Anda di halaman 1dari 67

BAB III

PEMERIKSAAN SIFAT SIFAT FISIK


DAN MEKANIS LEMPUNG (CLAY) SERTA PENCAMPURAN
TANAH ASLI DENGAN KAPUR Ca(OH)

III.1 Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu
pembuatan proposal, pengumpulan informasi dan studi literatur, pengambilan
benda uji di lapangan, persiapan bahan stabilisasi, persiapan di laboratorium, dan
konsultasi ke dosen pembimbing. Kegiatan kegiatan ini merupakan rangkaian
awal dalam pekerjaan persiapan.
III.2 Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah.
Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak
terganggu (undistrub soil). Akan tetapi dalam penelitian ini cukup dengan
pengambilan sample dengan cara disturb soil (tanah terganggu).
Sampel tanah diambil di dua lokasi, yaitu di J ln H.Anif/Cemara Ujung
Kecamatan Medan Timur dan di J ln.Bajak V kawasan Medan Flood Control. Hal
ini dilakukan untuk membandingkan nilai nilai propertis antar sampel tanah
agar sesuai dengan target penelitian.
Masing masing sampel tanah diambil di beberapa titik, hal ini dilakukan
agar sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di
lokasi pengambilan sampel.. Sedangkan bahan aditif kapur Ca(OH) dibeli di
toko material bangunan.
Universitas Sumatera Utara








Gambar 3.1 Lokasi soil sampling
III.2.1 Sampel Tanah Terganggu (Disturbed)
Sampel tanah yang diambil tidak perlu adanya usaha yang dilakukan untuk
melindungi sifat dari tanah tersebut. Sampel tanah digunakan untuk pengujian
basic properties dan engineering properties.






(a) (b)
Gambar 3.2 Sampel tanah jl.H.Anif (a), dan Sampel tanah Jl.Bajak(b)

III.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk batas
konsistensi, uji proktor standar dan CBR laboratorium di Laboratorium Mekanika
Universitas Sumatera Utara


Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara yang telah sesuai dengan
Standarisasi American Society for Testing Material (ASTM).
III.2.3 Bahan Uji
1. Tanah, dalam penelitian ini tanah yang digunakan adalah tanah lempung
yang diperoleh J ln H.Anif/Cemara Ujung Kecamatan Medan Timur dan di
J ln.Bajak V kawasan Medan Flood Control.
2. Kapur, kapur yang digunakan dibeli di toko material bangunan.
3. Air, air yang digunakan berasal dari Laboratorium mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil, USU.
III.3 Pekerjaan Laboratorium
Pengujian dilakukan dilaboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Sumatera Utara. Beberapa pengujian yang dilakukan antara lain :
1) Basic properties, meliputi test kadar air (water content), batas cair, batas
plastis, analisis saringan, analisis hidrometer, dan berat jenis.
2) Engineering properties, meliputi percobaan pemadatan, CBR
laboratorium, dan Unconfined Compression Test.
III.3.1 Sampel Uji
Sampel pengujian untuk tanah asli yang dibuat untuk masing-masing
lokasi soil sampling dan kategori secara detail adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Sampel Pengujian Untuk Tanah Asli
No Pengujian Jumlah Benda Uji
1 Pengujian Kadar Air 2 x 2 sampel
2 Pengujian Berat Jenis 2 x 3 sampel

3
Pengujian analisis granuler :
Pengujian Analisis Hidrometer

2 x 1 sampel
Universitas Sumatera Utara


4 Pengujian Analisis Saringan 2 x 1 sampel

5
6
Pengujian batas batas konsistensi :
Batas Cair
Batas Plastis

2 x 1 sampel
2 x 1 sampel
7 Pengujian Pemadatan Standar 2 x 5 sampel
8 Pengujian CBR Laboratorium 2 x 3 sampel
9 Pengujian UCS 1 x 1 sampel
Jumlah Total Sampel Uji 35 sampel

Pengujian terhadap basic peroperties dan engineering properties dari
kedua sampel tanah asli selesai, maka selanjutnya diambil salah satu contoh tanah
yang memiliki sifat sifat plastisitas dan CBR yang lebih rendah. Kemudian
dilakukan perencanaan terhadap pencampuran tanah asli dengan bahan stabilisasi
kapur Ca(OH).

Tabel 3.2 Sampel Pengujian untuk tanah asli + Ca(OH)
NO PENGUJIAN VARIASI
(1%,3%,5%) x (0,7,14 hari)
Jumlah Benda Uji
1 Pengujian Batas
Cair
3x3x1sampel 9 sampel
2 Pengujian Batas
Plastis
3x3x1 sampel 9 sampel
3 Percobaan
Compaction
3x5sampel 15 sampel
4 Pemeriksaan CBR
Laboratorium
3x3x3sampel 27 sampel
5 Percobaan
Unconfined
Compression Test
3x3x1sampel 9 sampel
Jumlah Total Benda Uji 69 sampel



Universitas Sumatera Utara



III.4 Pemeriksaan Properties Tanah Asli
Pada tahapan ini dilakukan pengujian pengujian laboratorium untuk
mengetahui sifat sifat tanah asli. Pengujian ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pemeriksaan basic properties dan engineering properties.
III.4.1 Pemeriksaan Basic Properties Tanah Asli
III.4.1.1 Pengujian Kadar Air
Maksud dari pengujian kadar air tanah adalah mengetahui nilai
perbandingan antara berat air di dalam tanah dengan berat butiran tanah tersebut
dalam satuan persen. Hasil Pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :

Sampel A
Tabel 3.3 Hasil Percobaan Kadar Air Sampel A





Sampel B
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Kadar Air Sampel B




No Sampel
a Berat krus +tanah basah (gr)
b Berat krus +tanah kering (gr)
c Berat Air (gr)
d Berat krus (gr)
e Berat tanah kering (gr)
f Kadar air (w) (%)
g Kadar air rata-rata (%)
14.02
1
37
33.2
3.8
2
42.6
38.1
4.5
9.30
28.8
15.63
14.82
9.3
27.10
No Sampel
a Berat krus +tanah basah (gr)
b Berat krus +tanah kering (gr)
c Berat Air (gr)
d Berat krus (gr)
e Berat tanah kering (gr)
f Kadar air (w) (%)
g Kadar air rata-rata (%)
11.07
1
38.3
35.3
3
2
37.6
35.4
2.2
9.30
26.1
8.43
9.75
9.3
27.10
Universitas Sumatera Utara










Gambar 3.3 Perhitungan kadar air pada percobaan water content

III.4.1.2 Pengujian Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara
berat isi tanah dengan berat isi air dengan perbandingan volume yang sama pada
suhu tertentu. Nilai dari specific gravity digunakan untuk percobaan pemadatan
dan CBR.

Sampel A

Tabel 3.5 Hasil pengujian berat jenis tanah sampel A





No. Percobaan
No. Piknometer
a Berat Piknometer +Tanah (W2)
b Berat Piknometer (W1)
c Berat Tanah (W2-W1)
d Temperatur (T
0
C)
e Berat Piknometer +Air Pada T
o
C (W4)
(W2 - W1 +W4)
f Berat Piknometer +Air +Tanah (W3)
g Isi Tanah (W2 - W1 +W4 - W3)
Berat Jenis
Berat Jenis Rata-rata
59.40
32.40
27.00
27.00
111.30
101.50
9.80
2.65
82.80
109.80
99.60
10.20
82.30
110.10
99.40
10.70
2.60
61.50
35.50
26.00
27.00
85.30
2.64
3
6
2
5
2.67
58.30
31.10
27.20
27.00
1
4
Universitas Sumatera Utara


Sampel B
Tabel 3.6 Hasil pengujian berat jenis tanah sampel B












Gambar 3.4 Perhitungan berat jenis tanah (specific gravity)
III.4.1.3 Analisa Saringan & Hidrometer
Uji analisis butiran terbagi menjadi 2 bagian pengujian, yaitu uji analisis
hidrometer dan uji analisis saringan. Analisis hidrometer berperan dalam
menentukan distribusi ukuran butir-butir untuk tanah yang mengandung butir
tanah lolos saringan no. 200. Sedangkan uji analisis saringan untuk mentukan
distribusi ukuran butir-butir untuk tanah yang mengandung butir tanah tertahan
saringan no. 200.


No. Percobaan
No. Piknometer
a Berat Piknometer +Tanah (W2)
b Berat Piknometer (W1)
c Berat Tanah (W2-W1)
d Temperatur (T
0
C)
e Berat Piknometer +Air Pada T
o
C (W4)
(W2 - W1 +W4)
f Berat Piknometer +Air +Tanah (W3)
g Isi Tanah (W2 - W1 +W4 - W3)
Berat Jenis
Berat Jenis Rata-rata
58.70
37.50
21.20
27.00
106.70
97.60
9.10
2.68
84.70
105.90
98.50
7.40
74.00
102.20
99.40
10.70
2.68
57.90
36.90
21.00
27.00
85.70
2.68
3
6
2
5
2.67
58.60
30.40
28.20
27.00
1
4
Universitas Sumatera Utara


Analisa Saringan sampel A

Tabel 3.7 Hasil analisa ayakan sampel A






Analisa Hidrometer sampel A

Tabel 3.8 Hasil pengujian hidrometer sampel A












Saringan Berat diatas J lh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)
No. 10 8.51 8.51 1.63 98.37 98.37
No. 40 15.30 23.81 4.57 95.43 95.43
No. 80 25.70 49.51 9.50 90.50 90.50
No. 100 34.80 84.31 16.17 83.83 83.83
No. 120 43.10 127.41 24.44 75.56 75.56
No. 200 41.40 168.81 32.38 67.62 67.62



Saringan Berat diatas J lh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)
No. 10 - - - 100 44.80
No. 20 10.00 10.00 8.93 91.07 40.80
No. 40 11.97 21.97 19.62 80.38 36.01
No. 80 3.50 25.47 22.74 77.26 34.61
No. 120 22.70 48.17 43.01 56.99 25.53
No. 200 13.35 61.52 54.93 45.07 20.19
Waktu Kelangsungan Temperatur Pembacaan Diameter Faktor Pembacaan Faktor Persen Persen seluruh
Waktu (T C) Hidrometer (Rh) Butir (D) Koreksi (K) Benar (Rh +K) Koreksi (a) mengendap (%) Contoh mengendap (%)
8 : 43 0 menit 28
8 : 43.5 0.5 menit 28 25 0.05435 0.0129 25.0129 1.02 22.78 10.21
8 : 44 1 menit 28 23 0.03950 0.0129 23.0129 1.02 20.96 9.39
8 : 45 2 menit 28 22 0.02830 0.0129 22.0129 1.02 20.05 8.98
8 : 48 5 menit 28 18 0.01880 0.0129 18.0129 1.02 16.40 7.35
8 : 58 15 menit 28 17 0.01098 0.0129 17.0129 1.02 15.49 6.94
9 : 12 30 menit 28 15 0.00794 0.0129 15.0129 1.02 13.67 6.13
9 : 43 1 jam 28 14 0.00568 0.0129 14.0129 1.02 12.76 5.72
12 : 43 4 jam 28 13 0.00287 0.0129 13.0129 1.02 11.85 5.31
8 : 43 24 jam 28 10 0.00121 0.0129 10.0129 1.02 9.12 4.09
Universitas Sumatera Utara


Analisa Saringan sampel B

Tabel 3.9 Hasil analisa ayakan sampel B







Analisa Hidrometer sampel B

Tabel 3.10 Hasil pengujian hidrometer sampel B











Saringan Berat diatas J lh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)
No. 10 - - - 100 70.00
No. 20 10.00 10.00 7.14 92.86 65.00
No. 40 11.97 21.97 15.69 84.31 59.02
No. 80 3.50 25.47 18.19 81.81 57.27
No. 120 22.70 48.17 34.41 65.59 45.92
No. 200 13.35 61.52 43.94 56.06 39.24
Waktu Kelangsungan Temperatur Pembacaan Diameter Faktor Pembacaan Faktor Persen Persen seluruh
Waktu (T C) Hidrometer (Rh) Butir (D) Koreksi (K) Benar (Rh +K) Koreksi (a) mengendap (%) Contoh mengendap (%)
8 : 43 0 menit 28
8 : 43.5 0.5 menit 28 25 0.05435 0.0129 25.0129 1.02 18.22 12.76
8 : 44 1 menit 28 23 0.03950 0.0129 23.0129 1.02 16.77 11.74
8 : 45 2 menit 28 22 0.02830 0.0129 22.0129 1.02 16.04 11.23
8 : 48 5 menit 28 18 0.01880 0.0129 18.0129 1.02 13.12 9.19
8 : 58 15 menit 28 17 0.01098 0.0129 17.0129 1.02 12.40 8.68
9 : 12 30 menit 28 15 0.00794 0.0129 15.0129 1.02 10.94 7.66
9 : 43 1 jam 28 14 0.00568 0.0129 14.0129 1.02 10.21 7.15
12 : 43 4 jam 28 13 0.00287 0.0129 13.0129 1.02 9.48 6.64
8 : 43 24 jam 28 10 0.00121 0.0129 10.0129 1.02 7.30 5.11
Saringan Berat diatas J lh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)
No. 10 15.40 15.40 3.08 96.92 92.95
No. 40 34.50 49.90 9.98 90.02 86.33
No. 80 38.50 88.40 17.68 82.32 78.95
No. 100 65.40 153.80 30.76 69.24 66.40
No. 120 78.20 232.00 46.40 53.60 51.40
No. 200 41.40 273.40 54.68 45.32 43.46



Universitas Sumatera Utara


III.4.1.4 Percobaan Atterberg Limit
Pengujian Batas Cair (Liquid Limid) dan Batas Plastis (Plastis Limit). Adapun
hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Sampel A

Tabel 3.11 Hasil percobaan batas cair dan batas plastis sampel A
Batas Cair (LL) - Pukulan 40 33 22 20 Batas Plastis
No krus 1 2

3

4
Berat krus +contoh basah gr 26.20 42.60 28.90 27.60 23.40 23.90
Berat krus +contoh kering gr 21.50 35.70 22.70 21.10 22.80 22.90
Berat air

gr 4.70 6.90 6.20 6.50 0.60 1.00
Berat krus

gr 9.30 19.10 9.30 9.30 27.70 21.10
Berat contoh kering gr 12.20 16.60 13.40 11.80 2.10 1.80
Kadar air % 38.52 41.57 46.27 55.08 28.57 55.56
42.06






Gambar 3.5 Grafik hubungan antara pukulan dengan kadar air sampel A
Sampel B
Tabel 3.12. Hasil pengujian batas cair dan batas plastis sampel B
Batas Cair (LL) - Pukulan 39 27 18 17 Batas Plastis
No krus 1 2

3

4
Berat krus +contoh basah gr 30.00 23.60 28.50 25.20 20.40 23.70
Berat krus +contoh kering gr 22.40 17.90 20.50 18.00 17.40 20.10
Berat air

gr 7.60 5.70 8.00 7.20 3.00 3.60
Berat krus

gr 9.30 9.30 9.30 9.30 6.40 6.50
Berat contoh kering gr 13.10 8.60 11.20 8.70 11.00 13.60
Kadar air % 58.02 66.28 71.43 82.76 27.27 26.47
26.87
Universitas Sumatera Utara









Gambar 3.6 Grafik hubungan antara pukulan dengan kadar air sampel B







Gambar 3.7 persiapan benda uji Atterberg limit dan pengujian liquid limit
III.4.2 Pemeriksaan Engineering Properties Tanah Asli
III.4.2.1 Percobaan Pemadatan (Proktor Standar)
Pengujian proktor standar bertujuan untuk menentukan hubungan antara
kadar air dan kepadatan tanah dengan cara memadatkan tanah di dalam silinder
berukuran tertentu menggunakan cetakan, sampel tanah lolos saringan no. 4.
Kegunaan pengujian proktor standar untuk mencari nilai kepadatan maksimum
(Maximum Dry Density) dan kadar air optimum (Optimum Moisture Content) dari
Universitas Sumatera Utara


suatu sampel tanah. Hasil pengujian proktor standar dapat dilihat pada tabel
berikut :
Sampel A

Tabel 3.13 Hasil percobaan pemadatan sampel A












Gambar 3.8 Kurva hubungan kadar air optimum dengan berat isi kering
maksimum





Berat tanah basah 2000 2000 2000 2000 2000
Kadar air mula-mula (%) 22.13 22.13 22.13 22.13 22.13
Penambahan air (%) 10 12 14 16 18
Penambahan air (cc) 200 240 280 320 360
Berat isi
Berat tanah +cetakan 5900 6050 6150 6100 6095
Berat cetakan 4500 4470 4470 4475 4500
Berat tanah basah 1400 1580 1680 1625 1595
Isi cetakan t= 11.72 d= 10.20 958 958 958 958 958
Berat isi basah ( bw ) 1.461 1.649 1.754 1.696 1.665
Berat isi kering d =bw/(100+w) * 100% (gr/cc) 1.161 1.293 1.353 1.292 1.252
Kadar air
Tanah basah +cawan 79.40 65.90 62.90 50.50 66.30
Tanah kering +cawan 65.20 53.70 50.80 40.70 52.40
Berat air 14.20 12.20 12.10 9.80 13.90
Berat cawan 10.30 9.40 9.90 9.40 10.20
Berat tanah kering 54.90 44.30 40.90 31.30 42.20
Kadar air 25.87 27.54 29.58 31.31 32.94
ZAV = (Gs* w)/(1+Gs*w) W = 26 % g = 1.565 gr/cm3
Gs 2.64 W = 32 % g = 1.431 gr/cm3
Berat Isi Kering Maksimum 1.349 gr/cm3
Kadar Air Optimum 29.68 %
Universitas Sumatera Utara


Sampel B

Tabel 3.14 Hasil percobaan pemadatan sampel B















Gambar 3.9 Kurva hubungan kadar air dengan berat isi tanah kering





ZAV = (Gs* w)/(1+Gs*w) W = 18 % g = 1.808 gr/cm3
Gs = 2.68 W = 22 % g = 1.686 gr/cm3
Berat Isi Kering Maksimum= 1.582 gr/cm3
Kadar Air Optimum = 23.50 %
Berat tanah basah 2500 2500 2500 2500 2500
Kadar air mula-mula (%) 9.75 9.75 9.75 9.75 9.75
Penambahan air (%) 6 8 10 12 14
Penambahan air (cc) 150 200 250 300 350
Berat isi
Berat tanah +cetakan 6450 6000 6150 6950 6150
Berat cetakan 5100 4400 4400 5100 4300
Berat tanah basah 1350 1600 1750 1850 1850
Isi cetakan t= 11.75 d= 10.15 951 951 951 951 951
Berat isi basah ( bw ) 1.419 1.682 1.840 1.945 1.945
Berat isi kering d =bw/(100+w) * 100% (gr/cc) 1.217 1.418 1.524 1.591 1.560
Kadar air
Tanah basah +cawan 41.30 67.30 62.50 67.90 69.50
Tanah kering +cawan 36.90 58.40 53.40 57.40 57.80
Berat air 4.40 8.90 9.10 10.50 11.70
Berat cawan 10.50 10.60 9.50 10.20 10.40
Berat tanah kering 26.40 47.80 43.90 47.20 47.40
Kadar air 16.67 18.62 20.73 22.25 24.68
Universitas Sumatera Utara


III.4.2.2 Percobaan CBR Laboratorium
Sampel A
Tabel 3.15 Hasil percobaban CBR sampel A





















0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
B
e
b
a
n

(
l
b
)
Penurunan (inci)
Grafik Beban vs
Penurunan
Berat Isi Kering
Berat tanah & mould 10300
Berat mould 7850
Berat tanah basah 2450
Isi mould 2130
Berat isi basah 1.150
Waktu Penuru- Pembacaan Beban Berat isi kering 1.069
(min) nan (in) arloji (LB)
0 0 atas bawah atas bawah
1/4 0.0125 3 22.422
1/2 0.025 4 29.896
1 0.05 5 37.370
1.5 0.075 7 52.318
2 0.1 8 59.792
3 0.15 10 74.740
4 0.2 13 97.162
6 0.3 15 112.110
8 0.4 19 142.006
10 0.5 22 164.428
KADAR AIR
Tanah basah +cawan 56.50
Tanah kering +cawan 53.20
Berat cawan 10.00
Berat air 3.30
Tanah kering 43.20
Kadar air (%) 7.64
Harga CBR
CBR Laboratorium 0.1" 0.2"
CBR Laboratorium 1.99 %
KALIBRASI : 7.474 lbs
Universitas Sumatera Utara


Sampel B
Tabel 3.16 Hasil percobaan pemadatan sampel B






















0
20
40
60
80
100
120
140
160
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
B
e
b
a
n

(
l
b
)
Penurunan (inci)
Grafik Beban vs Penurunan
Berat Isi Kering
Berat tanah & mould 11300
Berat mould 7600
Berat tanah basah 3700
Isi mould 2130
Berat isi basah 1.737
Waktu Penuru- Pembacaan Beban Berat isi kering 1.471
(min) nan (in) arloji (LB)
0 0 atas bawah atas bawah
1/4 0.0125 3 22.422
1/2 0.025 5 37.370
1 0.05 8 59.792
1.5 0.075 10 74.740
2 0.1 11 82.214
3 0.15 12 89.688
4 0.2 15 112.110
6 0.3 16 119.584
8 0.4 19 142.006
10 0.5 22 164.428
KADAR AIR
Tanah basah +cawan 57.70
Tanah kering +cawan 51.00
Berat cawan 14.00
Berat air 6.70
Tanah kering 37.00
Kadar air (%) 18.11
Harga CBR
CBR Laboratorium 0.1" 0.2"
CBR Laboratorium 2.74 %
KALIBRASI : 7.474 lbs
Universitas Sumatera Utara


III.4.2.3. Percobaan Unconfined Compression Strenght
Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan tekan
bebas contoh tanah yang bersifat kohesif dalam keadaan asli atau terganggu/rusak
(remoulded). Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas yaitu besarnya gaya
aksial per satuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat
regangan aksial mencapai 20 %. Hasil dari pengujian UCS terhadap tanah asli
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.17. Hasli percobaan UCS terhadap sampel tanah asli















DIAMETER 6.154 cm Weight 715 gr
INITIAL LENGTH Io 12.308 cm Proving Ring No.
INITIAL AREA Ao 29.75639 cm2 Calibration 0.451
Sample
TIME deflection strain Axial Load Correction Area Qu
d (%) Kg faktor cm2
0 0 0 0 0 1.0000 36.317 0
0.5 68 0.5 7.00 3.16 1.0050 36.499 0.0865
1 136 1 8.50 3.83 1.0101 36.684 0.1045
2 272 2 10.00 4.51 1.0204 37.058 0.1217
3 408 3 12.00 5.41 1.0309 37.440 0.1446
4 544 4 13.50 6.09 1.0417 37.830 0.1609
5 680 5 14.50 6.54 1.0526 38.228 0.1711
6 816 6 17.50 7.89 1.0638 38.635 0.2043
7 952 7 16.00 7.22 1.0753 39.050 0.1848
8 1088 8 14.50 6.54 1.0870 39.475 0.1657
9 1224 9 1.0989 39.909
10 1360 10 1.1111 40.352
11 1496 11 1.1236 40.805
12 1632 12 1.1364 41.269
13 1768 13 1.1494 41.743
14 1904 14 1.1628 42.229
15 2040 15 1.1765 42.726
16 2176 16 1.1905 43.234
17 2312 17 1.2048 43.755
18 2448 18 1.2195 44.289
19 2584 19 1.2346 44.836
20 2720 20 1.2500 45.396
NATURAL MOISTURE CONTENT Test Result
container wo 1 2 Wet density 1.952 gr/cm3
wt. of cont-wet soil 65.40 50.70 gr N.M.C 14.80 %
wt. wf cont-dry soil 58.00 45.50 gr Dry density 1.701 gr/cm3
wt. of cont 9.40 9.30 gr Qu 0.204 kg/cm2
wt. of water 7.40 5.20 gr
wt. of dry soil 48.60 36.20 gr
Moisture content 15.23 14.36 %
% 14.80 Average
"UNCONFINED COMPRESSION TEST"
Proving Ring
Remoulded
Division
Universitas Sumatera Utara


III.5 Summary Laboratory Test
Berikut adalah summary laboratory test terhadap sampel A dan sampel B
sebagai tanah asli :
Tabel 3.18 Summary Laboratory Test terhadap Tanah Asli
Properties
Sampel
A B
Water Content 14.82 9.75
Specific gravity 2.64 2.68
Liquid Limit 70.30 48.3
Plastis Limit 26.87 42.06
Maximum dry
density (MDD)
1.349 1.582
Optimum Moisture
Content (OMC)
29.68 23.5
CBR Laboratorium 1.99 2.74
UCS 0.204

Dari data data di atas, kita memilih salah satu dari dua sampel tanah
dengan lokasi yang berbeda. Sampel A memiliki nilai PI yang lebih besar dan
harga CBR laboratorium yang lebih rendah daripada sampel B. Sehingga
selanjutnya dipakai sampel A untuk percobaan stabilisasi lempung dengan kapur
Ca(OH).
III.6 Penentuan Persentasi Kapur yang Dibutuhkan
Kebutuhan persentase kapur sebagai bahan stabilisasi dapat dilakukan sesuai
tahapan perencanaan di laboratorium dengan metode coba coba. Akan tetapi,
kita dapat menggunakan grafik yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara


Umum pada Pedoman Perencanaan Stabilisasi Tanah dengan Bahan Serbuk
Pengikat untuk Konstruksi Jalan.
Penentuan persentase kapur ditentukan berdasarkan nilai indeks plastisitas
dan persen lolos saringan no.40 pada percobaan analisa saringan.











Gambar 3.10 Penentuan Perkiraan Persentase Kapur Yang Dibutuhkan

Keterangan gambar :
a. 1,2,3,dst adalah kadar kapur.
b. Grafik ini tidak diperbolehkan untuk material yang lolos saringan no.40
lebih kecil dari 10% dan pada material pasir (IP <3%).

Langkah langkah penentuan kadar kapur yang ditambahkan berdasarkan grafik
di atas :
Universitas Sumatera Utara


1. Plot nilai indeks plastisitas (PI) ke dalam grafik
2. Tarik garis ke bawah mengikuti kurva sampai berpotongan dengan nilai %
lolos saringan no.40
3. Pada perpotongan, tarik garis vertikal dan baca nilai % kapur yang
ditambahkan.
4. Pada penelitian ini, tanah dengan PI =43 dan % lolos no.40 =36 %, maka
persentase kapur yang ditambahkan sebesar 3 %
Kebutuhan persentase kapur yang akan ditambahkan sebagai bahan stabilisasi
dapat menggunakan variasi kadar kapur 2% di atas dan 2% di bawah nilai yang
sudah didapat (Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan Stabilisasi
Tanah dengan Bahan Serbuk Pengikat untuk Konstruksi Jalan), sehingga variasi
penambahan kapur yang digunakan pada penelitian ini sebesar 1%, 3%, dan 5%.
III.7 Penelitian pada Tanah yang Distabilisasi dengan Ca(OH)
Pada pengujian ini, tanah yang diuji adalah tanah yang telah dicampur
dengan kapur Ca(OH). Pada proses stabilisai ini, dilakukan pemeraran agar kita
dapat mengetahui perubahan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu diakibatkan
oleh proses kimia antara tanah, kapur, dan air. Cara perawatan yang dilakukan
terhadap benda uji adalah perawatan kering dimana sampel dibungkus dengan
plastik transparan pada suhu kamar, yang diharapkan tidak terjadi terlalu banyak
perubahan kadar air. Masa perawatan yang dilakukan pada setiap sampel adalah 0,
7, dan 14 hari yang nantinya diharapkan didapat hubungan antara masa perawatan
dengan kekuatan benda uji.

Universitas Sumatera Utara



III.7.1 Pengujian Batas Batas Konsistensi
Seperti yang telah dipaparkan di atas, pada penelitian ini dilakukan
pengujian batas cair (LL) dan batas plastis (PL). Hasil penelitian yang akan
dipaparkan adalah hasil pengujian dengan penambahan kapur sebanyak 5% dari
berat tanah asli dengan masa pemeraman 14 hari.
Tabel 3.19 Hasil pengujian batas cair dan batas plastis pada penambahan
kadar kapur 5% dan waktu pemeraman 14 hari







Gambar 3.11 Grafik hubungan antara pukulan dengan kadar air pada
variasi campuran 5% dengan waktu pemeraman selama 14 hari
Dari pengujian batas cair dan batas plastis variasi campuran kapur 5%
dengan waktu pemeraman selama 14 hari, diperoleh data data sebagai berikut:
Batas cair (LL) = 44.60 %
Batas plastis (PL) =36.25 %
Indeks plastisitas (PI) =8.35 %
Batas Cair (LL) 37 Kali 29 24 Kali 16 Kali Batas Plastis
No krus
Berat krus +contoh basah gr 39. 61 40. 56 41. 52 40. 81 23. 44 24. 71
Berat krus +contoh kering gr 32. 10 31. 70 31. 90 29. 70 18. 90 19. 80
Berat air gr 7. 51 8. 86 9. 62 11. 11 4. 54 4. 91
Berat krus gr 9. 63 9. 52 9. 41 9. 74 6. 23 6. 41
Berat contoh kering gr 22. 47 22. 18 22. 49 19. 96 12. 67 13. 39
Kadar air % 33. 42 39. 95 42. 77 55. 66 35. 83 36. 67
36. 25
Kali
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
0 5 10 15 20 25 30 35 40
K
a
d
a
r

a
i
r

%
Pukulan
Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah hasil batas cair dan batas plastis dari stabilisasi lempung
dengan variasi campuran kapur 1%, 3%, dan 5% dengan masa pemeraman 1, 7,
dan 14 hari.
Tabel 3.20 Nilai Batas Batas Konsistensi Tanah Lempung setelah
Distabilisasi dengan Ca(OH)
Penambahan
Kapur (%)
Pemeraman
(Hari)
Nilai Batas Batas Konsistensi
Batas Cair Batas Plastis
Indeks
Plastisitas
1
0 68.80 27.34 41.46
7 67.80 28.67 39.13
14 66.20 30.71 35.49
3
0 68.55 30.13 38.42
7 63.40 31.69 31.71
14 56.20 33.62 22.58
5
0 61.20 32.39 28.81
7 53.40 34.34 19.06
14 44.60 36.25 8.35
28 42.60 36.62 5.98
III.7.2 Pengujian Pemadatan (Compaction Test)
Pengujian pemadatan / proktor standar bertujuan untuk menentukan
hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah dengan cara memadatkan tanah di
dalam silinder berukuran tertentu menggunakan cetakan, sampel tanah lolos
saringan no. 4. Kegunaan pengujian proktor standar untuk mencari nilai
kepadatan maksimum (Maximum Dry Density) dan kadar air optimum (Optimum
Moisture Content) dari suatu sampel tanah. Hasil pengujian proktor standar pada
variasi campuran 5 % adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.21 Hasil pengujian proctor standar dengan variasi campuran 5%
kapur Ca(OH)














Gambar 3.12 Hubungan antara berat isi kering maksimum (MDD) dengan
kadar air optimum (OMC) pada variasi 5 % kapur.


Dari kurva hubungan kadar air dengan berat volume tanah kering, maka didapatka



Berat tanah basah 2500 2500 2500 2500 2500
Kadar air mula-mula (%) 14.82 14.82 14.82 14.82 14.82
Penambahan air (%) 4 6 8 10 12
Penambahan air (cc) 100 150 200 250 300
Berat isi
Berat tanah +cetakan 6450 5850 5950 6750 5900
Berat cetakan 5100 4400 4400 5100 4300
Berat tanah basah 1350 1450 1550 1650 1600
Isi cetakan t= 11.75 d= 10.15 951 951 951 951 951
Berat isi basah ( bw ) 1.419 1.525 1.630 1.735 1.682
Berat isi kering d =bw/(100+w) * 100% (gr/cc) 1.115 1.183 1.248 1.314 1.252
Kadar air
Tanah basah +cawan 41.30 67.30 62.50 67.90 69.50
Tanah kering +cawan 34.70 54.60 50.10 53.90 54.40
Berat air 6.60 12.70 12.40 14.00 15.10
Berat cawan 10.50 10.60 9.50 10.20 10.40
Berat tanah kering 24.20 44.00 40.60 43.70 44.00
Kadar air 27.27 28.86 30.54 32.04 34.32

ZAV = (Gs* w)/(1+Gs*w) W = 30 % g = 1.489 gr/cm3
Gs = 2.69 W = 38 % g = 1.330 gr/cm3
Berat Isi Kering Maksimum= 1.257 gr/cm3
Kadar Air Optimum = 32.23 %
1
1,05
1,1
1,15
1,2
1,25
1,3
1,35
1,4
1,45
1,5
1,55
1,6
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
B
e
r
a
t

I
s
i

K
e
r
i
n
g

(
g
r
/
c
m
3
)
Kadar Air (%)
Universitas Sumatera Utara


dari percobaan:
Berat isi kering maksimum =1.257 gr/cm
Kadar air optimum =32.23 %

Tabel 3.22 Hasil Penelitian Proctor Standar Terhadap Berbagai Variasi
Penambahan Kapur
No
Penambahan
Kapur (%)
Berat Isi Kering
Maksimum
(kg/cm)
Kadar Air Optimum
(%)
1 1 1.336 30.00
2 3 1.325 30.73
3 5 1.257 32.23

III.7.3 Percobaan CBR Laboratorium
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan CBR tanah dan campuran
tanah yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. Nilai CBR adalah
nilai yang menyatakan kualitas suatu bahan dibandingkan dengan bahan standar
berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR 100%. CBR menunjukkan nilai
relatif kekuatan tanah, semakin tinggi kepadatan tanah maka nilai CBR akan
semakin tinggi.
Pengujian CBR dilakukan dengan cara melakukan penetrasi ke dalam
contoh uji dengan kecepatan penetrasi konstan (1.27mm/menit atau
0.005/menit) dan besarnya beban yang diperlukan untuk mempertahankan
kecepatan penetrasi tersebut dicatat pada interval penetrasi tertentu. Umumnya
harga CBR diambil pada penetrasi 2.54 mm (0.1) dengan standar beban 13.24
kN atau setara dengan 3000 lbf.
Universitas Sumatera Utara


Persamaan yang digunakan untuk menghitung CBR laboratorium yaitu :

CBR= x100%.............
............(Persamaan III.1)

Berikut adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian CBR laboratorium
pada sampel 56 pukulan, variasi campuran 5% kapur dengan waktu pemeraman
14 hari.

Tabel 3.23 Hasil pengujian CBR laboratorium variasi 5% kapur dan waktu
pemeraman 14 hari












Berat Isi Kering
Berat tanah & mould 11350
Berat mould 7850
Berat tanah basah 3500
Isi mould 2130
Berat isi basah 1.643
Berat isi kering 1.278
Waktu Penuru- Pembacaan Beban
(min) nan (in) arloji (LB)
0 0 atas bawah atas bawah
1/4 0.0125 68 508.232
1/2 0.025 76 568.024
1 0.05 83 620.342
1.5 0.075 92 687.608
2 0.1 101 754.874
3 0.15 116 866.984
4 0.2 138 1031.412
6 0.3 159 1188.366
8 0.4 173 1293.002
10 0.5 198 1479.852
KADAR AIR
Tanah basah +cawan 53.20
Tanah kering +cawan 43.50
Berat cawan 9.60
Berat air 9.70
Tanah kering 33.90
Kadar air (%) 28.61
Universitas Sumatera Utara


Maka untuk mendapatkan nilai CBR dipakai persamaan di atas (kalibrasi alat
7.474 lbs) :
CBR = =25.16













Gambar 3.13 Hubungan antara beban dan penurunan pada 56
pukulan,variasi campuran 5% kapur, waktu pemeraman 14 hari













0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1050
1100
1150
1200
1250
1300
1350
1400
1450
1500
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
B
e
b
a
n

(
l
b
)
Penurunan (inci)
Grafik Beban vs Penurunan
Universitas Sumatera Utara
























Gambar 3.14 Hubungan Antara Berat Isi Kering Kadar Air Optimum dengan Nilai
Gambar 3.14 Hubungan berat isi kering dengan CBR Variasi Penambahan
Kapur 5% dengan Waktu Pemeraman 14 Hari


Tabel 3.24. Hasil penelitian CBR Laboratorium dengan variasi penambahan kapur
No Penambahan Kapur
(%)
Pemeraman
(Hari)
Nilai CBR
(%)
1 1
0 3.50
7 4.60
14 5.80
2 3
0 7.60
7 11.10
14 15.60
3 5
0 12.50
7 16.90
14 23.60




0 5 10 15 20 25 30
cbr (%)
1,000
1,050
1,100
1,150
1,200
1,250
1,300
1,350
1,400
1,450
1,500
1,550
1,600
1,650
1,700
1,750
1,800
20,00 25,00 30,00 35,00 40,00
B
e
r
a
t

I
s
i

K
e
r
i
n
g

(
g
r
/
c
m
3
)
Kadar Air (%)
Universitas Sumatera Utara


III.7.4 Percobaan Unconfined Compression Strenght
Hasil percobaan UCS variasi penambahan kapur 5% dengan waktu
pemeraman 14 hari dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.25. Hasil pemeriksaan UCS variasi penambahan kapur 5% dengan
waktu pemeraman 14 hari




















DIAMETER 6.154 cm Weight 715 gr
INITIAL LENGTH Io 12.308 cm Proving Ring No.
INITIAL AREA Ao 29.75639 cm2 Calibration 0.451
Sample
TIME deflection strain Axial Load Correction Area Qu
d (%) Kg faktor cm2
0 0 0 0 0 1.0000 36.317 0
0.5 68 0.5 14.50 6.54 1.0050 36.499 0.1792
1 136 1 17.00 7.67 1.0101 36.684 0.2090
2 272 2 20.00 9.02 1.0204 37.058 0.2434
3 408 3 24.00 10.82 1.0309 37.440 0.2891
4 544 4 26.00 11.73 1.0417 37.830 0.3100
5 680 5 28.50 12.85 1.0526 38.228 0.3362
6 816 6 31.00 13.98 1.0638 38.635 0.3619
7 952 7 35.00 15.79 1.0753 39.050 0.4042
8 1088 8 38.00 17.14 1.0870 39.475 0.4341
9 1224 9 41.00 18.49 1.0989 39.909 0.4633
10 1360 10 44.50 20.07 1.1111 40.352 0.4974
11 1496 11 48.00 21.65 1.1236 40.805 0.5305
12 1632 12 50.00 22.55 1.1364 41.269 0.5464
13 1768 13 53.00 23.90 1.1494 41.743 0.5726
14 1904 14 55.50 25.03 1.1628 42.229 0.5927
15 2040 15 59.00 26.61 1.1765 42.726 0.6228
16 2176 16 63.00 28.41 1.1905 43.234 0.6572
17 2312 17 67.00 30.22 1.2048 43.755 0.6906
18 2448 18 69 31.119 1.2195 44.289 0.702635
19 2584 19 67.5 30.4425 1.2346 44.836 0.678974
20 2720 20 1.2500 45.396
NATURAL MOISTURE CONTENT Test Result
container wo 1 2 Wet density 1.952 gr/cm3
wt. of cont-wet soil 56.60 67.60 gr N.M.C 27.60 %
wt. wf cont-dry soil 46.30 55.10 gr Dry density 1.530 gr/cm3
wt. of cont 9.30 9.40 gr Qu 0.703 kg/cm2
wt. of water 10.30 12.50 gr
wt. of dry soil 37.00 45.70 gr
Moisture content 27.84 27.35 %
% 27.60 Average
"UNCONFINED COMPRESSION TEST"
Proving Ring
Remoulded
Division
Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.26. Hasil penelitian terhadap kekuatan tekan bebas dengan berbagai
variasi penambahan kapur dan waktu pemeraman
No
Penambahan Kapur
(%)
Waktu Pemeraman
(Hari)
UCS
(kg/cm)
1 1
0 0.231
7 0.286
14 0.372
2 3
0 0.366
7 0.411
14 0.545
3 5
0 0.526
7 0.610
14 0.703
28 0.747














Universitas Sumatera Utara


BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas karakteristik lempung yang telah distabilisasi
dengan kapur Ca(OH) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di
laboratorium. Akan dibahas perubahan sifat sifat lempung dalam kondisi asli
(belum dicampur) dan pengaruh yang terjadi setelah distabilisasi berdasarkan data
pengujian yang telah dipaparkan sebelumnya. Selanjutnya akan dibahas mengenai
pekalsanaan stabilisasi lempung di lapangan dengan kapur.
IV.1 Karakteristik Tanah Lempung setelah Dicampur dengan Ca(OH)
Penambahan kapur terhadap lempung akan mempengaruhi sifat sifat /
karakteristik dari lempung tersebut. Adapun parameter parameter yang akan
dibahas sesuai dengan penelitian terhadap campuran lempung kapur antara lain
batas batas konsistensi, proctor standar / pemadatan, CBR laboratorium, dan
unconfined compression strenght (kekuatan tekan bebas tanah).
IV.1.1 Karakteristik Plastisitas Lempung setelah Distabilisasi dengan
Ca(OH)
Dalam hal ini, penelitian yang telah dilaksanakan yaitu batas cair (liquid
limit) dan batas plastis (plastic limit). Indeks plastisitas diperoleh dari selisih
antara batas cair dengan batas plastis. Berikut akan dipaparkan grafik grafik
hubungan antara batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas dengan lama
pemeraman (curing time). Gambar di bawah ini memaparkan perubahan batas cair
yang terjadi seiring dengan variasi penambahan presentase kapur terhadap tanah
asli.
Universitas Sumatera Utara


IV.1.1.1 Pengaruh Penambahan Ca(OH) terhadap Batas Cair









Gambar IV.1 Perbandingan nilai batas cair lempung yang telah dicampur
Ca(OH) dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman

Hasil penelitian terhadap batas cair campuran lempung kapur
menunjukkan adanya penurunan seiring dengan besarnya penambahan presentase
kapur. Penambahan kapur menimbulkan muatan positif (kation) dalam air pori.
Penambahan kation ini memungkinkan terjadinya proses tarik menarik antara
anion dari partikel tanah dengan kation dari partikel kapur serta kation dari partikel
kapur dengan anion dari partikel air. Proses ini mengganggu proses tarik menarik
antara anion dari partikel tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik
menarik antara anion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah
kehilangan daya tarik antara partikelnya. Berkurangnya daya tarik antara partikel
tanah dapat menurunkan kohesi tanah. Penurunan kohesi ini menyebabkan mudah
terlepasnya partikel tanah dari ikatannya. Penambahan kapur yang semakin banyak
70,3 70,3 70,3
68,8
67,8
66,2
68,55
63,4
56,2
61,2
53,4
44,6
42,6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 7 14 28
B
a
t
a
s

C
a
i
r

(
%
)
Waktu Pemeraman (Hari)
0% kapur
1% kapur
3% kapur
5% kapur
Universitas Sumatera Utara


akan menyebabkan semakin turunnya nilai kohesi. Dengan turunnya nilai kohesi
akan menyebabkan turunnya nilai batas cair (LL).
Penurunan nilai batas cair maksimum terjadi pada penambahan kapur 5%
dengan masa pemeraman 14 hari, yaitu dari batas cair sebesar 70.30% turun
menjadi batas cair sebesar 44.60%. Presentase pengurangan nilai batas cair yaitu
sebesar 36.56%.
Presentase penurunan nilai batas cair maksimum terjadi pada masa curing
14 hari. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di atas dimana pada pemeraman 14 hari
terjadi penurunan nilai batas cair sebesar 16.48% dari masa curing 7 hari.
Sedangkan pada masa pemeraman 28 hari penurunan nilai batas cair adalah
sebesar 4.48% dari masa pemeraman 14 hari. Kondisi ini menggambarkan bahwa
setelah masa pemeraman 14 hari terlihat ada penurunan nilai batas cair namun
tidak begitu signifikan. Diperkirakan bahwa pada masa pemeraman yang lebih
lama nilai batas cair akan konstan. Perilaku ini menunjukkan bahwa reaksi
pertukaran ion sudah terjadi pada pemeraman 7 hari atau paling lama 14 hari.









Universitas Sumatera Utara


IV.1.1.2 Pengaruh Penambahan Ca(OH) terhadap Batas Plastis








Gambar IV.2 Perbandingan nilai batas plastis lempung yang telah dicampur
Ca(OH) dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman

Partikel lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung
hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisan lapisan molekul
air dalam jumlah yang besar. Penambahan kapur akan menggangu proses tarik
menarik antara anion dari partikel tanah dengan kation dari partikel air serta proses
tarik menarik antara anion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah
kehilangan daya tarik antara partikelnya. Penambahan kapur menyebabkan
semakin besar kadar air yang dibutuhkan partikel lempung untuk mencapai kondisi
batas plastis. Kenaikan batas plastis maksimum terjadi pada penambahan kapur
sebanyak 5% dengan masa pemeraman 14 hari, yaitu dari batas plastis sebesar
26.87% naik menjadi batas plastis sebesar 36.25%. presentase kenaikan batas
plastis dai kondisi tanah asli dan dicampur dengan kapur 5% adalah sebesar
34.91%.
26,87 26,87 26,87
27,34
28,87
30,71
30,13
31,69
33,62
32,39
34,34
36,25
36,62
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 7 14 28
B
a
t
a
s

P
l
a
s
t
i
s
(
%
)
Waktu Pemeraman (Hari)
0% kapur
1% kapur
3% kapur
5% kapur
Universitas Sumatera Utara


Sama halnya seperti batas cair, presentase kenaikan nilai batas plastis
maksimum terjadi pada masa curing 14 hari. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di
atas dimana pada pemeraman 14 hari terjadi kenaikan nilai batas plastis sebesar
5.56% dari masa curing 7 hari. Sedangkan pada masa pemeraman 28 hari kenaikan
nilai batas plastis adalah sebesar 1.02% dari masa pemeraman 14 hari.
IV.1.1.3 Pengaruh Penambahan Ca(OH) pada Tanah Lempung (Clay)
terhadap Plastisitas Tanah Dasar (Subgrade)









Gambar IV.3 Perbandingan indeks plastisitas lempung yang telah dicampur
Ca(OH) dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman

Selisih antara batas cair dan batas plastis adalah daerah dimana tanah tersebut
dalam keadaan plastis. Indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisitasan tanah.
Semakin besar plastisitas lempung maka semakin besar pula sifat kohesif lempung
tersebut.
Indeks Plasititas (PI) =Batas Cair (LL) Batas Plastis (PL)
43,43 43,43 43,43
41,46
39,13
35,49
38,42
31,71
22,58
28,81
19,06
8,35
5,98
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 7 14 28
I
n
d
e
k
s
P
l
a
s
t
i
s
i
t
a
s

(
%
)
Waktu Pemeraman (Hari)
0% kapur
1% kapur
3% kapur
5% kapur
Universitas Sumatera Utara


Hubungan tersebut memperlihatkan bahwa nilai PI sangat tergantung
oleh nilai batas cair dan batas plastis. Penambahan presentase kapur dapat
menurunkan batas cair dan menaikkan batas plastis, maka indeks plastisitasnya
akan menurun. Penurunan tersebut dapat dilihat pada gambar di atas. Akibat
penambahan kapur, terjadi penurunan indeks plastisitas dari 43.43% menjadi
8.35% atau sebesar 80.77% pada penambahan 5% masa pemeraman 14 hari.
Batasan mengenai indeks plastisitas , sifat, macam tanah, dan kohesi
diberikan oleh Atterberg pada tabel di bawah ini :

Tabel IV.1 Sifat sifat tanah ditinjau dari nilai indeks plastisitas
PI Sifat
Macam
tanah
Kohesi
0 Non
plastis
Pasir Non
kohesif
<7 Plastisitas
Rendah
Lanau Kohesif
sebagian
7
17
Plastisitas
sedang
Lempung
berlanau
Kohesif
>17 Plastisitas
Tinggi
Lempung Kohesif
(Hardiyatmo, H.C, 2006,Mekanika Tanah 1, Hal 48)

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terjadi perubahan penggolongan
berdasarkan indeks plastisitas yaitu sifat tanah dari plastisitas tinggi menjadi
plastisitas sedang.
Universitas Sumatera Utara


Identifikasi tanah dengan palstisitas tinggi pada umumnya dihubungkan
dengan klasifikasi tingkat pengembangan tanah. Holtz dan Gibbs seperti dikutip
dalam Nelson dan Miller 1992 (Model Pengendalian Mutu Pekerjaan Tanah, Balai
Geoteknik Jalan 2009) menggolongkan potensi pengembangan suatu tanah
berdasarkan batas cair dan indeks plastisitanya. Tabel berikut merupakan indeks
uji dengan tingkat pengembangannya :
Tabel IV.2 Korelasi indeks uji dengan tingkat pengembangan menurut Holtz
dan Gibbs
Indeks
Plastisitas
Kemungkinan
Pengembangan
(% Perubahan
Volume)
Tingkat
Pengembangan
>35 >30 Sangat tinggi
25 - 41 20 - 30 Tinggi
15 - 28 10 20 Sedang
<15 <10 Rendah
(Balai Geoteknik Jalan, PU, 2009, hal 58)
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa terjadi kemungkinan perubahan
volume yaitu dari >30% menjadi <10% dengan tingkat pengembangan dari sangat
tinggi menjadi rendah.
IV.1.2 Pengaruh Penambahan Ca(OH) terhadap Berat Isi Kering
Maksimum dan Kadar Air Optimum Lempung
Hasil Uji pemadatan standar (proctor standar) menunjukkan bahwa
penambahan persentase kapur memperlihatkan kecenderungan penurunan berat isi
kering maksimum (maximum dry density). Hal ini disebabkan terjadinya
pembesaran rongga rongga antara partikel campuran tanah akibat reaksi pozolan,
Universitas Sumatera Utara


yaitu reaksi antara silika dan alumina halus yang terkandung dalam tanah lempung
dengan kandungan mineral aktif. Hasil dari reaksi pozolan adalah kalsium silikat
hidrat yang tidak larut dalam air.










Gambar IV.4 Hubungan antara persentase Ca(OH) dengan berat isi kering
maksimum

Pembesaran rongga rongga dapat diartikan sebagai kenaikan volume
partikel tanah. Sedangkan berat isi kering yaitu perbandingan antara berat partikel
tanah dengan volume rongga rongga tanah. Pembesaran rongga yang terjadi
menyebabkan bertambahnya pori pori tanah yang dapat diisi air, sehingga akan
terjadi kenaikan kadar air optimum. Kondisi ini menyebabkan tanah akan semakin
padat, kaku, dan stabil.


1,349
1,336
1,325
1,257
1,2
1,22
1,24
1,26
1,28
1,3
1,32
1,34
1,36
0 1 3 5
B
e
r
a
t

I
s
i

K
e
r
r
i
n
g

M
a
k
s
i
m
u
m

(
k
g
/
c
m

)
Presentase Kapur (%)
MDD
Universitas Sumatera Utara









Gambar IV.5 Hubungan antara persentase Ca(OH) dengan kadar air
optimum
Gambar IV.6 memperlihatkan penurunan berat isi kering maksimum
seiring dengan penambahan presentase kapur. Penurunan yang terjadi sebesar
6.82% pada penambahan kapur 5% atau dari 1.439kg/cm menjadi 1.257kg/cm.
Tabel memperlihatkan kenaikan kadar air optimum dari 29.68% menjadi 32.23%
atau sebesar 8.59%. Sedangkan pada tabel dapat dilihat hubungan antara kadar air
dengan berat isi kering dengan variasi presentase penambahan kapur dari 0%
(tanah asli) hingga penambahan 5%.





Gambar IV.6 Hubungan antara kadar air dengan berat isi kering dari
masing masing persentase Ca(OH)

29,68
30
30,73
32,23
28
28,5
29
29,5
30
30,5
31
31,5
32
32,5
0 1 3 5
K
a
d
a
r

A
i
r

O
p
t
i
m
u
m
(
%
)
Presentase Kapur (%)
OMC
1,1
1,15
1,2
1,25
1,3
1,35
1,4
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
B
e
r
a
t

I
s
i

K
e
r
i
n
g

(
g
r
/
c
m

)
Kadar Air (%)
0% Kapur
1% Kapur
3% Kapur
5% Kapur
Universitas Sumatera Utara


IV.1.3 Pengaruh Penambahan Ca(OH) Terhadap Kekuatan dan Daya
Dukung Lempung (Clay)
IV.1.3.1 Nilai CBR Laboratorium yang telah Distabilisasi dengan Ca(OH)
Hasil Uji CBR sebagaimana tercantum pada gambar menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan nilai CBR seiring dengan penambahan
persentase kapur. Peningkatan nilai CBR ini disebabkan terjadinya sementasi
akibat penambahan kapur. Sementasi ini menyebabkan penggumpalan yang
menyebabkan meningkatnya daya ikat antar butiran. Meningkatnya ikatan antar
butiran maka akan meningkatkan kemampuan saling mengunci antar butiran.
Selain itu rongga rongga pori yang telah ada sebagian akan dikelilingi bahan
sementasi yang lebih keras, sehingga butiran tidak mudah hancur atau berubah
bentuk karena pengaruh air. Nilai CBR maksimum diperoleh pada penambahan
kapur sebesar 5% dengan masa perawatan 14 hari, yaitu dari 1.99% menjadi
23.6%.








Gambar IV.7 Perbandingan niai CBR lempung yang dicampur Ca(OH)
dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman
1,99 1,99 1,99
3,5
4,6
5,8
7,6
11,1
15,6
12,5
16,9
23,6
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
0 7 14
C
B
R

U
n
s
o
a
k
e
d
(
%
)
Waktu Pemeraman (Hari)
0% kapur
1% kapur
3% kapur
5% kapur
Universitas Sumatera Utara


IV.1.3.2 Nilai Kekuatan Tekan Bebas (Qu) Lempung yang telah Telah
Distabilisasi dengan Ca(OH)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel
bahwa kuat tekan bebas tanah asli yang dicampur dengan kapur selalu naik dengan
naiknya kadar kapur di dalam tanah serta lamanya pemeraman. Kenaikan nilai
kuat tekan bebas (Qu) maksimum terjadi pada penambahan kapur 5% dengan masa
pemeraman 14 hari, yaitu dari 0.204 kg/cm menjadi 0.703 kg/cm.
Berdasarkan kekuatan tekan bebas tersebut, maka jenis tanah dapat
diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu :

Tabel IV.3 Klasifikasi tanah berdasarkan nilai kuat tekan bebas
No Jenis Tanah
Unconfined
Unconfined Compresive
Strenght (kg/cm)
1 Very soft <0.25
2 Soft 0.25 0.50
3 Medium 0.50 1.00
4 Stiff 1.00 2.00
5 Very stiff 2.00 4.00
6 Hard >4.00
(Laporan Praktikum Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil USU)

Apabila ditinjau tabel di atas, maka terjadi perubahan jenis tanah
unconfined, yaitu dari very soft (Qu=0.204 kg/cm) menjadi medium (Qu=0.703
Universitas Sumatera Utara


kg/cm). Ini membuktikan bahwa stabilisasi dengan kapur akan memperbaiki
kekuatan tekan bebas tanah.








Gambar IV.8 Perbandingan nilai kuat tekan bebas maksimum lempung yang
telah dicampur Ca(OH) dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu
pemeraman
Kenaikan nilai kuat tekan bebas tanah tersebut disebabkan oleh 2 hal yaitu :
1. Terjadinya pertukaran ion - ion positif (kation) yang ada didalam tanah
lempung (Na+dan K+) oleh ion - ion positif yang ada didalam kapur
(Ca+). Reaksi pertukaran ion-ion postif ini terjadi dalam waktu yang relatif
singkat dan akan menyebabkan proses terjadinya butiran-butiran yang
cukup besar (flokulasi). Membesarnya butiran-butiran tanah lempung akan
menaikkan nilai sudut gesek dalam tanah tersebut yang berakibat pada
kenaikan kuat geser tanah (dalam hal ini kuat tekan bebas).
2. Terjadinya reaksi posolanik yaitu reaksi pembentukan calsium silikat hidrat
(CS-H) atau calsium aluminat hidrat, atau calsium silikat aluminat hidrat
(C-S-A-H) oleh terjadinya ikatan antara CaO ditambah air dengan silika
0,204 0,204 0,204
0,231
0,286
0,372 0,366
0,411
0,545
0,526
0,61
0,703
0,747
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
0 7 14 28
Q
u

m
a
k
s
i
m
u
m

(
k
g
/
c
m

)
Waktu Pemeraman (Hari)
0% kapur
1% kapur
3% kapur
5% kapur
Universitas Sumatera Utara


(SiO) dan alumina (AlO) yang terkandung di dalam tanah lempung .
Hidrat-hidrat tersebut berbentuk gel dan akan mengeras dalam kurun waktu
tertentu. Reaksi posolanik ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan
dalam kondisi perbandingan antara Ca(OH) dengan (SiO) maupun
(AlO) yang cukup proporsional.
Dengan bertambahnya waktu pemeraman, kuat tekan bebas terlihat
meningkat, terutama pada waktu pemeraman 14 hari kenaikan kuat tekan
bebasnya 15.25%. sedangkan pada masa pemeraman 28 hari kenaikan kuat
tekan bebas sebesar 6.26%. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi posolanik
teerjadi dengan baik pada masa pemeraman hingga 14 hari. Namun perlu
diingat bahwa semakin panjang waktu pemeraman, kadar air didalam tanah
akan menurun. Oleh sebab itu pada waktu pemeraman yang sangat panjang
kuat tekan bebas akan turun atau paling tidak konstan. Reaksi posolanik
akan terjadi bila ada air. Apabila tidak ada air, CaO pada kapur tidak akan
bereaksi dengan silikat dan aluminat yang ada di dalam mineral lempung
sehingga proses stabilisasi tidak akan berjalan.
IV.2 Analisa dan Diskusi
VI.2.1 Klasifikasi Tanah Asli
IV.2.1.1 Sistem Klasifikasi Kesatuan Tanah / Unified Soil Classification
System (USCS)
Adapun data data yang diperoleh dari pengujian laboratorium terhadap sampel
tanah asli (sebelum dicampur) adalah :
1. Tanah yang lolos saringan no 200 =67.63 %
2. Batas cair =70.30 %
Universitas Sumatera Utara


3. Indeks Plastisitas =43.43 %
Dari data propertis tanah yang diperoleh diatas maka dapat disimpulkan beberapa
hal, yaitu :
a. Berdasarkan nilai presentase lolos saringan no. 200 tanah lempung di atas,
presentase tersebut lebih besar dari 50 %, maka berdasarkan tabel
klasifikasi USCS tanah ini secara umum dikategorikan golongan tanah
berbutir halus.
b. Dari tabel sistem klasifikasi USCS, data batas cair dan indeks plastisitas
diplotkan pada diagram plastisitas sehingga didapatkan identifikasi tanah
yang lebih spesifik. Hasil dapat dilihat pada gambar berikut ini :







Gambar IV.9 Klasifikasi tanah asli menurut USCS
Dapat dilihat pada Gambar IV.1.1 bahwa hasil pengeplotan menunjukkan
satu titik pertemuan pengeplotan di atas garis A, yang mana titik temu ini jenis
tanah yang diuji. Dengan merujuk pada hasil di atas maka tanah lempung yang
diuji termasuk kedalam kelompok CH (high plasticity clay) yaitu tanah lempung
tak organik dengan plastisitas tinggi dengan nilai Indeks Plastisitas sebesar 43.43
% (plastisitas tinggi).
Universitas Sumatera Utara


IV.2.1.2 Sistem Klasifikasi AASHTO
Berdasarkan pada tabel klasifikasi tanah AASHTO pada Bab 2, apabila
persentase tanah lolos saringan no.200 lebih besar dari 35% maka tanah tersebut
diklasifikasikan ke dalam kelompok lanau lempung.
Adapun data data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
yaitu :
1. Presentasi tanah yang lolos saringan no.200 adalah 67.63%, dengan
kata lain tanah tersebut termasuk ke dalam kelompok lanau
lempung.
2. Batas cair =70.30 %
3. Batas plastis =26.87 %
4. Indeks plastisitas =43.43 %







Gambar IV.10 Klasifikasi tanah asli menrut AASHTO
Nilai indeks kelompok dihitung dengan menggunakan persamaan :
GI =(F-35){0.2 +0.005 (LL -40)} +0.01 (F-15) (PI-10)
Dimana :
GI =Indeks Kelompok
Universitas Sumatera Utara


F =Persen material lolos saringan no. 200
LL =Batas cair
PI =Indeks Plastisitas
GI =(67.63-35)[0.2+0.005(70.30-40)]+0.01(67.63-15)(43.43-10)
=1.15 +17.59
=18.74 19
Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO maka tanah lempung yang diteliti
dikategorikan ke dalam kelompok A-7-6 (19) dan termasuk dalam klasifikasi tanah
berlempung sedang sampai buruk.
IV.2.2 Klasifikasi Tanah yang Telah Dicampur dengan Ca(OH)
Setelah tanah dicampur dengan kapur, terjadi perubahan klasifikasi tanah
menurut Sistem Unified maupun AASHTO. Menurut Unified, dengan nilai batas
cair =44.60% dan indeks plastisitas =8.35% maka tanah lempung yang telah
dicampur dengan kapur termasuk golongan OL (low plasticity of organic clay)
dengan kriteria lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas
rendah. Menurut sistem klasifikasi AASHTO terjadi perubahan nilai GI yaitu :
GI =(F-35){0.2 +0.005 (LL -40)} +0.01 (F-15) (PI-10)
=(67.63 - 35){0.2 +0.005 (44.60 -40)} +0.01 (67.63 - 15) (8.35 - 10)
=7.28 8
Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO maka tanah lempung yang diteliti
dikategorikan ke dalam kelompok A-5 (8) dan termasuk dalam klasifikasi tanah
berlanau sedang sampai buruk.


Universitas Sumatera Utara


IV.2.3 Pengaruh Stabilisasi Lempung dengan Kapur Ca(OH) Terhadap
Indeks Plastisitas, CBR Laboratorium, dan Kuat Tekan Bebas









Gambar IV.11 Perbandingan Pengaruh Kapur terhadap Nilai Indeks
Plastisitas, CBR Laboratorium, dan Kuat Tekan Bebas
Dari grafik penurunan dan kenaikan nilai properties akibat stabilisasi
menggunakan kapur di atas, pengaruh yang paling dominan akibat stabilisasi
dengan kapur yaitu penurunan indeks plastisitas, yaitu dari 43.43% menjadi 8.35%
dengan besar penurunan yaitu 35.08 %. Nilai CBR Laboratorium juga mengalami
kenaikan yang signifikan, yaitu dari 1.99 % menjadi 23.6 % atau naik sebesar
21.61%. Stabilisasi dengan kapur juga mengubah sifat tanah unconfined dalam
sistem klasifikasi kuat tekan bebas tanah, yaitu dari 0.204 kg/cm menjadi 0.703
kg/cm atau dari jenis very soft menjadi medium dengan kenaikan sebesar 0.499
kg/cm.


0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 7 14
N
i
l
a
i

P
r
o
p
e
r
t
i
e
s
Waktu Pemeraman (hari)
PI (%)
CBR (%)
UCS (kg/cm2)
Universitas Sumatera Utara


BAB V
APLIKASI LAPANGAN

V.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pekerjaan stabilisasi lempung dengan kapur terdiri
dari beberapa jenis sesuai fungsinya. Peralatan-peralatan tersebut harus layak
pakai dan yang memerlukan peneraan harus dikalibrasi sesuai ketentuan yang
berlaku. Adapun peralatan yang digunakan antara lain :
a) Alat penebar
1. Alat penebar mekanis, alat yang dilengkapi dengan timbangan untuk
mengetahui jumlah bahan pengikat tertebar. Alat ini dirancang untuk
menjamin penebaran merata di seluruh area yang akan distabilisasi.
Alat ini juga harus mampu menebar kapur dengan lebar bervariasi
antara 0,3 meter sampai dengan 2,4 meter.
2. Alat penebar manual atau penebaran dengan tangan, seperti penggaruk
atau perata. Penggunaan alat penebar manual ini hanya untuk pekerjaan
dengan volume kecil dan jalan pedesaan pada daerah terpencil atau
jalan lingkungan.
b) Alat pencampur, alat untuk mencampur bahan jalan, bahan pengikat, dan
air
1. Alat pencampur mekanis, memiliki kelengkapan sedemikian rupa
sehingga mampu melakukan proses pencampuran secara homogen
sampai kedalaman atau ketebalan yang sesuai dengan rencana.

Universitas Sumatera Utara








Gambar V.1 Alat pencampur (stabiliser/reclaimer)
Kelengkapan yang dimiliki alat pencampur ini antara lain:
a. Alat pengontrol kedalaman
b. Drum pengaduk (miling drum) yang dirancang dapat memotong ke atas
disertai dengan kontrol pengatur putaran. Gigi-gigi pengaduk digunakan
untuk menghaluskan atau melembutkan bahan dan membawanya keluar
melalui kotak pengaduk untuk mencegah segregasi. Komponen pengaduk
terletak di tengah (diantara poros roda mesin) untuk menjamin kerataan
kedalaman stabilisasi.








Gambar V.2 Gigi pengaduk di drum pengaduk (milling drum)
Universitas Sumatera Utara


Untuk menjamin proses pencampuran dan penambahan air dapat dilakukan
dengan baik, maka drum pengaduk atau penghancur (milling drum) dilengkapi
dengan peralatan sebagai berikut :
a. Sistem pengontrol air yang mampu mengatur penambahan air sesuai
dengan rencana. Sistem pengontrol dikendalikan oleh seorang operator
mesin dan berada di ruang kerja operator
b. Sistem pembersih nozzle yang menjamin tidak adanya nozzle yang
tersumbat, sehingga penambahan air dapat dilakukan secara akurat dan
merata ke seluruh lebar jalan yang akan dikerjakan. Tiap-tiap grup nozzle
dapat dibuka dan ditutup dari ruang operator sesuai dengan lebar jalan yang
distabilisasi.
J ika terdapat lapis beraspal atau lapis tersemenisasi dan alat pencampur
(stabiliser /reclaimer) tidak mampu menggali dan
menghancurkan/menghaluskannya, maka diperlukan alat lain misalnya mesin
penggali-dingin (lihat Gambar 3) sebelum proses pencampuran dengan bahan
pengikat.







Gambar V.3 Mesin penggali-dingin (profiller/cold milling machine)
Universitas Sumatera Utara


2. Alat pencampur konvensional seperti peralatan pertanian (pulvimixer),
alat pencampur pupuk (rotary hoes), rotovator kapasitas lebih kecil 100
PK dan alat pembentuk mekanik (motor grader) dapat digunakan, akan
tetapi penggunaanya cenderung menghasilkan suatu sifat campuran
yang kurang baik dan dapat mengakibatkan pengurangan umur
pelayanan. Penggunaan alat pencampur konvensional ini hanya untuk
pekerjaan dengan volume kecil dan jalan pedesaan pada daerah
terpencil atau jalan lingkungan.
c) Alat pembentuk permukaan tanah (motor grader), alat yang diperlukan
untuk pembentukan atau penyesuaian elevasi awal dan akhir lapis
terstabilisasi .
d) Truk tangki air, alat yang dilengkapi pipa penyebar air atau pipa
penyambung ke mesin pencampur untuk menambahkan air selama
pencampuran basah (wet mixing).
e) Alat pemadat, alat yang mampu memadatkan lapis terstabilisasi sampai
mencapai nilai kepadatan yang ditentukan. Pemilihan jenis alat pemadat
yang digunakan tergantung kebutuhan, terdiri dari:
a. Pemadat roda besi bergigi (padfoot roller) 12 ton sampai dengan 18
ton, yang digunakan untuk pemadatan awal lapis terstabilisasi. Alat ini
mampu memadatkan lapis terstabilisasi dengan ketebalan lebih dari 250
mm;
b. Pemadat kaki kambing (sheepsfoot roller), digunakan untuk pemadatan
awal, sebagai alternatif apabila tidak dapat menggunakan alat pemadat
roda besi bergigi, terutama untuk bahan berbutir halus;
Universitas Sumatera Utara


c. Pemadat roda besi halus (smooth drum) 8 ton sampai dengan 10 ton,
yang digunakan untuk memadatkan lapis terstabilisasi dan pemadatan
setelah pembentukan akhir.
d. Pemadat roda karet bertekanan (pneumatic tyre roller) 10 ton sampai
dengan 12 ton, digunakan sebagai alternatif untuk pemadatan akhir.
e. Timbris mekanis (tamping compactor), digunakan untuk memadatkan
lapis terstabilisasi pada area sempit yang sulit dijangkau alat pemadat
roda besi bergigi, pemadat kaki kambing, pemadat roda besi halus dan
pemadat roda karet bertekanan dan/atau untuk pemadatan tambahan
pada sambungan.
V.2 Ketentuan Khusus Persiapan Stabilisasi
V.2.1 Kadar Air Awal Bahan Jalan
Kadar air awal bahan jalan diperiksa setiap jarak tidak lebih dari 100 m.
Kadar air awal bahan jalan diharapkan berkisar 2% di bawah kadar air optimum
yang diperlukan untuk mencapai kepadatan maksimum. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah penggemburan bahan jalan dan meningkatkan homogenitas
campuran kapur. J ika kadar air awal bahan jalan yang akan distabilisasi terlalu
tinggi dan tidak memungkinkan dilakukannya pemadatan secara optimal, maka
bahan jalan harus dikeringkan terlebih dahulu melalui pengadukan tanpa bahan
pengikat dan dijemur.
V.2.2 Menentukan Kadar Kapur Aktual dan Jumlah Penebaran Kapur
Penentuan atau penetapan kadar kapur yang digunakan harus berdasarkan
hasil percobaan lapangan (jika dilakukan) atau percobaan di laboratorium dengan
mempertimbangan faktor efisiensi alat pencampur. Langkah-langkah penentuan
Universitas Sumatera Utara


kadar kapur yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Contoh campuran yang telah merata atau seragam yang mewakili diambil
dan dibawa ke laboratorium lapangan. Contoh tersebut dibagi menjadi 2
bagian yang sama. Dari sebagian contoh langsung dibuat 3 benda uji UCS
dan sebagian lagi dicampur ulang di laboratorium kemudian dibuat 3 benda
uji UCS.
b. Dilakukan pengujian UCS setelah proses perawatan benda uji selama 7 hari.
c. Menentukan faktor efisiensi alat pencampur :
Fe (%) = x 100% ...................................................(Persamaan V.1)
Dimana :
Fe =faktor efisiensi alat pencampur;
qu lap =nilai UCS rata-rata contoh campuran lapangan;
qu lab =nilai UCS rata-rata contoh campuran lapangan yang
dicampur ulang dilaboratorium
d. Menentukan nilai UCS terkoreksi :
quk = ............................................................................(Persamaan V.2)
dimana:quk =nilai UCS rencana terkoreksi, digunakan sebagai dasar
penentuan kadar kapur (kekuatan rencana
terkoreksi);
qu =nilai UCS rencana awal berdasarkan percobaan di
laboratorium;
FE =faktor efisiensi alat pencampur.
e. Nilai UCS terkoreksi (quK) digambarkan pada grafik hubungan antara
Universitas Sumatera Utara


persentase kadar kapur dan UCS, untuk memperoleh persentase kadar
kapur terkoreksi, yaitu kadar kapur yang digunakan pada pekerjaan
stabilisasi di lapangan.

Setelah kadar kapur ditetapkan melalui percobaan di laboratorium, jumlah
penebaran kapur (kg/m) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Penebaran (kg/m) = d maks x P x d............................(Persamaan V.3)
Dimana : d maks =berat isi kering maksimum lempung (kg/m)
P =persentase kapur (%)
d =kedalaman padat lapisan yang akan distabilisasi
Perhitungan kadar kapur aktual dan jumlah penebaran berdasarkan
penelitian yang telah dilaksanakan di laboratorium adalah berdasarkan data data
sebagai berikut :
IV.2.2.1 Kadar Kapur Aktual
Kekuatan lempung yang telah distabilisasi dengan kapur, qu lab =0.7 kg/cm
Hasil pengujian laboratorium, persentase bahan pengikat yang dibutuhkan
untuk mencapai target =5%
Untuk percobaan pencampuran lapangan, faktor efisiensi alat
pencampur(sebagai pedoman) =0.80
Dilakukan pengujian kuat tekan bebas contoh campuran hasil percobaan
lapangan setelah perawatan 7 hari :
o Kekuatan campuran lapangan, qu lap =0.5 kg/cm
o Kekuatan campuran lapangan yang dicampur ulang =0.7 kg/cm
Universitas Sumatera Utara


di laboratorium
Faktor efisiensi aktual alat pencampur, FE =qu lap / qu lab =0.5 / 0.7 =0.71
Kekuatan terkoreksi quk=qu / FE=0.7 / 0.71 =0.98 kg/cm
Dari grafik diperoleh persentase aktual pemakaian kapur Pk =6.8% 7%





Gambar V.4 Grafik hubungan kekuatan dengan kadar kapur aktual
IV.2.2.2 Jumlah Penebaran Ca(OH) di Lapangan
Diketahui data data hasil percobaan laboratorium dan lapangan sebagai
berikut :
Kepadatan kering maksimum campuran lempung kapur =1.257t/m
Persentase kadar kapur yang digunakan =7%
Ketebalan padat lapisan stabilisasi yang direncanakan =0.35m
Jumlah penebaran =1.257 x 0.07 x 0.35 =30.80 kg/m
Kapur dapat ditebar penuh selebar jalan yang akan distabilisasi atau ditebar
selebar drum pengaduk (milling drum) pada alat pencampur (stabiliser/reclaimer)
untuk meminimalisasi terhadap gangguan arus lalu lintas. Jumlah bahan pengikat
tertebar harus sesuai dengan jumlah rencana penebaran. Toleransi jumlah bahan
pengikat tertebar adalah 10% dari rencana penebaran.


0
5
10
15
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
K
e
k
u
a
t
a
n
,

q
u

(
k
g
/
c
m

)
Kadar Kapur (%)
Universitas Sumatera Utara


V.2.3 Kadar Air dan Derajat Kepadatan Lapangan
Untuk mendapatkan nilai derajat kepadatan lapangan, harus dilakukan
pengujian kepadatan lapangan minimum 1 titik untuk setiap 1000 m lapis
terstabilisasi yang telah dipadatkan. Beberapa cara pengujian kepadatan lapangan
dapat digunakan, pada umumnya menggunakan alat kerucut pasir (sand cone)
sesuai SNI 03-2828-1992.
Setelah dilakukan pengujian kepadatan lapangan, derajat kepadatan
lapangan ditentukan dengan rumus, sebagai berikut:
D (%) = ......................................................(Persamaan V.4)
Dimana :
D =derajat kepadatan lapangan (%)
=kepadatan kering lapangan (kg/cm)
=kepadatan kering maksimum laboratorium (kg/cm)
Kadar air pada kepadatan lapangan yang dicapai harus berada pada rentang
kadar air untuk mencapai derajat kepadatan lapangan minimum yang ditentukan di
atas.
V.2.4 Kekuatan
Desain kekuatan struktural lapis bahan jalan terstabilisasi umumnya
dinyatakan dalam modulus flexural (kelenturan). Untuk memudahkan kontrol di
lapangan, nilai modulus flexural ini dikonversikan dalam nilai UCS dan/atau CBR.
Nilai UCS atau CBR hasil konversi tersebut ditentukan terlebih dahulu
sebagai nilai kekuatan rencana atau target kekuatan, sehingga hasil uji lapangan
minimal sama atau melebihi nilai yang telah ditentukan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel V.1 Tipikal desain kekuatan bahan jalan terstabilisasi
Derajat
Pengikatan
Modulus Flexural Rencana Kekuatan Rencana
MPa Kg/cm MPa Kg/cm
Rendah
(modified)*
1000 10.000 UCS 1 UCS 10
Sedang (lightly
bound
1500 - 3000 15000 - 30000 1 <UCS <4 10 <UCS <40
Tinggi (heavily
bound)
3000 30000 UCS 4 UCS 40
*pengujian bisa menggunakan CBR

V.2.5 Sambungan
Proses pencampuran pada umumnya dilakukan dari lajur satu dan
menyambung ke lajur berikutnya, tanpa ada celah (gap) yang tidak terstabilisasi.
Sambungan memanjang, tumpang-tindih (overlap) minimum 75 mm; sedangkan
sambungan melintang, tumpang-tindih (overlap) minimum 1000 mm. Bahan
pengikat kapur tidak diperbolehkan tumpang-tindih karena dapat menyebabkan
lapisan terstabilisasi menjadi retak. Membuat sambungan dalam kondisi segar atau
sebelum terjadi pengikatan lebih disarankan.
Ukuran tumpang-tindih (overlap) minimum sambungan lapisan terstabilisasi adalah:
a. Pada sambungan memanjang minimum 75 mm


L

Gambar V.5 Sambungan memanjang lapisan stabilisasi
B

Arah Pencampuran Lajur 1
Arah Pencampuran Lajur 2
B

B

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:
L adalah panjang ruas pencampuran
b1 adalah lebar lajur I pencampuran
b2 adalah lebar lajur II pencampuran
b3 adalah lebar tumpang tindih (overlap)
b. Pada sambungan melintang minimum 1000 mm.






Gambar V.6 Sambungan melintang lapis stabilisasi

Keterangan:
L1 adalah panjang ruas I pencampuran
L2 adalah panjang ruas II pencampuran
L3 adalah panjang tumpang tindih (overlap)
b adalah lebar lajur pencampuran
V.3 Cara Pengerjaan
Sebelum proses stabilisasi dilaksanakan, ada beberapa hal yang harus
dilakukan antara lain pembersihan permukaan jalan yang akan distabilisasi,
pembentukan permukaan jalan, dan pemeriksaan kadar air awal tanah lempung.
Setelah kegiatan kegiatan ini dilaksanakan, tahapan selanjutnya yaitu proses
L

Arah Pencampuran Ruas 1 Arah Pencampuran Ruas 1
L

B
L

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaan stabilisasi lempung dengan kapur.
V.3.1 Penebaran Kapur
J ika diperlukan, sebelum penebaran bahan pengikat dilakukan
penggemburan atau penghalusan terlebih dahulu. Penggemburan atau
pengahalusan ini tidak diperlukan jika peralatan pencampuran yang akan
digunakan berkapasitas tinggi seperti stabiliser/ reclaimer.






Gambar V.7 Pemuatan kapur (loading binder)
Penebaran kapur dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Penebaran kapur menggunakan alat penebar mekanis (spreader). Kapur
dapat ditebar penuh selebar jalan yang akan distabilisasi atau ditebar
selebar drum pengaduk (milling drum) alat pencampur untuk
meminimalisasi terhadap gangguan lalu lintas. Jumlah penebaran
dikendalikan melalui timbangan atau alat pengontrol tingkat penebaran
yang tersedia pada alat penebar; sedangkan untuk mengetahui jumlah
aktual penebaran, dilakukan pemeriksaan menggunakan baki/matras seluas
1 m yang ditempatkan pada permukaan jalan diantara roda alat penebar.
J ika jumlah aktual penebaran kurang dari rencana, lakukan penebaran
tambahan. J ika jumlah bahan pengikat tertebar telah sesuai rencana,
Universitas Sumatera Utara


lakukan penebaran pada sisi sebelahnya sampai mencapai lebar dan jumlah
penebaran yang ditentukan.









Gambar V.8 Penyebaran kapur (spreading)
b) Penebaran kapur secara manual dilakukan dengan menempatkan kantong-
kantong kapur di atas permukaan jalan yang akan distabilisasi dengan jarak
tertentu agar memenuhi takaran yang direncanakan, baik arah memanjang
maupun arah melintang. Buka kantong kapur dengan pisau atau peralatan
lain yang sesuai dan keluarkan kapur dari dalam kantong sampai kantong
tersebut kosong, kemudian dihamparkan atau ditebarkan secara merata
menggunakan alat perata atau penggaruk manual.
V.3.2 Pencampuran
Setelah penebaran, langkah berikutnya adalah pencampuran kapur dengan
lempung yang distabilisasi. Homogenitas campuran kapur, lempung yang
distabilisasi dan air merupakan salah satu hal yang penting untuk mencapai
suksesnya stabilisasi bahan jalan. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk menggunakan
Universitas Sumatera Utara


alat pencampur khusus (stabiliser/reclaimer). Alat pencampur konvensional dapat
digunakan melalui percobaan lapangan (trial mixing).
Untuk mendapatkan keseragaman pencampuran yang lebih baik maka
dilakukan beberapa kali pencampuran atau sesuai hasil percobaan lapangan (jika
dilakukan). Perlu diperhatikan, bahwa proses pencampuran ini dapat menghasilkan
jumlah butiran halus berlebihan yang akan merusak atau mengganggu proses
stabilisasi. Untuk alat reclaimer/stabiliser direkomendasikan sampai 2 (dua) kali
pencampuran.
Pencampuran pertama tanpa penambahan air (dry mix), dan pencampuran
kedua adalah pencampuran basah (wet mix), yaitu dengan menambah air ke dalam
campuran untuk mencapai kadar air di antara 2% di bawah kadar air optimum dan
atau 1% di atas kadar air optimum.









Gambar V.9 Pencampuran kering (dry mixing)
Pada proses pencampuran basah, air ditambahkan langsung ke kotak
pencampuran (mixing chamber) melalui nozzle yang dikendalikan dari kontrol
Universitas Sumatera Utara


panel. Penambahan air langsung dari tangki air melalui pipa penyemprot air
(distributor) dapat dilakukan sebelum pencampuran basah dimulai. Penyiraman
secara manual untuk menambah kadar air setelah pencampuran tidak
diperkenankan.








Gambar V.10 Pencampuran basah (wet mixing)
Pelaksanaan pencampuran pada umumnya dilakukan dari lajur satu dan
menyambung ke lajur berikutnya, tanpa ada gap yang tidak terstabilisasi.
Ketentuan ukuran tumpang-tindih (overlap) sambungan.
V.3.3 Pemadatan dan Perataan

Setelah proses pencampuran, maka pemadatan dimulai sesegera mungkin.
Pemadatan dilakukan menggunakan alat pemadat yang sesuai. Pada stabilisasi
dalam (depth lift stabilization), alat pemadat roda besi bergigi (padfoot roller)
dapat digunakan sebagai pemadat awal yang akan membentuk seperti tapak
berlubang di atas lapisan yang telah dicampur. Setelah itu alat pemadat getar roda
besi (smooth drum vibrating roller) digunakan untuk menyempurnakan pemadatan
sampai mencapai seluruh kedalaman lapisan terstabilisasi.
Universitas Sumatera Utara












Gambar V.11 Pemadatan awal (initial compaction)
Lakukan pemadatan dengan beberapa lintasan sehingga didapat nilai
kapadatan. Sebagai alternatif jika tidak tersedia alat pemadat roda besi bergigi, alat
pemadat kaki kambing (sheepsfoot roller) dapat digunakan sebagai pemadat awal.
Pada bagian jalan yang lurus, pemadatan dimulai dari tepi menuju ke tengah
sejajar sumbu jalan, sedangkan pada bagian tikungan, pemadatan dilakukan mulai
dari bagian yang rendah menuju bagian yang tinggi sejajar sumbu jalan. Pada
tanjakan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah menuju ke tempat yang
tinggi sejajar sumbu jalan. Sedangkan pada sambungan, pemadatan dilakukan
secara hati-hati agar roda alat pemadat tidak memadatkan atau menggilas bagian
yang sudah dipadatkan terlebih dahulu. Pemadatan dilakukan searah dengan arah
sambungan.


Universitas Sumatera Utara










Gambar V.12 Pemadatan akhir (final compaction)

Pembentukan atau perataan dilakukan pada saat diperlukan selama proses
pemadatan. Untuk memastikan hasil pengikatan yang baik dari penyempurnaan-
penyempurnaan permukaan (shaping) sebelum pemadatan akhir, alat pemadat roda
karet bertekanan (pneumatic tyre roller) dapat digunakan. Perlu diperhatikan
bahwa pada waktu perataan ini, lapis tipis dari bahan terstabilisasi tidak boleh
diletakkan di atas lapisan terstabilisasi yang telah dipadatkan sebelumnya. J ika
perataan dilakukan dengan pemotongan tipis (trimming), seluruh sisa bahan hasil
pemotongan tipis harus dibuang. J ika pemotongan tipis mengakibatkan
berkurangnya ketebalan lapis terstabilisasi, dapat diperbaiki dengan menambah
ketebalan lapis berikutnya, atau mencampur dan memadatkan kembali lapis
terstabilisasi tersebut sampai kedalaman minimum 150 mm jika bahan pengikat
dengan tingkat pengikatan lambat (slow setting binder) yang digunakan.


Universitas Sumatera Utara









Gambar V.13 Pemotongan (cutting)

V.3.4 Perawatan (Curing)
Lapisan terstabilisasi dilindungi dari kehilangan kadar air secara langsung
selama minimum 4 hari berturut-turut, atau sampai lapis berikutnya atau lapis
permukaan dilaksanakan. Perawatan (curing) ini diperlukan untuk menghindari
kehilangan air dari lapisan terstabilisasi yang terlalu cepat sehingga menyebabkan
keretakan pada proses hidrasinya.

Perawatan dapat dilakukan dengan menjaga kelembaban lapisan terstabilisasi
dengan menyemprot air sehingga permukaan lapisan terstabilisasi tersebut dalam
kondisi lembab. Perawatan dapat dilakukan dengan melapisi menggunakan bahan
beraspal yang terdiri dari salah satu jenis aspal emulsi (rapid setting) dan atau lapis
prime coat (minimum cut back bitumen). Pelaksanaan pelapisan dengan bahan
beraspal dilakukan dalam 24 (dua puluh empat) jam setelah penyelesaian
pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara









Gambar V.14 Perawatan (curing) menggunakan membran bitumen

Dalam masa perawatan, lapisan terstabilisasi tidak boleh dilalui arus lalu lintas,
kecuali tidak ada alternatif lain dengan batasan kecepatan sampai dengan 20
km/jam, untuk menghindari terjadinya abrasi permukaan perkerasan akibat
lintasan roda kendaraan.












Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan oleh penyusun, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian laboratorium terhadap tanah asli diantaranya :
Kadar air =14.82%
Berat jenis =2.64
Batas cair =70.30%
Batas plastis =26.87%
Indeks plastisitas =43.43%
Kadar air optimum =29.68%
Berat isi kering maksimum =1.349kg/cm
CBR unsoaked =1.99%
Kuat tekan bebas =0.204 kg/cm
Berdasarkan data hasil pengujian di atas maka disimpulkan bahwa tanah
lempung yang diuji termasuk golongan CH (menurut USCS) dan A-7-6 (19) (menurut
AASHTO) yaitu tanah lempung tak organik dengan plastisitas tinggi dengan nilai
Indeks Plastisitas sebesar 43,73 % (plastisitas tinggi).
2. Dari hasil percobaan di laboratorium terhadap tanah asli yang dicampur kapur,
kadar kapur optimum untuk menstabilisasi tanah dengan sifat sifat di atas
adalah sebesar 5% dengan waktu pemeraman 14 hari.
3. Hasil pengujian laboratorium terhadap lempung yang dicampur dengan 5%
Universitas Sumatera Utara


kapur diantaranya:
Batas cair =44.60%
Batas plastis =36.25%
Indeks plastisitas =8.35%
Kadar air optimum =32.23%
Berat isi kering maksimum =1.257 kg/cm
CBR unsoaked =23.6%
Kuat tekan bebas =0.703 kg/cm
Berdasarkan data hasil pengujian diatas maka disimpulkan bahwa tanah
lempung yang dicampur dengan kapur termasuk golongan CL (low plasticity of
Clay) dengan kriteria lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai
sedang (menurut USCS). Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO maka tanah
lempung yang diteliti dikategorikan ke dalam kelompok A-5 (8) dan termasuk
dalam klasifikasi tanah berlanau sedang sampai buruk.
4. Dari data data penelitian terhadap tanah asli dan tanah yang telah
dicampur kapur, pengaruh yang paling dominan akibat stabilisasi dengan
kapur yaitu penurunan indeks plastisitas, yaitu dari 43.43% menjadi 8.35%
dengan persentase penurunan sebesar 80.77% . Nilai CBR Laboratorium
juga mengalami kenaikan yang signifikan, yaitu dari 1.99 % menjadi 23.6
%, tetapi kondisi ini perlu dikontrol dengan teknik CBR Lapangan, yaitu
dengan percobaan Dynamic Cone Penetrometer atau Cone Penetrometer.
Stabilisasi dengan kapur juga mengubah sifat tanah unconfined dalam
sistem klasifikasi kuat tekan bebas tanah, yaitu dari 0.204 kg/cm menjadi
0.703 kg/cm atau dari jenis very soft menjadi medium.
Universitas Sumatera Utara


5. Berdasarkan perhitungan kadar kapur aktual, persentase kapur yang
digunakan di lapangan adalah 7% dari berat kering tanah asli dengan
jumlah penebaran 30.80 kg/cm.

VI.2. SARAN
1. Mengingat proses pembangunan jalan pada tanah dasar lempung dengan
plastisitas tinggi memerlukan biaya tambahan untuk bahan stabilisasi,
hendaknya metode perhitungan kadar kapur di laboratorium dan
pengerjaan di lapangan dilakukan dengan tepat dan teliti.
2. Pekerjaan stabilisasi jalan raya dengan bahan kapur harus dilakukan
dengan hati hati, karena kapur merupakan bahan yang berbahaya
sehingga diperlukan tindakan pengamanan dan keselamatan kerja yang
sesuai prosedur.













Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai