Anda di halaman 1dari 3

14

B
agi Provinsi NAD kelapa me-
rupakan komoditas unggulan
daerah yang melibatkan 178.928
keluarga petani atau 894.640 jiwa
(28%) dari 3,2 juta penduduk.
Areal tanaman kelapa pada tahun
2004 mencapai 116.642 ha, terdiri
atas tanaman belum menghasilkan
(TBM) 10.407 ha (8,9%), tanaman
menghasilkan (TM) 99.420 ha
(85,2%) dengan produksi 74.743
ton setara kopra, dan tanaman
rusak (TR) 6.815 ha (5,9%). Sen-
tra produksi terdapat di Kabupaten
Biruen, Aceh Besar, Pidie, Aceh
Utara, dan Aceh Selatan yang ter-
letak di daerah pantai.
Pada umumnya petani menjual
kelapa dalam bentuk butiran dan
kelapa congkel segar. Kelapa butir-
an untuk memenuhi kebutuhan ru-
mah tangga, sedangkan kelapa
congkel segar untuk bahan baku
pabrik minyak goreng. Pabrik mi-
nyak goreng umumnya terletak di
daerah pantai timur seperti Aceh
Timur, Aceh Utara, Biruen, Pidie,
dan Aceh Besar. Di daerah pantai
barat seperti Aceh Selatan, Meu-
laboh, Aceh Barat, dan Aceh Jaya
keberadaan pabrik pengolah kelapa
sangat kurang sehingga kelapa ha-
rus dipasarkan ke daerah pantai
timur. Kondisi ini menyebabkan bia-
ya angkut menjadi mahal sehingga
harga di tingkat petani lebih murah
dibandingkan di daerah lain.
Pengolahan arang tempurung
pernah diusahakan oleh petani de-
ngan bimbingan perusahaan Pupuk
Iskandar Muda (PIM). Namun usaha
ini tidak berkembang, antara lain
karena kebiasaan petani menjual
kelapa congkel segar. Pemisahan
daging kelapa dari batok dan sabut
dilakukan dengan membelah kelapa
menjadi dua kemudian daging buah
tersebut dicongkel. Cara ini menye-
babkan tempurung masih bersatu
dengan sabut dan untuk memisah-
kannya lebih sulit dibandingkan ka-
lau kelapa masih dalam bentuk bu-
tiran. Rendahnya harga, berkurang-
nya produksi akibat Tsunami, dan
kebiasaan petani dalam pengolahan
kelapa merupakan rangkaian per-
masalahan yang dihadapi dalam
usaha meningkatkan pendapatan
petani pasca-Tsunami.
Kerusakan Kelapa dan Kerugian
Pasca-Tsunami
Gempa bumi yang diikuti oleh ge-
lombang Tsunami di NAD menye-
babkan kerusakan areal tanaman
kelapa seluas 10.282 ha (9,28%)
dengan nilai Rp52,8 miliar. Penda-
patan petani yang hilang mencapai
Rp12,5 miliar lebih per tahun dari
kehilangan produksi hampir 35 juta
butir/tahun atau rata-rata tiap ke-
luarga petani Rp1.190.000/tahun.
Daerah dengan kerusakan terparah
adalah Kabupaten Aceh Jaya, Aceh
Besar, Aceh Selatan, Aceh Barat, dan
Semelue, masing-masing 52,10%,
37,41%, 24,12%, 9,75%, dan
2,92%, di mana 75,82% areal
kelapa di NAD berada di daerah ini.
Berkaitan dengan kerusakan
areal kelapa yang cukup luas, pem-
bangunan industri pengolahan ke-
lapa untuk meningkatkan nilai tam-
bah perlu mempertimbangkan lo-
kasi yang tepat. Jumlah petani ke-
lapa yang mengalami musibah ter-
banyak adalah di Kabupaten Aceh
Besar (52,03%), kemudian di Ka-
bupaten Aceh Jaya (14,48%) dan
Aceh Selatan (12,69%). Kabupa-
Meningkatkan Pendapatan Petani
Kelapa di NAD Pasca-Tsunami
Tsunami menyebabkan 9,28% areal kelapa di NAD rusak dengan
kerugian mencapai Rp52,8 miliar. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
upaya untuk memulihkannya. Dalam jangka pendek upaya ditempuh
melalui peningkatan nilai tambah produk kelapa dengan memanfaatkan
hasil samping seperti mengolah air kelapa menjadi nata de coco,
tempurung menjadi arang, dan sabut menjadi serat dan cocopeat.
produksi padi ditargetkan 56,7 juta
ton gabah kering giling (GKG) dan
pada tahun 2025 diharapkan men-
capai 64,9 juta ton GKG dengan
laju kenaikan 0,85% per tahun.
Upaya peningkatan produksi
padi hingga tahun 2025 akan di-
tempuh melalui dua cara. Pertama,
peningkatan produktivitas dengan
laju pertumbuhan 1,0-1,5% per ta-
hun. Kedua, penambahan areal pa-
nen melalui peningkatan intensitas
pertanaman, pengembangan di
areal baru, termasuk sebagai ta-
naman sela perkebunan, dengan
laju 0,37% per tahun.
Peningkatan produktivitas padi
akan diupayakan melalui dua jurus.
Pertama, peningkatan hasil poten-
sial dan hasil aktual varietas melalui
perbaikan genetik tanaman dan
pengembangan teknik budi daya
spesifik lokasi dengan pendekatan
PTT. Kedua, percepatan dan per-
luasan inovasi teknologi, antara lain
melalui jaringan penelitian dan
pengkajian, sosialisasi, petak de-
monstrasi, pendampingan penerap-
an teknologi, dan kerja sama de-
ngan berbagai pihak. Dalam imple-
mentasinya, program peningkatan
produksi padi nasional lebih difo-
kuskan kepada upaya peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan pe-
tani (Puslitbangtan).
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan
Jalan Merdeka No. 147
Bogor 16111
Telepon : (0251) 334089
311432
Faksimile : (0251) 312755
E-mail : crifc@indo.net.id
15
ten Aceh Besar merupakan wilayah
pengembangan industri, sedangkan
Aceh Jaya dan Aceh Selatan meru-
pakan wilayah pertanian.
Program Dinas Perkebunan NAD
Pemulihan pertanaman kelapa yang
rusak akibat Tsunami dilakukan
melalui rehabilitasi dan rekons-
truksi. Program rehabilitasi diran-
cang untuk mengembalikan usaha
tani kelapa rakyat menjadi normal
kembali dan memenuhi standar
teknis. Fokus rehabilitasi adalah
areal kelapa kategori rusak ringan
seluas 8.977 ha. Di sektor publik
yang bersifat penunjang, kegiatan
utamanya adalah rehabilitasi ber-
bagai aset bangunan yang meng-
alami rusak parah seperti kantor
UPP Kelapa di Kabupaten Aceh Be-
sar dan Aceh Barat. UPP Kelapa
beraktivitas dalam pelayanan
masyarakat perkelapaan. Di sektor
nonpublik, kegiatannya meliputi
rehabilitasi tanaman kelapa rakyat
4.000 ha, yaitu Aceh Besar 2.300
ha, Aceh Jaya 1.000 ha dan Aceh
Barat 700 ha, serta pelatihan dan
peningkatan keterampilan budi
daya serta pengolahan kelapa bagi
pengungsi.
Program rekonstruksi bertuju-
an untuk membangun kembali ke-
bun kelapa dan sarana penunjang-
nya yang telah hancur total. Fokus
rekonstruksi adalah areal kelapa
kategori rusak berat seluas 825 ha.
Kegiatannya meliputi pengembang-
an tanaman kelapa rakyat seluas
300 ha di Kabupaten Aceh Jaya
serta pengadaan sarana pengolah-
an hasil kelapa di Kabupaten Aceh
Besar dan Aceh Barat.
Pemanfaatan Air, Tempurung, dan
Sabut Kelapa
Buah kelapa dapat menghasilkan
berbagai produk yang bernilai eko-
nomi tinggi seperti minyak, tempu-
rung, dan sabut. Pengolahan buah
kelapa menjadi berbagai produk ter-
sebut dapat meningkatkan penda-
patan petani 5-6 kali lipat. Hasil
analisis finansial Puslitbang Perke-
bunan di Lampung dan Jawa Barat
pada tahun 2004 menunjukkan:
1. Agroindustri nata de coco rak-
yat dengan harga produk nata
de coco Rp2.000/kg memberi-
kan B/C rati o 1,32, NPV
Rp953.950, dan IRR 32%.
2. Agroindustri arang tempurung
rakyat dengan harga arang tem-
purung Rp500/kg memberikan
B/C ratio 1,11, NPV Rp69.249,
dan IRR 23%.
3. Agroindustri sabut rakyat de-
ngan harga bahan baku Rp50
per butir sabut dan harga produk
sabut Rp900/kg serta harga
debu sabut Rp400/kg membe-
rikan B/C ratio 3,58, NPV
Rp50.408.605, dan IRR 76%.
Air Kelapa
Nata de coco diolah dalam skala
rumah tangga oleh petani atau
kelompok yang telah mengikuti
pelatihan pengolahan nata de coco.
Pengolahan yang dilakukan sangat
sederhana, dengan sedikit variasi
dalam campuran yang digunakan.
Diagram alir proses pengolahan
nata de coco dapat dilihat pada
Gambar 1.
Tempurung
Pengolahan arang skala kecil dan
skala rumah tangga dilakukan de-
ngan menggunakan drum kapasitas
200 liter atau lubang yang disemen.
Proses pengolahan dimulai dengan
mengisi dasar drum atau lubang
dengan beberapa tempurung lalu
dibakar, kemudian tempurung di-
tambahkan sampai drum penuh.
Apabila tempurung telah terbakar
sempurna, api dimatikan dengan ca-
ra menutup drum atau lubang pe-
ngarangan. Drum atau lubang diberi
Air kelapa segar

Penyaringan

Penambahan stater, gula


dan asam asetat glasial

Pencampuran

Penyimpanan
suhu kamar selama 8-10 hari

Panen nata
pada air mengalir

Pencucian

Perebusan selama 30 menit

Pemotongan nata
dalam bentuk dadu

Penambahan
sirup dan perasa

Pengemasan
Gambar 1. Diagram alir proses
pengolahan nata de coco.
Searah jarum jam daerah pertanaman kelapa di pantai NAD yang masih
berproduksi, serat hasil ekstraksi sabut kelapa, dan nata de coco hasil pengolahan
rumah tangga petani.
16
sedikit ventilasi untuk mengeluar-
kan asap.
Waktu yang dibutuhkan untuk
proses pembakaran bergantung
pada ukuran tempat pembakaran
dan jumlah tempurung yang di-
arangkan. Tempurung yang sera-
gam dan pembakaran secara perla-
han akan menghasilkan produk yang
seragam, sedangkan pembakaran
secara cepat akan menghasilkan
arang dengan semikarbon yang
tinggi. Produk pembakaran yang
baik mempunyai kadar air 10%,
kadar abu terhadap bobot kering
3%, dan karbon terikat terhadap
bobot kering 80%.
Sabut
Serat diekstraksi dari sabut kelapa
melalui unit pengolahan skala me-
nengah. Serat diolah secara meka-
nis dan menghasilkan serat campur-
an yang dikenal dalam perdagang-
an sebagai decorticator fiber, terdiri
atas campuran serat panjang dan
Sabut

Dimasukkan ke dalam
penghancur (crusher)
penyerat (dan decorticator)

Campuran serat dan


debu sabut

Pengayakan

Serat

Pengeringan

Pengepakan/
pengarungan

Debu
sabut
Gambar 2. Diagram alir proses
pengolahan serat sabut
kelapa skala menengah.
Jambu Air Camplong Buah Unggulan
Sampang Madura
Tanaman jambu air camplong hanya ditemukan di daerah Sampang
Madura pada pekarangan atau kebun. Tanaman ini mampu memberi
penghasilan yang cukup, meski diusahakan dengan teknologi
budi daya yang sangat sederhana. Jika ditanam dengan
teknologi budi daya yang lebih baik, dipastikan
produksi buah jauh meningkat.
J
ambu air camplong merupakan
salah satu buah unggulan dae-
rah Jawa Timur. Sentra produksi-
nya adalah Kabupaten Sampang
Madura. Pangsa pasarnya cukup
besar sehingga pengusahaan ta-
naman ini mampu memberikan pen-
dapatan yang layak bagi petani.
Jambu air camplong telah di-
lepas oleh pemerintah sebagai va-
rietas unggul melalui SK Mentan
No. 40/Kpts/TP.240/I/97. Keung-
gulan dari jambu air camplong ada-
lah warna buah menarik (putih
mengkilat), daging buah tebal, rasa
manis dan segar, tidak berbiji, serta
bobot rata-rata 80-100 g/buah.
Produksi buah bersifat musiman,
sehingga panen raya terjadi seta-
hun sekali yaitu pada bulan Juli-
Agustus.
Zona agroekologi jambu air
camplong adalah daerah beriklim
agak kering, dataran rendah de-
ngan zona II ay. Berdasarkan data
statistik Dinas Pertanian Jawa Ti-
mur, populasi tanaman jambu air
camplong di Kabupaten Sampang
pada tahun 1994 sebanyak 26.320
pohon dengan produksi 4.237 ton/
musim. Pada tahun 1996 produk-
sinya meningkat menjadi 7.700 ton
dengan harga jual sekitar Rp2.500-
Rp5.000/kg. Dari produksi tersebut
jambu air camplong memberikan
kontribusi sekitar Rp9,5 miliar
setiap musim panen, sehingga pada
tahun 1997/1998 pemerintah dae-
rah Kabupaten Sampang mengem-
bangkannya dengan menaman
8.000 pohon.
Balai Pengkajian Teknologi Per-
tanian Jawa Timur telah melakukan
pengkajian sistem usaha tani jambu
air camplong sejak tahun 2000 de-
ngan mengintroduksikan rakitan
teknologi budi daya. Umumnya pe-
tani jambu air camplong hanya mem-
beri pupuk kandang setiap tahun
dengan takaran 15 kg/pohon untuk
tanaman berumur lebih dari 9
tahun. Rakitan teknologi budi daya
untuk tanaman dengan umur yang
sama adalah pemberian pupuk kan-
dang 30 kg/pohon, Atonik 1 ml/l
pendek. Diagram alir pengolahan
serat dalam skala menengah dapat
dilihat pada Gambar 2.
Serat yang berkadar air 25-
30% dikeringkan dengan sinar ma-
tahari pada lantai jemur, kemudian
dipres dalam karung dengan bobot
200 kg. Kualitas serat dikategori-
kan dengan fair average quality
(FAQ). Jika kadar air serat lebih dari
30% atau di atas batas FAQ, pro-
duk harus dikeringkan dengan sinar
matahari selama 6-8 jam (Zaenal
Mahmud).
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman
Perkebunan
Jalan Tentara Pelajar No. 3
Bogor 16111
Telepon : (0251) 321879
327010
Faksimile : (0251) 327010
E-mail : balittro@indo.net.id
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27, No. 5, 2005

Anda mungkin juga menyukai