Anda di halaman 1dari 20

Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah
menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dengan sifat
terbuka, rasional, kritis obyektif, berorientasi ke depan, dinamis dan mau mengikuti
zaman, tanpa meninggalkan prinsip atau ajaran dasar yang bersifat asasi cenderung mau
menerima pemikiran Filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional
yang hanya berpegang teguh kepada doktrin ajaran Al-Quran dan al-Hadits secara
tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya karena takut
dapat melemahkan iman.
Dengan mengkaji penelitian filsafat yang dilakukan para ahli maka kita dapat
memiliki suatu peluang untuk meraih kembali kejayaan Islam di bidang ilmu
pengetahuan sebagaimana yang pernah dialami di Zaman Klasik, seperti Al-Kindi yang
merupakan satu di antara tokoh filsuf muslim yang pernah hidup di zamannya. Al-Kindi
adalah orang yang pertama kali mengenalkan filsafat kepada orang-orang muslim dan
juga sebagai peletak dasar bagi para filosof setelahnya. Apabila orang-orang muslim
yang tadinya ragu terhadap filsafat, kini dengan hadirnya Al-Kindi, orang-orang muslim
menjadi yakin dan dapat menerima filsafat.
Filsafat merupakan suatu ilmu yang penting dan dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi orang-orang muslim. Filsafat bagi umat muslim pada masa kini terasa
lebih diperlukan dalam tantangan zaman pada era globalisasi yang semakin berat dan
banyak tantangan. Untuk itu, pada makalah ini penulis akan mengkaji mengenai filsafat
dan filsafat Islam, fungsi, serta tokoh-tokoh filsafat Islam dan pemikirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat dan filsafat islam?
2. Apa fungsi filsafat?
3. Bagaimana peranan dan pemikiran dari para tokoh filsafat islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat dan filsafat islam.
2. Untuk mengetahui peranan filsafat dan filsafat Islam.
3. Untuk mengetahui hal-hal mengenai filsafat dan kandungannya.
4. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran filsafat Islam.
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 2

5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat islam.
6. Untuk mengetahui bagaimana peranan para tokoh filsafat islam dalam
perkembangan islam di dunia.
D. Manfaat Penulisan
1. Dengan mempelajari filsafat, maka masyarakat mampu berpikir lebih kritis.
2. Lebih mengenal para tokoh filsafat islam.
3. Filsafat dapat memperluas pandangan dalam menghadapi permasalahan dan
persoalan di kehidupan.
4. Dengan filsafat, kita dapat memahami agama dengan lebih kritis dan lebih dalam.
























Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat dan Filsafat Islam
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam
bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =
persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan). Sehingga arti harafiahnya
adalah seorang pencinta kebijaksanaan atau ilmu. Kata filosofi yang dipungut dari
bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya.
Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut filsuf.
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah
ketuhanan, kenabian, manusia dan alam semesta yang disinari ajaran islam. Adapun
definisinya secara khusus sebagai berikut :
1. Ibrahim Madkur, filasafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam
untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu
dan akal, agama dan filsafat.
2. Ahmad Fuad Al-Ahwaniy, filsafat islam adalah pembahasan tentang alam dan
manusia yang disinari ajaran islam.
3. Muhammad Al-Athif Al-iraqy, filsafat islam secara umum di dalamnya tercakup
ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawwuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang
diciptakan oleh intelektual islam. Pengertiannya secara khusus, ialah pokok-pokok
atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukaan para filosof muslim.
Jelaslah bahwa filsafat islam merupakan hasil pemikiran umat islam secara
keseluruhan. Pemikiran umat islam ini merupakan buah dari dorongan ajaran Al-Quran
dan Hadist. Dengan kata lain, umat islam merupakan pewaris tradisi peradaban ketiga
bangsa tersebut, yang sebelumnya telah mewarisi pula peradaban bangsa sekitarnya
seperti Babilonia, Mesir, Ibrani, dan lainnya.
[1]
B. Fungsi Filsafat
Fungsi filsafat adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

[1] http://syarifahanis.blogspot.com/2012/04/pengantar-filsafat-dan-filsafat-islam.html
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 4

2. Membantu memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
3. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
4. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
[2]

C. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya
1. Al-Kindi
Profil Al-Kindi
Yaqub bin Ishaq al-Shabbah Al-Kindi (sekitar 801-866 M) atau biasa dikenal
dengan nama Al-Kindi diakui oleh banyak ilmuwan dan para akademisi sebagai
perintis dunia filosofi Arab. Al-Kindi memiliki peran besar lewat hasil
pemikiriran-pemikirannya yang luar biasa. Beliau adalah laki-laki Renaissance di
dunia Arab bahkan ratusan tahun sebelum Renaissance terjadi di Eropa. Rasa ingin
tahunya yang tak pernah terpuaskan dan pencariannya terhadap pengetahuan
menyebabkan segala jenis bidang ilmu pada masa hidupnya berada dalam lingkup
keahliannya.
Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya
dan terhormat. Beliau berasal dari kabilah kindah, termasuk kabilah terpandang di
kalangan masyarakat Arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz. Setelah
dewasa Al-Kindi pergi ke Baghdad dan mendapat perlindungan dari khalifah al-
Mamun (813-833 H) dan khalifah al-Mutasim (833-842 H). Al-Kindi hidup
selama masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, yaitu al-Amin (809-813M), al-
Mamun (813-833M), al-Mutasim (833-842M), al-Watiq (842-847M), dan al-
Mutawakil (847-841M).
Al-Kindi adalah seorang yang sangat cerdas dan pandai. Selain belajar filsafat
beliau juga menekuni dan ahli dalam bidang ilmu astronomi, ilmu ukur, ilmu alam
astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik, meteorologi, optika, kedokteran, politik dan
matematika. Penguasaanya terhadap filasafat dan disiplin ilmu lainnya telah
menempatkan beliau menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab
dalam jajaran para filosof terkemuka. Sehingga beliau dinilai pantas dalam
menyadang gelar Failasuf al-Arab (filosof berkebangsaan Arab).

[2] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/filsafat-ilmu/
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 5

Sepanjang hidupnya, Al-Kindi telah menulis antara 200 dan 270 buku serta
makalah. Tulisan-tulisan tersebut menjelaskan banyak teori-teori. Al-Kindi
berusaha menyesuaikan beberapa perbedaan yang telah memisahkan bangsa Timur
dan bangsa Barat selama ribuan tahun. Karya serta pemikirannya masih relevan
hingga masa kini dan memiliki pengaruh yang besar. Beliau adalah seorang Arab,
namun karya-karyanya serta pemikiran-pemikiranya melingkupi dan dapat dibaca,
dinikmati, serta dipelajari oleh semua orang di dunia.
Pemikiran Filsafat Al-Kindi
Al-Kindi mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang mulia serta baik yang
tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Filsafatnya tentang keesaan
Tuhan yang didasari pada wahyu dan proposisi filosofis. (Abboud, 2013)
Menurut Al-Kindi, filsafat adalah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu
menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah), ilmu
keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua hal yang berguna dan cara
memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Sehingga,
tujuan seorang filsuf bersifat teori, yaitu untuk mengetahui kebenaran dan bersifat
amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. (Abboud, 2013)
Abboud menyatakan bahwa filsafat bagi Al-Kindi adalah pengetahuan tentang
yang benar (knowledfe of truth). Di sinilah terlihat persamaan filsafat dengan
agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, begitu
pula tujuan tujuan filsafat. Disamping wahyu, agama menggunakan akal, dan
filsafat juga menggunakan akal. Yang benar pertama (the fisrt truth) bagi Al-Kindi
ialah Tuhan. Dengan demikian, pada dasarnya filsafat membahas soal Tuhan dan
agama.
Dalam keterangan, pemikiran Al-Kindi terdapat unsur-unsur pikiran Plato dan
Aristoteles. Unsur Aristoteles terlihat pada pembagian filsafat bersifat teori dan
amalan. Unsur Plato ialah tercermin dari pendefinisinya terhadap filsafat, karena
sebelum Al-Kindi, Plato telah mengatakan bahwa filsuf adalah orang yang
menghiasi dirinya dengan mencintai kebenaran serta penyelidikan, dan lebih
mengutamakan jalan keyakinan daripada dugaan (dhan).
Di sini kami akan memaparkan serta menjabarkan filsafat-filsafat dari
pemikiran-pemikiran Al-Kindi.


Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 6

a. Filsafat Ketuhanan
Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Sebagaimana yang
dikatakan Al-Kindi:
Filsafat yang tekemuka dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu
tentang yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar
Menurut Al-Kindi, Tuhan tak mempunyai hakikat, baik hakikat secara
juziyah atau aniyah (sebagian) maupun hakikat kulliyyah atau mahiyah
(keseluruhan). Tidak aniyah karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda
yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun materi
dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahyiah,
karena Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan hanya satu, dan
tidak ada yang serupa dengan Tuhan. Tuhan itu unik. Ia adalah Yang Benar
Pertama dan Yang Benar Tunggal. Ia semata-mata satu.. hanya ialah yang satu,
selain Tuhan semuanya mengandung arti banyak.
Sesuai dengan paham yang ada dalam islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah
Pencipta dan bukan penggerak pertama seperti pendapat Aristoteles. Alam
bagi Al-Kindi bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan.
Karena itu dalam hal ini ia lebih dekat pada filsafat Platonius yang
mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari alam ini dan sumber
dari segala yang ada. Alam ini adalah dari Yang Maha Esa.
b. Talfiq
Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat.
Menurutya filsafat adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth). Al-
Quran yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar
tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat.
Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi
bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi.
Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus
menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal,
dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi
ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama
ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan.
Pengingkaran terhadap hasil-hasil filsafat karena adanya hal-hal yang
bertentangan dengan apa yang menurut mereka telah mutlak digariskan Al-
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 7

Quran. Hal semacam ini menurut Al-Kindi, tidak dapat dijadikan alasan untuk
menolak filsafat, karena hal itu dapat dilakukan tawil. Namun demikian, tidak
bisa dipungkiri perbedaaan antara keduanya, yaitu:
1) Filsafat termasuk humaniora yang dicapai filosof dengan berpikir, belajar,
sedangkan agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati tingkat tertinggi
karena diperoleh tanpa melalui proses belajar, dan hanya diterima secara
langsung oleh para Rasul dalam bentuk wahyu.
2) Jawaban filsafat menunjukan ketidakpastian (semu) dan memerlukan berpikir
atau perenungan. Sedangkan agama lewat dalil-dalilnya yang dibawa Al-Quran
memberi jawaban secara pasti dan menyakinkan dengan mutlak.
3) Filsafat mempergunakan metode logika, sedangkan agama mendekatinya dengan
keimanan.
Walaupun Al-Kindi termasuk pengikut rasionalisme dalam arti umum, tetapi ia
tidak mendewa-dewakan akal.
c. Filsafat Jiwa
Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak menjelaskan tegas
tentang roh dan jiwa. Bahkan Al-Quran sebagai pokok sumber ajaran Islam
menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh karena
itu urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof
Muslim membahas jiwa berdasarkan pada falsafat jiwa yang dikemukakan
para filosof Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam.
Al-Kindi juga mengatakan bahwa jiwa adalah tunggal, tidak tersusun,
tidak panjang, dalam dan lebar. Jiwa mempunyai arti penting , sempurna, dan
mulia. Subtansinya berasal dari subtansi Allah. Hubungannya dengan Allah
sama dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari. Jiwa mempunyai
wujud tersendiri, terpisah, dan berbeda dengan jasad atau badan. Jiwa bersifat
rohani dan illahi sementara badan mempunyai hawa nafsu dan marah. Dan
perbedaannya jiwa menentang keinginan hawa nafsu.
Pada jiwa manusia terdapat tiga daya: daya bernafsu (yang terdapat di
perut), daya marah (terdapat di dada), dan daya pikir (berputar pada kepala).
d. Filsafat Akal
Dalam jiwa manusia terdapat daya berpikir. Daya berpikir itu adalah akal.
Menurut Al-Kindi akal dibagi menjadi tiga macam, yaitu akal yang bersifat
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 8

potensil, akal yang keluar dari sifat potensil menjadi aktuil, dan akal yang
telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Akal yang bersifat potensil tidak bisa mempunyai sifat aktuil jika tidak
ada kekuatan yang menggerakannya dari luar. Oleh sebab itu bagi Al-Kindi
ada satu lagi macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan
bernama akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal tersebut membuat akal
yang bersifat potensil dalam roh manusia menjadi aktuil. Sifat-sifat akal ini:
a) Merupakan akal pertama
b) Selamanya dalam aktualitas
c) Merupakan spesies dan genus
d) Membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir
e) Tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari padanya
e. Filsafat Moral
Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia
tentang diri dan bahwa sorang filosof wajib menempuh hidup susila.
Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri sendiri (Aristoteles), melainkan untuk
hidup bahagia. Al-Kindi mengecam para ulama yang memperdagangkan
agama untuk memperkaya diri dan para filosof yang memperlihatkan jiwa
yang kurang baik untuk mempertahankan kedudukannya dalam negara.
Beliau merasakan menjadi diri korban kelaliman negara seperti Socrates.
Saat itu, dengan ilmu filsafat beliau melatih keberanian dan hikmah dalam
keseimbangan.
Al-Kindi khawatir apabila terdapat aturan pada suatu kelompok kurang
menjamin perkembangan kepribadian masyarakatnya secara wajar. Oleh sebab
itu akhlak dan moral yang bersifat positif adalah hal yang utama dalam
lingkup sosial maupun individu.
Karya - Karya Al-Kindi
Sebagai seorang ilmuwan yang kaya dengan pengetahuan, maka Al-Kindi
membuat karya tulis ilmiah, dan membuat terjemahan buku-buku Yunani dan
sekaligus melakukan koreksi serta perbaikan atas terjemahan orang lain. Sebagai
seorang pakar ilmuwan saat itu, kita dapat melihat beberapa hasil tulisan yang
dibuat oleh Al-Kindi, yakni sebagai berikut:
a. Bidang Filsafat
1) Fi al-falsafat al-Ula,
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 9

2) Kitab al-Hassiala Taallum al-Falsafat,
3) Risalat ila al-Mamun fi al-illat wa Malul,
4) Risalat fi Talif al-Adad,
5) Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masail al-Manthiqiyyat wa al-
Mutashah wa ma Fauqa al-Thabiiyyat,
6) Kammiyat Kutub Aristoteles,
7) Fi al-Nafs
b. Bidang Astronomi
1) Risalah fi Masail Suila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban dari
pertanyaan tentang planet),
2) Risalah fi Jawab Masail Thabiiyah fi Kayfiyyat Nujumiah (pemecahan
soal-soal fisik tentang sifat-sifat perbintangan),
3) Risalah fi anna Ruyat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa innama al-
Qowl fiha bi at-Taqrib (bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak
dapat ditentukan dengan ketetapan,
4) Risalah fi Mathrah asy-Syua (tentang projeksi sinar),
5) Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan musim
dingin),
6) Risalah fi Idhah illat Ruju al-Kawakib (tentang penjelasan sebab gerak
kebelakang planet-planet),
7) Fi asy-Syuat (tentang sinar bintang).
c. Meteorologi
1) Risalah fi illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang sebab asal mula kabut),
2) Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww Yusamma Kawkaban
(tentang tanda yang tampak di langit dan disebut sebuah planet),
3) Risalah fi illat Ikhtilaf Anwaus Sanah (tentang sebab perbedaan dalam
tahun-tahun),
4) Risalah fi al-Bard al-Musamma Bard al-Ajuz (tentang dingin),
d. Ilmu Pengobatan
1) Risalah fiillat Naftcad-Damm (tentang hemoptesis yakni; batuk darah dari
saluran pernapasan),
2) Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang rabies).
e. Ilmu Hitung
1) Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang jumlah relatif),
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 10

2) Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-Adad (tentang keesaan dari segi angka-
angka).
f. Logika
1) Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi (tentang sebuah
pengantar lengkap logika),
2) Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry).
Karya-karya yang disebutkan di atas merupakan sebagian terkecil dari sekian
banyak karya Al-Kindi. Karya Al-Kindi di susun oleh Ibnu An-Nadim yang
menyebutkan tidak kurang dari 242 buah karya Al-Kindi, sedangkan sumber lain
menyebutkan 265 buah, dan membaginya menurut pokok persoalannya menjadi
filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi, polemik, psikologi,
politik, meteorologi, dan ramalan.
[3]
2. Ibnu Rusyd (Averroes)
Profil Ibnu Rusyd
Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad adalah nama lengkap
dari Ibnu Rusyd yang lahir di Cordoba pada 520 H/1126 M dan wafat di Maroko
pada 1198 M. Di dunia Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ia adalah seorang
dokter, ahli hukum, dan tokoh filsuf yang paling popular pada periode
perkembagan filsafat Islam (700-1200). Di samping sebagai seorang paling
otoritatif sebagai komentator atas karya-karya filsuf Yunani, Aristoteles, Ibnu
Rusyd juga seorang filsuf Muslim yag paling menonjol dalam usahanya mencari
persesuaian antara filsafat dan syariat.
Ibnu Rusyd berasal dari keluarga yang memiliki perhatian sangat besar
terhadap ilmu pengetahuan. Ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala pengadilan
di Andalusia. Ia sendiri pernah menduduki beberapa jabatan, antara lain sebagai
qadhi (hakim) di Sevilla dan sebagai qadhi al-qudhat (hakim agung) di Cordoba. Di
samping itu, ia juga sangat aktif dalam kegiatan politik dan sosial.
Pendidikan awalnya dimulai dari belajar Al-Quran dengan ayahnya.
Selanjutnya ia belajar dasar-dasar ilmu keislaman seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits,
Ilmu Kalam, bahasa Arab dan Sastra. Dalam ilmu fiqih ia belajar dan menguasai
kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik. Ibnu Rusyd merupakan filsuf yang
mendukung mazhab maliki

[3] http://syafieh.blogspot.com/2013/03/filsafat-al-kindi.html
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 11

Dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat ia belajar kepada Abu Jafar Harun
al-Tardjalli dan Ibnu Zhuhr.
[4]

Pemikiran Ibnu Rusyd
a. Agama dan Filsafat
Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal yang
baru dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal ini
tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam. Telah
tersebut diatas tentang reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka seraya
menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya dapat digolongkan sebagai
pemikiran sesat dan kufur.
Terhadap reaksi dan sanggahan tersebut Ibnu Rusyd tampil membela
keabsahan pemikiran mereka serta membenarkan kesesuain ajaran agama
dengan pemikiran falsafah. Ia menjawab semua keberatan imam Ghazali
dengan argumen-argumen yang tidak kalah dari al-Ghazali sebelumya.
Menurut Ibnu Rusyd, Syara tidak bertentangan bertentangan dengan
filsafat, karena fisafat itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar tentang
alam empiris ini sebagai dalil adanya
Seperangkat ajaran yang disebut dalam al-Quran dan al-Hadits sebagai
sesuatu yang pada lahirnya berbeda dengan filsafat, sehingga difahami bahwa
filsafat itu bertentangan dengan agama. Dalam hal ini Ibnu Rusyd menjawab
dengan konsep takwil yang lazim digunakan dalam masalah-masalah seperti
ini.
Dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang harus difahami menurut lahirnya,
tidak boleh ditawilkan dan ada juga yang harus ditawilakan dari pengertian
lahiriah.
Adapun jika keterangan lahiriahnya sesuai dengan keterangan filsafat, ia
wajib diterima menurut adanya. Dan jika tidak, ia harus ditawilkan. Namun
tawil itu sendiri tidak sembarang orang dapat melakukannya atau disampaikan
kepada siapa saja. Yang dapat melakukan tawil itu adalah para filosof atau
sebagian mereka, yakni orang-orang yang telah mantap dalam memahami ilmu
pengetahuan. Adapun penyampaian tawil itu dibatasi pada orang-orang yang
sudah yakin, tidak kepada selain mereka yang ampang menjadi kufur.

[4] Muhammad Iqbal, Ibnu Rusyd dan Averroisme, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004) h. 21-25
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 12

Agama islam kata Ibnu Rusyd tidak mengandung dalam ajarannya hal-hal
yang bersifat rahasia, seperti ajaran trinitas dalam agama Kristen. Semua
ajarannya dapat dipahami akal karena akal dapat mengetahui segala yang ada.
Dari itu, iman dan pengetahuan akali merupakan kesatuan yang tidak
bertentangan, karena kebenaran itu, pada hakikatnya adalah satu.
Akan tetapi, dalam agama ada ajaran tentang hal-hal yang ghaib seperti
malikat, kebangkitan jasad, sifat-sifat surga dan neraka dan lain-lain
sebagainya yang tidak dapat diapahami akal, maka hal-hal yang seperti itu kata
Ibn Rusyd merupakan lambing atau simbolm bagi hakikat akali. Dalam hal ini,
ia menyetujui pendapat imam al-Ghazali yang mengatakan, wajib kembali
kepada petunjuk-petunjuk agama dalam hal-hal yang tidak mampu akal
memahaminya.
b. Metafisika
1) Dalil wujud Allah
Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn Rusyd menolak dalil-dalil
yang pernah dikemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya karena
tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Syara, baik dalam
berbagai ayatnya, dan karena itu Ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang
dipandangnya sesuai dengan al-Quran dalam berbagai ayatnya, dank arena
itu, Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai, tidak
saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang orang khusus yang terpelajar.
2) Dalil inayah (pemeliharan)
Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan
manusi. Artinya segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan
manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan
kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang
sengaj diciptakan demikian oleh sang pencipta bijaksana.
3) Dalil Ikhtira (penciptaan)
Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini,
seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati
benda mati lalu terjadi kehidupan padanya,sehingga yakin adanya Allah
yang menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di
angkasa tundujk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 13

yang ingin mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib
mengetahui hakikat segala sesuatu di alam ini agar ia dapat mengetahui
ciptaan hakiki pada semua realitas ini.
4) Dalil Gerak.
Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibn Rusyd memandangnya
sebagi dalil yang meyakinkan tentang adanya Allah seperti yang digunakan
oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak
tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan semua jenis
gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak pada ruang berakhir pada
yang bergerak pad dzatnya dengan sebab penggerak pertama yang tidak
bergerak sama sekali, baik pada dzatnya maupun pada sifatnya.Akan tetapi,
Ibn Rusyd juga berakhir pada kesimpulan yang dikatakan oleh Aristoteles
bahwa gerak itu qadim.
5) Sifat-sifat Allah.
Adapun pemikiran Ibn Rusyd tentang sifat-sifat Allah berpijak pada
perbedaan alam gaib dan alam realita. Untuk mengenal sifat-sifat Allah,
Ibn Rusyd mengatakan, orang harus menggunakan dua cara: tasybih dan
tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak pada dasar
keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis
memperbandingkan dua jenis ilmu itu.
c. Fisika
Seperti dalam halnya metafisika, ibnu rusyd juga di juga di pengaruhi
oleh Aristoteles dalam fisika. Dalam reori Aristoteles, ilmu fisika membahas
yang ada (maujud) yang mengalami perubahan seperti gerak dan diam. Dari
dasarnya itu, ilmu fisika adalah materi dan forma.
Menurut Ibn Rusyd, bahwa segala sesuatu yang berada di bawah alam
falk terdiri atas materi dan forma. Materi adalah sesuatu yang darinya ia ada,
sedangkan forma adalah sesuatu yang dengannya ia menjadi ada setelah tidak
ada.
d. Manusia
Dalam masalah manusia, Ibn Rusyd juga dipengaruhi oleh teori
Aristoteles. Sebagi bagian dari alam, manusia terdiri dari dua unsure materi
dan forma.. jasad adalah materi dan jiwa adalah forma. Seperti halnya
Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai kesempurnaan awal
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 14

bagi jisim alami yang organis. Jiwa disebut sebagai kesempurnaan awal untuk
membedakan dengan kesempurnaan lain yangmerupakan pelengkap darinya,
seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan. Sedangkan disebut organis
untuk menunjukan kepada jisim yang terdiri dari anggota-anggota. Untuk
menjelaskan kesempurnaan jiwa tersebut, Ibnu Rusyd mengkaji jenis-jenis
jiwa yang menurutnya ada lima:
Jiwa Nabati
Jiwa perasa
Jiwa khayal
Jiwa berfikir
Jiwa kecendrungan
e. Kenabian dan Mujizat
Allah menyampaikan wahyu kepada umat manusia melalui rasulnya.
Dan sebagai bukti bahwa orang itu Rasul Allah, ia harus membawa tanda yang
berasal darinya, dan tanda ini disebut mukjizat. Pada seorang rasul, mukzizat
itu meliputi dua hal yang berhubungan dengan ilmu dan yang berhubungan
dengan amal. Dalam hal yang pertama, rasul itu memberitahukan jenis-jenis
ilmu dan berbagai amal perbuatan yang tidak lazim diketahui oleh manusia.
Suatu hal yang diluar kebiasaan pengetahuan manusia, sehingga ia tidak dapat
mengetahuinya adalah bukti bahwa orang yang membawanya adalah rasul
yang menerima wahyu dari Allah, bukan dari dirinya.
Ringkasnya Ibnu Rusyd membedakan dua jenis mukjizat: mukjizat
ekstern yang tidak sejalan dengan sifat dan tugas kerasulan, seperti
menyembuhkan penyakit, membelah bulan dan sebagainya. Dan mukjizat
intern yang sejalan dangan sifat dan tugas kerasulan yang membawa syariat
untuk kebahagiaan umat manuisia. Mukjizat yangpertama yang berfungsi
sebagai penguat sebagai kerasulan. Sedangkan yang kedua sebagai bukti yang
kuat tentang kerasulan yang hakiki dan merupakan jalan keimanan bagi para
ulama dan orang awam sesuai dengan kesanggupan akal masing-masing.
f. Politik dan Akhlak
Seperti yang telah disebut oleh plato, Ibnu Rusyd mengatkan, sebagai
makhluk sosial, manusia perlu kepada pemerintah yang didasarkan kepada
kerakyatan. Sedangkan kepala pemerintah dipegang oleh orang yang telah
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 15

menghabiskan sebagian umurnya dalam dunia filsafat, dimana ia telah
mencapai tingkat tinggi . pemerintahan islam pada awalnya menurut Ibnu
rusyd adalah sangat sesuai dengan teorinya tentang republik utama, sehingga
ia mengecam khalifah muawwiyah yang mengalihkan pemerintahan menjadi
otoriter.
Dalam pelaksanaan kekuasaan hendaknya selalu berpijak pada keadilan
yang merupakan sendinya yang esensial. Hal ini karena adil itu adalah produk
ma;rifat, sedangkan kezaliman adalah produk kejahilan.
Ibnu Rusyd mengatakan bahwa dalam Negara utama orang tidak
memerlukan lagi kepada hakim dan dokter karena segala sesuatu berjalan
secara seimbang, tidak lebih dan tidak berrkurang.hal ini karena keutamaan itu
sendiri mengandung dalam dirinya keharusan menghormati hak orang lain dan
melakukan kewajiban.
Khusus tentang wanita , Ibnu rusyd sangat membela kedudukannya yang
sangat penting dalam Negara. Pada hakikatnya, anita tidak berbeda dengan
pria pada watak dan daya kekuatan. Dan jikapun ada, maka itu hanya ada pada
kuantitas daya dan pada beberapa bidang saja. Dan jika dalam kerja, ia dibawa
tingkat pria, tetapi iamelebihinya dalam bidang seni, seperti music. Menurut
Ibnu Rusyd, masyarakat islam tidak akan maju, selama tidak membebaskan
wanita dari berbagai ikatan dan kekangan yang membelenggu kebebasannya.
[5]

Karya - Karya Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam
filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingnnya, karena
menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tak pernah membaca dan menelaah
kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.
Karangannya meliputi berbagai-bagai ilmu, seperti fiqih, usul, bahasa,
kedokteran, astronom politik, akhlak dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu
lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya merupakan karangan sendiri, ulasan
atau ringkasan. Karma sangat tinggi penghargaannya terhadap aristoteles, maka
tidak mengherankan jik ia memberi perhatiannya yang besar untuk mengulaskan
dan meringkaskan filsafat Aristoteles.Buku-buku yang lain yang diulasnya adalah

[5] Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986 ) h. 161-175
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 16

buku Karangan Plato, Iskandar Aphrodisias, Plotinus, Galinus, Al-Farabi, Ibnu
Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Bajjah.
[6]

Karya-karya aslinya dari Ibnu Rusyd yang penting, yaitu:
a. Tahafut al-Tahafut (The incoherence of the incoherence = kacau balau yang
kacau). Sebuah buku yang sampai ke Eropa, dengan rupa yang lebih terang,
daripada buku-bukunya yang pernah dibaca oleh orang Eropa sebelumnya.
Dalam buku ini kelihatan jelas pribadinya, sebagai seorang muslim yang saleh
dan taat pada agamanya. Buku ini lebih terkenal dalam kalangan filsafat dan
ilmu kalam untuk membela filsafat dari serangan al-ghazali dalam bukunya
yang berjudul Tahafut al-Falasifah.
b. Kulliyat fit Thib (aturan Umum Kedokteran), terdiri atas 16 jilid.
c. Mabadiul Falasifah, Pengantar Ilmu Filsafat. Buku ini terdiri dari 12 bab.
d. Tafsir Urjuza, Kitab Ilmu Pengobatan.
e. Taslul, Tentang Ilmu kalam.
f. Kasful Adillah, Sebuah buku Scholastik, buku filsafat dan agama.
g. Muwafaqatil hikmatiwal Syariah, persamaan filafat degan agama.
h. Bidayatul Mujtahid, perbandingan mazhab dalam fiqh dengan menyeutkan
alasan-alasannya masing-masing.
i. Risalah al-kharaj (tentang perpajakan)
j. Al-daawi, dll.
[7]

3. Ibnu Sina (Avicenna)
Profil Ibnu Sina
Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina ( Ibnu Sina ) atau yang didunia barat
dikenal dengan sebagai Avicenna ialah seorang filsuf dan ilmuan zaman
pertengahan. Ibnu Sina telah memberikan banyak sumbangan kepada bidang
kedokteran, sejarah alam, metafisika, dan agama.
Ibnu Sina paling banyak dikenang karena sumbangannya kepada bidang
kedokteran. Mahakaryanya Kitab al-Qanun fi al-Thibb, yang terjemahan judulnya
adalah Canon of Medicine ( dalam bahasa Inggris ) atau Kanun Kedokteran,
dianggap sebagai barangkali karya kedokteran terbesar yang pernah ada.

[6] Ahmad Hanafi, Pengantar filsafat islam, (Bulan Bintang: Jakarta, 1991)
[7] Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang; Dina Utama Semarang, 1993), h.86
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 17

Ensiklopedia berisi sejuta kata tersebut tak hanya menyajikan secara sistematis
semua pengetahuan kedokteran yang ada ketika itu, namun juga mencakup
pengalaman dan penemuan Ibnu Sina sebagai dokter yang berpraktik. Kanun
tersedia dalam terjemahan bahasa Latin di Eropa 100 tahun sesudah kematian Ibnu
Sina dan terus digunakan di sana selama enam abad berikutnya.
Ibnu Sina lahir dalam satu keluarga Persia di desa Afshana, dekat Bukhara,
pada 980 M. Nama ibunya adalah Sitara, dan ayahnya, Abdullah, seorang warga
asli Balkh, merupakan gubernur Kharmaithan, dekat Bukhara. Sesudah kelahiran
adik laki laki Ibnu Sina lima tahun kemudian, ayah mereka memindahkan
keluarga ke Bukhara, supaya putra putranya bakal mendapat kesempatan lebih
besar dalam hidup.
Karya Karya Ibnu Sina
Kitab al-Qanun fi al-Thibb, yang terjemahan judulnya adalah Canon of
Medicine atau Kanun Kedokteran, dianggap sebagai karya kedokteran terbesar
yang pernah ada.
Kitab as-Syifa ( Kitab Pengobatan ) juga merupakan ensiklopedia, namun
sebagian besar isinya adalah metafisika, matematika, astronomi, dan ilmu alam.
An Najat
Al-Musiqa, buku tentang music.
Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli
Al-Inshaf, buku tentang keadilan sejati.
Pemikiran Ibnu Sina
a. Teori emanasi
Ibnu Sina dalam teori emanasi ini mengadakan sintesa antara filsafat dan
ilmu kalam. Sesuai dengan prinsip agama islam, Ibnu Sina mengatakan bahwa
dinia bukan azali, tetapi baharu yang didahului oleh keadaan tidak ada
kemudian menjadi ada. Yang dikemukakan Ibnu Sina dalam teori Emanasi
adalah proses kejadian alam ini, hal mana yang tidak disinggung oelh agama
b. Filsafat Jiwa
Secara garis besar Ibnu Sina membagi filsafat jiwa kepada 2 bagian:
Segi fisika, tentang macam-macam jiwa ( tanaman, jiwa hewan, jiwa
manusia ).
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 18

Segi metafisika, tentang wujud dan hakikat jiwa pertaliannya degan
badan, keabadian jiwa.
c. Filsafat wahyu dan akal
Akal materi merupakan akal yang terendah dan akal mustafat merupakan
akal yang tertinggi. Akal inilah yang dapat menerima ilmu pengetahuan dan
dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari tuhan. Inilah bentuk
akal tertinggi yang dapat diperoleh oleh manusia yaitu bentuk akal pada nabi-
nabi.
d. Filsafat wujud
Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang paling terpenting dan yang
mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain walaupun dari esensi sendiri.
Menurut Ibnu Sina esensi terdapat dalam akal sedangkan wujud terdapat diluar
akal, wujudlag yang membuat setiap esensi dalam akal yang mempunyai
kenyataan diluar akal. Tanpa wujud esensi tidak begitu penting, karena
wujudlah yang lebih penting dari esensi.
[8]












[8] http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/ibnu-sina-dan-pemikirannya.html
Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah berfikir secara logika dengan bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma dan agama) dan dengan sedalam dalamnya sehingga sampai ke dasar dasar
persoalan.Filsafat merupakan ilmu yang sangat penting , terutama saat kita menghadapi
era globalisasi khususnya bagi umat islam. Filsafat digunakan sebagai alat mencari
kebenaran dari segala fenomena yang ada. Membantu memberikan pengertian tentang
cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral
dan etika yang berguna dalam kehidupan , serta menjadi sumber inspirasi dan pedoman
untuk kehidupan.
Telah banyak tokoh-tokoh islam yang berkontribusi dalam bidang filsafat , seperti
Al-Kindi , Ibnu Rusyd , dan Ibnu Sina. Kita sebagai umat islam dapat mengambil
pelajaran tentang cara berpikir kritis mereka terutama dalam bidang filsafat yang dapat
membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan kita di kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Kami mengharapkan dengan makalah ini kita sebagai umat muslim untuk :
1. Mempelajari dan menerapkan ilmu filsafat dalam kehidupan sehari-hari
2. Mempelajari tokoh-tokoh filsafat islam sehingga dapat menginspirasi kita untuk
berfikir kritis dalam menanggapi masalah yang ada.
3. Menyadarkan umat islam mengenai pentingnya mempelajari ilmu filsafat
4. Berpikir kritis dalam menghadapi masalah
5. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Al-Hadits dalam mempelajari ilmu filsafat.








Kerangka Dasar Ajaran Islam: Filsafat 20

DAFTAR PUSTAKA

Abboud, Tony. 2013. Al-Kindi. Jakarta: Muara.
Anonim. 2009. Dasar, Tujuan, dan Peranan Filsafat. http://van88.wordpress. com/dasar-
tujuan-dan-peranan-filsafat/ diakses pada tanggal 21 September 2013
Anonim. 2009. Definisi Filsafat Islam. http://semilicity.wordpress.com/2009/04/24/definisi-
filsafat-islam/ diakses pada tanggal 5 Oktober 2013
Anonim. 2009. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat. http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/
04/tujuan-fungsi-dan-manfaat-filsafat.html diakses pada tanggal 28 September 2013
Anonim. 2013. Makna Dan Fungsi Filsafat Bagi Kehidupan Manusia. http://penakampus
2010.blogspot.com/2013/05/makna-dan-fungsi-filsafat-bagi.html diakses pada
tanggal 21 September 2013
Hanafi. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Khan, Aisha. 2013. Avicenna (Ibnu Sina). Jakarta: Muara.
Tafsir, Ahmad. 1990.Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung:
PT. Remaja Rosda Jarya.

Anda mungkin juga menyukai