Disusun Oleh : Vini Siane Tanaem 2443013256 Maria Avita Sambu Mite 2443013278 Dafrosa Adventis R. Jik 2443013292 Fransisca Yunita D. 2443013304 Yunesri Gravirat Tungga 2443013306 Ivana Jeane Manalib 2443013307
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2013 A. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat yang beralih dari makanan tradisional Indonesia menjadi konsumsi makanan cepat saji dan berlemak. Hal ini banyak dibicarakan oleh para ahli kesehatan dan dihubungkan dengan timbulnya berbagai macam penyakit, antara lain diabetes mellitus atau kencing manis. Menurut berbagai penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, tingkat kekerapan penderita penyakit diabetes mellitus berkisar antara 1,2-2,3 % dari jumlah penduduk yang berusia di atas 15 tahun (Sukaton, 1980). Di bidang kesehatan saat ini terjadi kecenderungan untuk mengobati penyakit kronis dengan pengobatan alamiah. Tanaman-tanaman berkhasiat obat dipelajari secara ilmiah dan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman obat mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu tanaman yang berkhasiat adalah tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya biasanya digunakan sebagai bahan untuk perawatan rambut, bahan makanan dan minuman serta berkhasiat sebagai obat diabetes mellitus. Potongan daun lidah buaya yang biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat antiasma, daging buah dan lendirnya, yang biasa digunakan untuk luka bakar dan hasil rebusan daun yang sudah dibuang durinya, dapat digunakan untuk mengobati penyakit kencing manis (Furnawanthi, 2002). Namun penelitian lebih lanjut yang membuktikan berkhasiat tanaman lidah buaya dalam kaitannya untuk menurunkan kadar glukosa darah, masih sangat sedikit. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Effendi Sudjono menggunakan kelinci dengan menggunakan metode uji toleransi glukosa menunjukkan infus daun lidah buaya dengan konsentrasi 10% sampai 40% yang diberikan secara oral, dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci, dan peningkatan efek penurunan kadar glukosa darah kelinci (Ajabnoor, 1990; Grover et al, 2002; Sudjono, 1996). Pada percobaan ini, akan diuji efek penurunan kadar glukosa darah dari daun lidah buaya yang diberikan secara oral pada tikus putih jantan yang sudah dijadikan diabetes dengan pemberian aloksan, sehingga dapat diketahui pengaruh daun lidah buaya terhadap penurunan kadar glukosa darah pada kondisi hiperglikemia.
B. METODE PERCOBAAN a. Alat Freeze dryer (taitec), pengaduk, cawan porselen, kain flannel, gelas beker, gelas ukur, Erlenmeyer, timbangan, blender. Timbangan tikus, kandang tikus, sonde oral, alat advantage meter, strip advantage test, cutter, kotak modifikasi, spuit dan jarum suntik. b. Bahan Bahan Tanaman Bahan penelitian adalah daun lidah buaya (Aloe Vera). Bahan Kimia Glibenklamid, aloksan monohidrat (Sigma-A-7413, Lot 39H1482), alkohol 70%, karboksimetilselulose natrimum (CMC Na), aquades. Hewan Coba Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar sebanyak 35 ekor dengan berat badan 150-200 gram dan berumur 2-3 bulan. Tikus ini dipelihara dengan kondisi yang sama selama 2 minggu agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya, baru kemudian digunakan untuk penelitian. c. Tahapan Penelitian Cara Pengambilan Sampel Tanaman lidah buaya yang digunakan mempunyai ukuran panjang daun antara 10 45 cm, daun yang diambil kira-kira 30 cm, dari pucuk daun, pengambilan dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan umur tanaman daun waktu pemetikannya. Pembuatan Serbuk Daun Lidah Buaya Daun lidah buaya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang melekat,kemudian ditiriskan dan dianginkan,setelah itu dipotong-potong (daun digunakan secara keseluruhan termasuK duri tonjolan epidermis pada tepi daun)dan dimasukan kedalam blender.Hasil yang dapat dipekatkan sampai menjadi serbuk dengan menggunakan alat freeze dryer.Hasil yang diperoleh langsung digunakjan untuk penelitian. Penentuan Dosis Uji Berdasarkan studi farmakologi didapatkan bahwa dosis daun lidah buaya yang dianjurkan pada rute pemberian secara oral adalah 500 mg/kg telah memberi efek antidiabetes pada mencit yang hiperglikemia (Ajabnoor, 1990), sehingga pada tikus yang hiperglekimia dapat diperhitungkan dosis yang dipakai yaitu 70mg/200g berat tikus. Dosis dan lidah buaya yang dipakai pada penelitian ini yaitu 150mg/kg, dosis 250mg/kg tikus, dan dosis 350mg/kg tikus hiperglekimia dan volume pemberiannya yaitu 1ml/100g. Dosis yang dipilih ini didasarkan atas hasil oroientasi, dimana dosis 150mg/kg baru menunjukan efek.
Penentuan Dosis Aloksan Monohidrat Dosis aloksan nmonohidrat 8%b/v diberikan secara itraperitoneal dengan dosis tunggal 350mg/kg dengan volume pemberian 0,4375ml/100g. Penentuan Dosis Glibenklamid Dosis glebenklanmid bersdasarkan literatur yang digunakan untuk penerunan kadar gula darah adalah 5mg-15mg sehari pada manusia dengan berat badan 70kg yang diberikan secara per oral denghan dosis tunggal .Disi glibenklamid berdasarkan penelitian terdahulu disebutkan bahwa dosis yang digunkan untuk penurunan kadar glukosa darah adalah 1mg/kg. Pembuatan Larutan Uji Dibuat suspensi daun lidah buaya dengan dosis 150mg/kg tikus (1,5% b/v), dosis 250mg/kg tikus (2,5% b/v), dan dosis 350mg/kg tikus (3,5% b/v) yang diberikan dengan volume 1ml/100g dalam CMC-Na. Pembuatan Larutan Aloksan Monohidrat Dibuat larutan aloksan monohidrat 8% b/v dalam pelarut NaCl 0,95 b/v dan disuntikan dengan dosis tunggal 350mg/kg secara intraperitoneal yang diberikan dengan volume pemvberian,0,4375ml/100g.larutan ini selalu disediakan baru, karena dalam penyimpanan,mudah terurai. Pembuatan Larutan Suspensi Glibenklamid Suspensi glibenklamid dibuat 0,01% b/v dalam CMC-Na 0,1%b/v yang diberikan secara peroral dengan dosis 1mg/100g. Proses Induksi Diabetes Aloksan pada Tikus Tikus dengan jumlah berlebih yang telah diadaptasikan ditentukan kadar gula darahnya untuk untuk mendapatkan sampel yang homogeny(80-95mg/dl) kemudian tikus disuntik dengan aloksan monohidrat larutan 8% b/v dalam pelarut NaCl0,9%b/v dengan dosis 350mg/kg secara intraperitoneal,dan pekembangan hiperglikimia diperiksa setelah 48 jamdan tetap diberi makan dan minum seperti biasa.setelah itu tikus dipuasakan selama 18 jam,kemudian dilakukan pengambilan darah secara kuantitatif.tikus yang hiperglekimia (200-400mg/dl)digunakan sebagaui percobaan sedang yang tidak hiperglekimia tidak dipakai lagi.untuk selanjutnya kadar glukosa kadar glukosda darah tersebut merupkan kadar glukosa darah pada jam ke-0. Selanjutnya tikus hiperglekimia tersebut dibagi secara acak dalam 5 kelompok.Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kemudian masing-masing tikus hiperglikimia diberikan secara oral sediaan berikut ini.Kelompok I diberikan CMC-Na 0,1 % b/v ;kelompok II di berikan suspensi daun lidah buaya 1,5 % b/v dengan dosis 150mg/kg ; kelompok III di berikan suspensi daun lidah buaya 2,5% b/v dengan dosis 250 mg/kg ; kelompok IV di berikan suspensi daun lidah buaya 3,5% b/v dengan dosis 350 mg/kg ; kelompok V di berikan Suspensi Glibenklamid dengan dosis 1mg/kg.
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Tikus setelah Pemberian aloksan Monohidrat dengan Dosis Tunggal 350 mg/kg BB secara Intraperitoneal dan telah Dipuasakan
K e t erangan: Kelompok I : di beri CMC Na 0,1% b/v, Kelompok II,III,IV : di beri suspensi daun lidah buaya Kelompok V : diberi Glibenklamid Penentuan Waktu Pengambilan Unit Analisis Sampel Terhadap kelompok-kelompok yang diuji,diberikan sediaan tersebut,kemudian di tentukan kadar glukosa darahnya pada jam ke-1,2,3, dan 4 Pengamblan Cuplikan Darah Tikus Percobaan Tikus di masukan ke kotak modifikasi(restrainer),ekornya dibersihkn dengan kapas basah agar kotoran yang melekat hilang,kemudian alasi dengan alkohol 70% v/v.Darah sebanyak 1 tetes di ambil melalui vena lateralis ekor,yang dipotong kira- kira 1-2mm dari ujungekor tanpa memberikan anestesi,kemudian darah yang didapat diteteskan pada Strip Advantage test. Pemeriksaan Glukosa Darah Tikus Percobaan NOMOR TIKUS Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) I II III IV V 1 2 3 4 5 221 198 289 410 398 299 398 387 262 363 355 416 303 248 303 371 334 407 253 230 230 300 358 341 299 Rata-rata 303,298,00 341,858,84 32563,90 31975,75 305,649,47
Glukosa darah di tentukan kadarnya dengan alat Advantage meter dengan bantuan Strip Advantage test,yaitu dengan cara meneteskan sampel darah yang di ambil dari Vena lateralis ekor tikus pada Strip Advantage test. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini terdapat lima kelompok perlakuan.Oleh karena itu digunakan Uji Anava Rancangan Rambang Lugas pada analisis data untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari kadar glukosa darah pada tikus hiperglikemia antara kelompok kontrol ,kelompok perlakuan dan kelompok pembanding menggunakan uji statistik (Schefler,1987).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mikroskopis yang di lakukan karakteristik daun lidah buaya yang digunakan telah selesai dengan persyaratan literatur (Trease and Evans ,1972,Hutapea ,1993). Hasil Percobaan yang telah di lakukan tentang efek antidiabetes daun lidah buaya yang dijadikan diabetes dengan pemberian aloksan diperoleh hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus putih setelah pemberian larutan Aloksan Monohidrat 8% b/v secara intraperitoneal dengan dosis tunggal 350 mg/kg dapat di lihat di tabel 1 dan di ketahui adanya peningkatan kadar glukosa darah puasa tikus putih yang sesuai untuk kadar hiperglikemia (200-400 mg/dl) setelah pemberian aloksan. Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Rata-rata Tikus Percobaan Kelompok Kadar Glukosa Darah pada jam ke- (mg/dl) SD 0 1 2 3 4 I 303,2 98,00 364,8 60,31 359,4 75,05 361,6 78,89 366,4 80,40 II 341,8 58,84 268,6 55,23 244,2 42,07 281,6 41,64 201,4 41,51 III 325 63,40 284 82,89 261 93,49 234 95,09 204,4 100,97 IV 319 75,75 238,8 40,10 195,2 21,27 170,6 26,24 148,6 29,69 V 324,5 49,47 287,2 45,11 274,8 48,76 242,4 46,01 221,8 36,87
Tikus putih yang telah menjadi diabetes, dibagi dalam 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih kemudian diberi perlakuan sesuai dengan kelompok masing-masing, yaitu kelompok I sebagai kelompok kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,1 % b/v secara oral dengan volume pemberian 1ml/100g. Kelompok II,III, dan IV sebagai kelompok perlakuan yang diberi suspensi daun lidah buaya secara oral dengan dosis 150mg/kg (suspensi 1,5 % b/v ); 250mg/kg ( suspensi 3,5% b/v ). Sedangkan kelompok V sebagai kelompok pembanding yang diberi secara oral Glibenklamid (suspensi 0,01% b/v) dengan dosis 1 mg/kg. Hasil pengukuran kadar glukosa darah rata-rata pada jam ke-1, 2, 3,dan 4 setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel berikut dapat diketahui adanya penurunan kadar glukosa dari kondisi hiperglikemia setelah tikus pada masing- masing kelompok mendapat perlakuan, penurunan kadar glukosa setelah perlakuan tersebut diamati mulai jam pertama sampai jam keempat. Perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian suspense daun lidah buaya dan pembanding glibenklamid pada tiap tiap jam dapat juga di tentukan berdasarkan data hasil penelitian.hasil perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah rata- rata tiap kelompok terhadap waktu pengukuran dapat dilihat pada tabel 3. Di samping itu, dapat juga di buat kurva persen penurunan kadar glukosa darah rata-rata terhadap waktu sehingga dapat diketahui besarnya persen penurunan kadar glukosa darah tikus pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok control positif(glibenklamid).dari persentase penurunan kadar glukosa darah rata-rata pada jam ke-4 dapat dibuktikan hubungan linier antara dosis suspense daun lidah buaya dengan peningkatan efek antihiperglikemianya yang dibuat kurva antara persen penurunan kadar glukosa darah rata-rata pada jam ke-4 terhadap dosis daun lidah buaya,dapat dilihat pada gambar 3,sehingga dapat diketahui persen penurunan terbesar ditunjukkan oleh kelompokperlakuan yang mendapat secara oral suspense daun lidah buaya dengan dosis 350 mg/kg. Tabel 3. Hasil Perhitungan Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus
Waktu setelah perlakuan Persen penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian(%) Suspensi Daun Lidah buaya 150mg/kg bb Suspensi Daun Lidah buaya 250mg/kg bb Suspense Daun Lidah buaya 350mg/kg bb Pembanding Glibenklamid 1mg/kg bb Jam ke-1 21,41603 12,61538 25,14107 11,49461 Jam ke -2 28,55471 19,69231 38,80878 15,31587 Jam ke -3 36,04447 28 46,52038 25,3004 Jam ke -4 41,07665 37,10769 53,41693 31,64869
Setelah jam ke-1,2,4 dan 4 dari waktu pemberian suspense CMC-Na 0,1%(control)suspense daun lidah buaya dengan dosis 150 mg/kg (suspensi 1,5% b/v);250 mg/kg(suspense 2,5% b.v);dan 3350 mg/kg(suspensi (3,5% b/v)dan Glibenklamid dengan 1 mg/kg (suspense 0,01% b/v)diukur kadar glukosa darah dan diperoleh hasil perhitungan statistic yang menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna dari kadar glukosa darahpuasa tikus anatara kelompk control dan kelompok perlakuan.perhitungan dilanjutkan dengan uji HSD 5%.Dari hasil perhiitungan tersebut dapat diketahui bahwa daun lidah buaya pada jam pertama setelah perlakuan ,khususnya daun lidah buaya dengan dosis 350 mg/kg telah memberikan efek farmakologis pada p<0,05.Daari hasil perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah,diperoleh hasil bahwa daun lidah buaya dengan dosis 350 mg/kg mempunyai persen penurunan kadar glukosa darah paling besar (tabel 3). Berdasarkan pustaka diketahui kandungan kimia dari daun lidah buaya antara lain aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin dan aloaesin dan mineral-mineral, antara lain kromium (Furnawanthi, 2002). Dari berbagai zat tersebut kromium yang merupakan mineral daun lidah buaya, diduga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah. Namun, untuk mengetahui secara lebih pasti tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut.
D. KESIMPULAN Daun lidah buaya yang diberikan secara oral dengan dosis 150 mg/kg; 250 mg/kg; dan 350mg/kg dapat mempunyai efek penurunan kadar glukosa darah tikus hiperglikemia. Efek antihiperglikemia yang terbesar ditunjukan oleh dosis 350 mg/kg. Tidak ada hubungan antara peningkatan dosis daun lidah buaya yang diberikan secara oral, dengan peningkatan efek penurunan kadar glukosa darah tikus hiperglikemia.