Anda di halaman 1dari 34

Oleh:

Erin Triana
030.09.078

Pembimbing:
Dr. Indra Yanti Jorianto, Sp.A, MARS

Indonesia memiliki tujuan Millenium Development Goals
(MDGs) keempat yang memuat tentang pengurangan
angka kematian anak. Indonesia juga membuat program
nasional untuk anak-anak berdasarkan isu kematian
bayi dan balita.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline
Membran Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas
yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
lahir dengan masa gestasi kurang.
Secara klinis, RDS diawali dengan gagal nafas akut seperti
sesak, sianosis, grunting, retraksi dan takipnea. Kegagalan
respirasi dapat dikonfirmasikan melaui pemeriksaan analisis
gas darah dan foto sinar-X dengan tampilan ground glass dan
air bronchograms.
PENDAHULUAN
Penyebab terbanyak dari
angka kesakitan dan kematian
pada bayi premature adalah
Respiratory Distress Syndrome
(RDS). Sekitar 5 -10%
didapatkan pada bayi kurang
bulan (prematur), 50% pada
bayi dengan berat 501-1500
gram
Manajemen yang paling baik
dilakukan pada unit rumah sakit
yang mempunyai staf dan
peralatan khusus dan kamar
perawatan intensif neonatus
PENDAHULUAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN
Fungsi primer dari sistem pernafasan adalah menghantarkan udara masuk dan
keluar dari paru sehingga oksigen dapat dipertukarkan dengan karbondioksida
ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN
Sistem pernafasan bawah meliputi trakhea, bronkus-bronkus, dan paru.
Paru kanan terdiri dari tiga lobus: lobus superior, media dan inferior. Paru kiri
hanya memiliki dua lobus: lobus superior, dan inferior. Dasar setiap paru terletak
di atas permukaan diafragma
TAHAP PERTUMBUHAN PARU JANIN
Waktu (minggu)
Embrionik 3-7
Kanalikular 7-15
Pseudoglandular 15-25
Sakkular 25-35
Alveolar 35 minggu-2 tahun
Pertumbuhan post natal 2-18 tahun
PERALIHAN PERNAPASAN PARU
Keberhasilan tercapainya fungsi paru
yang adekuat pada saat lahir
bergantung pada anatomi yang tidak
obstruktif dan umur kehamilan serta
maturitas
Cairan yang mengisi paru janin
harus dikeluarkan, kapasitas residu
fungsional pengisian udara
(functional residual capacity (FCR))
tercapai dan dipertahankan dan
hubungan ventilasi perfusi yang
berkembang
PERNAPASAN PERTAMA
Selama persalinan melalui vagina,
kompresi intermiten thoraks
mempermudah pengeluaran cairan
dari paru-paru. Surfaktan dapat
mengurangi tegangan permukaan
sehingga dapat menurunkan
tekanan yang diperlukan untuk
membuka alveolus
Dibandingkan bayi cukup bulan, bayi
BBLR yang mempunyai dinding dada
amat lemah kemungkinan mengalami
kegagalan dalam menyelesaikan
pernapasan pertamanya. FRC
terendah terdapat pada bayi imatur
yang dapat menyebabkan sindrom
kegawatan pernapasan
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
DEFINISI

Respiratory Disstress Syndrome disebut juga penyakit
membran hialin. RDS timbul saat lahir atau segera setelah
lahir, progresif dalam 48-72 jam, bayi letargi, terjadi
edema perifer, pada foto rontgen tampak paru kecil (small
lung) dengan gambaran granular lapangan paru
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
EPIDEMIOLOGI
Penyebab utama kematian bayi baru lahir
diperkirakan 30% dari semua neonatus
diakibatkan oleh RDS atau komplikasinya.
RDS terutama terjadi pada 50-80% terjadi
pada bayi yang umur kehamilannya kurang
dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara
32 dan 35 minggu, sekitar 5% pada bayi
yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada
bayi cukup bulan
Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan
umur dari ibu diabetes, persalinan sebelum
umur 37 minggu, kehamilan multijanin,
persalinan seksio sesarea, persalinan
cepat, asfiksia, stress dingin, dan adanya
riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena
RDS. Insidens tertinggi pada bayi preterm
kulit putih atau laki-laki
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
ETIOLOGI
Obstruksi jalan
napas
Nasal
Rongga mulut
Leher
Laring
Trakea
Trakeomalasia
Fistula
trakeoesofagus
Stenosis trakea
Stenosis
bronkial
Penyebab
pulmonal
Aspirasi
mekonium
Atelektasis
Pneumothoraks
TTN
Hernia
diafragmatika
Penyebab non
pulmonal
CHF
Persistance
pulmonary
hypertension
Hipotermia
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
FAKTOR RESIKO
Bayi kurang bulan
(BKB)
Kegawatan neonatal seperti kehilangan darah
dalam periode perinatal, aspirasi mekonium,
pneumotoraks akibat tindakan resusitasi, dan
hipertensi pulmonal
Bayi dari ibu diabetes
mellitus
Bayi lahir dengan
operasi sesar
Bayi yang lahir dari ibu
yang alami ketuban
pecah dini dapat terjadi
pneumonia bakterialis
atau sepsis
Bayi yang mengalami
aspirasi mekonium
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
PATOFISIOLOGI
Surfaktan kurang
Atelektasis
progresif
hipoventilasi
pCO2, pO2,
pH
Syok hipotensi(
(hipovolemia)
Vasokonstriksi
paru
Hipoperfusi
alveolus
Gangguan
metabolisme
seluler
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
PATOFISIOLOGI
Defisiensi sintesis atau pelepasan surfaktan bersama
dengan agen unit saluran pernafasan yang kecil dan
dinding dada yang lemah mengakibatkan atelektasis,
mengakibatkan adanya perfusi pada alveolus tetapi
tidak ada ventilasi dan menyebabkan hipoksia
Pengurangan kelenturan paru, volume tidak yang kecil dan
kenaikan ruang mati fisiologis kenaikan kerja pernafasan dan
ventilasi alveolar yang tidak cukup akhirnya mengakibatkan
hiperkarbia (peningkatan karbondioksida). Kombinasi
hiperkarbia, hiposia dan asiodis mneghasilkan vasokonstriksi
arteri pulmonalis dengan shunt dari kanan ke kiri melalui
foramen ovale, duktus arteriosus, dan dalam paru-paru itu
sendiri
Aliran darah paru berkurang dan jejas iskemik pada
sel menghasilkan surfaktan dan terhadap bantalan
vaskular mengakibatkan efusi bahan proteinaseosa ke
dalam ruang alveolar
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis
alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya
menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli
sehingga menghambat fungsi surfaktan
Gejala klinis yang timbul yaitu: adanya sesak napas pada
bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan
takipnea (> 50 x/menit), pernapasan cuping hidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, rhonki halus
dan gejala menetap dalam 48-95 jam pertama setelah
lahir
EVALUASI GAWAT NAPAS DENGAN SKOR
DOWNES
DIAGNOSIS
Perjalanan klinis, rontgen dada dan nilai gas
darah serta asam basa membantu
menegakkan diagnosis klinis
KRITERIA BOMSEL ADA 4 STADIUM RDS
YAITU:
Stadium 1
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit
bronchogram udara.
Stadium 2
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru
dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan
meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan
penurunan aerasi paru.
Stadium 3
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua
lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung
hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
Stadium 4
Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung
tak dapat dilihat.

GAMBARAN RADIOLOGI STADIUM RDS
Bayi dengan RDS. Perhatikan paru yang granular, bronkogram udara,
ground glass appearance, ekspansi paru yang buruk
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
- Analisa Gas Darah
- Elektrolit
- Pemeriksaan Jumlah Sel Darah
Pemeriksaan Radiologi dan Pencitraan
KOMPLIKASI
Ruptur alveoli
Infeksi
Perdarahan intrakranial
Patent ductus
arteriosus (PDA)
Komplikasi
jangka pendek
Bronchopulmonary
Dysplasia (BPD)
Retinopathy premature
Komplikasi
jangka panjang
PENGOBATAN
Perawatan suportif awal pada bayi BBLR terutama
pada pengobatan asidosis, hipoksia, hipotensi dan
hipotermia mengurangi keparahan RDS

Manajemen yang paling baik dilakukan pada unit
rumah sakit yang mempunyai staf dan peralatan
khusus dan kamar perawatan intensif neonatus
ALGORITMA
DAN
TATA
LAKSANA
GAGAL NAPAS
PADA
NEONATUS
Neonatus dengan distress nafas
Berat
(PCH, grunting, apneu, sianosis
Resusitasi:
Bersihkan jalan nafas, hisap lendir (suction)
Pemberian oksigen , pasang OGT
Pasang akses intra vena :
D10% 60 ml/kgBB
Ca-Gukonas 10% 6-8 ml/kgBB
Monitor temperatur
Monitor saturasi
Rontgen toraks (Bila memungkinkan)
Ringan
(Takipneu ringan)
Disesuaikan
menurut usia
Evaluasi menggunakan skor
Downes
Perbaikan klinis
YA
TIDAK
Evaluasi
menggunakan skor
Downes
Perawatan
bayi rutin
Observasi 30 menit
Membaik
YA
Perawatan
di NICU
Pemberian O2
dilanjutkan
Monitoring saturasi
Rontgen toraks
Intubasi
Pemberian antibiotik spektrum luas:
Ampicillin & Gentamicin (inisial)
Pemeriksaan penunjang:
Darah rutin & hitung jenis, AGD, GDS,
elektrolit, rontgen toraks
Konsul NICU/rujuk ke RS yang
memiliki NICU
Hasil AGD:
Asidosis
metabolik/respiratorik
Bila pH 7,25 Na-
Bikarbonat 1-2
mEq/kgBB dlm 30
menit
TIDAK ( Ancaman gagal
nafas/DS6)
Hipoglikemi bolus
D10% 2cc/kgBB,
dilanjutkan infus
kontinyu kec 6-8
mg/kgBB/mnt
Hiperglikemi
kuranngi konsentrasi
infus glukosa (D5%)
TATA LAKSANA
Adapun tata laksana dapat dilakukan dengan:
Rawat incubator, pertahankan suhu tubuh (aksila)
36,5-37,5
0
C
Oksigenasi untuk mempertahankan saturasi O2
Puasa peroral, berikan cairan parenteral dengan
dekstrose 10% mulai 50 mL/hari
Bila hipoperfusi berikan larutan isotonis (NaCl
0,9%) dalam waktu 30 menit (dapat diulang
sampai 2 kali). Pertimbangan obat-obatan
inotropik bila pemberian cairan gagal

TATA LAKSANA
Adapun tata laksana dapat dilakukan dengan:
Berikan antibiotika + septic work up sampai terbukti
bukan sepsis
Cari etiologi: riwayat ante perinatal, pemeriksaan fisik,
rontgen dada, pemeriksaan lab (analisis gas darah dan
elektolit dan gula darah)
TATA LAKSANA
Bayi dengan RDS berat atau mereka berkembang
komplikasi akibat apnea terus-menerus memerlukan
bantuan ventilasi mekanis. Indikasi yang sesuai
penggunaannya adalah:
pH darah arteri kurang dari 7,20
PCO2 darah arteri 50 mmHg atau lebih
PO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada kadar
oksigen 70-100%
Apnea menetap
Bantuan ventilasi dengan tekanan melalui pipa
endotrakeal juga dapat mencakup tekanan akhir
respirasi positif (positive end expiratory
pressure/PEEP).

TUJUAN VENTILASI MEKANIS
Tujuan ventilasi mekanis adalah
memperbaiki oksigenasi dan
mengeliminasi karbondioksida tanpa
menyebabkan barotraumas paru yang
belebihan atau toksisitas oksigen.
Kisaran nilai gas darah yang dapat diterima, yang
menyeimbangkan resiko hipoksia dan asidosis
dengan resiko ventilasi mekanis, adalah PaO2 55-70
mmHg; PCO2 35-55 mmHg, dan pH 7,25 7,45.
Selama ventilasi mekanis, oksigenasi diperbaiki
dengan menambah tekanan rata-rata jalan nafas
(FIO2) dengan cara menambah tekanan puncak
inspirasi, aliran udara, rasio inspirasi terhadap
ekspirasi atau PEEP.
PEMBERIAN SURFAKTAN PADA BAYI PREMATUR DENGAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Pemberian surfaktan merupakan
salah satu terapi rutin yang diberikan
pada bayi prematur dengan RDS
Dosis yang digunakan bervariasi
antara 100mg/kg sampai 200mg/kg.
dengan dosis 100mg/kg sudah dapat
memberikan oksigenasi dan ventilasi
yang baik
Sampai saat ini ada dua pilihan terapi
surfaktan, yaitu natural surfaktan yang
berasal dari hewan dan surfaktan sintetik
bebas protein, dimana surfaktan natural
secara klinik lebih efektif
Sebelum surfaktan dimasukkan ke dalam
ETT melalui NGT pastikan bahwa ETT
berada pada posisi yang benar dan
ventilator di atur pada kecepatan 50x/menit,
waktu inspirasi 0,5 detik, dan FiO 21,0. ETT
dilepaskan dari ventilator
PENCEGAHAN
Pencegahan Prematuritas
Menghindarkan
seksio sesaria
yang tidak perlu
atau kurang
sesuai waktu
Pematangan
paru
PROGNOSIS
Prognosis sangat bergantung
pada fasilitas intensif neonatus
dan praktisi kesehatan yang
berpengalaman dalam mengatasi
dan memberikan pertolongan
adekuat
Bayi yang berhasil bertahan hidup dari
kegagalan pernapasan neonatus yang
berat dapat mengalami gangguan paru
dan perkembangan saraf yang signifikan

Anda mungkin juga menyukai