Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida (Anonim, 2008).
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil (Anonim, 2008).
Komposisi biogas yang dihasilkan dari hasil fermentasi kotoran hewan dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Komposisi Biogas Komponen % Metana (CH4) 55-75 Karbon dioksida (CO2) 25-45 Nitrogen (N2) 0-0,3 Hidrogen (H2) 1-5 Hidrogen sulfida (H2S) 0-3 Oksigen (O2) 0,1-0,5
Tahapan Proses Pembentukan Biogas Secara umum, tahapan proses pembentukan biogas terbagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1. Hidrolisis Pada tahap hidrolisis, bahan organik di enzimatik secara eksternal oleh enzim ekstraselular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan protein diubah menjadi peptida dan asam amino (Amaru, 2004).
2. Asidifikasi Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH 3 COOH), hidrogen (H 2 ) dan karbondioksida (CO 2 ). Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H 2 S, dan sedikit gas metana (Amaru, 2004).
3. Pembentukan Metana Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, CO 2 dan asam asetat untuk membentuk metana dan CO 2 . Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme penghasil asam (Amaru, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan biogas: 1. Lingkungan Anaerobik Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan anaerobik (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O 2 ). Udara (O 2 ) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob. 2. Temperatur Secara umum ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri yaitu: a. Psicrophilic (suhu 4 - 20 o C), biasanya untuk negara-negara subtropis. b. Mesophilic (suhu 20 - 40 o C) Thermophilic (40 - 60 o C), hanya untuk mencerna material, bukan untuk menghasilkan biogas. c. Untuk negara tropis seperti Indonesia digunakan unheated-digester (digester tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20 30 o C. 3. Derajat keasaman (pH) Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (pH antara 6,6 7,0) dan pH tidak boleh di bawah 6,2. Oleh sebab itu kunci utama dalam kesuksesan operasional biodigester adalah dengan menjaga temperatur konstan (tetap) dan input material sesuai. 4. Perbandingan C-N Bahan Isian Rasio C-N adalah perbandingan kadar karbon(C) dan kadar Nitrogen (N) dalam satuan bahan. Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan Karbon (C) dan Nitrogen (N) dalam jumlah kecil.Untuk menjamin semuanya berjalan lancar, unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan mikroba harus tersedia secara seimbang. Ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan domba rata-rata lebih lama dalam menghasilkan biogas dibandingkan dengan ternak non ruminansia. Lamanya produksi biogas disebabkan oleh mutu pakan yang lebih rendah, sehingga rasio C-N-nya tinggi akibatnya perkembangan mikroba pembentuk gas lebih lama dibandingkan yang bermutu tinggi. Tinggi rendahnya mutu ini tergantung pada nilai N (nitrogen) di dalam ransum. Namun demikian nilai N juga tergantung pada C (karbon). Jadi, perbandingan C dan N akan menentukan lama tidaknya proses pembentukan biogas (Yunus, 1995). 5. Kandungan Bahan Kering Kotoran masing-masing jenis ternak mempunyai kandungan bahan kering yang berbeda- beda. Perbedaan bahan kering yang dikandung berbagai macam kotoran ternak akan membuat penambahan air yang berlainan. Misalnya kotoran sapi, mempunyai kadar bahan kering 18%. Agar diperoleh kandungan bahan isian sebesar 7-9% bahan kering, bahan baku tersebut perlu diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 : 1,5. Adonan tersebut lalu diaduk sampai tercampur rata. 6. Pengadukan Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses fermentasi bertujuan mencegah adanya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur metanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang seragam dalam biodigester. 7. Lama proses Lama proses (Hydraulic Retention Time-HRT) adalah jumlah hari proses pencernaan/digesting pada tangki anaerob terhitung mulai pemasukan bahan organik sampai proses awal pembentukan biogas dalam digester anaerob. HRT meliputi 70-80% dari total waktu pembentukan biogas secara keseluruhan. Lamanya waktu HRT sangat tergantung dari jenis bahan organik dan perlakuan terhadap bahan organik (feedstoock substrate) sebelum dilakukan proses pencernaan/digesting diproses. 8. Zat Racun (Toxic) Beberapa zat racun dapat mengganggu kinerja biodigester antara lain: air sabun, detergen dan juga logam-logam berat. 9. Pengaruh Starter Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain: a. Starter alami yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan septic-tank, timbunan kotoran dan timbunan sampah organik. b. Starter semi-buatan yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif. c. Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media buatan (Erawati, T., 2009).
Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan biogas 1. Proses Hidrolisis: C 6 H 12 O 6 2CH 3 CH 2 COOH + O 2
C 6 H 12 O 6 CH 3 CH 2 CH 2 COOH + CH 3 COOH + O 2
2. Proses Asidogenesis 2CH 3 CH 2 CH 2 COOH + SO 4 2- 4CH 3 COOH + H 2 S CH 3 CH 2 COOH + 3H 2 O CH 3 COOH + HCO 3 - + 2H + + 6H 2
CH 3 CH 2 CH 2 COOH + 2H 2 O 2CH 3 COOH + 4H +
3. Proses Metanogenesis HCO 3 - + 4H 2 + 2H+ 2CH 4 + 6H 2 O CH 3 COOH CH 4 + CO 2