Anda di halaman 1dari 10

Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s.
dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara
mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Quran
seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang
diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah,
seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Quran.
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang
digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama
tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab (Buku)
[2][3]

Al-Furqan (Pembeda benar salah)
[4]

Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
[5]

Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
[6]

Al-Hukm (Peraturan/hukum)
[7]

Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
[8]

Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)
[6][9]

Al-Huda (Petunjuk)
[6][10][11][12]

At-Tanzil (Yang diturunkan)
[13]

Ar-Rahmat (Karunia)
[10]

Ar-Ruh (Ruh)
[14]

Al-Bayan (Penerang)
[15]

Al-Kalam (Ucapan/firman)
[16]

Al-Busyra (Kabar gembira)
[17]

An-Nur (Cahaya)
[18]

Al-Basha'ir (Pedoman)
[19]

Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
[20]

Al-Qaul (Perkataan/ucapan)
[21]


Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan
6666 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang
dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat
yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-Ar. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas
sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-
surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini
berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat
yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah
sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek,
menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada
manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang,
menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan
atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan
sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
[butuh
rujukan]

Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan
panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan
mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan).
Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan
penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak
memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Quran
terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sabuththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran,
An-Nisaa, Al-Araaf, Al-Anaam, Al Maa-idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan
sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-
Nas dan sebagainya
Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-
angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi
menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah
berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang
turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang
dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada
kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai
latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).
Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah dimulai
sejak zaman Nabi Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah
dibundel menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan pada zaman
khalifah Utsman bin Affan.
Masa Nabi Muhammad
Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang
ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah
bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu
tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa
pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan
tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin
Pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam
perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya
beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang
saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu
Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara
para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun
secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar
menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah
kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya
yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.
Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat
sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan
sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan
istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan
dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan
diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil
mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan
dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik
tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-
mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana
pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian
mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir
menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab,
'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi
perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Alqur'an adalah firman Allah yang diturunkan/diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam.
yang menjadi peringatan,sebagaimana firman Allah dalam surat thaha ayat 2-3




artinya:
kami tidak menurunkan Alqur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.
tetapi sebagai peringatan bagi orang orang yang takut (kepada allah)


Alqur'an menerangkan hukum hukum seperti kewajiban melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat.

sebagaimana firman Allah dalam surat nisa' ayat 77



artinya:
dan mendirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat
Alqur'an diturunkan dengan bahasa arab dan tidak boleh dibaca dan ditulis dengan
bahasa ajam (bahasa selain bahasa arab)

Allah berfirman dalam surat zukhruf ayat 3



artinya:
sesungguhnya kami menjadikan Alqur'an dalam bahasa arab supaya kamu memahami
(nya).

Alqur'an Dijaga langsung oleh Allah.
sebagaimana firman Allah dalam surat al-hijr ayat 9


artinya:
sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-dzikro (Alqur'an ) dan sesungguhnya kami
pulalah yang memeliharanya.

Mengenai Penjelasan Keutamaan Keutamaan Alqur'an,Fadlilah fadlilah
Alqur'an,Nama Nama Alqur'an dan pembahasan lainnya mengenai Alqur'an Insya Allah
akan saya lanjutkan dilain kesempatan.

.Fungsi Al-Quran
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Quran yang terjaga dari
penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman
dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :
Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus
kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada
Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kalian kepada
Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-
kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof :
158)[4]
Juga disebutkan FirmanyaNya :
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon(Al-Quran) kepada hambaNya,
agar menjadi peringatan kepada seluruh alam (QS Furqon: 1)[5]
Sebagian namanama Al-Quran, baik secara langsung maupun tidak langsung
memperlihatkan fungsi Al-Quran. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Quran sebagai
tersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:
a.Al-Huda (petunjuk)
Dalam Al-Quran terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Quran sebagai petunjuk.
Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Allah berfirman, Bulan ramadhan adalah
bulan yang diturunkan-Nya Al-Quran yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasannya mengenai itu (QS Al-Baqoroh [2]: 185).
Kedua, Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman,
Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (QS Al-Baqoroh [2]: 2).
Bahwa Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa
dijelaskan pula dalam ayat lainnya, antara lain Surat Al-Imron [3] ayat 138.
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman, : .
Katakanlah : Al-Quran itu adalan petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman
(QS Fussila [41]: 44).
b.Al-Furqon (pemisah)
Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia adalah ugeran yangmembedakan dan bahkan
memisahkan antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang salah.
Allah berfirman, Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran yang
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) (QS Al-Baqaroh [2] : 185).
c.Al-Syifa (Obat)
Al-Quran dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam
dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit psikologis). Allah berfiman, Hai
manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada(QS Yunus [10] : 57).
d.Al Mauidzoh (nasehat)
Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang
bertaqwa. Allah berfirman, Al-Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang bertaqwa (QS Ali-Imron [3]: 138)
Demikianlah fungsi Al-Quran yang diambil dari nama-namanya yang difirman
Allah dalam Al-Quran. Sedang fungsi Al-Quran dari pengalaman dan penghayatan
terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan invidu yang bersangkutan.[6]
3.Pentingnya Membaca Al-Quran
Allah menurunkan Al-Quran kepada nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia
dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang
baik dan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.
Di antara ciri khas atau keistimewaan yang dimilki Al-Quran adalahia bisa memberi
syafaat pada hari kiamat pada orang yang membacanya, mengkajinya, hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Abi Umamah al, Bahimah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang
artinya:
Baca Al-Quran, ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat
kepadanya (HR Muslim)[7]

PENGERTIAN MENCINTAI AL-QURAN dan HADIS Cinta berarti selalu mengingat dan
memikirkan dalam hati, kemudian terwujud dalam tindakan nyata orang yang mencintai sesuatu ,
hatinya akan selalu mengingat dan memikirkannya. Dan akan rela berkorban untuk sesuatu yang
dicintainya. Al-Quran dan hadist adalah dua sumber utama dalam hukum Islam. Setiap orang
Islam harus mencintai keduanya karena dengan demikian dia akan selamat, baik di dunia
maupun diakhirat
PERINTAH MENCINTAI AL-QURAN DAN HADIS Sebagai seorang muslim, mencinntai
Al-Quran dan hadits banyak kita jumpai yakni berada di Q.S. Al-Imran ayat 31, sabda nabi yang
diriwayatkan Malik, dan Bukhari.
Keutamaan mempelajari al- Quran Mempelajari Al-Quran adalah kewajiban bagi setiap
muslim. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya Sebaik-baik orang di antara kamu
adalah orang yang mau belajar Al-Quran dan mau mengajarkannya.
Bentuk-Bentuk Mencintai Al-Quran dan Hadits Mencintai Al-Quran dan hadits dapat
diwujudkan dalam beberapa bentuk, antara lain : Berusaha memiliki kitab Al-Quran dan Hadits
meskipun harus menyisihkan uang saku. Memiliki kemauan untuk dapat membaca al- Quran
dan Hadits secara benar meskipun harus mengeluarkan biaya. Memiliki kemauan yang sunguh-
sungguh untuk dapat memahami isi Al-Quran dan hadits secara benar.
Rajin mendatangi majelis-majelis ilmu yang mempelajari Al-Quran dan Hadits. Berusaha
menjaga kesucian al-Quran dan hadits tanpa memandang remeh. Memiliki kepedulian apabila
melihat lembaran yang bertuliskan Al-Quran dan Hadits berceceran dengan mengumpulkan atau
membakarnya.
Manfaat mencintai Al-Quran dan Hadits Memperoleh nasihat, obat hati, petunjuk dan rahmat
dari Alloh swt. Seperti dalam firman-Nya : Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu
pelajaran (Al-Quran) dari tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (Q.S. Yunus/10:57)
Terhindar dari kesesatan dan kecelakaan dunia dan Akhirat. Seperti dalam Firman Alloh Q.S.
Toha/20:123 : jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku maka (ketahuilah) barang siapa
mengikuti petunjuk dari-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Memperoleh kecintaan
dan ampunan dari Alloh swt, seperti dalam firmannya: Katakanlah (Muhammad). jika kamu
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu Allah
maha pengampun, Maha Penyayang. (Q.S. Ali Imron/3:31)
Perilaku Orang yang mencintai Al-Quran dan Hadits Berupaya mewujudkan berdirinya taman
pendidikan Al-Quran di lingkungan masing-masing. Ikut serta secara aktif dalam upaya
melancarkan jalannya, baik dengan pikiran, tenaga maupun materi.
Menyediakan waktu khusus untuk mempelajari Al-Quran dan hadits untuk kemudian
diajarkan kepada orang lain. Mengajak orang-orang yang belum mau belajar Al-Quran dan
hadits. Selalu menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar dalam segala tindakan dan cara
berpikinya.
Cara Al-Quran (wahyu) diturunkan
Aishah isteri Rasulullah SAW, meriwayatkan sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi
Rasul, beliau bermimpi perkara yang benar ketika beliau menyendiri di Gua Hira beribadah
kepada Allah SWT untuk selama kira-kira tiga tahun. Di gua berkenaanlah baginda menerima
wahyu yang pertama.
[1]

Harith bin Hisham, seorang sahabat Rasulullah s.a.w. pernah bertanya kepada Baginda
bagaimana wahyu diturunkan kepadanya. Rasulullah menjawab : Kadang-kadang wahyu datang
kepada-ku dengan gema (desingan) loceng dan ini amat berat bagi-ku, dan sementara bunyi itu
hilang aku mengingati apa yang disampaikan kepada-ku. Kadang ia datang dalam bentuk
jelmaan malaikat kepada-ku merupai lelaki, bercakap dengan-ku dan aku menerima apa saja
yang disampaikannya kepada-ku.
Rasulullah juga pernah mendapat wahyu langsung daripada Allah, seperti ketika menerima
perintah solat.
Peringkat penurunan Al-Quran
Para ulama menyatakan penurunan al-Quran berlaku dalam dua bentuk iaitu secara sekaligus,
dan berperingkat. Walau bagaimanapun mereka berselisih pendapat tentang berapa kali
berlakunya penurunan al-Quran secara sekaligus. Terdapat tiga pandangan mengenai hal ini,
iaitu :
Penurunan al-Quran dari Allah SWT ke al-Lauh al-Mahfuz;
Kali kedua, dari al-Lauh al-Mahfuz ke Bait al-Izzah di langit dunia; dan
Kali ketiga, penurunan kepada Jibril a.s. dalam tempoh 20 malam.
Al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan if Ulum al-Quran berdasarkan tiga riwayat oleh Ibn Abbas,
Hakim Dan al-Nasai, hanya membahagikan kepada dua peringkat sahaja iaitu dari al-Lauh
Mahfuz ke Bait al-Izzah Dan dari Bait al-Izzah kepada Rasulullah s.a.w. Melalui Jibril a.s.
1. Dari Allah SWT ke al-Lauh al-Mahfuz.
Penurunan ini berlaku sekaligus dengan tujuan untuk membuktikan ketinggian dan kekuasaan
Allah SWT. Para Malaikat menyaksikan bahawa segala perkara yang ditentukan oleh Allah SWT
di Luh Mahfuz ini benar-benar berlaku. Pendapat ini disandarkan kepada ayat 21 Dan 22 surah
al-Buruj yang berbunyi,

. (Sebenarnya apa yang engkau sampaikan kepada mereka bukanlah


syair atau sihir), bahkan ialah Al-Quran yang tertinggi kemuliaannya; (Lagi yang terpelihara
dengan sebaik-baiknya) pada Luh Mahfuz. (al-Buruj:21-22)
2. Dari al-Lauh al-Mahfuz ke Bait al-Izzah di langit dunia.
Penurunan kali kedua secara sekaligus dari al-Lauh al-Mahfuz ke Bait al-Izzah di langit dunia
dipercayai berlaku berpandukan kepada tiga (3) ayat al-Quran sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ibn Abbas; Allah SWT berfirman,


(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-
Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia Dan menjadi keterangan-keterangan yang
menjelaskan petunjuk Dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah. Oleh
itu, sesiapa dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadan (atau mengetahuinya),
maka hendaklah dia berpuasa bulan itu Dan sesiapa yang sakit atau dalam musafir maka
(bolehlah dia berbuka, kemudian wajiblah dia berpuasa) sebanyak Hari yang ditinggalkan itu
pada hari-Hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu
beroleh kemudahan dan Dia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran dan juga supaya
kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan) dan supaya kamu membesarkan Allah kerana
mendapat petunjuk-Nya dan supaya kamu bersyukur. (al-Baqarah:185) Firman Allah SWT,

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran itu pada


malam yang berkat; (Kami berbuat demikian) kerana sesungguhnya Kami sentiasa memberi
peringatan dan amaran (jangan hamba-hamba Kami ditimpa azab). (ad-Dukhan:3) Firman Allah
SWT,

Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-


Qadar. (al-Qadr:1) Ibn Abbas juga menyatakan mengikut apa yang diriwayatkan oleh Said b.
Jubayr: Al-Quran diturunkan sekaligus pada malam yang penuh berkat. Ikrimah pula
meriwayatkan Abdullah bin Abbas berkata: Al-Quran diasingkan daripada al-Dhikr
dan ditempatkan di Bait al-Izzah di langit dunia.
Ibn Marduwayh dan al-Baihaqi mencatatkan perbualan antara Atiyyah bin al-Aswad dan
Abdullah bin Abbas yang mana Atiyyah agak keliru mengenai penurunan ayat-ayat ini, Pada
bulan Ramadhan al-Quran diturunkan, dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran)
ini pada Malam Lailatul-Qadar, ia juga diturunkan pada bulan Syawwal, Dhu al-Qaedah, Dhu
al-Hijjah, al-Muharram, Safar dan Rabi al-Awwal. Kemudian Ibn Abbas menjelaskan: Al-
Quran diturunkan pada malam Lailatul-Qadar sekaligus kemudiannya untuk diwahyukan kepada
Rasulullah s.a.w. secara beransur-ansur selama beberapa bulan dan hari.
3. Dari Bait al-Izzah kepada Rasulullah S.A.W. (dalam masa 20 malam).
Penurunan di peringkat ini telah berlaku secara beransur-ansur. Al-Quran mula diturunkan
kepada Rasulullah s.a.w. sejak baginda dilantik menjadi Rasulullah S.A.W, dan selesai apabila
baginda hampir wafat, iaitu dalam tempoh dua puluh tiga tahun. Tiga belas tahun di Makkah dan
sepuluh tahun di Madinah al-Munawwarah. Mengikut pendapat ini, Jibril A.S.(Angel Gabriel)
diberi Malam Lailatul-Qadar setiap tahun, dari mula turun wahyu hingga ke akhirnya sepanjang
tempoh kenabian, sebahagian daripada al-Quran disimpan di Bait al-Izzah yang mencukupi
baginya untuk disampaikan kepada Rasulullah s.a.w. dalam masa 20 malam. Pandangan ini
dipegang kuat oleh al-Mawardi.

Anda mungkin juga menyukai