Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014



MODUL : Inhibitor Korosi
PEMBIMBING : Ir. Yunus Tonapa, MT.

Praktikum : 19 Mei 2014
Penyerahan : 02 Juni 2014
(Laporan)


Oleh :
Kelompok : I
Nama : 1. Andreas Apriadi Santosa , NIM. 111424001
2. Arini Hasya Millati , NIM. 111424002
3. Audia Wira Rachmadi , NIM. 111424003

Kelas : 3A-TKPB










PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
INHIBITOR KOROSI
I. Latar Belakang
Untuk melindungi komponen suatu logam dengan menggunakan inhibitor. Bahan
inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat menghambat
laju korosi. Di industri, inhibitor berfungsi untuk mengurangi korosivitas lingkungan. Di
boiler sering ditambahkan inhibitor fodfat maupun hidrazine. Hidrazine sering disebut
sebagai oksigen sxavenger yang efektif untuk mengambil oksigen dari lingkungan,
sehingga elektrolit dalam boiler korosivitasnya berkurang dan menyebabkan laju korosi
menjadi turun. Karena pentingnya inhibitor di industri,maka praktikum ini penting untuk
dilakukan.

II. Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan proses korosi logam baja dalam larutan NaCl.
Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh inhibitor kalium kromat dan borax terhadap
laju korosi baja dalam larutan NaCl
Mahasiswa dapat menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, NaCl dan
kalium kromat, serta NaCl dan borax

III. Landasan Teori
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkunganyang korosif. Korosi juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.
(Putri dkk, 2012)
Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, di antaranya dengan pelapisan pada
permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain.
Sejauh ini, penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mencegah korosi, karena biayanya yang relatif murah dan proses yang sederhana.
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat
suatu reaksi kimia. inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke
dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu
terhadap suatu logam. Umumnya inhibitor berasal dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas,
seperti nitrit, pospat, dan lain-lain.
(Anonim, 2012)
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat
menghambat laju korosi. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang fleksibel, yaitu
mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang agresif sampai pada
lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah diaplikasikan (tinggal tetes),
dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena lapisan yang terbentuk sangat tipis
sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan perlindungan yang luas pada logam.
Inhibitor yang saat ini biasa digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam
seng.
(Putri dkk, 2012)
Sifat-sifat sebuah elektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas terhadap
permukaan logam. Ion-ion yang paling agresif yang dapat menyerang permukaan
logam baja adalah ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk menghambat
ion-ion agresif tersebut dapat ditambahkan inhibitor nitrit sehingga dapat
mengurangi laju korosi pada permukaan logam.
Berdasarkan Bahan Dasarnya :
Inhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada
permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan
organik. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa
dipakai di sistem boiler.
Inhibitor Inorganik : Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.
Berdasarkan reaksi yang dihambat, maka inhibitor dibedakan menjadi :
1) Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di katoda
(reduksi), karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang
sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat
laju korosi. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan
elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat sehingga menghambat reaksi
evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Dan karena adanya
inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser ke arah negative. Inhibitor katodik
merupakan kation yang bermigrasi ke permukaan katodik dan diendapkan secara
kimia atau elektrokimia dan mengisolasi permukaan ini, sehingga menghalangi
pembebasan gas hydrogen di permukaan katodik. Reaksi yang terjadi pada
lingkungan netral adalah
2H
2
O + O
2
+ 4e 4OH
-

Pada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang
mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang banyak digunakan untuk tipe ini adalah
larutan garam seng dan magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium
yang menghasilkan karbonat dan polifosfat. Reaksi katodik di lingkungan asam:
2H
+
+ 2e H
2

Pembentukan gas hidrogen dapat dikendalikan oleh peningkatan sistem seperti
yang
ditunjukkan gambar di bawah ini.







Gambar 1. Polarisasi Katodik

Contoh: Arsen (AS
+3
), antimon (Sb
+3
), fosfor (P), kation positif dari logam divalent
(seperti Zn
+2
, Pb
+2
, dan Fe
+2
), air sadah yang mengandung kalsium bikarbonat, soda,
dan polifosfat.

Inhibitor katodik dibedakan menjadi:
Inhibitor racun : Contohnya As
2
O
3
, Sb
2
O
3
.
o menghambat penggabungan atom-atom H
ad
menjadi molekul gas H
2
di permukaan
logam
o dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen pada baja kekuatan tinggi
o Bersifat racun bagi lingkungan


Inhibitor presipitasi katodik :
o mengendapkan CaCO
3
, MgCO
3
, CaSO
4
, MgSO
4
dari dalam air
Contoh : ZnSO
4
+ dispersan.

Oxygen scavenger :
o mengikat O
2
terlarut
Contoh : N
2
H
4
(Hydrazine) + O
2
N
2
+ 2 H
2
O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam sistem WHB (Waste Heat
Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit pabrik Ammonia maupun
Utilitas.

2) Inhibitor anodic adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit, sehingga
mampu menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor ini berakibat potensial
korosi bergerak ke arah positif.
Contoh : kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator
(efektif tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif hanya dengan
adanya oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.

Inhibitor anodik ini merupakan inhibitor yang sangat efektif dan secara luas
digunakan, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang tidak diinginkan, yaitu bila
kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak cukup melapisi semua permukaan anodik,
sehingga mengakibatkan terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan demikian,
inhibitor anodik sering ditunjuk sebagai inhibitor yang berbahaya. Pengaruh
konsentrasi inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.
Fe + OH- FeOH
ad
+ e-
FeOH
ad
+ Fe + OH- FeOH
ad
+ FeOH+ + 2e-
Molekul organik teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOH
ad
berkurang
akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodik adalah molibdat, silikat,
fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan
pada saat chemical cleaning peralatan pabrik.
3) Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodic
Inhibitor campuran merupakan gabungan antara inhibitor anodic dan inhibitor
katodik. Biasanya dalam inhibitor campuran mengandung salah satu bahan oksidator
seperti kromat, nitrit, dan bahan non oksidator. Contoh aplikasi dari inhibitor
campuran adalah senyawa kromat dan ortofosfat dalam air garam, senyawa
kromat dan polifosfat sebagai inhibitor anodic dan katodik.








The Potassium Chromates is known to be an effective oxidizing anodic
inhibitors which protect the carbon steel from the HCl corrosive media by making it in
passive state thus preventing breakdown of the passive oxide which can lead to
uniform corrosion.
Potassium Chromates may be acts as cathodic inhibitors by accelerates the
cathodic reaction which produce some catalytic action leading to evolution of
hydrogen instead of reduction of the Chromates ions to the trivalent state CrO
3
-3

which absorbs on the surface of the metal and reduce to some intermediate valence
and tetravalent stateCrO
4
-4
acts as mediator between the metal surface and corrosive
media as follow (Afolabi 2007).

Berdasarkan Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi :
Inhibitor Pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi anodik
melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila
jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi. Inhibitor Pasivator terdiri dari : Inhibitor
Pasivator Oksidator, misalnya, Cr
2
O
7
2-
, , CrO
4
2-
, ClO
3-
, ClO
4-
. Cr
2
O
7
2-
mempasivasi
baja dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr
2
O
7
2-
menjadi Cr
2
O
3
, dan
menghasilkan lapisan pasif Cr
2
O
3
dan FeOOH. Inhibitor Pasivator non oksidator,
contohnya ion metalat (vanadat, ortovanadat, metavanadat), NO
2-
. Inhibitor vanadium
dipakai di Unit CO
2
Removal Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang bersifat
korosif. Molybdat (MoO
4
2-
) menginhibisi dengan cara membentuk lapisan pelindung
yang terdiri dari senyawa ferro-molybdat.
Inhibitor Presipitasi : Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau lingkungan
sehingga menutup permukaan logam dan menghambat reaksi anodik dan katodik.
Contoh : Na
3
PO
4
, Na
2
HPO
4
.
Inhibitor Adsorpsi : Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom).
Gugus ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen, senyawa
sulfur, senyawa amine dan senyawa aldehid.
Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya :
Inhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan
dalam jumlah yang kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan
mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor katodik,
contohnya adalah garam-garam seng dan magnesium, calcium, dan polifosfat.
Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga
kritis akan mengurangi daerah anodik, namun luas daerah katodik tidak terpengaruh.
Sehingga kebutuhan arus dari anoda yang masih aktif bertambah hingga mencapai
harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi di anoda-anoda yang
aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi sumuran. Yang termasuk
inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodik, contohnya adalah molibdat, silikat,
fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
(Choerunnisa dkk, 2012)



Menghitung Laju Korosi

Laju korosi (r) =









IV. Percobaan
a. Alat dan Bahan

No Alat Jumlah Bahan Jumlah
1 Gelas plastik 5 unit K
2
CrO
4
2,5 g
2 Gelas kimia 1000 mL 1 unit Asam Borax 1 g
3 Gelas kimia 250 mL 1 unit NaCl 3,56 g
4 Labu takar 1000 mL 1 unit Aquades Secukupnya
5 Labu takar 50 mL 1 unit Ethanol 200 mL
6 Batang pengaduk 1 unit HCl pekat 50 mL
7 Pelat baja 5 batang
8 Pipet volume 1 unit
9 Isolasi Secukupnya

b. Prosedur Kerja

Persiapan benda kerja














Dimana: = berat yang hilang (gr)
A = luas permukaan (cm
2
)
t = waktu (jam)
r = laju korosi (mpy)
HCl
peka
tr
5 batang pelat
baja terlapisi
Pembilasan logam
5 batang pelat
baja bersih
Pengampelasan
Persiapan larutan
Larutan NaCl 3,56 gpl













Larutan K
2
CrO
4



















Larutan borax













Gelas kimia
250 mL
Labu takar
1000 mL
3,56 g NaCl
400 mL aquades
600 mL aquades
1 L
NaCl
3,56
Gelas kimia
100 mL
Labu takar
50 mL
2,5 g K
2
CrO
4

20 mL aquades
30 mL aquades
50mL
K
2
CrO
4
5%
Gelas kimia
100 mL
Labu takar
50 mL
1 g Borax
20 mL aquades
30 mL aquades
50 mL
Borax
2%
Proses Korosi















































NaCl 3,56 gpl
Penampungan NaCl pada
setiap gelas yaitu sebanyak
200 mL
Na
Cl
Na
Cl
Na
Cl
Na
Cl
Na
Cl
10 mL
K
2
CrO
4

2,5 %
10 mL
K
2
CrO
4

5 %
10 mL
Borax 1 %
10 mL
Borax 2 %
Penambahan inhibitor
pada beberapa gelas
Perendaman logam pada
ethanol
Penimbangan logam
dengan neraca
P
e
r
s
i
a
p
a
n

p
e
r
e
n
d
a
m
a
n

s
p
e
s
i
m
e
n


Perendaman logam pada
setiap larutan pada gelas
plastik
Massa awal
logam
Analisis logam yang telah
direndam
*setelah 7 hari
Massa akhir
logam
V. Data Hasil Praktikum
a. Data Pengukuran
No
Lingkungan
elektrolit
Luas
(dm
2
)
Berat awal
logam (g)
Berat akhir
logam (g)
1 NaCl 0.18 8,5383 8,5060
2 NaCl + K
2
CrO
4
2,5 % 0.18 8,5435 8,5257
3 NaCl + K
2
CrO
4
5% 0.176 8,3263 8,3112
4 NaCl + Boraks 1% 0.1786 8,179 8,16
5 NaCl + Boraks 2% 0.1786 7,32 7,28

b. Data Pengamatan
Jenis larutan Foto Keterangan
Larutan NaCl Sebelum dikorosikan



Larutan jernih, logam
pun bersih.




Setelah dikorosikan




Larutan keruh dengan
padatan merah
kecoklatan. Pada logam
terdapat banyak
padatan yang
menempel


Larutan NaCl + K
2
CrO
4
5% Sebelum dikorosikan



Proses pengkorosian
logam sudah dimulai,
dengan tanda
terdapatnya lapisan
berwarna coklat pada
beberapa titik pada
logam





Sesudah dikorosikan



Terdapat padatan yang
menempel pada logam,
jumlahnya sedikit.














Larutan NaCl + K
2
CrO
4
2,5%

Sebelum dikorosikan



Terdapat padatan coklat
yang menempel
Sesudah dikorosikan


Padatan yang
menempel pada logam
lebih banyak daripada
logam yang dicelupkan
dalam larutan elektrolit
dengan campuran
K
2
CrO
4
5%.

Jenis Larutan Foto Keterangan
NaCl tanpa inhibitor



Larutan keruh dengan
padatan oranye kecoklatan.
Pada logam terdapat banyak
padatan yang menempel

NaCl+borax (1%)


Terdapat padatan oranye
kecoklatan yang menempel
pada plat Fe hanya tidak
sebanyak jika tanpa
inhibitor.




NaCl+borax (2%)



VI. Pengolahan Data
Perhitungan Laju Korosi (r)



No Lingkungan elektrolit A (dm
2
) w (mg) t (hari) r (mdd)
1 NaCl 0.1800 32.3 7 25.6349
2 NaCl + K
2
CrO
4
2,5 % 0.1800 17.8 7 14.1270
3 NaCl + K
2
CrO
4
5% 0.1760 15.1 7 12.2565
4 NaCl + Boraks 1% 0.1786 19.0 7 15.1976
5 NaCl + Boraks 2% 0.1786 40.0 7 31.9949

0
5
10
15
20
25
30
35
0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00%
L
a
j
u

K
o
r
o
s
i

Konsentrasi Inhibitor (%)
Laju Korosi vs Konsentrasi Inhibitor
K2CrO4
Boraks
VII. Pembahasan

Berdasarkan data pengamatan pada praktikum ini, penambahan inhibitor dapat
mengurangi laju korosi. Pada penambahan K
2
CrO
4
2,5% laju korosi dapat
berkurang hingga 11.5079 mdd dan pada konsetrasi K
2
CrO
4
5% laju korosi
dapat berkurang hingga 13.3784 mdd. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi inhibitor maka laju korosi akan semakin kecil. Laju
korosi berkurang karena kalium kromat merupakan inhibitor campuran yang
dapat dapat berfungsi sebagai inhibitor katodik dan inhibitor anodik. Sebagai
inhibitor katodik senyawa kromat bekerja dengan mengikat cara elektron dan
bereaksi dengan air sehingga membentuk gas hidrogen yang dapat
menyebabkan korosi pada logam, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:


Sebagai inhibitor anodik, senyawa kromat menurunkan potensial logam baja
hingga berada dalam zona pasif sehingga terlindungi dari korosi.
Pada penambahan inhibitor boraks 2.5%, laju korosi berkurang hingga
10.4373 mdd sedangkan pada penambahan boraks 5%, laju korosi justru
bertambah sebesar 6.36 mdd. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori karena
penambahan konsentrasi inhibitor seharusnya menurunkan laju korosi logam.
Anomali ini dapat disebabkan oleh terdapat kesalahan dalam pembuatan
larutan, kontaminasi, dan atau sifat borax sebagai inhibitor anodik non
oksidator.








VIII. Kesimpulan

Logam baja yang direndam dalam larutan NaCl tanpa inhibitor mengalami reaksi
korosi
Penambahan inhibitor dapat mengurangi laju korosi logam dan laju korosi tersebut
terus berkurang seiring dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor yang
ditambahkan
Lingkungan elektrolit r (mdd)
NaCl 25.6349
NaCl + K
2
CrO
4
2,5 % 14.1270
NaCl + K
2
CrO
4
5% 12.2565
NaCl + Boraks 1% 15.1976
NaCl + Boraks 2% 31.9949


















DAFTAR PUSTAKA

Alif, Shelfi. 2012. Diakses 27 Mei 2014.
Anonim. 2012. Pengkorosian Besi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Bayu, Angga Kusuma. Inhibitor Korosi. http://www.academia.edu/5493762/114755146-
Daster-Inhibitor-Korosi. Diakses 30 Mei 2014.
Choerunnisa, Ghea, dkk. 2012. Laporan Praktikum Pencegahan Korosi. Inhibitor. Bandung:
Polban.
Indarti, Retno. Jobsheet Praktikum Pengendalian Korosi: Inhibitor. Bandung: Politeknik
Negeri Bandung.
Putri, Nur Azizah, dkk. 2012. Laporan Praktikum Mandiri Kimia Dasar III Inhibitor Alami. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Kimia, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Roberge, Pierre R., 2000. Handbook of Corrosion Engineering. United State of Amerika: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai