digitized by USU digital library 1

PERANAN TRPIs (TRADE RELATED ASPECTS OF INTELECTUAL PROPERTY


RIGHTS) TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
DI INDONESIA

SUNARMI, SH.

Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights=Aspek-
aspek Perdagangan yang bertalian dengan Hak Milik Intelektual), merupakan salah
satu issue dari 15 issues dalam persetujuan GATT (General Agreement on Tarof adn
Trade) yang mengatur masalah hak milik intelektual secara global. Dokumen akhir
Putqaran Uruguay (GATT) disetujui pada 15 Desember 1993 dan diratifikasi pada 15
April 1998 dari pukul 13.00 sampai pukul 17.30 waktu setempat di Marrakech, 321
km ke arah Barat dari kota Rabai Ibukota Maroko, Afrika Utara.

Dokumen akhir Putaran Uruguay setebal lebih dari 500 halaman dengan lebih dari 28
kesepakatan perdagangan yang global telah ditandatangani oleh 125 negara
termasuk Indonesia. Kesepakatan-kesepakatan dibidang perdagangan global dengan
diikuti lahirnya WTO (World Trade Organization) itu ditutup secara resmi oleh Raja
Hasan II dari Maroko tepat pada pukul 18.15.

Secara umum persetujuan TRIPs berisikan norma-norma yuridis yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan di bidang HAKI, di samping pengaturan nengenai larangan
melakukan perdagangan atas barang hasil pelanggaran

HAKI tersebut. Di dalam persetujuan TRIPs ini terdapat beberapa aturan baru di
bidang HAKI dengan standard pengaturan dan perlindungan yang lebih memadai
dibandingkan dengan peraturan per-UU-an Nasional (UU Hak Cipta, UU Paten daD
UU Merek), dengan disertai pula sanksi keras berupa pembalasan ( Cross Retaliation)
di bidang ekonomi yang ditujukan kepada suatu negara (anggota) yang tidak
memenuhi ketentuannya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang turut serta menandatangani Dokumen
Akhir Putaran Uruguay (GATT), dimana TRIPs termasuk salah satu di dalam
kesepakatan tersebut. Sebagai konsekuensinya, Indonesia harus menyesuaikan
peraturan perundang-undangan dengan ketentuan TRIPs. Penyesuaian-penyesuaian
tersebut tidak hanya menyangkut penyempumaan, tetapi juga pembuatan produk
hukum baru di bidang Hak Milik Intelektual (HAKI), dengan disertai infrastruktur
pendukung lainnya.

Batas waktu penyesuaian ditentukan hanya 5 tahun (masa peralihan) terhitung dari
mulai berlakunya persetujuan secara efektif. Dengan demikian maka Indonesia harus
menyesuaikan undang-undang nasionalnya segera dengan sasaran agar apabila tiba
tahun 2000, undang-undang nasionalnya telah menyesuaikan diri dengan konvensi
yang sudah berlaku secara intemasional.


B. Ciri dan Prinsip Dasar Persetujuan TRIPs
Ciri pokok persetujuan TRIPs adalah:

2003 Digitized by USU digital library 2
Pertama, berbeda dengan issue-issue lainnya yang erat kaitannya dan pangkal
tolaknya pada komoditi dan aksesnya ke pasar, TRIPs berbicara tentang
norma dan standar (tingkat atau kualitas pengaturan).
Kedua, Dalam beberapa hal TRIPs mendasarkan diri atas prinsip "full compliance"
terhadap konvensi-konvensi HAKI yang telah ada dan menggunakannya
sebagai basis minimal, tetapi dalam hal-hal tertentu mengisi kekosongan
(misal "Rental Right Geographical Indications", tertentu, jangka waktu
perlindungan Paten dan Komputer Program) dan bahkan mengubah
ketentuan dalam perjanjian intemasional yang telah ada (misalnya
menentukan perlindungan untuk "Integrated Circuit" minimal 10 tahun,
sementara Washington Treaty hanya menentukan minimal 8 tahun).
Ketiga, Karena keterkaitannya yang erat dengan perdagangan intemasional,
TRIPs memuat dan menekankan derajat yang tinggi mekanisme
penegakan hukum dan penyesuaian perselisihan yang dikaitkan dengan
kemungkinan pembalasan silang atau Cross Retaliation. Penyelesaian
perselisihan akan berlangsung melalui panel. Apabila dalam panel terbukti
bahwa suatu negara tidak melindungi secara efektif HAKI, baik dalam
pengaturannya ataupun penegakan hukumnya, dan secara nyata finansial
akan memberi hak kepada negara yang merasa dirugikan untuk
mengambil tindakan balasan terhadap negara yang bersangkutan.
Tindakan balasan tersebut dapat berupa kuota peniadaan GSP, dan lain-
lain. Pemilihan bidang pembalasan atau kondisi mana yang akan menjadi
sasaran dengan sendirinya ditentukan oleh negara yang dirugikan.

Adapun mengenai pelaksanaan atau penetapan persetujuan TRIPs tersebut, pada
prinsipnya ditentukan :
a. Dalam waktu satu tahun setelah persetujuan berlaku efektif, negara-negara
peserta tidak diwajibkan untuk mulai menerapkan persetujuan tersebut. lni
berarti, bila ada yang telah siap, dapat saja segera menerapkannya,
melakukannya tetapi tidak dapat meminta negara lain untuk melakukan yang
sama.
b. Setiap negara berkembang dapat menunda penerapan persetujuan tersebut untuk
jangka waktu empat tahun setelah selesainya masa satu tahun yang berlaku
umum tadi (a).
c. Selain negara berkembang, setiap negara peserta yang sedang melakukan
pembenahan atau perubahan sistem ekonomi mereka dari sistem terpusat
menjadi sistem ekonomi pasar, dan menghadapi permasalahan dalam
penyesuaian peraturan perundang-undangan HAKI-nya, dapat pula menikmati
jangka waktu penundaan tersebut (b).
d. Negara berkembang yang berdasar persetujuan TRIPs diwajibkan pula
memberikan perlindungan Paten terhadap penemuan teknologi tertentu yang
semula tidak diberikannya, dapat memperoleh penundaan tambahan untuk selama
lima tahun setelah berakhirnya masa penundaan untuk negara berkembang
tersebut.
e. Negara-negara paling terbelakang dapat menunda penerapan persetujuan TRIPs
jangka waktu sepuluh tahun setelah masa penundaan umum tersebut (a), dan bila
perlu masa tersebut dapat diperpanjang.

PENGATURAN HAKI DI DALAM TRIPS
I. Latar Belakang Lahirnya TRIPs
Lahirya persetujuan TRIPs dalam Putaran Uruguay (GATT) pada dasarnya merupakan
dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi intemasional yang dirasa semakin
meluas yang tidak lagi mengenal batas-batas negara. Negara yang pertama sekali

2003 Digitized by USU digital library 3
mengemukakan lahimya TRIPs adalah Amerika, sebagai antisipasi yang menilai
bahwa WIPO (Word Intellectual Property Organization) yang bernaung di bawah PBB,
tidak mampu melindungai HAKI mereka di pasar intemasional yang mengakibatkan
neraca perdagangan mereka menjadi negatif.

Argumentasi mereka mengenai kelemahan-kelemahan WIPO adalah:
1. WIPO merupakan suatu organisasi dim ana anggotanya terbatas (tidak banyak),
sehingga ketentuan-ketetuannya tidak dapat diberlakukan terhadap non anggota.
2. WIPO tidak memiliki mekanisme untuk menyelesaikan dan menghukum setiap
pelanggaran HAKI.

Di samping itu WIPO dianggap juga tidak mampu mengadaptasi perubahan struktur
perdagangan intemasional dan perubahan tingkat invasi teknologi. Sejak tahun
1982, Amerika berusaha memasukkan permasalahan HAKI ke forum perdangan
GATT. Pemasukan HAKI ini pada mulanya ditentang oleh negara-negara berkembang
dengan alasan bahwa pembicaraan HAKI dalam GATT tidaklah tepat (kompeten).
GATT merupakan forum perdagangan multilateral, sedangkan HAKI tidak ada
kaitannya dengan perdagangan. Namun akhirnya mereka bisa menerimanya setelah
negara argumentasi bahwa kemajuan perdagangan (intemasional) suatu negara
bergantung pada kemajuan/keunggulan teknologinya termasuk perlindungan
HAKInya.

Dengan masukknya HAKI, GATT yang semula hanya mengatur 12 permasalahan, kini
telah ada 15 permasalahan, 3 diantaranya merupakan kelompok New Issues, yaitu
TRIPs (masalah HAKI), TRIMs (Masalah investasi) dan Trade is Service (masalah
perdagangan yang berkaitan dengan sektor jasa).

2. Tujuan TRIPs
TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum hak milik intelektual
guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, serta penyebaran teknologi,
diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi,
dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
berkeseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs). Untuk itu perlu
dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan intemasional,dengan
mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan memadai
terhadap hak milik intelektual, serta untuk menjamin agar tindakan dan prosedur
untuk menegakkan hak milik intelektual tidak kemudian menjadi penghalang bagi
perdagangan yang sah.

3. Isi TRIPs
TRIPs berisi:
Bagian I : Ketentuan Umum dan Prinsip Dasar
Bagian II : Standar Ketersediaan, Lingkup dan Penggunaan Hak Milik
Intelektual.
1. Hak Cipta dan Hak-hak yang Terkait
2. Mereka Dagang
3. Indikasi Geografis
4. Disain Industri
5. Paten
6. Disain Tata Letak (Topografi) Sirkit Terpadu.
7. Perlindungan Informasi yang Dirahasiakan
8. Perlindungan Praktek Anti Persaingan Dalam Lisensi Kontrak.
Bagian III : Penegakan Hak Milik Intelektual

2003 Digitized by USU digital library 4
1. Kewajiban Umum
2. Prosedure dan Penyelesaian Perdata Serta Administratif
3. Tindakan Sementara
4. Persyaratan khusus yang Berkaitan Dengan Tindakan yang
Sifatnya Tumpang Tindih.
5. Prosedur Pidana
Bagian IV : Pemerolehan dan Pemeliharaan Hak Milik Intelektual dan Prosedure
Antar Para Pihak.
Bagian V : Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan
Bagian VI : Pengaturan Peralihan
Bagian VII : Pengaturan Kelembagaan: Ketentuan Penutup.

Dari ketentuan yang termasuk dalam lingkup hak milik intelektual pada agian II di
dalam persetujuan TRIPs temyata lebih luas pengaturannya dibanding peraturan
perundang-undangan nasional maupun konvensi-konvensi internasional sebelumnya.

B. Perananan TRIPs Terhadap HAKI di Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai kepentingan spesifik
untuk berperan serta secara aktif dalam perundingan Putaran Uruguay untuk
mengakomodasi TRIPs dalam perangkat hukum rasional di bidang HAKI.
Kepentingan spesifik tersebut adalah:
1. Pembangunan nasional secara menyeluruh merupakan tujuan utama Pemerintah
Indonesia;
2. Di bidang ekonomi tujuan pembangunan hanya dapat tercapai bila Indonesia
dapat mencapai dan mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup tinggi
dengan tingkat inflasi yang terkendali;
3. Dalam upaya untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut,
sektor luar negeri telah memegang peranan penting. Hal ini akan tetap berlaku
pada tahun-tahun mendatang karena pasar dalam negeri dengan tingkat
pendapatan nasional perkapita yang relatif masih terlalu rendah, tidak dapat
menjadi motor pendorong laju pertumbuhan nasional yang cukup tinggi;
4. Berbeda dengan tahun 1970-an, dimana penghasilan dari sektor migas menjadi
andalan dari program pembangunan, sejak tahun 1980-an Indonesia memusatkan
perhatian terutama pada sektor non migas;
5. Agar ekspor non migas dapat terus berkembang dengan pesat, maka pemerintah
telah mengambil serangkaian langkah-langkah deregulasi dan debirokrasi untuk
meningkatkan efisiensi dalam bidang perekonomian. Program tersebut akan terns
dilakukan karena kepentingan nasional menunjukkan bahwa langkah-langkah
tersebut merupakan suatu hal yang strategis dan sangat tepat untuk mencapai
tujuan pembangunan jangka panjang yang telah ditentukan oleh pihak Indonesia
sendiri;
6. Di luar negeri upaya pengamanan ekspor non-migas tergantung pada keterbukaan
pasar terjamin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Indonesia bersama negara
anggota lainnya berupaya untuk menjaga agar keterbukaan sistem perdagangan
internasional yang hingga sekarang masih dapat dipertahankan melalui GATT
dapat terjamin (Halida Miljani, Kesepakatan Perundingan Putaran Uruguay, 1994:
7).

Bertitik tolak dari kepentingan tersebut di atas, Indonesia sesuai dengan tingkat
kemampuan di bidang HAKI berupaya untuk membuat standar pengaturan dalam
pelaksanaan atau penegakan hukum di bidang HAKI agar lampu mengakomodasikan
issue TRIPs melalui :


2003 Digitized by USU digital library 5
1. Penyesuaian perangkat hukum nasional di bidang HAKI
Pembahasan tentang penyesuaian perangkat hukum nasional untuk
mengakamodasikan ketentuan TRIPs berkaitan dengan upaya mengisi kekosongan
hukum dan mengubah ketentuan perangkat hukum nasional di bidang HAKI.

Beberapa ketentuan TRIPs yang perlu "mengisi" kekosongan hukum perangkat
hukum nasional di bidang HAKI menyangkut ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
1. "Rental Rights" bagi pemegang Hak Cipta rekaman video/film dan komputer
program.
2. Perlindungan bagi "Perfomers, Producer of Phonograms (Sound Recording) and
Broadcasts"
3. Pengaturan tentang lndikasi Geografis (Geographical Indications)
4. Perlindungan atas "Lay-out Design" daripada "Integrated Circuits"
5. Perlindungan terhadap "Undisclosed Information"

Beberapa ketentuan perangkat hukum nasional di bidang HAKI yang perlu dirubah
untuk mengakomodasikan ketentuan TRIPs dalam sistem perundang-undangan
nasional yang menyangkut pengaturan tentang :
1. Perlindungan Hak Cipta atas komputer program yang lamanya harus tidak kurang
dari 50 tahun, sementara dalam undang-undang Hak Cipta hanya 25 tahun.
2. Isi hak yang diberikan dalam Paten dan Merek tidak sekedar terbatas pada hak
untuk memakai, menyewakan, menjual atau memberi hak orang lain guna
memakai (atau melarang orang lain memakai tanpa persetujuannya), tetapi juga
meliputi hak untuk melarang impor produk yang dilindungi Paten atau memakai
Mereka yang bersangkutan oleh orang lain yang tidak berhak.
3. Perlindungan Paten harus diberikan untuk 20 tahun, sementara dalam Undang-
Undang Paten hanya 14 tahun.
4. Diintroduksinya sistim pembuktian terbalik dalam rangka perlindungan terhadap
pemegang Hak Paten atas proses, sekalipun hal itu dalam kasus perdata.
5. Diwajibkan pemberian perlindungan hukum secara "sui generis" terhadap
penemuan teknologi di bidang varietas baru tanaman, sekalipun suatu negara
berdasarkan persetujuan TRIPs ini sebenarnya dibolehkan untuk
mengecualikannya dari sistem Paten nasional.

2. Tindak lanjut Ketentuan TRIPS dalam Peraturan Perundang-undangan
Nasional di bidang HAKI
Dalam pembahasan topik ini, titik beratkan dilakukan terhadap Pokok-pokok Isi
Persetujuan TRIPs. Beberapa dari ketentuan-ketentuan Pokok-Pokok Isi Persetujuan
TRIPs belum diatur atau telah diatur namun perlu penyempurnaan pengaturan dalam
peraturan perundang-undangan nasional di bidang HAKI.

Beberapa dari ketentuan-ketentuan pokok-pokok dari isi persetujuan TRIPS yang
memerlukan perhatian dan tindak lanjut untuk memudahkan pembahasan, akan
dijabarkan sesuai dengan bidang pengaturan dalam ketentuan persetujuan TRIPs,
yang meliputi:

1. Bidang umum
a. Mempertimbangkan isi persetujuan TRIPs secara umum, perlu adanya
penyesuaian peraturan perundang-undangan nasional di bidang HAKI.
b. Beberapa undang-undang yang baru, perin segera dipersiapkan meliputi :
Undang-undang Desain Produk Industri
Undang-undang Rahasia Dagang
Undang-undang Sirkuit Terpadu

2003 Digitized by USU digital library 6
c. Dari segi waktu penyelesaian perlu diperhatikan bahwa Indonesia dapat
memanfaatkan jangka waktu peralihan secara maksimal (5) tahun untuk
mempersiapkan diri. Jangka waktu tersebut dapat dimaksimalkan untuk
memasyarakatkan peraturan perundangan yang baru. Dalam jangka waktu
tersebut, perlu diperhatikan agenda konstitusi nasional seperti Pemilu 1997
dan pembentukan Kabinet 1998.
d. Mengantisipasi basis minimal persetujuan TRIPs yang menggunakan konvensi
Paris, Bern, Roma dan perjanjian Washington, perlu diperhatikan bahwa :
- Indonesia belum menjadi anggota Konvensi Bern dan Konvensi Roma
- Indonesia mengikuti perjanjian Washington (1989), tetapi belum
meratifikasinya.
Oleh sebab itu perin ditindak lanjut :
- Perlu segera dipersiapkan keikutsertaan dalam Konversi Beru dan Konvensi
Roma serta ratifikasi perjanjian Washington.
- Sejauh mengenai Konvensi Paris, Bern dan Roma perlu dipelajari
penyesuaian dan implikasinya dalam peraturan perundangan nasional
tentang HAKI.
e. Mengantisipasi ketentuan TRIPs
"Sepanjang mengenai performers, produsen rekaman dan badan penyiaran",
kewajiban ini hanya berlaku terhadap hak yang timbul berdasarkan
persetujuan ini, perlu diperhatikan bahwa: bidang ini belum memperoleh
pengaturan dalam sistem HAKI nasional. Oleh schab itu perlu ditindak lanjuti:
Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti: membuat pengaturan khusus di bidang ini
dalam sistim HAKI Indonesia.

2. Bidang Hak Cipta dan hak-hak terkait lainnya.
a. Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang perlindungan program komputer
sebagai Literary work harus berlangsung selama 50 tahun, perlu diperhatikan
bahwa:
Program komputer sudah dicakup dalam Undang-Undang Hak Cipta, tetapi
perlindungannya hanya berlaku selama 25 tahun. Oleh sebab itu perlu ditindak
lanjuti ketentuan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 7 tahun 1987 perlu
disesuaikan.
b. Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang Hak Penyewaan/Rental Right bahwa
untuk karya cipta seperti komputer program dan karya sinematografi,
ditentukan adanya hak penyewaan yang diberikan kepada pencipta atas
kegiatan penyewaan karya-karya tersebut, perlu diperhatikan tentang: Hak
Cipta yang belum mengatur tentang masalah hak ini, dimana terhadap
penyewaan vidio kaset film dan program komputer pemilih Hak Cipta atas
karya-karyanya tersebut berhak atas bagian penghasilan yang diperoleh dari
usaha penyewaan tadi. Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti pengaturan dan
penyempumaan Undang-Undang Hak Cipta.

3. Bidang Merek
a. Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang perlindungan bagi Merek Terkenal
(Wellknown Mark), dimana perlu diperhatikan bahwa Undang-Undang Merek
sudah mengatur hal tersebut tetapi tidak sejauh ketentuan itu .Oleh sebab itu
perlu ditindak lanjuti tentang ketentuan mengenai Merek terkenal dalam
Undang-Undang Merek tahun 1992.
b. Mengantisipasi ketentuan TRIPS dalam hal pemakaian Merek merupakan
kewajiban, adanya larangan impor atau ketentuan lain yang mengatur
persyaratan terhadap barang atau jasa harus dapat dianggap sebagai

2003 Digitized by USU digital library 7
penyebab yang sah tidak dipakainya Merek, perlu diperhatikan bahwa
ketentuan ini tidak dikenal dalam Undang-Undang Mereka tahun 1992.
Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti, ditinjau kembali dan perlu diperhatikan
ketentuan ini dalam Undang-Undang Merek.
c. Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang perlindungan terhadap Merek, diatur
pula perlindungan terhadap Geographical Indications, dan perlu diperhatikan
bahwa ketentuan ini belum diatur dalam Undang-Undang Merek. Oleh sebab
itu perlu ditindak lanjuti, dan perlu pengaturan ketentuan ini dalam Undang-
Undang Merek tahun 1992.

4. Bidang Desain Produk Industri.
Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang persyaratan untuk memperoleh
perlindungan Desain Produk Industri yang bersifat baru dan orisinil, dan juga
untuk ukuran untuk menilai kebaruan desain dapat ditentukan dengan
membandingkannya dengan desain serupa yang sudah ada. Ini perlu diperhatikan
bahwa :
Indonesia belum memiki undang-undang mengenai Desain Produk Industri ini.
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian
memerintahkan pengaturan Desain Produk Industri ini dengan peraturan
pemerintah.
Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti yaitu perlu disusun undang-undang Desain
Produk Industri.

5. Bidang Paten
a. Mengantisipasi ketentuan TRIPs teBaga objek Paten yaitu :
- Perlindungan diberikan untuk semua bentuk teknologi, termasuk kepentingan
kemanusian dan kesehatan manusia seperti terhadap teknologi untuk
pengobatan, variatas hewan dan tanaman dan bioteknologi.
- Paten memberikan hak ekslusif baik terhadap Paten produk maupun Paten
proses yang menjangkau pula larangan untuk melakukan impor tanpa ijin
pemegang Paten.
Ini perlu diperhatikan bahwa isi hak yang menjangkau hak untuk melarang
import produk atau yang langsung dibuat dengan proses yang dilindungi Paten,
merupakan hal baru. Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti dan perlu diperhatikan
secara khusus dalam rangka penyesuaian Undang-Undang Paten tahun 1989.
b. Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang jangka waktu perlindungan Paten yang
berlaku selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan paten, dan perlu
diperhatikan bahwa dalam Undang-Undang Paten tahun 1989 jangka waktu
perlindungan hanya terbatas 14 tahun dengan kemungkinan diperpanjang
selama 2 tahun.
Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti dan diperhatikan secara khusus ketentuan
ini dalam Undang-Undang Paten tahun 1989.

6. Bidang Desain Lay-Out (Topografi)
Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang Desain Lay-Out tidak dianggap sebagai
pelanggaran apabila seseorang memang tidak mengetahui atau tidak ada/cukup
alasan untuk mengetahui bahwa sewaktu menerima lay-out desain, ternyata
terbawa pula lay-out desain bajakan. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa:


7. Bidang Undisclosed Information
Mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang negara anggota wajib menjaga informasi
yang dirahasiakan pemiliknya dan data yang diserahkan kepada pemerintah

2003 Digitized by USU digital library 8
sebagai persyaratan pendaftaran sesuatu produk dan data tersebut harus
merupakan rahasia, memiliki nilai komersial (karena kerahasiaannya), diperlukan
dan dijaga sebagai informasi rahasia. Ini perlu diperhatikan bahwa masalah ini
belum memperoleh pengaturan secara khusus, dan selama ini perlindungan hanya
berlangsung atas dasar pasal 1365 KUHPerdata.

8. Bidang Lisensi
Mengantisipasi ketentuan persetujuan TRIPs tentang negara anggota dapat
menetapkan pengendalian atas praktek persaingan tidak sehat dalam perjanjian
lisensi. Ini perlu dipehatikan bahwa:
Masalah ini dapat dijadikan sarana pengendalian praktek persaingan yang tidak
wajar atau tindakan penanggulangan monopoli. Dan ketentuan ini sebenarnya
bentuk lain dari pengaturan pencegahan praktek-praktek bisnis yang terlarang
melalui pelisensian.
Oleh karena perlu ditindak lanjuti dan perlu dijabarkan lebih lanjut dalam UU Hak
Cipta, UU Paten dan UU di bidang HAKI yang akan disusun.

9. Bidang Enforcement
Mengantisipasi ketentuan persetujuan TRIPs tentang negara anggota wajib
menyediakan sarana baik yang bersifat administratif maupun peradilan yang adil
dan memadai, diantaranya menyangkut kewenangan pengadilan untuk
menghentikan tindakan yang diduga merupakan pelanggaran HAKI, kewenangan
pengadilan untuk memerintahkan pelanggar membayar ganti rugi sesuai dengan
kerugian yang diderita pemegang HAKI. Ini perlu diperhatikan bahwa:
Pengaturan ini sebahagian sudah dikenal baik secara prinsip umum ataupun
dituangkan dalam hukum acara" dan dalam UU Hak Cipta, UU Paten, atau UU
Merek. Tetapi dalam beberapa hal" masih harus dipertegaskan dalam UU Hak
Cipta, UU Paten dan UU Merek. Pemahaman di kalangan aparat penegak hukum,
termasuk Bea Cukai perlu diperhatikan.

10. Bagian Penyelesaian Sengketa dan Pengawasan
Mengantisipasi ketentuan persetujuan TRIPs tentang dalam hal timbul
persengketaan mengenai penafsiran dan pelaksanaan persetujuan TRIPs, maka
hal tersebut diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa terpadu hal
tersebut diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa terpadu oleh
sebuah Badan Penyelesaian sengketa yang berada di bawah WTO (World Trade
Organization). Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa:
Perlu penguasaan mengenai pro suder penyelesaian sengketa, dan mekanisme
kerja lembaga yang akan menanganinya (Panel). Selain itu hal-hal yang bersifat
prosedur/acara, tidak kalah pentingnya penguasaan mengenai aturan-aturan
GATT/WTO dan persetujuan TRIPs.
Oleh sebab itu perlu ditindak lanjuti:
Pelatihan dan pemahaman terutama perlu diberikan kepada para
Konsultan/Penasehat Hukum/Pengacara dan bantuan tehnik perlu dimintakan
kepada WTO.

3. Konsekuensi Persetujuau TRIPs Bagi Indonesia.
Pembahasan konsekuensi persetujuan TRIPs bagi Indonesia tidak terlepas dari
pembahasan posisi dan kebijaksanaan Indonesia menghadapi persetujuan TRIPs.
Dalam pembahasan posisi dan kebijaksanaan Indonesia menghadapi persetujuan
TRIPs, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut di bawah ini:
a. Pengaturan hal-hal yang baru dan belum ada peraturan perundang-undangan
HAKI, serta pengaturan hal-hal tertentu dengan standar yang lebih tinggi

2003 Digitized by USU digital library 9
dibandingkan standar yang dimiliki dalam peraturan perundang-undanga HAKI
yang telah ada, bukanlah masalah yang sederhana.
b. Dengan pengaturan standar yang relatif minimum sekarang inipun, masih harus
diusahakan efektifitas pelaksanaanya melalui peningkatan administrasi
pengelolaannya, pemasyarakatan (penyebarluasan) pemahamannya, termasuk
di kalangan aparat penegak hukumnya.
c. Masalah dengan begitu bukan sekedar menyesuaikan peraturan perundang-
undangan HAKI. Selain kesiapan masyarakat dan aparatur, perlu juga dikaji
seberapa jauh dampak penerapan pengaturan hal-hal yang baru dan ketentuan-
ketentuan yang berstandar tinggi tersebut tidak menimbulkan terutama
masalah sosial dan ekonomi yang akhirnya akan menyulut kerawanan politik.
d. Masa peralihan bagi Indonesia hanya berlangsung maksimal 5 tahun. Kalau
persetujuan tersebut benar-benar akan berlaku efektif misalnya tanggal 1
Januari 1995, maka segala persiapan baik pranata peraturan perundang-
undangan yang harus disesuaikan, kesiapan adminstrasi, kesiapan masyarakat
dan para aparat dalam memahami peraturan perundang-undangan yang baru,
harus benar-benar selesai dan siap mulai tanggal Januari 2000. Jangka waktu
tersebut tidak lama untuk semua itu.
e. Dampak dari ketidaksiapan tadi, sangat hebat pengaruhnya terhadap
perekonomian nasional terutama dalam perdagangan intemasional. Setiap saat
Indonesia harus siap untuk menghadapi panel dalam rangka mekanisme
penyelesaian pertikaian. Dan kalau "Kesalahan" tersebut terbukti, serta
kerugian ekonomi/finansial yang diakibatkan dapat ditunjukkan, maka Indonesia
harus selalu bersiap untuk menghadapi tindakan balasan terhadap komoditi
ekspornya. Bertitik tolak untuk menghadapi tindakan balasan terhadap komoditi
ekspornya. Bertitik tolak dari point (a) sampai dengan point (e) tersebut di atas,
penulis berpendapat bahwa konsekuensi logis persetujuan TRIPs bagi Indonesia
merupakan kegiatan-kegiatan antisipasi yang menjadi skala prioritas Indonesia
untuk dilakukan dengan efektif dan efisien dalam perundingan Putaran Uruguay
menghadapi ketentuan TRIPs
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Peningkatan penyebarluasan pemahaman mengenai TRIPs di kalangan
masyarakat dunia usaha Indonesia yang kegiatan usahanya berkaitan
dengan masalah HAKI.
b. Peningkatan efektifitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan HAKI
terhadap para penegak hukum (Hakim, Jaksa dan Polisi) dan aparat
pemerintah (termasuk aparat Bea Cukai).
c. Peningkatan efisiensi kerjasama antar aparat pemerintah melalui jaringan
informasi dan kerjasama inter departemen terkait, maupun kerjasama antar
aparat pemerintah dengan masyarakat dunia usaha Indonesia.

Dalam upaya mencapai keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut di atas,
dijabarkan serangkaian langkah-langkah intern maupun ekstern untuk mendukung
keberadaan intansi/unit kerja yang menangani bidang HAKI dan mendukung
mekanisme kerja dan kebijaksanaan teknis operasional.

Langkah-langkah tersebut meliput:
1. Intern
a. menambah pengadaan prasarana, sarana, personalia
b. mengembangkan/meningkatkan kemampuan profesionalisme penegak hukum,
praktisi hukum melalui pendidikan dan pelatihan di dalam maupun di luar
negeri.
c. menyempurnakan prosedur kerja

2003 Digitized by USU digital library 10
d. melaksanakan program komputerisasi
c. membangun pusat dokumentasi dan informasi di bidang HAKI, khususnya
menyangkut TRIPs.

2. Ekstern
a. meningkatkan pelayanan jasa hukum di bidang TRIPs
b. mendorong terbentuknya organisasi-organisasi profesi di bidang HAKI untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang TRIPs
c. mengikut sertakan praktisi hukum, aparat hukum terkait dalam pertemuan-
pertemuan regional!internasional di bidang HAKI, khususnya yang menyangkut
TRIPs.
d. meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga intemasional di bidang
HAKI, misalnya WTO (World Trade Organization), untuk mendapatkan informasi
tentang HAKI, khususnya yang menyangkut TRIPs.
e. membangun sistem jaringan dokumentasi dan informasi di bidang TRIPs untuk
konsumsi dunia usaha.

KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan:
1. Lahirnya TRIPS bertujuan untuk me1indungi dan menegakkan hukum hak milik
intelektual guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, serta penyebaran
teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakaian pengetahuan
teknologi, dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
berkeseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs).
HAKI diatur di dalam TRIPs yang isinya meliputi ketentuan umum dan prinsip
dasar, strandar ketersediaan, lingkup dan penggunaan HAKI, penegakan HAKI,
pemero1ehan dan pemeliharaan HAKI dan prosedure antar para pihak,
pencegahan dan penyelesaian perselisihan, pengaturan peralihan dan pengaturan
ke1embagaan serta ketentuan penutup.
2. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani perjanjian putaran
Uruguay beruapa untuk mengakomodasikan TRIPs dalam perangkat hukum
nasional di bidang HAKI sesuai dengan kepentingan spesifiknya yaitu
pembangunan nasional dengan meningkatkan laju ekspor non migas.

DAFTAR PUSTAKA
Aleli Angela G. Quirino, Asean Law Journal Volume 3, Penerbit Asean Law Association
Foundatioan University of The Philippines, 1995.
Bambang Kesewo, SH, LLM, Beberapa Ketentuan Dalam Persetujuan TRIPs (Seminar
Sehari "Dampak GATT/Putaran Uruguay Bagi Dunia Usaha), Departemen
Perdagangan RI, Jakarta, 1994
______________________,Pengantar Umum Mengenai HAK di Indonesia,
Departemen Perdagangan RI, Jakarta, 1994.
Halida Miljani, SH., Seminar Sehari "Dampak GATT/Putaran Uruguay Bagi Dunia
Usah, Departemen Perdagangan RI, Jakarta, 1994.
Ita Gembiro, SH., Hukum Milik Intelektual (Law of Intellectual Property), Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1991.
Nico Kansil, SH., Pengantar umum Mengenai Hak Cipta, Paten, dan Mereka, Penerbit
Yan Apul & Founers, 1994.
WJS. Poerdharminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Penerbit Has Jakarta, 1976.
________________, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, 1976.

Anda mungkin juga menyukai