Anda di halaman 1dari 1

Tak hanya dijadikan sebagai tanaman pangan pengganti nasi, jagung ternyata juga bisa diolah

menjadi beragam jenis makanan ringan. Potensinya yang cukup melimpah di berbagai pelosok
daerah, turut mendorong para pelaku bisnis camilan untuk mulai memanfaatkan biji jagung sebagai
bahan baku produksinya.
Jagung dapat dikembangkan menjadi bahan makanan olahan, seperti marning jagung, emping
jagung, keripik jagung, pudding jagung, perkedel jagung, dan makanan olehan lainnya. Saat ini
banyak makakanan yang berbahan baku jagung menghiasi etalase toko - toko kue, swalayan, dll.
Marning jagung merupakan salah satu bahan makanan hasil olahan dari jagung dan proses
pembuatannya dapat dilakukan secara sederhana. Terdapat beberapa pilihan rasa, tergantung dari
selera konsumen: rasa manis, pedas,bawang pedas,keju dan pedas manis.

Upaya adopsi teknologi hasil-hasil penelitian diversifikasi produk olahan jagung terutama bagi
masyarakat di daerah sentra produksi perlu terus dilakukan. Tujuannya adalah agar nilai tambah
pengolahan produk primer unggulan daerah dapat dinikmati oleh masyarakat pertanian dan perdesaan.
Pembangunan ekonomi desa sangat dimungkinkan melalui tumbuhkembangnya industri pengolahan
berbasis sumberdaya lokal. Upaya pencapaian tujuan ini dapat dilakukan melalui pemberdayaan
organisasi kelompok masyarakat yang ada. Pemberdayaan petani secara berkelompok menjadi sangat
penting untuk memperbaiki situasi yang dihadapi petani. Petani yang terorganisasi dalam wadah
kelembagaan akan mencapai tujuan yang tidak dimungkinkan dapat dicapai oleh individu secara
perorangan. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
petani sehingga timbul kesadaran dan keinginan untuk memperbaiki situasi dan taraf hidup mereka.
Keberhasilan model pemberdayaan sangat tergantung pada sumberdaya manusia (SDM). Peningkatan
kualitas SDM dalam jangka pendek dapat dilakukan melalui: (a) pelatihan-pelatihan yang sifatnya
terapan, terfokus, terarah, dengan tujuan untuk membangun jiwa kewirausahaan menjadi ulet dan
kreatif, (b) belajar sambil bekerja pada bidang-bidang yang langsung dapat diimplementasikan, (c)
penyebaran melalui kelembagaan sosial masyarakat yang ada, misalnya pondok-pondok pesantren,
kelompok tani dll, dan (d) bimbingan secara terarah dan gradual melalui contoh-contoh nyata oleh
tokoh-tokoh masyarakat yang dapat diterima komunitas setempat (Ditjen SDA Departemen PU, 2008)
Ditjen SDA Dep PU (2008) Model-Model Pengembangan Perdesaan.
http:www.pu.go.id/Ditjen_SDA/ditjen_desa/warta/Okt/modeldesa.htm.

Anda mungkin juga menyukai