(sapi, kerbau, kambing, domba) yang dapat dimakan dan berasal dari otot rangka atau yang terdapat di lidah, diafragma, jantung dan oesophagus dengan atau tidak mengandung lemak
PILIH-PILIH DAGING ASUH
Penulis : Fifi Afiati
rogram kecukupan daging (PKD) 2010 merupakan program yang dicanangkan pemerintah agar Indonesia mampu mencukupi kebutuhan daging dari produksi dalam negeri dan memproduksi daging dari berbagai jenis ternak dimana usaha budidayanya dilakukan di tanah air. Pangan asal ternak sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan masyarakat Indonesia. Permintaan pangan asal ternak saat ini cenderung terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan, serta perubahan gaya hidup sebagai akibat arus globalisasi dan urbanisasi sehingga mengandalkan kepada pasokan impor, baik dalam bentuk sapi hidup atau daging. Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai stategis, apalagi rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesi masih sangat rendah, yaitu kurang dari 4g/kapita/hari. Sementara itu, elastisitas pendapatan terhadap permintaan produk peternakan relatif cukup tinggi (Soedjana et al. 1994). Dengan demikian, peningkatan populasi, perbaikan kesejahteraan penduduk, penurunan harga pasar, perubahan gaya hidup yang dibarengi dengan perkembangan perdagangan dan komunikasi global, secara otomatis akan mendorong peningkatan permintaan produk peternakan. Kondisi ini merupakan peluang yang sangat baik untuk mengembangkan industri peternakan, seirama dengan antisipasi kemungkinan terjadinya Revolusi Peternakan tahun 2020, seperti yang diramalkan Delgado et al. (1999). Menurut Diwyanto (2008), impor daging sapi bakalan yang cenderung terus meningkat antara lain karena gap permintaan dan produksi di dalam negeri semakin tinggi. Bila kecenderungan ini terus berlanjut, Indonesia akan menjadi Negara importir sapi bakalan terbesar di dunia. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain : (1) permintaan daging meningkat lebih pesat dibandingkan dengan peningkatan produksi; (2) permintaan daging meningkat sementara produksi tetap; atau (3) permintaan meningkat sebaliknya produksi daging justru mengalami penurunan. Namun, terdapat indikasi yang jelas bahwa peluang pasar daging di dalam negeri sangat besar dan cenderung terus meningkat. Kecenderungan impor daging (termasuk jeroan/offal) dan sapi bakalan maupun sapi potong bukan semata-mata disebabkan karena senjang permintaan dan penawaran, tetapi juga karena adanya kemudahan produk impor (volume, kredit, transportasi) serta harga produk yang relatif murah (Diwyanto et al., 2005). Saat ini rata-rata konsumsi daging sapi penduduk Indonesia masih sangat kecil (<2 kg/kapita/tahun), jauh di bawah rata-rata konsumsi daging di negara berkembang (5kg/kapita/tahun) maupun negara maju (25kg/kapita/tahun) (Delgado et al., 1999). Menurut Diwyanto et al. (2005) salah satu kebijakan pemerintah untuk mendorong pengembangan usaha peternakan adalah menjamin agar produk yang dihasilkan mempunyai daya saing, sesuai dengan kebutuhan pasar. Pasar yang menghendaki produk yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), ramah lingkungan dan mampu menjamin keberlanjutan usaha serta melindungi dari serbuan produk dumping, illegal atau yang tidak ASUH melalui kebijakan maupun perlindungan tarif dan non-tarif. Kebijakan dalam hal mempromosikan produk peternakan yang ASUH, mengingat konsumsi produk peternakan yang belum merata di kalangan penduduk, sehingga diperlukan suatu promosi dalam kerangka keamanan pangan serta peningkatan konsumsi.
Apa itu Daging ?
Daging adalah bagian hewan yang disembelih (sapi, kerbau, kambing, domba) yang dapat dimakan dan berasal dari otot rangka atau yang terdapat di lidah, diafragma, jantung dan oesophagus dengan atau tidak mengandung lemak. Daging merupakan otot hewan yang tersusun dari serat- serat yang sangat kecil yang masing-masing serat berupa sel 19 BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 memanjang, terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose tissue) dan jaringan ikat (connective tissue). Sel serat otot mengandung dua macam protein yang tidak larut, yaitu kolagen dan elastin yang terdapat pada jaringan ikat. Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan/kekerasan daging. Istilah daging dibedakan dengan karkas, karena daging merupakan bagian yang tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya (Foxit PDF, 2009).
http://www.perindagtangerangkab.org/files/daging%20sapi.jpg Astawan (2004) menjelaskan bahwa berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan dan didinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap dan (6) daging olahan. Komposisi kimia daging terdiri dari 56-72%% air, 15- 22% protein, 5-34% lemak dan 3,5% substansi bukan protein terlarut, meliputi karbohidrta, garam organik, substansi nitrogen terlarut, mineral dan vitamin. Protein dalam daging tinggi akan kandungan asam amino essensial lengkap dan seimbang yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kesehatan. Selain itu daging juga mengandung energi dari lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot serta mengandung kolesterol relatif lebih rendah dibanding pada bagian otak dan jeroan. Namun secara umum daging merupakan sumber mineral seperti kalsium, fosfor dan zat besi serta vitamin B kompleks, tetapi rendah vitamin C (Foxit PDF, 2009).
Kriteria Kualitas Daging
Usaha untuk meningkatkan kualitas daging dilakukan melalui pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi kerusakan atau kebusukan selama penyimpanan dan pemasaran. Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan masih hidup maupun setelah dipotong. Faktor penentu kualitas daging pada waktu hewan hidup adalah cara pemeliharaan meliputi pemberian pakan, tata laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan. Kualitas daging juga dipengaruhi oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi sesudah hewan dipotong. Usaha penyediaan daging memerlukan perhatian khusus karena daging mudah dan cepat tercemar oleh pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas daging. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000 merekomendasikan batas maksimal cemaran bakteri pada daging segar yaitu 1x10 4 CFU/gram. American Meat Institute Foundation (dalam Muchtadi dan Sugiyono, 1992) merekomendasikan kadar air daging sapi adalah 66% dan kadar protein 18,8%. Derajat keasaman (pH) juga dapat mempengaruhi kualitas daging. Buckle et al. (1987) mengutarakan bahwa pH rendah (5,6-6,1) menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka sehingga sangat baik untuk pengasinan, berwarna merah muda cerah, mempunyai flavor yang lebih disukai dan mempunyai stabilitas yang lebih baik terhadap kerusakan oleh mikroorganisme. Selain itu pH dan kadar air juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri (Soeparno, 1994). Penurunan kualitas daging diindikasikan melalui perubahan warna, rasa, aroma bahkan pembusukan. Daging Normal Kriteria yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan kualitas daging yang layak konsumsi adalah : 1. Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. J ika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal. 2. Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada wkatu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa. 3. Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging sapi muda lebih
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 20 pucat daripada daging sapi dewasa. Warna daging yang baru diiris biasanya merah ungu gelap dan akan berubah menjadi terang bila dibiarkan terkena udara dan bersifat reversible (dapat balik). Namun bila dibiarkan terlalu lama diudara akan berubah menjadi cokelat. 4. Rasa dan Aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap. 5. Kelembaban daging secara normal dapat dilihat pada bagian permukaan. Bila permukaan daging relatif kering, daging tersebut dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar, sehingga mempengaruhi daya simpan. Karakteristik daging yang berasal dari berbagai hewan ternak ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik daging dari berbagai ternak Parameter J enis daging Warna Komposisi Konsistensi Lainnya Bau dan rasa Sapi muda agak pucat, kelabu putih sampai merah pucat-tua Terdiri dari serabut serabut halus agak lembek berbeda dengan daging sapi dewasa Sapi dewasa merah terang Berserabut halus dengan sedikit lemak liat / kenyal Bersih tidak ada darah dan mengkilat aromatis Kambing merah muda pucat Lemak menyerupai lemak domba warna putih Bau daging kambing jantan lebih menyengat dari bau daging kambing betina Domba merah muda serabut halus, Lemak berwarna putih cukup tinggi Banyak lemak di otot khas Babi pucat (merah muda) Pada umur tua daging berwarna lebih tua, sedikit lemak dan serabut kasar Serabut halus Otot pungung berlemak umumnya kelihatan kelabu putih padat spesifik Babi hutan merah gelap Serabut otot besar berminyak apek Kuda merah kehitaman hingga kecoklatan pengaruh udara berubah menjadi biru Serabut otot besar dan panjang diantara serabut tidak ditemukan lemak padat Lemak berwarna kuning emas, lembek sedikit manis Kerbau merah tua / gelap Serabut otot kasar umumnya liat lemaknya putih hampir sama dengan daging sapi Ayam putih pucat otot dada dan otot paha kenyal agak amis sampai tidak berbau Sumber : Wagino (2008)
Daging Abnormal 1. Bau dan rasa daging tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya kelainan, seperti hewan sakit. Bila hewan menderita radang yang bersifat akut pada organ dalam dapat menghasilkan daging berbau seperti mentega tengik. Sedangkan bila hewan dalam pengobatan, terutama pengobatan antibiotik, dapat
21 BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 menghasilkan daging yang berbau obat obatan. 2. Warna daging tidak normal tidak selalu membahayakan kesehatan, namun akan mengurangi selera konsumen. 3. Konsistensi daging tidak normal ditandai dengan kekenyalan daging rendah (jika ditekan dengan jari akan terasa lunak), kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa daging tidak sehat. Apabila disertai dengan perubahan warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak dikonsumsi. 4. Daging busuk dapat mengganggu kesehatan konsumen karena menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pembusukan dapat terjadi karena penanganan yang kurang baik pada waktu pendinginan, sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat, atau karena terlalu lama dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relatif lama pada suhu kamar, sehingga terjadi proses pemecahan protein oleh enzim enzim dalam daging yang menghasilkan amoniak dan asam sulfide.
Berikut adalah ciri-ciri daging busuk dilihat dari aktivitas bakteri pembusuknya, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri daging busuk sebagai aktivitas bakteri antara lain : Kondisi daging Penyebab Kusam dan berlendir Bakteri Genus Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus dan Micrococcus Berwarna kehijaua-hijauan (seperti isi usus) Bakteri Genus Lactobacillus dan Leuconostoc Tengik akibat penguraian lemak Bakteri Genus Pseudomonas dan Achromobacter Bersinar kehijau-hijauan Bakteri Genus Photobacterium dan Pseudomonas Berwarna kebiru-biruan Bakteri Pseudomonas sincinea
Ada lendir ragi, kehilangan warna, bau dan rasa tidak enak, dekomposisi lemak
Ragi (yeast) Permukaan lengket, berbulu, kehilangan warna, berbau dan tercemar, dekomposisi lemak
Fungi (mould) Sumber : Wagino, 2008 Daging ASUH Akhirakhir ini banyak pemberitaan di media massa mengenai berbagai penyimpangan dalam penyediaan dan peredaran daging seperti daging glonggongan, daging ayam berformalin, daging ayam mati kemarin (tiren), daging sapi yang dicampur dengan daging celeng dan daging sampah. Pemalsuan daging dapat diindentifikasi seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Identifikasi pemalsuan daging
Parameter J enis pemalsuan Warna Konsistensi Bau Lainnya Ayam berformalin putih mengkilat sangat kenyal khas formalin kulit tegang Biasanya tidak dihinggapi lalat Ayam tiren kulit kasar terdapat bercak bercak darah pada bagian kepala, ekor, punggung, sayap, dan dada. kebiruan dalam proses pembusukan otot dada dan paha lembek agak anyir Serabut otot berwarna kemerahan. Pembuluh darah di daerah leher dan sayap penuh darah. Warna hati merah kehitaman setelah di cabuti bulunya jika dimasukkan plastik akan keluar cairan memerah dalam plastik Daging sapi gelonggongan merah pucat lembek Permukaan daging basah. Biasanya penjual tidak BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 22 menggantung daging tersebut karena jika digantung akan banyak mengeluarkan air sehingga berat daging berkurang Ayam mati sebelum disembelih kehitaman ( 3 5 jam setelah kematian), Usus berwarna kebiruan Paru, jantung dan organ lain masih ada darah daging lama sekali bahkan sampai berlubang khas bangkai Irisan leher / bekas pemotongan rapi Adanya darah yang membeku pada arteri/ pembuluh darah dan vena jugularis. Darah terkumpul sesuai saat terajtuh Daging segar yang diawetkan dengan es batu agak pucat Bau khas daging berkurang Organ dalam agak mengeras Permukaan daging agak basah
Sumber : http://www.yumse.blogspot.com.2009
Kondisi ini membuat masyarakat atau konsumen menjadi resah terhadap aspek keamanan dan kehalalan daging tersebut. Untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat serta menjamin ketentraman bathin masyarakat, pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian telah menetapkan kebijakan penyediaan pangan asal hewan yang "Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)". Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1983 tentang kesehatan masyarakat veteriner. J aminan keamanan pangan atau bahan pangan telah menjadi tuntutan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. J aminan keamanan pangan juga telah menjadi tuntutan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkaitan dengan keamanan pangan asal ternak diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk pangan asal ternak, Aman. daging tidak tercemar bahaya biologi (mikroorkanisme, serangga, tikus), kimiawi (pestisida dan gas beracun) dan fisik (kemasan tidak sempurna bentuknya karena benturan) serta tidak tercemar benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Sehat. daging memiliki zat- zat yang dibutuhkan, berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh manusia. Zat gizi meliputi unsur makro seperti karbohidrat, protein dan lemak serta unsur mikro seperti vitamin dan mineral. Utuh. daging tidak di campur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari hewan lain. Halal. hewan maupun dagingnya disembelih dan ditangani sesuai syariat agama Islam. Kehalalan menjadi Hak Asasi Manusia yang diakui keberadaannya sehingga harus dijamin dan dilindungi oleh semua pihak secara bertanggung jawab. Sertifikasi halal mutlak dibutuhkan untuk menghilangkan keraguan masyarakat akan kemungkinan adanya bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong yang tidak halal dalam suatu produk yang dijual (Widowati, et al. 2003 dan Apriyatono, 2003). Untuk mendapatkan daging ASUH diperlukan kerjasama antara RPH/RPU, pedagang dan pengguna dengan memperhatikan langkah- langkah sebagai berikut (http://www.yumse.blogspot.com.20 09).
1. Rumah Pemotongan Hewan/Unggas (RPH/RPU) Pemeriksaan kesehatan ternak/unggas sebelum dipotong (ante mortem) meliputi pemeriksaan dokumen Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan pemeriksaan klinis hewan. Penyembelihan Hewan/unggas harus dilakukan secara halal menurut syariat agama Islam, dengan memutus/memotong 3 (tiga) saluran, yaitu (a) saluran nafas (trakea/hulqum) (b) saluran makanan (esofagus/mari'i) (c) pembuluh darah (wadajain) dan membaca Basmallah ketika menyembelih. Pemeriksaan kembali ternak/unggas di RPH/RPU apabila menerapkan metode pemingsanan (stunning) sebelum penyembelihan. Pemeriksaan kesehatan karkas dan daging hewan/unggas setelah dipotong (post mortem) oleh petugas yang berwenang baik Dokter hewan maupun paramedik dibawah supervisi dokter hewan di RPH/RPU. Pembersihan dan desinfeksi secara teratur bangunan dan peralatan di RPH/RPU yang secara langsung kontak dengan hewan/unggas maupun produknya. Penerapan sistem sanitasi dan higenis RPH/RPU dapat mengurangi tingkat pencemaran bakteri . Pemeriksaan kesehatan pekerja di RPH/RPU secara teratur terutama yang berhubungan langsung dengan hewan/unggas maupun produknya. Penerapan jaminan keamanan dan kehalalan ditandai dengan Sertifikasi dan labelisasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dan kehalalan. 23 BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 2. Tempat Penjajaan (Kios Daging) Pemeriksaan Surat Kesehatan daging/Cap dari RPH/RPU asal daging oleh petugas teknis. Pembersihan peralatan (pisau, telenan, apron) dan sarana penjajaan dilakukan dengan menggunakan sanitizer untuk pangan (food grade) secara rutin sebelum dan sesudah digunakan. Pemisahan lokasi antara penjajaan daging halal (sapi, kambing, domba, unggas) dan daging non-halal (babi). Menutup atau mengemas daging sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan daging dan mengurangi kontaminasi serta terhindar dari kebiasaan konsumen dalam memilih daging. Mencegah kebiasaan memegang atau menyentuh rambut, anggota tubuh yang lain, muka, bersin dan batuk (yang ditutup tangan) di depan daging. Pengendalian insekta (lalat, semut, kecoa) dan rodensia (tikus) pada tempat penjajaan Membuang kotoran atau sisa- sisa daging ke dalam tempat sampah yang berpenutup. 3. Penerapan Penanganan Daging yang Hiegenis di Rumah tangga. Daging yang telah dibeli sebaiknya segera diolah/dimasak atau disimpan dalam lemari pendingin (refrigerator) atau freezer. Pemilahan daging dengan cara memisahkan kemasan wadah daging mentah dengan daging dan makanan lain yang telah dimasak serta memisahkan penyimpanan daging dan jeroan. J ika daging hendak dibekukan, sebaiknya daging dipotong- potong terlebih dahulu sesuai kebutuhan, lalu dimasukan ke dalam kemasan atau wadah tertutup yang bersih dan diberi catatan tanggal pembelian daging sebelum dimasukan ke dalam freezer (di bawah -l8C). J ika daging hendak diolah atau dimasak kemudian (lebih dari 4 jam) dianjurkan daging disimpan pada suhu dingin (di bawah 4C). Pemanasan daging hendaknya dilakukan dengan sempurna, yaitu sekurang-kurangnya pada suhu 75C selama 2 menit. Pemasakan dengan menggunakan panas sangat bermanfaat untuk mematikan mikroba dan meningkatkan citarasa. Proses pemasakan daging tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar protein serta beberapa jenis vitamin seperti thiamin, riboplavin, niasin dan asam pantotenat. Menghindarkan daging dari potensi pencemaraan dengan menjaga kebersihan telapak dan sela-sela jari tangan menggunakan air bersih dan sabun serta menjaga kebersihan peralatan sebelum atau sesudah digunakan. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan setelah menangani, mempersiapkan dan mengolah atau memasak daging dan gunakan pakaian yang bersih. Tutuplah luka pada tangan dengan plester kedap air. Hindari bersin dan batuk di depan daging. Usahakan ruang atau tempat mengolah atau memasak daging (dapur) bebas dari insekta (lalat, kecoa, dan semut) dan rodensia (tikus). Gunakan peralatan yang bersih untuk menyimpan, mempersiapkan, mengolah dan memasak makanan. Adakalanya dengan berbagai alasan konsumen merencanakan pengolahan daging beberapa waktu kemudian. Untuk menjaga kondisi daging tetap ASUH dan menekan pertumbuhan bakteri, maka konsumen harus memperhatikan tempat penyimpanan daging, karena bakteri akan tumbuh optimal pada suhu ruang ( 37 o C). Berikut adalah saran tempat dan masa penyimpanan daging, Tabel 4.
Tabel 4. Tempat penyimpanan dan masa penyimpanan daging Tempat penyimpanan dan masa simpan J enis daging Refrigerator Freezer Daging ayam 1-2 hari 6 bulan Daging sapi segar 3-7 hsri 3-6 bulan Daging giling segar 1-2 hari 3-6 bulan
Rendahnya kualitas dan keamanan produk yang terjadi di Indonesia disebabkan antara lain oleh : 1. Pengetahuan masyarakat yang rendah, tidak diperhatikannya penyediaan daging yang menjamin kesehatannya, yang penting daging tersebut murah 2. Fasilitas Rumah Potong Hewan yang kurang memenuhi syarat lingkungan higenis dan sanitasi 3. Tindakan curang/kriminal bermotif ekonomi, seperti beredarnya daging impor ilegal, mencampur daging sapi dengan daging lain, seperti domba/kambing, kerbau, babi 4. Perubahan tata pemerintahan dan lemahnya perangkat dan penegakan hukum. Tumpang tindihnya kewenangan tanpa koordinasi lapangan atau saling melempar tanggung jawab.
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 24 Kesimpulan Usaha konsumen untuk memperoleh daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) akan berhasil bila seluruh rangkaian penyediaan dan penanganan daging tersebut mengikuti standar dari pemerintah melalui peraturan SNI No. 01.6366.2000, sertifikasi halal Lembaga Pengkajian Pangan, Obat- obatan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan Undang- undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Usaha tersebut dimulai dari kondisi ternak dan petugas (sebelum pemotongan, saat pemotongan dan setelah pemotongan) sampai pada tatacara penjualan dan tatacara konsumen dalam menangani daging tersebut.
Daftar Pustaka
.Apriyatono, A. 2003. Alternatif pengembangan Sistem sertifikasi Halal. Indo halal.com.
Astawan. 2004. Mengapa kita perlu makan daging. http://www.gizi.net/cgi-bin/. 28 J anuari 2009
Buckle, K.A., edward R.A., Fleet G.H., Wooton M. 1987. Ilmu pangan. Purnomo A., Adiono. Penerjemah. J akarta. UI Press. Terjemahan dari Food Science
Wagino. 2008. Tips memilih daging selama puasa dan lebaran. http://cilacapmedia.com/index .php
Delgado, C., M. Rosegrant, H. Steinfeld, S. Ehui & C. Courbois. 1999. Livestock to 2020. The next food revolution. International Food Policy Research Institute, washington DC.
Diwyanto, K., A. Priyanti & Ismeth Inounu. 2005. Prospek dan arah pengembangan komoditas peternakan : Unggas, sapi dan kambing- domba. Wartazoa. Vol. 16 No. 1. hal 11-25
Diwyanto, K. 2008. Pemanfaatan sumber daya lokal dan inovasi teknologi dalam mendukung pengembangan sapi potong di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(3):173-188
Foxit PDF Creator. 2009. Laporan Koasistensi Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala. http://foxitsoftware.com. 18 Maret 2009
http://www.yumse.blogspot.com.200 9. J aminan keamanan dan kehalalan daging. 18 Maret 2009
Muchtadi, T.R. & Sugiyono. 1992. Ilmu pengetahuan bahan pangan. Bogor. IPB
Setia, N. 2009. Cara mengenali daging sehat. http://www.google.co.id/searc h. 18 Maret 2009
Soedjana, T.D., T. Sudayanto & R. Sayuti. 1994. Estimasi parameter permintaan beberapa komoditas peternakan di jawa. J urnal Penelitian Peternakan Indonesia No. 1:13-23
Soeparno. 1994. Ilmu dan teknologi daging. Yogyakarta. UGM Press.
Standar Nasional Indonesia. 2000. Daging segar. J akarta. Badan Standarisasi Nasional |SNI01-6366-2000]
Yanti, H., Hidayati & Elfawati. 2008. Kualitas daging sapi dengan kemasan plastik PE (Polyethylen) dan plastik PP (Polypropylen) di Pasar Arengka Kota Pekanbaru. J urnal Petermakan 5(1):22- 27
Widowati, S., Y. Fitrial, E. Aritonang, Z. Lubis & Razali. 2003. Aspek halal produk pangan dalam menjaga ketentraman bathin masyarakat. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. IPB
*Fifi Afiati Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi- LIPI
If minds are truly alive they will seek out books, for books are the human race recounting its memorable experiences, confronting its problems, searching for solutions, drawing the blueprints of it futures.