Anda di halaman 1dari 5

Anak Itik dan

Batang Kayu
Di tepian sebuah kolam yang tenang, induk itik
mengerami telornya. Dia menunggu berhari-hari
lamanya hingga anak itik menetas. Ketika tiba
harinya, seekor anak itik keluar dari salah satu
telor itu. Kemudian satu lagi telor menetas lagi,
kemudian satu lagi. Induk itik sangat gembira; ia
mempunya tiga ekor anak itik!
Mula-mula ketiga anak itik itu berkelakuan
sangat baik, mematuhi induknya dan bermain
bersama-sama. Tetapi seiring dengan
berjalannya hari, ketiga anak itik itu lebih suka
berbuat sekehendak hati mereka dan bukannya
apa yang dikatakan oleh induk itik dan mereka
bertengkar terus menerus. Induk Itik tidak tahu
apa yang harus dilakukannya. Anak-anak itiknya
yang imut itu sekarang memperlihatkan kelakuan
yang sangat buruk!
Pada suatu hari yang cerah, Induk Itik dan
anak-anak itik pergi ke kolam yang tidak begitu
jauh. Sebelum berangkat, Induk Itik menjelaskan
bahwa ada bahaya di kolam, tetapi jika mereka
berada dekat dengan induk mereka, maka
segala sesuatu akan baik-baik saja.
Ketika mereka tiba di tepi kolam, anak-anak itik
itu hampir-hampir tidak dapat menahan diri.
Lihatlah batang kayu yang ada di air
itu, kata anak itik yang paling kecil. Pasti
menyenangkan bermain-main di situ.
Aku yakin kamu bahkan tidak bisa
memanjatnya, ejek itik yang ada di sebelahnya.
Berjalan saja kamu masih tersandung-sandung.
Kamu sangat canggung.
Yah, aku rasa kamu juga tidak bisa, anak itik
yang satunya lagi memberi komentar.
Ibu, bolehkah kami pergi ke batang kayu itu?
salah seekor anak itik bertanya.
Marilah kita menyeberangi rawa dulu,
kemudian Ibu akan memeriksa apakah aman
atau tidak. Ayo ikut Ibu.
Induk Itik berenang langsung menjauhi batang
kayu itu. Salah seekor anak itik mengikutinya
dengan sangat dekat, dan anak itik yang satu
lagi tertinggal, tetapi anak itik yang paling kecil
memutuskan dia akan menjelajahi kolam sendiri.
Mengikut Ibu membosankan, pikirnya. Aku
akan berpetualang.
Dia memanggil anak itik yang tertinggal dan
keduanya berenang menuju apa yang mereka
kira adalah batang kayu. Namun ketika mereka
sudah semakin dekat, batang kayu itu bergerak
di air.
Aaapa ini!? seru salah seekor anak itik.
Oh, jangan takut itik kecil, anak itik yang lain
berkata. Air yang menyebabkannya bergerak.
Tetapi dia salah. Sebaliknya, anak itik itu
berhadapan dengan buaya yang marah karena
mereka mengganggu tidurnya.
Ibu, Ibu! Tolong selamatkan kami! anak-anak
itik itu menjerit-jerit. Kemudian dua ekor anak itik
dengan panik berenang menuju ke tepian.
Krak! Rahang buaya yang kuat terdengar
berbunyi.
Mereka berhasil keluar dari kolam tepat
pada waktunya! Buaya perlahan-lahan pergi
berenang, terlalu malas untuk mengejar anak-
anak itik.
Ketika Ibu menemukan kedua anak itik itu,
sekujur tubuh mereka gemetaran.
Kami menyesal sudah pergi jauh-jauh, anak
itik yang kecil merengek. Harusnya aku tidak
menganggap diriku tahu yang terbaik.
Aku juga, saudaranya menambahkan.
Ibu gembira kalian selamat, dan Ibu
harapkan kalian mengerti mengapa penting
sekali untuk mematuhi. Ibu akan sedih sekali jika
sesuatu menimpa kalian.
Kami berjanji tidak akan melakukannya lagi,
anak-anak itu menjawab bersama-sama.
Sejak hari itu, mereka berusaha keras untuk
mendengarkan induk itik dan mengikuti
perintahnya, dan oleh karena itu mereka
melewatkan hari-hari yang menyenangkan
bersama-sama, hingga mereka bertumbuh
dan mengajarkan anak-anak itik mereka sendiri
tentang pentingnya mematuhi.
Moral: Tuhan memberkati kepatuhan, sebab
apabila kamu mendengarkan dan mematuhi,
Dia dapat melindungi kamu dari bahaya. Jadi
bersikaplah penuh kasih sayang dan patuh,
dan kamu akan mempunyai saat-saat yang
menyenangkan, sebab kamu melakukan apa
yang benar.
Author unknown. Illustrations by Alvi. Design by Stefan Merour.
Published by My Wonder Studio.
Copyright 2014 by The Family International

Anda mungkin juga menyukai