Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Dalam bidang kedokteran gigi rasa nyeri merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter gigi.
Rasa nyeri yang tidak dapat dihilangkan atau dihambat akan mengakibatkan
kesulitan dalam melakukan treatment yang akan dijalankan. Untuk mengatasi hal
tersebut salah satu yang dapat dilakukan adalah menggunakan aneatesi lokal.
Anastesi lokal adalah obat yang dapat menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup.
Pada praktikum ini digunakan Pehacain sebagai obat anestesi lokal dan tikus
putih sebagai objek percobaan. Tikus digunakan sebagai subyek praktikum nyeri
dikarenakan struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip
dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia. Pada percobaan ini akan
diketahui respon tikus terhadap rasa nyeri antara regio yang teranastesi dan regio
yang tidak teranastesi dengan menggunakan arus listrik.
3.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi klasifikasi reseptor nyeri faktor!faktor yang
mempengaruhi dan mekanisme terjadinya nyeri.
". Membandingkan besar respon nyeri akibat rangsangan listrik pada regio
tidak teranastesi dengan regio teranastesi
3.3 Manfaat
1. Mahasis#a mampu mengetahui definisi klasifikasi reseptor nyeri faktor!
faktor yang mempengaruhi dan mekanisme terjadinya nyeri.
". Mahasis#a mampu membandingkan respon nyeri akibat rangsangan listrik
pada regio tidak teranastesi dengan regio teranastesi
BAB II
PROSEDUR PRATIUM
2.1. Alat
a. $timulator
b. Alat suntik " cc
2.2. Ba!an
a. Tikus putih
b. Pehacain
1
c. %apas
d. Alkohol
2.3. Met"#e erja
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan memberikan hambatan rasa
nyeri secara local
1& Tahap injeksi pehakain
Mahasis#a 1 ' Tikus dipegang dengan tangan kiri kepala terletak antara
telunjuk dan jari tengah. Posisi mulut tikus menghadap keatas (arah anda&. Tangan
kanan memegang badan tikus bagian ba#ah (pinggul sampai ke pantat&
Mahasis#a " ' Mahasis#a " memposisikan diri didepan mahasis#a 1
kemudian meletakkan tangan kiri pada region )* ) kiri atas tikus. +ibir tikus
dipegang dengan menggunakan jari telunjuk pada bibir atas dan jari tengah pada
bibir ba#ah. ,ari telunjuk digerakkan kearah caudal sehingga buccal fold terlihat
suntikkan pehacain sebanyak -" cc (" strip& pada region )* () kiri atas&
"& Tahap stimulasi rasa nyeri
+ibir tikus regio *) () kanan atas& dibuka kemudian dirangsang dengan
electrode perangsang dengan rangsangan tunggal .oltase terkecil sampai terjadi
gerakan pada daerah yang dirangsang. $ebagai pembanding dilakukan juga hal
yang sama pada regio sisi yang berla#anan )* () kiri atas&
%emudian diberikan rangsangan lagi setelah )- detik dengan menaikkan
.oltage secara bertahap dan setiap kali rangsangan dibuat tunggal sehingga
diperoleh kontraksi otot dengan amplitude yang maksimal. /oltage yang dicapai
ini dinaikkan sedikit dan jangan diubah lagi selama percobaam selanjutnya
BAB III
TIN$AUAN PUSTAA
3.1 N%er& Se'ara U(u(
0yeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri "--1&.
Menurut International Association for Study of Pain (2A$P& nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan ($melt3er dan +are "--"&.
Terdapat dua jenis rasa nyeri yaitu rasa nyeri lambat dan cepat. Rasa nyeri
cepat dapat dirasakan -1 detik setelah stimulus nyeri dikenakan manakala rasa
2
nyeri lambat dirasakan hanya setelah 1 detik stimulus diberikan dan sensasinya
terasa semakin meningkat setelah beberapa detik atau menit. Dalam erti kata lain
nyeri cepat juga bisa disebut sebagai nyeri tajam nyeri akut dan nyeri listrik.
$ensasi ini dapat dirasakan apabila kulit tertusuk jarum dibelah pisau atau
dibakar.
Rasa nyeri lambat pula disebut dalam nama lain sebagai nyeri kronis nyeri
berdenyut dan lain!lain. Rasa nyeri ini biasanya berhubung rapat dengan destruksi
jaringan (kulit jaringan dalam atau organ& dan bisa menyebabkan seseorang
pasien itu menderita kesakitan dalam #aktu jangka masa yang panjang (4uyton
dan 5all "--6&.
$ecara umumnya nyeri tipe cepat dirangsang oleh stimulus tipe mekanik
dan termal manakala nyeri tipe lambat pula dirangsang oleh ketiga!tiga stimulus
tersebut (mekanik suhu dan kimia#i&. Terdapat beberapa jenis 3at kimia#i yang
mengeksitasi terjadinya sensasi nyeri seperti bradikinin serotonin histamin ion
kalium asam asetilkolin dan en3im proteolitik. $elain itu ada juga 3at yang
disebut sebagai prostaglandin dan substansi P yang dapat meningkatkan
sensiti.itas nyeri tetapi tidak mengeksitasinya secara langsung (4uyton dan 5all
"--6&.
Menurut $her#ood ("--1& semua tipe nosiseptor bisa disensitisasi oleh
prostaglandin di mana prostaglandin meningkatkan respon reseptor terhadap
stimulus noxious (artinya nyeri lebih dirasakan dengan kehadiran prostaglandin&.
Prostaglandin merupakan suatu kelompok deri.at asam lemak hasil pecahan dari
d#ilapisan lipid membran plasma yang bertindak sebaik sahaja dilepaskan. 2a
dihasilkan dalam semua jaringan dari asam arakidonat yang berasal dari pecahan
membran plasma yang dikon.ersi oleh en3im!en3im siklooksigenase (789!1 dan
789!"&. Prostaglandin kemudiannya akan bertindak pada hujung perifer
nosiseptor untuk menurunkan ambang rasa nyeri.
3.2 Re)e*t"r Ra)a N%er&
Reseptor nyeri disebut juga nociceptor, secara anatomis reseptor nyeri
(nociceptor& ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer. (Tamsuri "--1&. 2mpuls rasa nyeri dihantarkan ke sistem saraf pusat
($$P& oleh dua macam serat saraf'
3
1. $erat A. diameter kecil "!:m kecepatan hantaran 1"!)-m;detik
menghantarkan impuls reseptor dingin nyeri (nosiseptor& dan impuls
mekanoreseptor. $erat A! adalah serabut saraf bermielin sehingga
merupakan konduktor nosiseptik yang cepat. $erat ini menjadi mediator a#al
sensasi nyeri berupa nyeri tajam atau nyeri yang jelas. $erat A! akan
diaktifkan oleh 3at kimia seperti prostaglandin kontraksi otot garam
hipertonik bradikinin dan ion kalium.
". $erat 7 diameter kecil sekali -<!1" m kecepatan hantaran -:!" m;detik
menghantarkan nyeri lambat suhu dan impuls mekanoreseptor. $erat 7
adalah serat saraf yang tidak bermielin merupakan konduktor lambat. $erat 7
dapat dipengaruhi oleh bradikinin ion %alium asetilkolin lekotrien dan
prostaglandin. $erat 7 diperkirakan berfungsi pada nyeri sekunder yaitu nyeri
tumpul aching pain dan rasa terbakar Ujung saraf (free nerve ending)
mengandung .esikel granular yang dapat melepaskan neropeptidase yaitu
substance P atau calcitonin gene related peptidase (74RP&.
3.3 Neur"regulat"r Pa#a Ra)a N%er&
0euroregulator atau substansi yang mempengaruhi transmisi stimuls saraf
memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. $ubstansi ini
ditemukan di lokasi nosiseptor di terminal saraf di dalam kornu dorsalis pada
medulla spinalis. 0euroregulator dibagi menjadi dua kelompok yakni
neurotransmitter dan neuromodulator. (Potter = Perry "--:&.
0eutransmitter seperti substansi P mengirim impuls fisik mele#ati celah
sinaps di antara dua serabut. $erabut saraf tersebut adalah serabut eksitator atau
inhibitor. 0euromodulator memodifikasi akti.itas neuron dan menyesuaikan atau
mem.ariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung mentransfer tanda
saraf melalui sinaps. 0eurotransmitter diyakini tidak bekerja secara langsung
yakni dengan meningkatkan dan menurunkan efek neurotransmitter tertentu.
>ndorphin merupakan salah satu contoh neuromodulator. Terapi farmakologis
untuk nyeri secara luas berdasarkan pada pengaruh obat!obat yang dipilih pada
neuregulator (Potter = Perry "--:&.
Tamsuri ("--1& menjelaskan bah#a ada beberapa neuregulator yang
berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara lain'
4
a. Neur"tran)(&tter
1. $ubstansi P (peptide&
$ubstansi P ditemukan di kornu dorsalis (peptide ektisator&. $ubstansi ini
diperlukan untuk mentransmisi impuls nyeri dari perifer ke otak. $ubstansi
P menyebabkan .asodiladatasi dan edema (Potter=Perry "--:&.
". $erotonin
$erotonin dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk
menghambat transmisi nyeri (Potter=Perry "--:&.
). Prostaglandin
Prostaglandin dibangkitkan dari pemecahan pospolipid di membrane sel
prostaglandin dipercaya dapat meningkatkan sensiti.itas terhadap sel
(tamsuri "--1&.
+. Neur"("#ulat"r
1. >ndorfin (Morfin >ndogen&
>ndorfin (Morfin >ndogen& merupakan substansi jenis morfin yang
disuplai oleh tubuh (Potter=Perry "--:&. >ndorfin diakti.asi oleh daya
stress dan nyeri lokasinya berada pada otak spinal dan traktus
gastrointestinal dan endomorfin juga memberi efek analgesik (Tamsuri
"--1&.
". +radikinin
+radikinin dilepaskan dari plasma dan pecah di sekitar pembuluh darah
pada daerah yang mengalami cedera. +radikinin bekerja pada reseptor
saraf perifer menyebabkan peningkatan stimulus nyeri dan bekerja pada
sel menyebabkan reaksi berantai sehingga terjadi pelepasan prostaglandin
(Tamsuri "--1&.
3., Referred Pain -N%er& Al&!an.
0yeri alih adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri .iseral yang
menjalar ke organ lain sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau
lokasi. 0yeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori dari organ
yang mengalami nyeri kedalam medulla spinalis dan mengalami sinapsis dengan
5
serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya. 0yeri timbul biasanya pada
beberapa tempat yang kadang jauh dari lokasi asal nyeri (Tamsuri "--1&.
Mekanisme terjadinya reffered pain terdiri dari dua macam yaitu '
(Tamsuri "--1&.
1. Te"r& "n/ergen)&
Traktus spinotalamikus lateralis adalah tempat berkumpulnya serat!serat
sensori nyeri baik dari somatik maupun dari .iseral yang akan berakhir di
thalamus dan kemudian di relay oleh thalamus ke korteks somatosensorik.
%arena impuls nyeri somatik lebih sering terjadi daripada impuls nyeri .iseral
makan korteks somatosensorik seolah lebih mengenal nyeri somatik daripada
nyeri .iseral. %arena itu nyeri .iseral sering diinterpretasikan sebagai nyeri oleh
korteks.
2. Te"r& 0a)&l&ta)&
2mpuls nyeri .iseral dikatakan merendahkan ambang rangsang neurotraktus
spinothalamikus yang menerima sinaps dari serat aferensomatik. ?asilitas
tersebut dengan adanya cabang serat aferen .isera yang bersinap di neuron traktus
spinothalamikus tersebut dan menimbulkan excitatory post synaptic potential
(>P$P&. Dengan demikian neuron!neuron traktus spinothalamikus lateralis yang
menerima sinaps ganda tersebut sangat mudah untuk terbangkit oleh impuls lemah
dari aferen nyeri somatik pada keadaan biasa tidak terbangkit oleh impuls lemah
tersebut.
3.1 Mekan&)(e Ra)a N%er&
+ila terjadi kerusakan jaringan;ancaman kerusakan jaringan tubuh seperti
pembedahan akan menghasilkan sel!sel rusak dengan konsekuensi akan
mengeluarkan 3at!3at kimia bersifat analgesic yang berkumpul disekitarnya dan
dapat menimbulkan nyeri. $etelah itu akan terjadi pelepasan beberapa jenis
mediator seperti 3at!3at analgesic sitokin serta produk!produk seluler yang lain
seperti metabolit eicosinoid radikal bebas dan lain!lain. Mediator! mediator ini
dapat menimbulkan efek melalui mekanisme spesifik.

6
2a(+ar 3.1 0&)&"l"g& N%er&
Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan
sampai dirasakan nyeri adalah suatu proses elektrofisiologis. Ada < proses yang
mengikuti suatu proses nosisepsi yaitu ' 1"
1. Tran)#uk)&
Adalah perubahan rangsang nyeri (noxious stimuli& menjadi aktifitas listrik
pada ujung!ujung saraf sendoris. @at!3at analgesic seperti prostaglandin
serotonin bradikinin leukotrien substan P potassium histamine asam laktat dan
lain!lain akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor!reseptor nyeri. Reseptor
nyeri merupakan anyaman ujung!ujung bebas serat!serat afferent A delta dan 7.
reseptor!reseptor ini banyak dijumpai dijaringan kulit periosteum di dalam pulpa
gigi dan jaringan tubuh lain. $erat!serat afferent A delta dan 7 adalah serat!serat
saraf sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke
sentral kemudian ke susunan saraf pusat. 2nteraksi antara 3at analgesic dengan
reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri.
2. Tran)(&)&
Adalah proses perambatan impuls nyeri melalui A!delta dan 7 serabut yang
menyusul proses transduksi. 8leh serat afferent!delta dan 7 impuls nyeri
7
diteruskan ke sentral yaitu ke medulla spinalis ke sel neuron di koruna dorsalis.
$erat afferent A delta dan 7 yang berfungsi meneruskan impuls nyeri mempunyai
perbedaan ukuran diameter. $erat A!delta mempunyai diameter lebih besar
disbanding dengan serat 7. $erat A!delta menghantarkan impuls lebih cepat (1"!
1) m;dtk& dibandingkan dengan serat 7 (-.:!: m;dtk&. $el!sel neuron di medulla
spinalis koruna dorsalis yang berfungsi dalam fisiologis nyeri ini disebut sel!sel
neuron nosisepsi. Pada nyeri akut sebagian dari impuls nyeri tersebut oleh serat
afferent A!delta dan 7 diteruskan langsung ke sel!sel neuron yang berada di
koruna antero!lateral dan sebagian lagi ke sel!sel neuron yang berada di koruna
anterior medulla spinalis. Aktifasi sel!sel neuron di koruna antero lateral akan
menimbulkan peningkatan tonussistem saraf otonom simpatis dengan segala efek
yang dapat ditimbulkannya. $edangkan aktifasi sel!sel neuron di koruna anterior
medulla spinalis akan menimbulkan peningkatan tonus otot skelet didaerah cedera
dengan segala akibatnya.
3. M"#ula)&
Merupakan interaksi antara sistem analgesic endogen (endofrin 0A :5T&
dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior. 2mpuls nyeri yang diteruskan
oleh serat!serat A!delta dan 7 ke sel!sel neuron nosisepti di koruna dorsalis
medulla spinalis tidak semuanya diteruskan ke sentral le#at traktus spinotalmikus.
Didaerah ini akan terjadi interaksi antara impuls yang masuk dengan sistem
inhibisi baik sistem inhibisi endogen maupun sistem inhibisi eksogen. Tergantung
mana yang lebih dominan. +ila impuls yang masuk lebih dominan maka
penderita akan merasakan sensible nyeri. $edangkan bila efek sistem inhibisi yang
lebih kuat maka penderita tidak akan merasakan sensible nyeri.
<. Persepsi
2mpuls yang diteruskan ke korteks sensoris akan mengalami proses yang
sangat kompleks termasuk proses intepretasi dan presepsi yang akhirnya
menghasilkan sensible nyeri
8
2a(+ar 3.2 Pr")e) Perjalanan N%er&
Ada " saraf yang peka terhadap suatu stimulus noksius yakni serabut saraf A
yang bermielin (konduksi cepat& dan serabut saraf 7 yang tidak bermielin
( konduksi lambat&. $erat A!delta mempunyai diameter lebih besar disbanding
dengan serat 7. Aalaupun keduanya peka terhadap rangsang noksius namun
keduanya memiliki perbedaan baik reseptor maupun neurotransmitter yang
dilepaskan pada presinaps di kornu posterior. Reseptor (nosiseptor& serabut A
hanya peka terhadap stimulus mekanik dan termal sedangkan serabut 7 peka
terhadap berbagai stimulus noksius meliputi mekanik termal dan kimia#i. 8leh
karena itu reseptor reseptor serabut 7 disebut juga sebagai polymodal nociceptors.
Demikian pula neurotransmitter yang dilepaskan oleh serabut A di presinaps
adalah glutamate sedangkan serabut 7 selain melepaskan asam glutamate juga
substansi P(neurokinin& yang merupakan polipeptida. 1"
BAB I3
HASIL PRATIUM
,.1 Ta+el Ha)&l -Muk")a Terane)te)&.
+esar
rangsangan
(dalam
: 6 1 B C 1- 11 1" 1) 1< 1:
9
.olt&
Reaksi
gerakan A0>$T>$2
Mukosa
satu sisi
! ! ! ! ! ! ! ! ! !
!
Mukosa
dua sisi
! ! ! ! ! ! D D D D
D
Mukosa
dan bibir
satu sisi
! ! ! ! ! ! ! D D D
D
Mukosa
dan bibir
dua sisi
! ! ! ! ! D D D D D
D
8tot fasial
ipsilateral
! ! D D D D D D D D
D
8tot fasial
bilateral
! ! D D D D D D D D
D
8tot
tangan dan
punggung
ipsilateral
! ! ! D D D D D D D
D
8tot
tangan dan
punggung
bilateral
! ! ! ! D D D D D D
D
8tot kaki
ipsilateral
! ! ! ! ! D D D D D
D
8tot kaki
bilateral
! ! ! ! ! ! D D D D
D
Menjerit ! ! ! ! ! D D D D D D
,.2 Ta+el Ha)&l -Muk")a t&#ak Terane)te)&.
+esar : 6 1 B C 1- 11 1" 1) 1< 1:
10
rangsangan
(dalam
.olt&
Reaksi
gerakan T2DA% T>RA0>$T>$2
Mukosa
satu sisi
! ! ! ! ! ! ! D D D
D
Mukosa
dua sisi
! ! ! ! D D D D D D
D
Mukosa
dan bibir
satu sisi
! ! ! ! ! ! D D D D
D
Mukosa
dan bibir
dua sisi
! ! ! ! ! ! ! ! D D
D
8tot fasial
ipsilateral
! ! ! ! ! ! ! D D D
D
8tot fasial
bilateral
! ! ! ! ! ! ! D D D
D
8tot
tangan dan
punggung
ipsilateral
! ! ! ! ! ! D D D D D
8tot
tangan dan
punggung
bilateral
! ! ! D D D D D D D D
8tot kaki
ipsilateral
! ! ! ! ! ! ! ! D D
D
8tot kaki
bilateral
! ! ! ! ! D D D D D
D
Menjerit ! ! ! ! ! ! ! ! D D D
,.3 Inter*reta)& Data
11
a. Pada hasil praktikum terdapat 1- besar rangsangan yaitu : / 6 / 1 / B
/ C / 1- / 11 / 1" / 1) / 1< / 1: / dan terdapat 11 reaksi gerakan
yaitu mukosa satu sisi mukosa dua sisi mukosa dan bibir satu sisi
mukosa dan bibir dua sisi otot fasial ipsilateral otot fasial bilateral otot
tangan dan punggung ipsilateral otot tangan dan punggung bilateral otot
kaki ipsilateral otot kaki bilateral menjerit.
b. Percobaan 1 reaksi gerakan mukosa satu sisi pada bagian yang tidak
teranastesi saat dirangsang dengan electrode terjadi pada rangsangan
sebesar 1" sampai 1: /. $edangkan pada bagian yang teranastesi tidak
terjadi rangsangan sama sekali.
c. Percobaan " bagian yang tidak teranastesi saat dirangsang dengan
electrode terjadi pada rangsangan sebesar C / sampai 1: /. $edangkan
pada bagian yang teranastesi terjadi pada rangsangan sebesar 11 / sampai
1: /.
d. Percobaan ) bagian yang tidak teranastesi saat dirangsang dengan
electrode terjadi rangsangan pada saat diberikan sebesar 11 / sampai 1:
/. +agian yang teranastesi menimbulkan rangsangan pada saat 1" /
sampai 1: /.
e. Percobaan < reaksi gerakan mukosa dan bibir dua sisipada bagian yang
tidak teranastesi saat dirangsang dengan electrode terjadi pada rangsangan
sebesar 1) / sampai 1: /. $edangkan pada bagian yang teranastesi terjadi
pada saat 1- / sampai 1: /.
f. Percobaan : bagian yang tidak teranastesi saat dirangsang dengan
electrode menimbulkan gerakan pada saat 1" / sampai 1: /. +agian yang
teranastesi menimbulkan pergerakan pada rangsangan sebesar 1 / sampai
1: /.
g. Percobaan 6 bagian yang tidak teranastesi saat dirangsang dengan
electrode 1" / sampai 1: / . +agian yang teranastesi menimbulkan
pergerakan pada rangsangan sebesar 1 / sampai 1: /.
h. Percobaan 1 reaksi gerakan otot tangan dan punggung ipsilateral bagian
yang tidak teranastesi saat dirangsang dengan electrode menimbulkan
12
gerakan pada saat 11 / sampai 1: /. $edangkan pada bagian yang
teranastesi terjadi pada rangsangan sebesar B / sampai 1: /.
i. Percobaan B reaksi gerakan otot tangan dan punggung bilateral bagian
yang tidak teranastesi saat dirangsang dengan electrode menimbulkan
gerakan pada saat B / sampai 1: /. $edangkan pada bagian yang
teranastesi terjadi pada rangsangan sebesar B / sampai 1: /.
j. Percobaan C reaksi gerakan otot kaki ipsilateral bagian yang tidak
teranastesi saat dirangsang dengan electrode menimbulkan gerakan pada
saat 1) / sampai 1: /. $edangkan pada bagian yang teranastesi terjadi
pada rangsangan sebesar 1- / sampai 1: /.
k. Percobaan 1- reaksi gerakan otot kaki bilateral bagian yang tidak
teranastesi saat dirangsang dengan electrode 1- / sampai 1: /. $edangkan
pada bagian yang teranastesi terjadi pada rangsangan sebesar 11 / sampai
1: /.
l. Percobaan 11 reaksi menjerit pada bagian yang tidak teranastesi saat
dirangsang dengan electrode menimbulkan pada saat 1) / sampai 1: /.
+agian yang teranastesi terjadi rangsangan pada saat 1- / sampai 1: /.
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mendapatkan respon tikus
akibat pemberian rangsangan listrik dan membandingkan besarnya rangsangan
listrik pada regio yang teranastesi dan regio tidak teranastesi. Pemberian
penghilang nyeri digunakan obat anastesi lokal Pehacain yang diinjeksikan pada
regio )1. Tikus digunakan sebagai subyek praktikum nyeri dikarenakan struktur
dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ
yang ada di dalam tubuh manusia. $elain itu he#an percobaan tikus memiliki
harga yang relatif murah dan tingkat perkembangbiakannya yang cepat dan
banyak.
Persepsi nyeri mencakup proses sensasi ketika stimulus nyeri terjadi
dan berhubungan dengan interpretasi nyeri oleh seseorang. Ambang nyeri adalah
intensitas terendah dari stimulus nyeri yang dapat menyebabkan seseorang
13
mengenal nyeri. $ebenarnya ambang nyeri itu jika tanpa adaptasi sama pada
setiap orang akan tetapi proses adaptasi setiap indi.idu tidaklah sama sehingga
memungkinkan terjadinya perbedaan ambang nyeri pada setiap indi.idu karena
adanya perubahan sesuai dengan adaptasi yang dialami setiap orang. 0yeri pada
dasarnya adalah Epersonal eFperienceG ; pengalaman seseorang indi.idu. ,adi
dengan demikian persepsi nyeri itu sangat indi.idual dan unik pada setiap
indi.idu. Durasi berat;intensitas kualitas periode dari nyeri. 0yeri merupakaan
suatu perasaan campuran dan terjadi pada berbagai tingkatan.
Penatalaksanaan nyeri berarti menentukan jenis nyeri yang dialami
kemudian menentukan jenis pengobatan yang cocok. Reseptor nyeri dan jalur
sarafnya berbeda pada setiap bagian tubuh. %arena itu sensasi nyeri ber.ariasi
berdasarkan jenis dan lokasi dari cedera yang terjadi. Reseptor nyeri di kulit
sangat banyak dan mampu meneruskan informasi secara akurat. $edangkan sinyal
nyeri dari usus sangat terbatas dan tidak akurat. 8tak tidak dapat menentukan
sumber yang tepat dari nyeri di usus lokasi nyeri sulit ditentukan dan cenderung
dirasakan di daerah yang lebih luas.
$etiap indi.idu memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap
nyeri. $eseorang bisa merasakan nyeri yang hebat karena tergores atau mengalami
memar sedangkan yang lainnya hanya sedikit mengeluh meskipun mengalami
kecelakaan berat atau tertusuk pisau. %emampuan untuk mengatasi nyeri
tergantung kepada suasana hati kepribadian dan lingkungan.
Pada hasil praktikum didapatkan respon tikus pada bagian!bagian
tertentu setelah dilakukan pemberian rangsang berupa aliran listrik. Rangsangan
listrik dilakukan tiap )- detik dengan menaikkan .oltatage secara bertahap hal ini
dilakukan sebagai pembanding untuk melihat respon nyeri pada tikus. 5asil yang
didapatkan adalah semakin besar rangsang .oltage listrik maka semakin terasa
pula respon nyeri pada tikus hal ini terjadi karena reaksi akibat terjadinya
kerusakan atau potensi terjadinya kerusakan pada jaringan. Rasa nyeri merupakan
stressor yang diteruskan ke corteF cerebri merangsang sistem saraf simpatis dan
kelenjar hipofisis anterior.
14
0amun pada bagian tubuh yang telah teranestesi pehacain tidak
didapatkan respon nyeri yang berat hal ini terjadi karena pada daerah yang
teranestesi terjadi .asokontriksi pada pembuluh darah karena pehacain
mengandung adrenalin (.asokonstriktor& dan lidokain sehingga daerah tubuh yang
teranestesi mengalami hambatan respon nyeri akan tetapi rangsanga n listrik yang
semakin besar dan terus menerus tidak mampu lagi dihambat oleh oabat anestesi
karena pada tubuh tikus telah terjadi kerusakan jaringan yang berat sehingga
hambatan nyeri hilang. Akan tetapi pada praktikum kelompok kami tubuh tikus
yang teranastesi pada bagian tubuh sebelah kanan justru tikus merasan nyeri
hebat hingga menjerit sedangkan pada bagian tubuh yang tidak teranastesi justru
tidak merasakan adanya tanda!tanda nyeri hal ini mungkin terjadi karena adanya
suatyub Reffered Pain (nyeri alihan& dimana terjadi kesalahan interpretasi dari
pusat saraf atau juga mungkin terjadi pada #aktu pemberian injeksi pehakain
dimana penginjeksian menyimpang sehingga oabat anestesi masuk pada bagian
tubuh tikus sebelah kiri (yang tidak teranastesi&.
PERTAN4AAN
,elaskan bah#a rasa nyeri pada tiap indi.idu dirasakan berbeda sehingga
dibutuhkan penanganan yang berbeda pula
$A5ABAN
Rasa nyeri setiap indi.idu adalah berbeda karena banyak faktor yang
mempengaruhi persepsi pada tiap indi.idu manusia. Persepsi nyeri selain
dipengaruhi oleh faktor fisik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor non fisik. Rasa
nyeri dipengaruhi oleh faktor fisik seperti suhu patologis fisiologis psikologis
dan emosional.
Reaksi dan persepsi yang berbeda!beda tersebut dipengaruhi oleh faktor
indi.idual berupa pengetahuan mengenai nyeri dan penyebabnya makna nyeri
15
kemampuan mengontrol nyeri tingkat kecemasan dan stres dan energi. Rasa
nyeri dapat dipengaruhi oleh kondisi dan kegiatan manusia orang yang memiliki
banyak kegiatan lebih tidak merasakan nyeri daripada ketika orang tersebut tidak
melakukan kegiatan apapun.
BAB 3I
ESIMPULAN
Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan pada dua perlakuan yaitu
memberikan rangsangan listrik pada bagian mukosa tikus yang tidak teranastesi
dan yang teranastesi menggunakan obat anastesi lokal Pehacain. Adanya respon
pergerakan yang timbul merupakan reaksi terhadap rangsang listrik dalam bentuk
rasa nyeri. 5al ini disebabkan karena pada saat diberikan perlakuan yaitu
memberikan rangsangan listrik pada mukosa rongga mulut terdapat reseptor nyeri
( nosiseptor& yang berasal dari saraf maksilaris dan mandibularis dan merupakan
cabang saraf trigeminal.
16
DA0TAR PUSTAA
1. +et3 $o#den "--". +uku $aku %epera#atan Pediatrik. "
nd
ed. ,akarta'
>47. Mo. ' Mosby >lse.ier.
". 5arahap 2. A. ("--1&. The Relations Among Pain Intensity, Pain Acceptance
And Pain ehavior In Patients !ith "hronic "ancer Pain In #edan,
Indonesia. Thailand' 7opyright of prince of $ongkla Uni.ersity.
). 5eryati >. 0ur ?ai3ah. "--B. Psikologi ?aal. +andung' Uni.ersitas
Pendidikan 2ndonesia.
<. %alat ,.A. "-11. iopsi$ologi. ,akarta' $alemba 5umanika.
:. Huckmann = $orensenIs. (1CB1&. #edical Surgical %ursing. U$A' A+.
$aundress.
6. Mubarak Aahid 2Jbal dan 0urul 7hayatin "--C. 2lmu %esehatan
Masyarakat
1. MuttaJin A. ("--B&. u$u A&ar Asuhan 'epera(atan 'lien dengan
)angguan Sistem Persarafan* ,akarta' $alemba Medika.
B. Potter = Perry. ("--:&. +undamental 'epera(atan 'onsep, Proses dan
Pra$ti$* ,akarta' >47.
17
C. Potter P.A. = Perry A.4. "--C. +undamentals of %ursing* 1th ed. $t. Houis
1-. Potter Perry. "--:. u$u Sa$u 'eterampilan dan Prosedur ,asar* -disi .*
,akarta' >47.
11. $itinjak M. "-1-. >fekti.itas Metode %anguru Mengurangi Rasa 0yeri Pada
Penyuntingan 2ntramuskuler Pada +ayi +aru Hahir di R$.$t. >lisabeth
Medan. Uni.ersitas $umatera Utara. A.ailable ?rom
http';;repository.usu.ac.id;handle;1")<:61BC;1C<B-. accessed $eptember 1B
"-1< .
1". $melt3er $ "--1. +uku Ajar %epera#atan Medikal +edah +runner $uddarth*
B
th
ed. ,akarta' >47K .ol.".
1). Tamsuri A "--1. %onsep dan Penatalaksanaan 0yeri* ,akarta ' >47. page 1!
6). Teori dan Aplikasi. ,akarta' $alemba Medika.
1<. Tamsuri A. ("--1&. 'onsep dan penatala$sanaan nyeri* ,akarta ' >47.
18

Anda mungkin juga menyukai