Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya untuk memperoleh hash maksimal, pendidikan hendaknya
dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan
terlaksananya pendidikan yang tepat waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Melalui kegiatan pembelajaran, siswa-siswa yang berada pada tahap
operasi konkrit sudah semesrinya dibekali dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan jurusan masing-masing. Dalam hal ini semua
mats pelajaran yang tercantum dalam kurikulum di mana tujuannya untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi manusia yang
siap dipakai pada dunia usaha dan dunia industri atau siap untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi.
Dalam pencapaian tujuan tersebut pembelajaran di kelas mempunyai
peranan yang sangat penting, karena melalui aktivitas belajar yang baik
diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi
siswa. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam
belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan
dari orang lain serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh banyak komponen, antara lain
2

: guru, sarana dan prasarana dan sebagainya. Guru sebagai salah satu komponen
penentu mutu pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar artinya seorang
guru haruslah memiliki kompetensi yang profes:onal dalam mendidik dan
mengajar siswanya agar memperoleh hasil yang lebih baik. Tetapi kebanyakan
guru salah dalam melakukan pendekatan kepada siswa, sehingga hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Mated pokok pecahan pada mata pelajaran matematika merupakan materi
pokok dasar dalam pembelajaran matematika bentuk aijabar. Pecahan merupakan
suatu konsep matematika yang biasanya digunakan untuk memcahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari sehingga penguasaannya sangat penting dan
merupakan materi yang akan terus digunakan sehingga menempuh pendidikan
lanjut. Materi pokok pecahan pada mata pelajaran matematika dapat dilihat
sebagai berikut : pecahan senilai, membandingkan pecahan, menyederhanakan
pecahan dan lain sebagainya. Secara umum bilangan pecahan dinyatakan dalam
bentuk

dengan a dan b bilangan bulat dan b#0, a disebut pembilang dan b.


disebut penyebut. Kemudian dalam pembelajaran pecahan siswa sering
mengalami kesutlitan apabila penggunaan metode pembelajarannya kurang
efektif, kurangnya penggunaan media pembelajaran, kurangnya penguasaan
terhadap bahan ajar, sehingga mengakibatkan sikap siswa kurang senang terhadap
pelajaran matematika pada materi pokok pecahan tersebut.
Bila dilihat dari hasil belajar siswa berdasarkan nilai rata-rata siswa Kelas
VII SMP Negeril Bukit Malintang khususnya pada materi pokok pecahan
mencapai nilai rata-rata 63. Sebagaimana diketahui masih dalam kategori rendah
dan selanjutnya sangat diharapkan terjadi kenaikan yaitu dengan kategori baik 65
3

sesuai dengan KKM yang ideal.
Tentu kondisi ini tidak layak lagi untuk kondisi sekarang, sebab akan dapat
mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang
diharapkan. Jika hal ini dibiarkan berlanjut tentu akan merugikan bangsa dan
negara ke depan, karena lulusan-lulusan yang diciptakan tidak menjadi sumber
daya manusia yang handal.
Banyak usaha yang sudah dilaksanakan oleh pihak sekolah dan pemerintah
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tersebut, seperti menyelenggarakan
penataran guru, seminar pendidikan, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran),
mengadakan sarana dan prasarana belajar dan penggunaan metode mengajar yang
bervariasi, serta merevisi kurikulum dengan harapan agar dapat meningkatkan
mutu pendidikan ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Quantum Learning Terhadap Hasil
Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan di Kelas VII SMP Negeri I Bukit
Malintang Tahun Ajaran 2012-2013.

B. Identifikasi Masalah
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri. Misalnya : sikap minat, motivasi, kemampuan, keadaan panca
indra dan sebagainya.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar yang berasal dari luar diri siswa, antara lain:
4

sikap guru, sarana dan prasarana, lingkungan, kurikulum, keluarga, dan
keterampilan guru dalam menggunakan berbagai metode mengajar yang efektif
dan sesuai dengan materi pelajaran.
Keterampilan guru dalam memilih metode mengajar yang efektif dan
sesuai dengan materi pelajaran, merupakan komponen yang turut mempengaruhi
hasil belajar siswa. Adapun jenis jenis metode mengajar yang dapat digunakan
dalam pembelajaran matematika yaitu : metode ceramah, tanya jawab, metode
latihan, metode diskusi, metode pemecahan masalah, metode quantum learning,
metode pemberian tugas, dan lain sebagainya.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika
pada materi pokok pecahan sebagaimana yang telah diuraikan pada identifikasi
masalah di atas, dalam hal tidaklah mungkin penulis teliti secara serentak, hal ini
mengingat kemampuan yang dimiliki penulis baik yang berkaitan dengan faktor
tersebut, referensi buku yang menjadi rujukan, biaya yang digunakan, waktu,
pengetahuan penulis dan lain-lain. Oleh karena itu, guna pembatasan masalah ini
supaya terhindar dari penafsiran yang ter(alu melebar, dan tidak terjadi kesimpang
siuran, artinya supaya permasalahan lebih jelas dan terarah.
Dari faktor yang telah penulis tetapkan, penulis menetapkan sebagai judul
penelitian ini yaitu: Pengaruh Metode Quantum Learning terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Pokok Pecahan di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
5

1. Bagaimanakah gambaran penggunaan metode quantum learning di kelas VII
SMP Negeri 1 Bukit Malintang ?
2. Bagaimanakah gambaran hasil belajar matematika mated pokok pecahan di
kelas VII SMP Negeri I Bukit Malintang ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode quantum
learning terhadap hasil belajar matematika materi pokok pecahan di kelas VII
SMP Negeri I Bukit Malintang ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan, untuk
mendapatkan gambaran secara jelas terhadap hasil-hasil yang akan dicapai dalam
penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui sejauh mana gambaran penggunaan metode quantum
learning di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang.
b. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar matematika materi pokok
pecahan di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang.Untuk mengetahui
apakah ada pengaruh yang signifikan antara metode quantum learning
terhadap hasil belajar matematika materi pokok pecahan di Kelas VII SMP
Negeri 1 Bukit Malintang.

2. Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan berguna
untuk :
a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
6

pendidikan.
b. Sebagai bahan masukan bagi para pendidik khsusnya guru bidang studi
matematika agar dapat meningkatkan cara mengajarnya dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
c. Sebagai dorongan atau motivasi bagi siswa agar lebih giat belajar dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Sebagai bahan masukan untuk semua mahasiswa untuk meningkatkan hasil
belajar matematika.

7

BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis
1. Hakekat Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan
Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia melakukan perubahan sehingga tingkah lakunya berkembang.
Belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah, maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri.
Slameto (2003:2) mengatakan, Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, dan sikap.
Sedangkan menurut Winkel (2010:107), Belajar adalah aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan tingkat pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Jadi secara umum belajar merupakan kegiatak aktif siswa dalam
membangun makna pemahaman, keterampilan dan sikap. Sementara Skinner
(2010:88) menjelaskan bahwa: Belajar adalah suatu proses adaptasi atau
8

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secar progresif. Adaptasi atau
penyesuaian ini adalab suatu proses di mana seseorang menyesuaikan dirinya
dengan keadaan lingkungan atau di dunia luar.
Selanjutnya Sudirman (2010:108) menyatakan bahwa belajar adalah terjadi
perubahan tingkah laku belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-
individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap pengertian,
minat dan penyesuaian diri.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitamya, dengan kata lain
seseorang disebut belajar apabila ia mengalami perubahan tingkah laku.
Untuk mengetahui apakah seseorang telah belajar maka dapat dilihat dengan
cara melakukan penilaian atau evaluasi terhadap apa yang dipelajarinya, maka
disebut hasil belajar. Menurut Oemar Hamalik (2004:10) bahwa hasil belajar
adalah menunjukkan kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap baru yang dicapai oleh siswa. Bahwa dengan belajar seseorang akan
mendapatkan sesuatu hal yang barn dan berguna dalam kehidupannya.
Sedangkan Gagne (2007:137) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
merupakan kapasitas struktur dari perubahan individu yang diinginkan
berdasarkan ciri-ciri bawaan melalui perlakuan pengajaran tertentu. Dalam hal ini
kapasitas terukur dapat berupa nilai yang diperoleh siswa setelah ia mengalami
proses belajar. Sementara Nana Sudjana (2009:22) menjelaskan bahwa hasil
belajar adalah komponen-komponen yang dimiliki siswa setelah menerima
9

pengalaman belajar. Komponen-komponen yang dimaksud adalah perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari belajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setealah ia mengikuti kegiatan
belajar, kemampuan tersebut adalah perubahan seseorang yang meliputi
perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di SMP, Matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting hal ini dapat dilihat dalam
berbagai aspek kehidupan. Menurut David Hilbert yang dikutip oleh Hamzah B.
Uno (2009:126) mengatakan bahwa:
Matematika adalah sistem lambang yang formal sebab matematika
bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol melalui
beberapa sasaran yang menjadi objek matematika sedangkan hakikat belajar
matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada
situasi nyata. Matematika memiliki konsep struktur dan hubunganhubungan
yang banyak menggunakan simbol-simbol, simbol-simbol matematika
sangat bermanfaat untuk mempermudah cara kerja berpikir, karena simbol-
simbol ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan jalan
memahami karakteristik matematika.

Sedangkan Jhonson dan Myklebust (2003:52) mengatakan bahwa
matematika adalah bahasa yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan untuk memudahkan berpikir. Yang
dimaksud mengekspresikan hubungan kuantitatif adalah membahas suatu konsep
yang berhubungan dengan hasil yang dapat diukur.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
kemampuan siswa dalam menguasai, menghubungkan antara bilangan atau,
simbol-simbol untuk memecahkan suatu masalah setelah ia mengalami proses
pembelajaran.
10

Salah satu materi pokok yang dibahas dalam mata pelajaran matematika
adalah pecahan. Menurut Tono Khalmi (2007:67), pecahan adalah suatu bilangan
yang merupakan hasil bagi antara dua bilangan yaitu bilangan yang dibagi
dimanakan pembilang sedangkan bilangan yang membagi dinamakan penyebut.
Pada bilangan pecahan terdapat pembilang dan penyebut, pembilang adalah angka
dalam pecahan yang menunjukkan angka yang dibagi, pembilang terletak di
sebelah atas sedangkan penyebut adalah angka dalam pecahan yang menunjukkan
pembaginya, penyebut terletak di sebelah bawah.
Selanjutnya menurut Junu Ismadi (2007:19), pecahan adalah pecahan yang
menggambarkan bagian yang keseluruhan, bagian dari suatu daerah atau bagian
dari suatu benda. Bagian dari keseluruah suatu benda adalah bagian yang utuh
bagian yang dianggap sebagai satuan dan dinamakan pembilang dan penyebut.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pecahan
adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari kesehtruhan, bilangan yang
dibagi dinamakan pembilang sedangkan bilangan yang membagi dinamakan
penyebut. Pada materi pokok pecahan terdapat beberapa topik yang akan
diuraikan yaitu : a) menyederhanakan pecahan, b) membandingkan pecahan, c)
pecahan senilai.
a. Menyederhanakan Pecahan
Untuk menyederhanakan bilangan pecahan tetap sama jika pembilang dan
penyebut bisa dibagi dengan bilangan yang sama, asalkan bilangan pembilang
atau penyebut tersebut bukan nol.
Menurut Junu Ismadi (2007:121), menyederhanakan pecahan adalah
tentukan FPB (Faktor Persekutuan Terbatas) dari pembilang dan penyebut
11

pecahan dan bagi pembilang dan penyebut pecahan dengan masing-masing
FPBnya. Maka suatu pecahan dapat disederhanakan sebagai berikut : pecahan
b
a

dengan b#0 dapat disederhanakan dengan cara pembilang dan penyebut dibagi
dengan FPB dari a dan b. Sudirman (2007:26) menjelaskan bahwa
menyederhanakan pecahan adalah nilai pecahan tidak berubah bila pembilang dan
penyebut dibagi dengan bilangan yang sama dan tidak nol dengan rumus :
n l
n k
l
k
:
:
=

Dimana :
k = pembilang pecahan
l = penyebut pecahan
n = bilangan yang sama
Contoh :
1. Sederhanakan bilangan berikut:
a.
.....
20
16
=

Untuk menyederhanakan pecahan ini kita bagi dengan bilangan
yang sama, sama angka pembilang dan angka penyebut yang akan
kita bagikan.
Dimana
k = 16 disebut pembilang pecahan
l = 20 disebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan dibagikan dengan bilangan yang
sama, sama pembilang dan sama penyebut pecahan.
12

Jadi,
5
4
4 : 20
4 : 16
20
16
= = maka
20
16
sama-sama dibagi 4. Jadi hasil dari
20
16
adalah
5
4

Pecahan yang paling sederhana dari
20
16
adalah 4/5 karena sama-
sama dibagi 4. Tetapi bisa juga sama-sama dibagi dengan bilangan
yang lain yaitu 2. Tetapi bilangan yang paling sederhana dari
pecahan
20
16
adalah
5
4

b. ....
24
12
=
Untuk menyederhanakan pecahan ini kita bagi dengan bilangan
yang sama, sama angka pembilang dan angka penyebut yang akan
kita bagikan.
Dimana
K = 12 disebut pembilang pecahan
L = 24 disebut penyebut pecahan sedangkan
N = adalah bilangan yang akan dibagikan dengan bilangan yang
sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Jadi :
2
1
12
12
:
24
12
24
12
= = maka
24
12
sama-sama dibagi 12. Jadi,
hasil dari
24
12
adalah
2
1

Pecahan yang paling sederhana dari
24
12
adalah 1/2.
24
12
bisa juga
sama-sama dibagi 6 yaitu
4
2
6
6
:
24
12
24
12
= = bukan pecahan yang
13

paling sederhana, bilangan pecahan yang paling sederhana dari
24
12

adalah
2
1

c. ....
60
45
=
Dimana
K = 45 disebut pembilang pecahan
L = 60 disebut penyebut pecahan sedangkan
N = adalah bilangan yang akan dibagikan dengan bilangan yang
sama, sama pembilang dan sama penyebut.
Jadi :
4
3
6015
15 : 45
60
45
= = maka
60
45
sama-sama dibagi 15. Jadi, hasil
dari
60
45
adalah
4
3

Pecahan yang paling sederhana dari
60
45
adalah
4
3
sama-sama
dibagi dengan bilangan yang sama yaitu 15 tetapi bisa juga sama-
sama dibagi dengan bilangan yang sama yaitu 5. Tetapi yang
paling sederhana dari
60
45
adalah
4
3
.
Menurut Edi B. Irawan, dkk (2008:236), menyederhanakan
pecahan adalah jika pembilang dan penyebut tidak mempunyai
faktor persekutuan selain, karena 1 tidak mempunyai faktor
persekutuan melainkan dibagikan untuk dirinya sendiri.


14

Contoh :
1.
3
1
merupakan pecahan paling sederhana karena 4 dan 12
mempunyai faktor persekutuan yaitu
3
1
4 : 12
4 : 4
12
4
= = karena 1
dan 3 tidak mempunyai faktor persekutuan melainkan
dibagikan untuk dirinya sendiri.
2. Bentuk yang paling sederhana dari
84
36
adalah
7
3
sebab
7
3
12 : 84
12 : 36
84
36
= = karena 3 dan 7 tidak mempunyai faktor
persekutuan.
Selanjutnya Mary Jane Sterling (2005:38) mengatakan bahwa
menyerderhanakan pecahan adalah bilangan yang bisa membagi
habis bilangan dan penyebutnya. Menyederhakan bilangan pecahan
bisa membagi habis pembilang dan penyebut dengan bilangan yang
sama seperti contoh:
1. ...
60
48
=
Menyederhanakan suat pecahan bagi pembilang dan penyebut
yang sama, sama angka pembilang dan penyebut yang akan
kita bagikan.
Misalkan:
K = 48 disebut pembilang pecahan
L = 60 disebut penyebut pecahan, sedangkan
N = adalah bilangan yang akan kita bagikan dengan bilangan
15

yang sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Jadi, ...,
5
4
12 : 60
12 : 48
60
48
= = maka
60
48
sama-sama dibagi 12 hasil
dari
60
48
adalah
5
4

Pecahan yang paling sederhana dari
60
48
adalah
60
48
sama-sama
dibagi 12, tetapi bisa juga dibagi dengan bilangan yang sama
yaitu 6. Tetapi apabila bilangan pecahan
60
48
dibagi dengan 6
maka pecahan ini belum disebut menyederhanakan pecahan.
Tetapi pecahan yang paling sederhana dari
60
48
adalah
5
4
.
2. ...
30
18
=
Menyederhanakan suatu pecahan bagi pembilang dan penyebut
yang sama, sama angka pembilang dan penyebut yang akan
kita bagikan.
Misalkan:
K = 18 disebut pembilang pecahan
L = 36 disebut penyebut pecahan, sedangkan
N = adalah bilangan yang akan kita bagikan dengan bilangan
yang sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Jadi : ...,
2
1
18 : 36
18 : 18
36
18
= = maka
36
18
sama-sama dibagi 18 hasil
dari
36
18
adalah
2
1

16

3. ...
12
8
=
Menyederhanakan suatu pecahan bagi pembilang dan penyebut
yang sama, sama angka pembilang dan penyebut yang akan
kita bagikan.
Misalkan:
K = 8 disebut pembilang pecahan
L = 12 disebut penyebut pecahan, sedangkan
N = adalah bilangan yang akan kita bagikan dengan bilangan
yang sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Jadi,
3
2
4 : 12
4 : 8
12
8
= = ..., maka
12
8
sama-sama dibagi 4 hasil dari
12
8
adalah
3
2
. Pecahan yang sederhana dari
12
8
adalah
3
2

karena
12
8
sama-sama dibagi 4 maka hasilnya
3
2
tetapi
12
8
bisa
juga dibagi dengan 2. Tetapi pecahan yang paling sederhana
dari
12
8
adalah
3
2
.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan menentukan FPB
pembilang dan penyebut dan membagi pembilang dan penyebut dengan masing-
masing FPBnya, pembilang dan penyebut pecahan bisa dibagi dengan bilangan
yang sama selain nol.
b. Membandingkan Pecahan
Untuk membandingkan pecahan kita dapat menentukan KPK dari
penyebut-penyebut pecahan yang akan dibandingkan. Menurut Heruman
17

(2010:52) mengatakan bahwa membandingkan pecahan adalah pemahaman
tentang nilai pecahan dan pecahan senilai dengan menyamakan terlebih dahulu
bilangan penyebut dan dua pecahan yang akan dibandingkan. Untuk
membandingkan suatu bilangan pecahan, apabila dengan pecahan tersebut
mempunyai berpenyebut yang sama maka yang akan dibandingkan pembilangnya
dan apabila lambangnya = (sama dengan) ditentukan dengan garis bilangan.
Seperti contoh di bawah ini:
1.
24
3
<
24
4

Bilangan pecahan ini adalah berpenyebut yang sama akan dibandingkan hanya
pembilangnya.
2.
14
7
<
14
6

3.
2
1
<
6
3

Bilangan pecahan ini adalah berpenyebut berbeda dan pembilang yang
berbeda dan mempunyai lambang (sama) maka ditentukan garis bilangan
seperti di bawah ini:

Untuk menentukan garis bilangan kita samakan pembilang dan penyebut
dengan bilangan yang sama. Misal:
1.
6
3
3 2
3 1
2
1
=

= oleh karena itu


2
1
senilai dengan
6
3
atau
6
3
2
1
=
18

Untuk membandingkan pecahan yang simbolnya sama dengan atau (=) adalah
kita samakan pembilang dan penyebut pecahan.
6
3
3 2
3 1
2
1
=

= dan apabila kita bagikan dengan bilangan yang sama yaitu


angka 3. Jadi,
2
1
3 : 6
3 : 3
6
3
= = senilai dengan
6
3

Karena membandingkan pecahan yang berpenyebut sama dengan adalah bisa
sama-sama dikali atau dibagi dengan bilangan yang sama maka
2
1
senilai
dengan
6
3
.
Sudirman (2007:26) mengatakan bahwa membandingkan pecahan
adalah membandingkan beberapa bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dengan membandingkan pembilangnya. Apabila membandingkan suatu
bilangan pecahan berpenyebut sama hanya membandingkan suatu bilangan
pecahan berpenyebut sama hanya membandingkan pembilangnya dengan
lambang < (lebih kecil), > (lebih besar) dan = (sama dengan) dan apabila
lambangnya = (sama dengan) ditentukan dengan garis bilangan seperti contoh
di bawah ini.
1.
4
1
4
2
>
2.
6
5
6
2
<
3.
8
6
4
3
=
19


8
6
2 2
2 3
4
3
=

= oleh karena itu


4
3
senilai dengan
8
6
atau
4
3
=
8
6
.
Dikatakan bilangan
4
3
simbolnya sama dengan
8
6
adalah karena
4
3
dan
8
6
bisa sama-sama dibagi 2 ataupun dikali dengan 2. Maka
4
3
sejajar dengan
8
6
maka pecahan ini simbolnya sama dengan atau
4
3
=
8
6
.
Selanjutnya menurut Junu Ismadi (2007:22), membandingkan pecahan adalah
tentukan KPK dari penyebut-penyebut pecahan yang akan dibandingkan,
samakan penyebut pecahan yang akan dibandingkan dengan menggunakan
KPK dari penyebut-penyebut tersebut sehingga pecahan ini menjadi pecahan
sejenis. Membandingkan suatu bilangan pecahan dengan perpenyebut
berbeda maka yang akan dibandingkan penyebutnya. Sehingga pecahan ini
menjadi pecahan sejenis. Seperti contoh :
a.
4
3
......
5
3

b.
4
3
.....
3
2

c.
10
5
.....
6
3

Untuk menjawab soal di atas disamakan dahulu penyebutnya menjadi
KPK dari penyebut-penyebut pecahan tersebut.
20

a.
4
3
=
5
3
kita samakan dahulu penyebutnya yaitu KPK dari 4 dan 5
adalah 20.
20
15
4
3
= dan
20
12
5
3
= karena .
20
12
20
15
> maka .
5
3
4
3
> maka garis
bilangannya adalah sebagai berikut:

20
15
5 4
5 3
4
3
=

= dan
20
12
4 5
4 3
5
3
=

= karena .
20
12
20
15
> maka .
5
3
4
3
>
Karena dilihat dari garis bilangan di atas maka letak
4
3
lebih besar
daripada
5
3
atau .
5
3
4
3
>
b.
4
3
3
2
dan samakan dahulu penyebutnya yaitu KPK dari 3 dan 4
adalah 12
12
8
3
2
= dan
12
9
4
3
= karena
12
9
12
8
< maka
4
3
3
2
< . Maka garis
bilangannya adalah sebagai berikut:


21

12
8
4 3
4 2
3
2
=

= dan
12
9
3 4
3 3
4
3
=

= karena
12
9
12
8
< maka
4
3
3
2
<
Apabila dilihat dari garis bilangan di atas maka letak
3
2
di sebelah kiri
4
3
maka
3
2
lebih kecil daripada
4
3
atau
4
3
3
2
< .
c.
10
5
6
3
dan samakan dahulu penyebutnya yaitu KPK dari 6 dan 10
adalah 30.
10
5
6
3
= dan
30
15
10
5
= karena
30
15
30
15
= . Maka
10
5
6
3
= maka garis
bilangannya adalah sebagai berikut:

30
15
3 10
3 5
10
5
30
15
5 6
5 3
6
3
=

= =

= dan karena
30
15
sama dengan
30
15
atau
30
15
30
15
= maka
10
5
6
3
=
Pada garis bilangan di atas
6
3
dan
10
5
kita samakan pembilang dan
penyebut kedua pecahan, yaitu angka 5 dan 3. Karena hasil dari kedua
pecahan itu sama maka
6
3
sama dengan
10
5
atau
6
3
=
10
5
.
Sedangkan Wiki (2011:28) mengatakan bahwa membandingkan
pecahan adalah pecahan-pecahan yang memiliki penyebut yang sama,
cuma memerlukan membandingkan pembilangnya. Untuk
22

membandingkan suatu bilangan pecahan, yang berpenyebut sama
hanya membandingkan pembilangnya saja.
Contoh :
1.
6
3
6
4
>
2.
5
25
5
20
>
3.
18
2
18
5
>
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
membandingkan pecahan adalah membandingkan beberapa bilangan pecahan
yang berpenyebut smaa dan membandingkan pembilangnya dan menentukan KPK
dari penyebut-penyebut pecahan yang akan dibandingkan.
c. Pecahan Senilai
Pecahan senilai dapat diperoleh dengan membagi pembilang dan penyebut
suatu pecahan dengan bilangan yang sama. Untuk menentukan pechaan senilai
dengan

dengan b 0 dapat disederhanakan dengan cara pembilang dan


penyebutnya dikali dengan FPB dari a dan b. Menurut Edy B. Irawan dkk (
:235) mengatakan bahwa : Pecahan senilai adalah pecahan yang nilainya sama.
Untuk menentukan pecahan senilai dapat diperoleh jika pembilang dan penyebut
dari suatu pecahan dapat dibagi dengan bilangan yang sama.
Junu Ismadi (2007:20) menjelaskan bahwa: Pecahan senilai adalah
pecahan-pecahan yang nilainya sama. Pecahan yang senilai dapat diperoleh jika
pembilang dan penyebut dari suatu pecahan dikalikan dengan bilangan yang sama.
Seperti contoh di bawah ini:
23

1.


Untuk memperoleh pecahan yang senilai kita kalikan dengan bilangan yang
sama, sama dengan angka pembilang dan penyebut pecahan yang akan kita
kalikan.
K = 1 adalah pembilang pecahan
L = 2 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita kalikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi,


Jadi dua pecahan yang senilai dengan

adalah

senilai dengan

atau


Dikatakan bilangan pecahan yang senilai apabila pembilang dan penyebut kita
kalikan dengan bilangan yang sama. Hasil dari pecahan bisa sama-sama dibagi
dengan bilangan yang sama. Maka pecahan

senilai dengan

karena

sama-
sama dibagi 2, maka hasilnya

atau

juga sama-sama dibagi 2. Maka


adalah senilai dengan

dan

atau


2.


Untuk memperoleh pecahan senilai kita kalikan dengan bilangan yang sama,
sama pembilang dan penyebut pecahan.
Di mana:
K = 1 adalah pembilang pecahan
24

L = 3 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita kalikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi,


Jadi, dua pecahan yang senilai dengan

adalah

dan

maka

senilai dengan


senilai dengan

atau


Pecahan senilai apabila pembilang dan penyebut kita kalikan dengan
pembilang yang sama atau bisa juga dibagi dengan bilangan yang sama. Sama
pembilang dan penyebut pecahan maka pecahan

senilai dengan

karena


bisa sama-sama dibagi 2 dan hasilnya

dan pecahan

juga senilai dengan


karena

sama-sama dibagi 3, maka hasilnya juga

maka pecahan

disebut
pecahan senilai yaitu

senilai dengan

senilai juga dengan

atau


3.


Untuk memperoleh pecahan senilai kita kalikan dengan bilangan yang sama,
sama pembilang dan penyebut.
Di mana:
K = 1 adalah pembilang pecahan
L = 5 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita kalikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi,
Jadi,

dan


25

Jadi, dua pecahan yang senilai dengan

adalah

dan

maka

senilai
dengan

senilai dengan

atau


Pecahan yang senilai dengan

adalah

dan

karena pecahan

sama-sama
dibagi dengan bilangan yang sama yaitu angka 5. Atau sama pembilang dan
penyebut pecahan. Maka hasil dari

adalah

dan

maka pecahan

senilai
dengan

dan

atau


Sedangkan menurut Teori Khalmi (2007:69): Pecahan senilai adalah
bilangan pecahan yang mempunyai nilai yang sama dengan pecahan yang lain.
Untuk mencari pecahan senilai dapat diperoleh dengan membagi pembilang dan
penyebut suatu pecahan dengan bilangan yang sama.
Contoh:
1.


Untuk memperoleh pecahan yang senilai kita bagikan dengan bilangan yang
sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Di mana:
K = 9 adalah pembilang pecahan
L = 27 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita bagikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi,

dan


26

Jadi, dua pecahan yang senilai dengan

adalah

dan

maka

senilai
dengan

senilai dengan

atau


Dikatakan pecahan senilai apabila pembilang dan penyebut pecahan bila
sama-sama dikali ataupun dibagi dengan bilangan yang sama, yaitu


hasilnya

dan

, dan

sama-sama dikali dengan bilangan yang sama yaitu


angka 9 dan

juga apabila dikali dengan angka 3 maka hasilnya

maka
bilangan

adalah senilai dengan

dan

atau

.
2.


Untuk memperoleh pecahan yang senilai kita bagikan dengan bilangan yang
sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Di mana:
K = 25 adalah pembilang pecahan
L = 125 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita kalikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi,

dan


Jadi, dua pecahan yang senilai dengan

adalah

dan

maka

senilai
dengan

senilai dengan

atau


Pecahan yang apabila pembilang dan penyebut pecahan sama-sama dikali atau
dibagi dengan bilangan yang sama yaitu sama-sama dibagi 5 dan 25. Dan
27

apabila dikali sama juga yaitu dikali 5 dan 25. Maka pecahan

dikatakan
pecahan senilai dengan

dan

atau


3.


Untuk memperoleh pecahan yang senilai kita bagikan dengan bilangan yang
sama, sama pembilang dan penyebut pecahan.
Di mana:
K = 2 adalah pembilang pecahan
L = 8 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita kalikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi,


Jadi, dua pecahan yang senilai dengan

maka

adalah

maka


senilai dengan

atau


Dikatakan pecahan senilai apabila pembilang dan penyebut pecahan bisa
sama-sama dikali ataupun dibagi dengan bilangan yang sama yaitu sama-sama
dikali 2 ataupun sama-sama dibagi dengan bilangan yang sama juga yaitu
angka 2. Maka pecahan

dikatakan pecahan senilai dengan

karena b isa
sama-sama dibagi maupun dikali dengan 2. Jadi

senilai dengan

atau


Selanjutnya Heruman ( :48) mengatakan bahwa: Pecahan senilai
adalah dengan mengkalikan pecahan dengan suatu pecahan lain yang
pembilangnya dan penyebutnya sama. Untuk mencari pecahan senilai dengan
mengkalikan pecahan dan pembilangnya yang sama. Dengan rumus:


28

Di mana:
K = pembilang
L = penyebut
n = bilangan yang sama
Contoh:
1.


Untuk mencari pecahan yang senilai kita kalikan dengan bilangan yang sama,
sama pembilang dan penyebut pecahan.
Di mana:
K = 1 adalah pembilang pecahan
L = 3 adalah penyebut pecahan sedangkan
n = adalah bilangan yang akan kita kalikan dengan bilangan yang sama, sama
angka pembilang dan angka penyebut pecahan.
Jadi:

jadi pecahan yanng senilai dengan

adalah

atau


Pecahan yang senilai apabila pembilang dan penyebut pecahan kita kalikan
ataupun kita bagikan dengan bilangan yang sama. Yaitu sama-sama dikali
dengan angka 2 ataupun dibagi juga dengan 2. Maka

disebut senilai dengan


karena sama-sama dibagi ataupun dikali dengan angka 2. Maka

senilai
dengan

atau



29

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pecahan senilai
adalah dengan cara menyederhanakan pembilang dan penyebut dikali dengan
FPB dari a dan b, yang mempunyai nilai yang sama, mempunyai nilai yang sama
dengan nilai yang lain.
2. Hakekat Metode Quantum Learning
Sebelum menggunakan lebih lanjut tentang metode Quantum Learning ada
baiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang metode. Metode adalah cara
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Martinis Yamin (2007:132) mendefenisikan bahwa metode pembelajaran adalah
sebagai cara untuk melakukan menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan
pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran serta
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran.
Sedangkan Syaiful Sagala (2007:2) menjelaskan bahwa metode
pembelajaran adalah prinsip-prinsip kegiatan penyampaian dan penyajian bahan
pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dikuasai dan dimiliki oleh anak didik.
Dalam hal ini prinsip-prinsip kegiatan dapat berupa langkah-langkah suatu
metode.
Selanjutnya Tayar Yusuf (2002:44) mengatakan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan
pengajaran dengan ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran dengan hasil yang
efektif dan efisien. Hasil yang efektif dan efisien adalah suatu hasil yang sesuai
dengan harapan dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.
30

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah suatu jalan yang ditempuh untuk menyampaikan bahan pelajaran, memberi
contoh dan memberi latihan kepada siswa, dan menyajikan bahan pelajaran, agar
mudah diterima, diserap dan dikuasai oleh peserta didik dengan baik dan
menyenangkan.
Menurut Bobbi De Porter dkk (2005:16), Quantum Learning adalah
sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Semua
kehidupan adalah energi, tubuh kita secara fisik adalah materi tujuannya untuk
meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan dan inspirasi agar
menghasilkan energi cahaya. Selanjutnya menurut Ahmad Sudrajat (2008:24)
mengatakan bahwa Quantum Learning adalah kiat petunjuk strategi dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Untuk
mempertajam pemahaman daya ingat dalam proses belajar yang menyenangkan
adalah mencatat yang efektif, tanpa mencatat dan mengulanginya kembali,
kebanyakan siswa hanya mampu mengingat sebagian materi yang mereka dengar,
mencatat yang efektif dapat membantu siswa menyimpan informasi secara mudah
dan mengingatnya kembali, apa yang dijelaskan guru dan mengingatkan
pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Quantum
Learning adalah suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara
lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif dan emosi yang sehat.


31

a. Peranan Otak Kiri
Otak merupakan alat yang sangat vital di dalam tubuh manusia. Begitu
pula dalam belajar, Otak harus bekerja secara maksimal agar siswa memperoleh
keberhasilan dalam belajar. Otak kiri mempunyai peranan yang sangat penting
dalam memproses ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
Sebagaimana menurut Cece Wijaya (2007:104) mengatakan bahwa peranan otak
kiri adalah menerapkan bentuk bentuk belajar logis. Yaitu bentuk-bentuk belajar
yang langkah-langkahnya mengikuti urutan-urutan tertentu seperti dalam
mempelajari bangun ruang di bidang ilmu pengetahuan geometri, awalnya
dipelajari konsep titik, kemudian dipelajari garis, bidang dan ruang. Cara belajar
seperti ini sangat efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.
Menurut Amir Tengku Ramli dkk (2003:109) mengatakan bahwa otak kiri
adalah bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Cara berpikir otak kiri ini
sesuai untuk tugas tertentu seperti menulis, membaca. Daya ingat otak kiri bersifat
jangka pendek, bila terjadi kerusakan pada otak krisi maka akan terjadi gangguan
dalam hat fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
Sedangkan menurut Bobbi De Porter dan Mike Hemacki (2005:36)
mengatakan bahwa peranan otak kiri adalah proses berpikir otak kiri bersifat
logis, sekuensi linear dan rasional. Peranan otak kiri apabila bersifat logis,
sekuensial linear dan rasional hanya mampu melakukan penafsiran yang bersifat
abstrak atau simbolis yaitu bersifat yang nyata dan mengingat simbol-simbol yang
berhubungan matematika seperti kamampuan menghitung, membaca, menulis dan
lain-lain sebagainya. Selanjutnya menurut Read More (2011:1) mengatakan
bahwa peranan otak kiri adalah berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan
32

logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat
matematika". Peranan otak kiri ini merupakan pusat matematika, oleh karena itu
hanya mampu mengingat informas-informasi yang nyata atau suatu kejadian yang
tertentu seperti belajar tentang matematika hanya mengingat simbol-simbol,
angka-angka atau kata-kata secara berurutan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa otak kiri adalah
proses cara berpikir manusia yang berpikir secara logis linear, rasional
kemampuan menulis, membaca, berbicara, berbahasa, dan matematika, bagian
otak ini merupakan pengendalian daya ingat, otak bagian ini bersifat jangka
pendek.
b. Peranan Otak Kanan
Otak kanan juga mempunyai peranan yang sangat penting dengan otak kiri.
Belahan otak kiri dan kanan dapat berfungsi secara compelementer, artinya dapat
saling memperkuat secara fleksiberl terutama dalam memahami informasi luar.
Sebagaimana menurut Amir Tengku Ramli (2003:120) bahwa peranan otak kanan
adalah bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara kerja otak kanan
bertugas pada hal-hal yang bersifat non verbal, terkait dengan intuisi, hubungan
yang berpola, music, seni, kepekaan warna, dan kreativitas. Di katakan otak kanan
berfungsi secara optimal bila kemampuan daya khayal di luar pengalaman atau
realitas yang ada, memikirkan hal-hal yang belum terjadi atau alasan-alasan dan
hubungan sebab akibat atas sebuah peristiwa yang telah dan atau akan terjadi.
Sedangkan menurut Cece Wijaya (2007:107) bahwaperanan otak kanan
adalah mengarahkan diri pada setiap usaha penanganan siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah. Siswa lamban belajar yang disebabkan faktor IQ pada
33

umumnya memiliki prestasi rendah, lamban belajar yang diakibatkan oleh
lemahnya kemampuan menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu
dalam pembelajaran. Cara penyembuhan kesulitan belajar yang diakibatkan oleh
faktor IQ adalah dengan sistem pengajaran yang cocok dengan tingkat
kemampuan siswa dalam belajar, melakukan latihan dan treatment di bidang
materi pelajaran tertentu yang dianggap sulit dikuasainya. Faktor yang
menyebabkan siswa lamban belajar adalah faktor social, ekonomi, psikologis
yang cara-cara penyembuhannya dilakukan melalui cara proses bimbingan dan
penyuluhan.
Menurut Bobbi De Porter dkk (2005:38) mengatakan bahwa peranan otak
kanan adalah bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir otak
kanan ini tidak teratur, intuitif dan holistic karena otak ini cenderung memikirkan
sesuatu yang belum terjadi dan daya hayalnya dan imajinasinya sangat kuat. Dan
daya ingatnya sangat panjang dan mampu mengendalikan emosional. Selanjutnya.
Read More (2011:1) bahwa otak kanan adalah berfungsi dalam perkembangan
emotional, misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta
mengendalikan emosi. Otak kanan merupakan peranan penting dalam
perkembangan emosional, perasaan atau keadaan jiwa seseorang yang disebabkan
oleh berbagai faktor dan ditunjukkan melalui perbuatan atau tingkah laku
seseorang.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan otak
kanan adalah cara berpikir otak melalui psikologis dan mengandung unsur
estetika. Cara berpikir otak kanan sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang
bersifat non verbal, perasaan dan emosi. Otak kanan berfungsi secara optimal bila
34

kemampuan daya hayal di luar pengalaman atau realitas yang ada, memikirkan
hal-hal yang belum terjadi atau alas an-alasan peristiwa yang telah dan atau akan
terjadi.
c. Kreativitas
Kreativitas sangat dibutuhkan oleh semua orang terutama anak didik,
karena kreativitas merupakan perwujudan dari kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang yang dituangkan dalam penciptaan sesuatu hal yang baru. Menurut
Diana Mutiah (2010:41) bahwa kreativitas merupakan sebuah proses yang mampu
melahirkan gagasan, pemikiran, kosep atau langkah-langkah baru pada diri
seseorang. Kreativitas mampu melahirkan suatu gagasan dalam bentuk yang baru
untuk memecahkan suatu masalah dan berpikir kreatif dalam menghadapi
tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Utami Munandar (2008:42) bahwa kreativitas adalah
sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interaksi dengan lingkungan".
Lingkungan yang merupakan tempat individu berinteraksi dapat mendukung
berkembangnya kreativitas individu, kreativitas individu itu digunakan untuk
menghadapi berbagai permasalahan yang ada ketika berinteraksi dengan
lingkungan dan mencari berbagai alternative pemecahannya sehingga dapat
tercapai penyesuaian diri secara optimal. Sementara Demista (2010:175)
mendefenisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Sesuatu yang baru bukan berarti harus sama sekali yang baru, tetapi
juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Jadi, sesuatu
yang baru yang dilakukan mealui interaksi dengan lingkungannya untuk
menghadapi permasalahan dan mencari alternated pemecahannya.
35

Selanjutnya menurut Yuliani Nuraini Sujiono, dkk (2010:38) bahwa
kreativitas adalah merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kemampuan memberikan
gagasan dalam pemecahan masalah adanya kelancaran dalam memberikan
jawaban dan mengemukakan berbagai idea tau karya yang asli atau hasil
pemikiran sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan hal-hal yang telah
ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru pada diri seseorang. Sesuatu yang
baru bukan berarti harus sama sekali yang baru, tetapi sebagai kombinasi dari
unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Jadi, sesuatu yang baru yang dilakukan
melalui interaksi dengan lingkungan untuk menghadapi permasalahan dan
mencari pemecahannya.

B. Penelitian Relepan
1. MISRA SAIDA SIREGAR/NPM : 06090229
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara
penguasaan segitiga terhadap hasil belajar matematika mated pokok limas Kelas
V SD Negeri 200308 Padangsidimpuan. Penulis mengambil objek penelitian pada
siswa Kelas V SD Negeri 200308 Padangsidimpuan yang terdiri dari 1(satu) kelas
yang berjumlah 23 orang. Pengambilan sample yang dilakukan dengan teknik
total sampling. Adapuin sampel yang terambil adalah seluruh siswa Kelas V SD
Negeri 200308 Padangsidimpuan yang berjumlah 23 orang.

36

Data yang diperoleh dianalisis dengan 2 tahap. Tahap pertama analisis
deskriptif untuk melihat gambaran secara umum dari kedua variabel. Sedangkan
tahap kedua analisis statistik dengan menggunakan rumus korelasi product
moment yakni :

Kemudian untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kedua
variabel maka digunakan rumus ujit-tes yaitu:
t =
2
1
2
r
n r


Sedangkan untuk menjaring data yang diperlukan dilakukan dengan tes
digunakan untuk menjaring data tentang penguasaan segitiga dan menjaring data
mengenai hasil belajar matematika mated pokok limas.
Penguasaan Segitiga Kelas V SD Negeri 200308 Padangsidimpuan
memiliki rata-rata 73,48. Apabila dibandingkan dengan kriteria penilaian pada
tabel 3 Bab III berada pada kategori Baik. Artinya, penguasaan segitiga harus
dipertahankan dan perlu ditingkatkan lagi kearah yang lebih baik.
Hasil belajar matematika materi pokok limas Kelas V SD Negeri
200308 Padangsidimpuan memiliki rata- rata 65,65. Apabila dibandingkan dengan
kriteria penilaian pada tabel 3 Bab III berada pada kategori Cukup. Artinya hasil
belajar matematika materi pokok limas harus ditingkatkan lagi kearah yang lebih
baik.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang
ditetapkan di peroleh t
hitung
4,66 dan t
tabel
pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat
kesalahan 5% dengan df = (N - nr) = 23 - 2 = 21, maka t
tabel
= 1,72. Jadi, apabila
( ) ( )
( ) { } ( ) { }
2 2 2 2
. .
.
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy


=
37

t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
maka dapat disimpulkan bahwa t
hitung
lebih besar
dari t
tabel
(4,66 > 1,72). Berarti hipotesis diterima atau disetujui. Artinya, Terdapat
pengaruh yang signifikan antara penguasaan segitiga terhadap hasil belajar
matematika mated pokok limas siswa Kelas V SD Negeri 200308
Padangsidimpuan. Dengan kata lain, semakin baik penguasaan segitiga maka akan
semakin baik hasil belajar matematika materi pokok limas yang diperoleh siswa.
2. SRI MURNIATI /NPM: 06090223
Matematika merupakan ilmu dasar yang diperoleh melalui proses berpikir
dan latihan, guru sebagai pelaksana dan pengelola pengajaran diharapkan dapat
memperbaiki mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar. Banyak kesulitan
yang dihadapi oleh siswa ketika terjadinya proses belajar mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media
visual terhadap hasil belajar Dimensi Dua Kelas V SD Negeri No. 101290 Satahi
Galanggang, dalam hal ini penulis melakukan penelitian untuk menjelaskan dan
mencari gambaran tentang kedua variabel tersebut, serta melihat pengaruh di
antara kedua variabel tersebut, yakni pengaruh penggunaan media visual terhadap
hasil belajar dimensi dua di Kelas V SD Negeri No. 101290 Satahi Galanggang.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa Kelas V SD Negeri 101290
Satahi Galanggang sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu total sampling dan yang menjadi sampel adalah siswa Kelas VA
SD Negeri No. 101290 Satahi Galanggang.
Untuk menjaring data yang diperlukan sehubungan dengan Pengaruh
Penggunaan Media Visual Terhadap Hasil Belajar Dimensi Dua di Kelas V SD
Negeri No. 101290 Satahi Galanggang. Untuk penggunaan Media Visual
38

digunakan angket dan digunakan pertanyaan sebanyak 15 butir soal. Untuk hasil
belajar Dimensi Dua digunakan tes sebanyak 15 butir soal.
Analisis deskriftif menggambarkan bahwa nilai rata-rata variabel pengaruh
penggunaan Media Visual menunjukkan kategori Baik dengan nilai 2,69
sedangkan nilai rata-rata variabel hasil belajar matematika berada pada kategori
"Baik" dengan ratarata yang diperoleh 71.
Analisis statistik inferensial digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis
yang diajukan pada penelitian dapat diterima atau ditolak maka dilakukan analisis
statistik dengan menggunakan rumus r product moment oleh Pearson, yakni:

Kemudian untuk menguji keberartian r
xy
yang diperoleh maka diadakan
uji t-tes yaitu:
t =
2
1
2
r
n r


Dari hasil perhitungan pada pengujian hipotesis pada derajat kebebasan
(dk) 40-2 = 38 dan taraf signifikan 95% diketahui t
hitung
sebesar 1,995 dan t
tabel

sebesar 1,684. Dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
dapat diketahui bahwa
t
hitung
lebih besar dari t
tabel
yaitu 1,995 > 1,684. Hal ini berarti hipotesis alternatif
diterima artinya terdapat pengaruh yang positif antara Penggunaan Media Visual
Terhadap Hasil Belajar Dimensi Dua Kelas V SD Negeri No. 101290 Satahi
Galanggang.



( ) ( )
( ) { } ( ) { }
2 2 2 2
. .
.
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy


=
39

C. Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa salah satunya
adalah keterampilan guru dalam memilih berbagai metode mengajar yang efektif
sesuai dengan materi pelajaran. Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, maka seorang guru harus dapat memilih dan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Sebab metode ini sangat
berpengaruh dalam kelancaran proses pembelajaran. Agar siswa belajar dengan
baik maka metode mengajar diusahakan setepat mungkin. Adapun metode
mengajar yang dapat digunakan diantaranya yaitu metode Quantum Learning.
Pada hakekatnya metode Quantum Learning adalah metode yang sangat
tepat untuk pencapaian hasil belajar siswa yang diinginkan dan untuk
mengembangkan potensi siswa. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
emosinal di dalam dirinya. Emosional dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar siswa, apakah hasilnya baik atau buruk. Metode pembelajaran Quantum
Learning berusaha menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang
berhubungan dengan hal yang bersifat logis (seperti belajar) dan otak kanan yang
berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif) sedangkan kreativitas yang
meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan dikembangkan
sehingga menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi
pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
Metode Quantum Learning dengan teknik pikiran memiliki manfaat yang sangat
40

baik untuk meningkatkan prestasi belajar maupun potensi kreatif yang terdapat
dalam diri siswa.
Dengan demikian dari uraian di atas dapat menggambarkan bahwa metode
Quantum Learning dapat mempengaruhi terhadap hasil belajar matematika materi
pokok pecahan di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang.

D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataam yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Sebagaiman pendapat Sudjana (2005:219) yang mengatakan bahwa
hipotesis adalah asumsi atau dengan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal. Itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:71) mengatakan hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sedangkan Sukardi (2008:41)
mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan
bersifat teoritis.
Selanjutnya Restu Kartikowidi (2010:186) mengatakan bahwa 4
karakteristik hipotesis yaitu
1) Hipotesis sedapat mungkin dinyatakan secara sederhana, spesifik dan
jelas secara konseptual, 2) Hipotesis harus dapat diverifikasi atau diuji,
3) Hipotesis hendaknya sesuai, berhubungan dan masih dalam kerangka
suatu bidang pengetahuan, 4) Hipotesis hendaknya dapat dioperasikan.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka hipotesis adalah jawaban yang masih
belum final dan perlu pembuktian lewat penelitian yang dilakukan di lapangan.
Oleh karena itu penulis menetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Penggunaan Metode Quantum
41

Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan di Kelas VII
SMP Negeri 1 Bukit Malintang.

42

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Peletian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bukit Malintang yang beralamat
di Desa Pasar Malintang Kecamatan Bukit Malintang yang dikepalai oleh Defrion
S.PdA sedangkan guru bidang studi matematika adalah Sahwin Harahap S.Pd,
Isna Haryani Harahap S.Pd, dan Syaifudin, S.Pd. Mereka menjalankan tugas
sesuai dengan jam yang telah ditentukan.
Alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena
sepengetahuan penulis belum ada yang melakukan penelitian tentang Pengaruh
Metode Quantum Learning Terhadap hasi belajar Matematika Materi Pokok
Pecahan di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang, disamping lokasi tersebut
tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penulis sehingga dapat menghemat waktu,
tenaga dan biaya dalam melakukan pengumpulan data. Sedangkan waktu
penelitian diperkirakan dapat selesai selama 3 bulan yaitu sejak bulan Juli
sampai dengan Septernber 2013.

B. Metode Penelitian
Metode adalah salah satu cara memperoleh suatu hal yang diinginkan
dengan cara melakukan suatu kegiatan sehingga apa yang diinginkan dapat
diperoleh. Jadi, metode penelitian adalah cara yang diperlukan penulis untuk
mengumpulkan data atau fakta-fakta demi keakuratan suatu objek penelitian.
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010:17) metode penelitian
adalah rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasarkan oleh
43

asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan, fisolofis dan idiologis, pertanyaan
dan isu-isu yang dihadapi. Sebagaimana pendapat Trianto (2010:197) yang
mengatakan bahwa ada enam jenis metode dalam penelitian yaitu:
1. Metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
mrnggambarkan tentang keadaan variabel, gejala secara apa adanya
kemudian dianalisis dan selanjutnya mencoba untuk memberikan
solusinya.
2. Studi kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan subjek penelitian
berdasarkan kasus yang dialami oleh subjek itu sendiri.
3. Survei yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mengadakan
pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik yang
berlangsung dilapangan atau lokasi penelitian.
4. Studi koresional yaitu suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk
mrngetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
5. Metode eksperimen yaitu suatu metode penelitian yang berusaha
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam
kondisi yang terkontrol secara ketat, melelui uji coba dalam kondisi
khusus yang sengaja diciptakan.
6. Metode tindakan suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau
kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk
menguji prosedur yang diperkirakan dan menghasilkan perubahan
tersebut.
Dari beberapa metode penelitian yang telah diuraikan diatas, maka pada
penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, karena dalam penelitian
penulis bermaksud untuk menggambarkan tentang gejala atau keadaan.
Terhadap setiap atau objek yang teliti di SMP Negeri 1 Bukit Malintang
kemudian datanya akan dianalisis sehingga metode deskriptif menjadi metode
yang cocok atau sesuai. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
ditunjukkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat lampau. Jalaluddin Rakhmat (2009:22)
mengatakan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan
melukiskan secara sistematis, fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
badang tertentu secara faktual dan cermat. Sedangkan Suharmisi Arikunto (2006:
44

234) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk
mengumpulkan imformasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu keadaan
gejala meneurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Selanjutnya Restu Kartiko Widi (2010:186) mengatakan bahwa metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengganbarkan semua data atau
keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-
lain) kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan
masalahnya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk mengkaji hipnotis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel gejala atau keadaan
berdasarkan data-data yang bertujuan menganalisis dan menginterpretasikan. Agar
peneliti terwujud secara sistematis dengan mengikuti konsep ilmiah maka penulis
menggunakan metode deskriptif.
Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu (a) variabel bebas (x) adalah
metode quantum Learning, dan (b) variabel terikat (y) adalah hasil belajar
matematika siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bersipat
korelasional yang dimaksud untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel.
Adapun gambaran kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:



Keterangan :
X = Metode quantum Learning
Y= Terhadap hasil belajar matematika materi pokok pecahan siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang
X Y

45

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel yang
menyatakan sebab akibat yakni pengaruh metode Quantum Learning terhadap
hasil belajar matematika materi pokok pecahan di kelas VII SMP Negeri 1 Bukit
Malintang.

C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam setiap penelitian tidak terlepas dari objek yang akan diteliti baik
berupa manusia, benda, peristiwa maupun gejala lainnya. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian. Sebagaimana menurut Sudjana (2005:161) yang
mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil
menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulam objek yang lengkap dan jelas.
Sedangkan Sugiono (2010:90) berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan
objek penelitian berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala-gejala,
nilai, peristiwa, sikap dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi
sumber data penelitian. Selanjutnya menurut Toha Anggoro (2009:42)
mengatakan bahwa populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan
atau individu-individu yang karakteristiknya yang ingin kita ketahui.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah objek penelitian yang lengkap dan jelas dari satuan-satuan atau individu-
individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui dari suatu wilayah dan telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalaha penelitian.
46

Populasi dalam penelitian adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 1 Bukit
Malintang yang terdiri dari 2 kelas parallel dengan jumlah 60 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang dianggap memiliki
segala sipat utama dari populasi. Menrut Husaini Usman (2009:43) mengatakan
bahwa sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan teknik
tertentu. Sedangkan menurut Anas Sudjana (2009:280) bahwa sampel adalah
suatu populasi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti yang dipilih atau
ditetapkan untuk keperluan analisis. Suharsimi Arikunto (2006: 95-98)
mengatakan bahwa beberapa teknik pengambilan sampel yang biasa dilakukan
adalah:
1. Sampling acak (random sampling)
Digunakan oleh peneliti apabila populasi darimana sampel diambil
merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri.
Dengan demikian sampel dapat diambil secara sembarangan (acak).
2. Sampking kelompok (cluster sampling)
Digunakan oleh peneliti apabila didalam populasi terdapat kelompok-
kelompok yang mempunyai cirri sendiri-sendiri.
3. Sampling berstrata atau sampling bertingkat (stratified sampling)
Digunakan oleh peneliti apabila didalam populasi terdapat kelompok-
kelompok subjek dan antara dua kelompok dengan kelompok yang lain
tanpa adanya strata atau tingkatan.
4. Sampking bertujuan (purposive sampling)
Yaitu teknik sampking yang digunakan oleh peneliti jikan peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan
sampelnya.
5. Sampling daerah atau sampling wilayah (area sampling)
Yakni pengmbilan sampling anggota sampel dengan
mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah-daerah geografis yang ada.
6. Sampling kembar (double sampling)
Yaitu pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan jumlah
sebanyak dua kali ukuran sampel yang dikehendaki.
7. Sampling berimbang (proportional sampling)
Yaitu peneliti mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada
dari populasi yang jumlahnya desesuaikan dengan jumlah yang ada
dalam masing-masing kelompok tersebut.
8. Total sampling yaitu pengambilan sampling dari keseluruhan populasi.
47

Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.
M.Burhan Bungin (2009:101) mengatakan bahwa total sampling adalah suatu
tekhnik pengamilan sampel penelitian yang dilakukan apabila anggota-anggota
populasi bersipat homogeny dan jumlahnya tidak terlalu besar. Senada dengan itu
Punaji Srtyosari (2010:168) mengatakan bahwa total sampling adalah teknik
pengambilan seluruh populasi menjadi sampel karena jumlah populasi terbatas
atau sedikit.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
sampel penelitian adalah sseluruh anggota populasi dijadikan menjadi anggota
sampel yang berjumlah 60 orang.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang baik sangat penting
sebab instrument yang baik dapat menjamin pengmbilan data yang akurat.
Menurut Nurul Zuriah (2009:168) mengatakan bahwa instrumen peneltian
merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan
menurut Ridwan (2009:69) mengatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya dalam
mengupulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Selanjutnya menurut Suharsumi Arikunto (2005:161) bahwa instrumen
merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam metode pengumpulan data.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa instrument merupakan alat
yang digunakan untuk memperoleh data atau imformasi yang diperlukan dalam
pengujia hipotesis. Penyusunan instrument dilakukan berdasarkan kedua variable
48

yaitu metode quantum learning variabel bebas (X) dan hasil belajar matematika
materi pokok pecahan sebagai variabel terikat (Y).
Metode Quantum Learning diartikan dalam penelitian ini adalah strategi
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman daya ingat serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Untuk
memperoleh data tentang metode Quantum Learning dibuat instrumen penelitian
idikator sebagai berikut: 1) peranan otak kiri, 2) peranan otak kanan, 3)
kreativitas.
Dari ketiga indicator diatas dapat dibuat soal sebanyak 15 butir soal
angket. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Kisi-Kisi Metode Quantum Learning
Pada SMP Negeri 1 Bukit Malintang

No Indikator Nomor Soal Banyak Soal
1
2
3
Peranan otak kiri
Peranan otak kanan

Kreativitas
1,2,3,4,5,
6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
5
5
5
Jumlah 15

Sedangkan variabel pada hasil belajar matematika matri pokok pecahan di
SMP NegerI 1 Bukit Malintang diartikan dalam penelitian ini adalah kemampuan
atau kecakapan yang dimiliki siswa pada hasil belajar pecahan setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Adapun indicator hasil belajar matematika materi pokok
pecahan adalah : 1) meneyrderhanakan pecahan, 2) memebandingkan pecahan, 3)
pecahan senilai.
49

Dari ketiga indikator tersebut disusun test sebanyak 15 soal dalam bentuk
pilihan ganda 4 option (pilihan). Kisi-kisi test hasil belajar pecahan dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Kisi-kisi Test Hasil Belajar Pecahan
Pada SMP Negeri 1 Bukit Malintang

No Indikator Nomor Soal Banyak Soal
1
2
3
Menyederhanakan Pecahan

Membandingkan Pecahan

Kreativitas
1,2,3,4,5,
6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
5
5
5
Jumlah 15

E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan
melalui istrument yang dikembangkan oleh peneliti. Sebagaimana menurut
Abdurrahmat Fathoni (2006:104-105) yang menyatakan bahwa secara
metodologis dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data antara lain:
1. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan secara langsung ke objek penelitian dengan disertai
pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.
2. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari
pihak yang mewawancarai dan jawaban yang diberikan oleh yang
diwawancarai.
3. Angket adalah teknik pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang
diberikan kepada responden untuk mencari informasi yag lengkap
mengenai suatu masalah.
4. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden.
5. Tes merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
mengukur kemampuan objek yang diteliti dengan menggunakan soal-
soal latihan.


50

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara
yaitu pengumpulan data dengan angket dan tes. Angket digunakan untuk
memperoleh dan mengunpulkan data tentang variabel bebas (X) yaitu metode
Quantum Learning. Sedangkan test digunakan untuk memperoleh dan
pengumpulan data dari variabel terikat (Y) yaitu hash belajar pecahan.
Menurut Bisri Mustofa (2008:55) mengatakan bagwa angket adalah
pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan untuk menjawab
responden, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2005:102-103) mengatakan bahwa
angket adalah merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan pengguna. Selanjutnya menurut Daryono (2010:30)
mengatakan bahwa angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden) untuk mengetahui tentang keadaan data diri,
pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapatnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan angket adalah daftar pertanyaan diisi
responden untuk memperoleh data yang diinginkan.
Zaenal Arifin (2010:30) mengatakan bahwa kelebihan angket antara lain:
1) Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan
dengan peneliti atau peniliai, dan waktu relative lama sehingga objektivitas dapat
terjamin, 2) Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya
homogeny, 3) Dapat digunakan untuk menumpulkan data dari jumlag responden
yang besar yang dijadikan sampel.

Untuk mempermudah penulis dalam mengumpulkan data, penulis
menggunakan angket tertutup. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(2005:103) mengatakan bahwa angket tertutup adalah angket yang disajikan
51

dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan checklist
pada kolom atau tempat yang sesuai. Kemudian Husaini Usman (2009:43)
mengatakan bahwa angket tertutup adalah jenis angket yang mempunyai bentuk-
bentuk pertanyaan, seperti ya, tidak, pilihan ganda, skala penilaian dan daftar cek.
Penggunaan angket tertutup agar responden memperoleh kemudahan dalam
memberikan jawabannya dan juga menjaga kerahasiaan dari identitas responden.
Selain itu, dengan angket tertutup alternatif jawaban yang disediakan dapat
membatasi jawaban yang relevan, dimana pembatasan tersebut bertujuan untuk
memudahkan tabulasi dan analisis data dalam jumlah besar dalam waktu yang
relative singkat.
Berdasarkan uraian di atas maka teknik pengumpulan data dalam
penyusunan skripsi ini adalah angket atau kusioner, dengan bentuk multiple
choice. Kemudian angket yang digunakan adalah angket tertutup. Dimana masing-
masing butir soal memiliki 4 pilihan jawaban sebagai berikut: l) Pilihan jawban
"a" (selalu) diberi nilai 4, 2) Pilihan jawban "b" (kadang-kadang) diberi nilai 3, 3)
Pilihan jawban "c" (jarang) diberi nilai 2 dan 4) Pilihan jawban "d" (tidak pernah)
diberi nilai 1.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan
tes. Tes yang dimaksud adalah tes hasil belajar matematika materi pokok pecahan.
Pengumpulan data dilakukan tes tertulis. Tes diberikan kepada siswa yang belajar
matematika materi pokok pecahan dengan menggunakan metode Quantum
Learning. Suharsimi Arikunto (2005:150) menyatakan bahwa tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengkur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakar yang digunakan
52

menguikur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
Sebagaimana menurut Zaenal Arifin (2010:150) yang menyatakan bahwa
tes obejektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat. Untuk lebih jelasnya penulis
akan menjelaskan satu-persatu.
1. Benar -salah adalah teknik pengumpulan data yang berupa pernyataan
yang mengandung dua kemungkinan jawaban,yaitu benar atau salah.
2. Pilihan ganda adalah teknik pengumpulan data yang berupa pernyataan
yang mengkuru hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan
aspek ingatan.
3. Menjodohkan adalah teknik pengumpulan data yang terdiri atas
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada
kedua kolom yang berbeda, yaitu kolom persoalan dan kolom sebelah
kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
4. Jawaban singkat dan melengkapi adalah teknik pengumpulan data
dimana kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban
dengan kalimat atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau
salah.

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan salah sato
alat pengumpulan data yaitu pilihan ganda. Adapun alas an penulis menggunakan
pilihan ganda sebagai alat pengumpulan data karena penilaiannya dapat dilakukan
dengan mudah, cepat dan objektif, serta dapat juga dilakukan untuk jumlah objek
penelitian penulis yang cukup banyak.
Nana Sudjana (2010:49) menyatakan bahwa kelebihan bentuk pilihan ganda
antara lain:
1)Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan, 2) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai)
dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban, 3) Jawaban
untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya
bersifat objektif.

Menurut Nana Sudjana (2010:49) mengatakan bahwa kelemahan pilihan
ganda antara lain: 1)Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih
53

cukup besar, 2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
Tes hasil belajar tersebut berbentuk objektif dengan bentuk pilihan ganda
(multiple choice) dengan 4 option (pilihan) yaitu menjawab benar diberi skor l,
salah diberi skor 0.

F. Teknik Analisis Data
Untuk melakukan analisis data terhadap data yang telah dikumpulkan maka
ada dua tahap yang dilakukan yaitu:
1. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan kedua variabel yaitu
metoe Quantum Learning (sebagai variabel X) dan hasil belajar pecahan
(sebagai variabel Y) berupa mean, median, modus, distribusi frekuensi dan
histogram. Untuk menentukan gambaran masing-masing variabel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada klasifikasi penelitian sebagaimana dikatakan
oleh Muhibbin Syah (2002:151) sebagai berikut:
Tabe13
Kriteria Penilaian Quantum Learning Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Bukit Malintang
No Interval Interpretasi
1 3,26-4,00 Sangat baik
2 2,51-3,25 Baik
3 1,76-2,50 Cukup
4 1,00-1,75 kurang

Selanjutnya Muhibbin Syah (2002:151) menjelaskan bahwa kriteria
penilaian tentang variabel hasil belajar pecahan dapat digunakan dari kriteria
penilaian dibawah ini :

54

Tabel 4
Kriteria Penilaian Hasil Belajar Matematika Pecahan
Di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang
No Interval Interpretasi
1 80-100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60-68 Cukup
4 50-59 Kurang
5 0,0-49 Gagal

2. Analisis infrensial digunakan untuk menguji hipotesis apakah hopitesis
tersebut dapat diterima atau ditolak. Adapun rumus untuk menguji hipotesis
yang dimaksud adalah menggunakan pendekatan korelasi product moment
oleh Pearson yang dijelaskan oleh Anas Sudjiono (2009:206) sebagai
berikut:


Keterangan :
r
xy
: Indeks korelasi Product Moment
N : Jumlah sampel
X : Jumlah variabel X
Y : Jumlah variabel Y
X
2
: Jumlah kuadrat variabel X
Y
2
: Jumlah kuadrat variabel Y
XY : Jumlah kuadrat variabel X dan Y
Sedangkan untuk mengetahui apakah pengaruh signifikan maka diguanakan
rumus uji tes sebagaimana dijelaskan oleh Nana Sudjana (2010:377) yaitu:
t =
2
1
2
r
n r


Keterangan :
t : Uji kebenaran
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah data

( ) ( )
( ) { } ( ) { }
2 2 2 2
. .
.
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy


=
55

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis maka data yang diperoleh
dari 60 responden di lapangan tentang kedua variabel penelitian yaitu, Pengaruh
Metode Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok
Pecahan di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang, maka dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5
Rekapitulasi Data Tentang Penggunaan Metode Quantum Learning
Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan
Di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang
No X Y
1. 2,93 73,33
2. 2,73 66,67
3. 2,67 53,33
4. 2,87 86,67
5. 3,33 66,67
6. 2,80 60,00
7. 2,73 53,33
8. 2,80 26,67
9. 2,67 33,33
10. 3,87 66,67
11. 3,20 66,67
12. 3,07 46,67
13. 2,80 46,67
14. 3,20 40,00
15. 3,60 86,67
16. 2,67 60,00
17. 3,60 66,67
18. 2,87 53,33
19. 3,33 80,00
20. 3,87 66,67
21. 3,07 73,33
22. 2,13 66,67
56

23. 2,67 53,33
24. 2,53 80,00
25. 2,20 73,33
26. 3,07 86,67
27. 3,33 66,67
28. 3,26 73,33
29. 3,67 86,67
30. 2,60 86,67
31. 3,33 73,33
32. 2,47 60,00
33. 2,27 73,33
34. 3,20 66,67
35. 3,26 53,33
36. 1,73 66,67
37. 1,86 80,00
38. 2,60 60,00
39. 2,87 66,67
40. 3,33 66,67
41. 2,47 73,33
42. 2,73 73,33
43. 2,47 66,67
44. 3,33 60,00
45. 2,60 53,33
46. 2,93 80,00
47. 3,27 73,33
48. 2,60 66,67
49. 2,87 40,00
50. 2,73 73,33
51. 2,80 73,33
52. 3,33 66,67
53. 2,60 73,33
54. 3,33 66,67
55. 2,60 53,33
56. 2,87 66,67
57. 2,80 46,67
58. 2,67 73,33
59. 2,67 86,67
60. 3,60 73,33
Jumlah 174,33 3953,35
Rata-rata 2,91 65,88
57

1. Deskripsi Data Metode Quantum Learning
Berdasarkan hasil penelitian rekapitulasi data menggambarkan bahwa
Metode Quantum Learning diperoleh nilai rata-rata 2,91 dengan nilai terendah
yakni 1,73 sedangkan skor tertinggi 3,87. Adapun skor maksimum yang mungkin
dicapai yaitu 4,00 sedangkan skor minimum yakni 1,00 sehingga nilai tengah
teoritisnya adalah 2,50. Gambaran lain dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 6
Nilai Mean, Median, Modus dari Metode Quantum Learning
di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang

No Nilai Keterangan
1. Mean 2,91
2. Median 2,85
3. Modus 2,79

Untuk memperoleh dari gambaran mean, median dan modus dapat dilihat
pada lampiran 7.
Apabila dibandingkan dengan nilai tengah teoritis yakni 2,50 dengan nilai
rata-rata (mean) yakni 2,91 maka diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) lebih
besar dari nilai tengah teoritisnya. Berikut adalah gambaran hubungan keduanya.



Gambar 1 : Letak Rata-Rata Metode Quantum Learning di Kelas VII SMP Negeri
1 Bukit Malintang

Pada Bab III sebelumnya telah diuraikan kriteria penilaian sehingga jika
dibandingkan dengan hasil penelitian ini Metode Quantum Learning berada pada
kategori Baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dari angket Metode

2,91

1,00 2,50 4,00
58

Quantum Learning.
Berdasarkan indikator yang digunakan sebagai petunjuk Metode Quantum
Learning masing-masing memiliki responden yang berbeda. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban responden pada angket Metode Quantum Learning sebagai berikut:
a. Indikator pertama, yaitu peranan otak kiri memperoleh nilai rata-rata sebesar
3,00 masuk kategori Baik. Hal ini ditunjukkan jawaban siswa dengan skor
yang benar 902 dari skor maksimum 1200.
b. Indikator kedua, yaitu peranan otak kanan, memperoleh nilai rata-rata sebesar
2,63 masuk kategori Baik. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa dengan
banyak skor yang benar 789 dari skor maksimal 1200.
c. Indikator ketiga, yaitu kreativitas memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,05. Hal
ini masuk kategori Baik, hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa dengan
benar 917 dari skor maksimum 1200.
Untuk lebih jelasnya gambaran Metode Quantum Learning di SMP Negeri
1 Bukit Malintang dapat juga dilihat dalam tabel frekuensi sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Metode Quantum Learning
di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang

No Interval Frekuensi Persentase %
1. 1,73-2,03 2 3,33
2. 2,04-2,34 3 5.00
3. 2,35-2,65 10 16,67
4. 2,67-2,97 22 36,67
5. 2,97-3,27 9 15,00
6. 3,28-3,58 8 13,33
7. 3,59-3,89 6 10,00
Jumlah 60 100,00

59

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2



1,75 2,035 2,345 2,655 2,965 3,275 3,585 3,885
Dari tabel diperoleh bahwa nilai tengah (median) dari data penelitian ini
adalah 2,85 dan nilai yang sering muncul (modus) adalah 2,79. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam histogram berikut :
F










X

Gambar 2 : Histogram Metode Quantum Learning di Kelas VII SMP
Negeri 1 Bukit Malintang

2. Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 60 responden
tentang hasil belajar materi pokok pecahan. Dalam penelitian ini diperoleh nilai
terendah 26,67 dan nilai tertinggi 86,67. Sedangkan nilai maksimun yang
mungkin dicapai adalah 100, dimana nilai tengah teoritisnya sebesar 50 dan dari
hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata 65,88. Jika nilai tersebut
dikonsultasikan dengan kriteria penilaian yang telah diuraikan pada Bab III maka
60

dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut berada pada kategori Cukup. Gambaran
hasil data juga dapat dilihat dealam tabel berikut :
Tabel 8
Nilai Mean, Median dan Modus dari Hasil Belajar di Kelas
VII SMP Negeri 2 Kotanopan

No Nilai Keterangan
1. Mean 65,88
2. Median 63,89
3. Modus 63,19

Untuk memperoleh dari gambaran mean, median dan modus dapat dilihat
pada lampiran 8.
Apabila dibandingkan dengan nilai teoritisnya yakni 50 dengan nilai rata-
rata 65,88 maka diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) lebih besar dari nilai
tengah teoritisnya, berikut ini adalah gambaran hubungan keduanya.




Gambar 3 : Letak Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Materi
Pokok Pecahan di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang.

Berdasarkan hasil jawaban tes hasil belajar matematika pada materi pokok
pecahan dapat dijelaskan beberapa pencapaian yang diperoleh siswa berdasarkan
kriteria yang diuraikan pada Bab III, sesuai dengan indikator yag ditentukan maka
pencapaian materi pecahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Indikator pertama, yaitu menyederhanakan pecahan nilai rata-rata 86,67
masuk kategori Baik hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa benar 260 dari
jumlah skor 300.

65,88

0 50 100
61

b. Indikator kedua, yaitu membandingkan pecahan nilai rata-rata 59,66 masuk
kategori Kurang hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa yang benar 179 dari
jumlah 300.
c. Indikator ketiga, yaitu pecahan senilai memperoleh nilai rata-rata 51,33
Kurang hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa yang benar 154 dari umlah
skor 300.
Untuk lebih jelasnya gambaran hasil belajar matematika materi pokok
pecahan di SMP Negeri 1 Bukit Malintang dapat juga dilihat dalam tabel
frekuensi sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan
di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang

No Interval Frekuensi Persentase %
1. 26,67 - 36,67 2 3,33
2. 36,68 - 48,68 5 8,33
3. 48,69 - 56,69 7 11,67
4. 56,70 - 66,70 22 36,67
5. 66,71 - 76,71 14 23,33
6. 76,72 - 86,72 10 16,67
Jumlah 60 100,00

Untuk lebih jelasnya tabel distribusi frekuensi dapat digambarkan pada
histogram berikut:




62

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2



2,035 2,345 2,655 2,965 3,275 3,585 3,885
F










X

Gambar 4 : Histogram Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan
di Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang.


B. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan langkah-langkah dalam pengajuan hipotesis yang telah
diuraikan pada Bab III dijelaskan bahwa sebelum melakukan uji hipotesis maka
harus dilakukan uji normalitas data. Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah
data distribusi normal atau tidak. Sesuai dengan analisis data yang telah
ditentukan sebelumnya, penelitian ini menggunakan statistik parametrik sehingga
dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini diasumsikan berdistribusi normal
atau memiliki sebaran data normal.
Untuk melakukan uji normalitas terlebih dahulu dicari simpangan baku
yang dapat diperoleh melalui perhitungan yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:
63

Tabel 10
Perhitungan Simpangan Baku Data Metode Quantum Learning
Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang

Kelas
Interval
fi xi fixi xi - (xi - x)
2
fi(xi -


1,73-2,03 2 1,88 3,76 -1,03 1,06 2,21
2,04-2,34 3 2,19 6,57 -0,72 0,52 1,56
2,35-2,65 10 2,50 25,00 -0,41 0,17 1,70
2,67-2,96 22 2,81 61,82 -0,10 0,01 0,22
2,97-3,27 9 3,12 28,08 0,21 0,04 0,36
3,28-3,58 8 3,43 27,44 0,52 0,27 2,16
3,59-3,89 6 3,74 22,44 0,83 0,69 4,14
Jumlah 60 175,11 12,26

S
1
) (
2

E
=
n
x xi fi

1 60
26 , 12

=
59
26 , 12
=
= 0,20
= 0,45
Berdasarkan hasil pengumpulan data Metode Quantum Learning
diperoleh rata-rata 2,92 dan simpangan baku 0,45. Berikut ini adalah tabel
perhitungan untuk mengetahui distribusi populasi:
Tabel 11
Pengujian Normalitas Data Metode Quantum Learning di Kelas VII SMP
Negeri I Bukit Malintang

Batas
nyata
Z skore
Batas luas
daerah
Luas
daerah
f
0
f
h


1,725 -2,65 0,0040
0,0210 2 1,260 0,43
2,035 -1,96 0,0250
0,0770 3 4,620 0,56
2,345 -1,27 0,1020
0,1790 10 9,740 0,05
64

2,655 -0,58 0,2810
0,2588 22 15,528 26,35
2,965 0,10 0,5398
0,2425 9 14,550 16,25
3,275 0,78 0,7823
0,1456 8 8,736 0,04
3,585 1,46 0,9279
0,0589 6 3,534 8,54
3,885 2,14 0,9868
Jumlah 52,22

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai x
2
hitung = 52,22. Dari tabel
harga x
2
diketahui bahwa dengan dk = 7-1 = 6, dengan tingkat kepercayaan 95%
dan tingkat kesalahan 5%, maka nilai x
2
tabel=12,6. Jadi diperoleh x
2
hitung < x
2

tabel atau 52,22 < 12,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tentang Metode
Quantum Learning siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang berada dalam
sebaran normal.
Untuk menentukan simpangan baku dari data tentang hasil belajar
matematika materi pokok pecahan dapat dihitung pada tabel berikut:
Tabel 12
Perhitungan Simpangan Baku Data Ilasil Belajar Matematika Materi Pokok
Pecahan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang

Kelas
Interval fi
xi
fixi xi - (xi - x)
2
fi(xi -


26,67 -36,67 2 31,67 53,34 -31,86 1015,05 2030,10
36,68-46,68 5 41,68 208,40 -21,85 477,42 2387,10
46,69-56,69 7 51,69 361,83 -11,84 140,18 981,26
56,70-66,70 22 61,70 1357,40 -1,83 3,34 73,48
66,71-76,71 14 71,71 1003,94 8,18 66,91 936,74
76,72-86,72 10 81,72 817,20 18,19 330,87 3308,70
Jumlah 3812,11 9717,38



65

S
2
1
) (
2

E
=
n
x xi fi

1 60
38 , 17 , 97

=
59
38 , 17 , 97
=
S
2
= 164,70
= 12,83
Dari perhitungan dari hasil belajar matematika materi pokok pecahan
diperoleh rata-rata 63,53 dan simpangan baku 12,83 berikut adalah tabel
perhitungan untuk mengetahui distribusi populasi.
Tabel 13
Pengujian Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Materi
Pokok Pecahan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang
Batas nyata Z skore
Batas Luas
Daerah
Luas
Daerah
f
0
f
h
fi(xi -


26,665 -2,87 0,00021
0,0162 2 0,972 1,087
36,675 -2,09 0,0183
0,0768 5 4,608 0,033
46,685 -1,31 0,0951
0,2030 7 12,180 2,202
56,695 -0,53 0,2981
0,2929 17,574 1,114
66,705 0,24 0,5910
0,2551 14 15,306 0,111
76,715 1,02 0,8461
0,1180 10 7,080 1,204
86,715 1,80 0,9641
Jumlah 5,751

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai x
2
hitung = 5,751. Dari harga
kritik chi-kuadrat bahwa dengan dk = K - 1= 6 - 1= 5, dengan tingkat kepercayaan
95% dan tingkat kesalahan 5%, maka nilai x
2
tabel= 11,1. Jadi diperoleh x
2
hitung
66

< x
2
tabel atau 5,751 < 11,1 maka sebaran data hasil belajar matematika materi
pokok pecahan bersifat normal.
Setelah melakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka data yang dikumpulkan lebih
dahulu dilakukan perhitungan dengan memahami rumus yang telah ditetapkan
pada Bab III. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel perhitungan tentang variabel x dan variabel y yang terdiri dari:
no. subjek, x, y, x
2
, y
2
dan xy.
2. Mencari indeks korelasi r product moment untuk menentukan nilai r
xy

hitung.
Untuk menentukan simpangan baku dari data tentang hasil belajar
matematika materi pokok pecahan dapat dihitung pada tabel berikut:


Tabel 14
Tabel Kerja Mencari Angka Indeks Korelasi Metode Quantum Learning
Dengan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan di
Kelas VII SMP Negeri 1 Bukit Malintang

No x y x
2
y
2
xy
1. 2,93 73,33 8,85 5377,29 214,86
2. 2,73 66,67 7,45 4444,88 182,00
3. 2,67 53,33 7,13 2844,08 142,39
4. 2,87 86,67 8,24 7511,68 248,74
5. 3,33 66,67 11,08 4444,88 222,01
6. 2,80 60,00 7,84 3600,00 168,00
7. 2,73 53,33 7,45 2844,08 145,59
8. 2,80 26,67 7,84 711,28 74,67
9. 2,67 33,33 7,13 1110,88 88,99
( ) ( )
( ) { } ( ) { }
2 2 2 2
. .
.
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy


=
67

10. 3,87 66,67 14,98 4444,88 258,01
11. 3,20 66,67 18,24 4444,88 213,34
12. 3,07 46,67 9,42 2178,08 143,27
13. 2,80 46,67 7,84 2178,08 130,67
14. 3,20 40,00 10,24 1600,00 128,00
15. 3,60 86,67 12,96 7511,68 312,01
16. 2,67 60,00 7,13 3600,00 160,20
17. 3,60 66,67 12,96 4444,88 240,01
18. 2,87 53,33 8,24 2844,08 153,06
19. 3,33 80,00 11,08 6400,00 266,40
20. 3,87 66,67 14,98 4444,88 258,01
21. 3,07 73,33 9,42 5377,29 225,12
22. 2,13 66,67 4,54 4444,88 142,00
23. 2,67 53,33 7,13 2844,08 142,39
24: 2;53 80;00 6;40 6400;00 202,40
25. 2,20 73,33 4,84 5377,29 161,33
26. 3,07 86,67 9,42 7511,68 266,07
27. 3,33 66,67 11,08 4444,88 222,01
28. 3,26 73,33 18,63 5377,29 239,05
29. 3,67 86,67 13,47 7511,68 318,0407
30. 2,60 86,67 6,76 7511,68 225,34
31. 3,33 73,33 11,08 5377,29 244,19
32. 2,47 60,00 6,10 3600,00 148,20
33. 2,27 73,33 5,15 5377,29 166,46
34. 3,20 66,67 10,24 4444,88 213,34
35. 3,26 53,33 10,63 2844,08 173,86
36. 1,73 66,67 2,99 4444,88 115,34
37. 1,86 80,00 3,46 6400,00 148,80
38. 2,60 60,00 6,76 3600,00 156,00
39. 2,87 66,67 8,24 4444,88 191,34
40. 3,33 66,67 11,08 4444,88 222,01
41. 2,47 73,33 6,10 5377,29 181,13
42. 2,73 73,33 7,45 5377,29 200,19
43. 2,47 66,67 6,10 4444,88 164,67
44. 3,33 60,00 11,08 3600,00 199,80
45. 2,60 53;33 6;76 2844,08 138,66
46. 2,93 80,00 8,85 6400,00 234,40
47. 3,27 73,33 10,69 5377,29 239,79
48. 2, 66,67 6,67 4444,88 171,34
68

49. 2,87 40,00 8,24 1600,00 114,80
50. 2,73 73,33 7,45 5377,29 200,19
51. 2,80 73,33 7,84 5377,29 205,32
52. 3,33 66,67 11,08 4444,88 222,01
53. 2,60 73,33 6,76 5377,29 190,66
54. 3,33 66,67 11,08 4444,88 222,01
55. 2,60 53,33 6,76 2844,08 138,66
56. 2,87 66,67 8,24 4444,88 191,34
57. 2,80 46,67 7,84 2178,08 130,68
58. 2.67 73,33 7,13 5377,29 195,79
59. 2,67 86,67 7,13 7511,68 231,40
60. 3,60 73,33 12,96 5377,29 236,98
Jumlah 174,33 3953,35 518,20 261157,89 11512,38

{ }{ }
2 2 2 2
) ( ) (
) )( (
y y N x x N
y x xy N
r
xy
E E E E
E E E
=
{ }{ }
2 2
) 35 , 3953 ( ) 89 , 261157 ( 60 ) 33 , 174 ( ) 20 , 518 ( 60
) 35 , 3953 )( 33 , 174 ) 38 , 11512 ( 60


=
) 22 , 15628976 4 , 15669473 )( 9489 , 30390 31092 (
5055 , 689187 8 , 690742


=
) 18 , 40497 )( 0511 , 701 (
2945 , 1555
=
59 , 28390592
2945 , 1555
=
28233 , 5328
2945 , 1555
=
29 , 0 =
Dari hasil penelitian di atas diperoleh r
xy
sebesar 0,29. Selanjutnya untuk
melakukan pengujian terhadap hipotesis yang ditegakkan dengan menggunakan
uji t-tes maka harga korelasi r product moment tersebut dimasukkan ke dalam
rumus.

69

2
1
2
r
n r
t

=
2
) 29 , 0 ( 1
2 60 29 , 0


=
0841 , 0 1
58 29 , 0

=
9159 , 0
) 62 , 7 ( 29 , 0
=
9570 , 0
2098 , 2
=
= 2,309
Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh t
tes
sebesar 2,309. Apabila
dibandingkan dengan t
tabel
pada taraf kepercayaan 95% atau kesalahan 5% dengan
derajat kebebasan dk= N-2 = 60 - 2 = 58 sehingga t
tabel
tidak ditemukan maka
dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus interpolalasi linear (persamaan
garis.
N T
tabel
40
60
1,68
1,67

1 2
1
1 2
1
X X
X X
Y Y
Y Y


68 , 1 67 , 1
68 , 1
40 60
40 58

t
X

01 , 0
68 , 1
20
18

=
t
X

20
6 , 33 18 , 0 +
= x
70

20
78 , 33
= x
689 , 1 = x
Sehingga dapat diketahui t
tabel
sebesar 1,676 dengan membandingkan
antara t
hitung
dengan t
tabel
terlihat bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
atau 2,39 >
1,676. Berdasarkan hasil konsutasi nilai tersebut maka hipotesis alternatif yang
dirumuskan dalam penelitian dapat diterima atau disetujui kebenarannya. Artinya
terdapat penguruh yang signifikan antara metode quantum learning terhadap hasil
belajar matematika materi pokok pecahan di kelas VII SMP Negeri 1 Bukit
Malintang. Dengan kata lain semakin baik menggunakan metode quantum akan
semakin tinggi hasil belajar matematika materi pokok pecahan Kelas VII SMP
Negeri 1 Bukit Malintang metode quantum learning maka kurang baik hasil
belajar matematika materi pokok pecahan di Kelas VII SMP Negeri I Bukit
Malintang.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah dalam
prosedur penelitian. Pelaksanaannya telah dilakukan secara sistematis dan penuh
kehati-hatian agar diperoleh data sebaik mungkin. Namun untuk memperoleh
hasil yang sempurna tentulah sangat sulit karena dalam penelitian ini dirasakan
masih banyak keterbatasan ataupun kekurangannya. Adapun keterbatasan yang
dimaksud antara lain kemampuan dari peneliti baik dari segi waktu, tenaga dan
biaya. Berkaitan dengan pengumpulan data mungkin masih memiliki banyak
kekurangan baik dari segi instrumen ataupun pelaksanaan pada saat pengambilan
data.

71

Ada kemungkinan pengawas lalai pada saat melaksanakan tes atau
angket sehingga memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan prosedur dalam pelaksanan tes. Demikian juga terhadap
kondisi siswa. Pada saat angket atau tes diberikan pengawas lalai dalam
memperhatikannya. Oleh karena itu, objektivitas data kurang terjamin, jawaban
siswa dapat berupa terkaan atau bukan jawaban sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai