Anda di halaman 1dari 36

PERILAKU MEKANIK,

PENGUJIAN DAN SIFAT BAHAN



1. TARIK (TENSION)
Pengujian tarik adalah pengujian yang paling umum untuk
menentukan sifat-sifat mekanik bahan, seperti : kekuatan
(strength), keuletan (ductility), ketangguhan (toughness).

Ukuran specimen sesuai standar ASTM
Specimen bisa batang berpenampang
lingkaran atau berupa plat
Gage length
0
umumnya 50 mm (2 in)
Diameter awal do biasanya 12,5 mm
(0,5 in).


KURVA TEGANGAN REGANGAN (STRESS STRAIN CURVE)

Engineering stress, Engineering strain,
Modulus
elastisitas /
Young

Perpanjangan specimen ketika ditarik diikuti dengan kontraksi pada
arah lateral.
Nilai absolut dari perbandingan lateral strain terhadap longitudinal
strain pada specimen disebut Poissons ratio (S.D.Poisson, 1781-
1840) dan dinotasikan dengan v (0,25 0,35) max. 0,5


DUCTILITY
Salah satu perilaku penting yang perlu diamati selama pengujian
tarik adalah ductility (keuletan).
Ada dua ukuran yang umum dipakai untuk mengukur ductility,
yaitu:

Elongation = ; Reduction of area =


PENGARUH TEMPERATUR
Meningkatnya temperatur secara umum memiliki pengaruh
pada kurva tegangan regangan, seperti pada gambar
berikut.
Ductility dan Toughness meningkat.
Yielding stress dan modulus elastisitas menurun.

KEKERASAN (HARDNESS)

Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan terhadap indentasi
permanen.
Hardness test :
Brinell test, dilakukan oleh J.A.Brinell (1900). Dalam pengujian ini
dilakukan pemberian penekanan pada bola baja atau tungsten
carbide yg berdiameter 10 mm (0,4 in) pada permukaan benda uji,
dengan beban 500 kg, 1500 kg atau 3000 kg.
BHN didefinisikan sebagai perbandingan beban P terhadap luas
penampang permukaan indentasi.
P = beban (kg);
D = diameter bola baja (mm)
d = diameter indentasi (mm)
Pembebanan dilakukan selama 15 detik

Rockwell test, dikembangkan oleh S.P.Rockwell
(1922). Dalam pengujian ini mengukur
kedalaman penetrasi dari diameter indentasi.
Indentor berupa bola baja berdiameter 1,6 mm
ditekan pada permukaan benda uji, pertama
dengan beban minor 10kg kemudian dengan
beban mayor 60-100kg. Perbedaan kedalaman
penetrasi oleh beban minor dan beban mayor
adalah ukuran kekerasan bahan.

Vickers test, dikembangkan 1922, disebut pula dengan diamond
pyramid hardness test, menggunakan indentor diamond berbentuk
piramid dan beban berkisar 1 kg 120 kg.
Vickers hardness number disimbulkan dengan (HV).
Kekerasan dan kekuatan (hardness and strength)
Hubungan antara kekerasan (HB) dan kekuatan (UTS) untuk baja
ditetapkan (dalam satuan SI) sbb:
UTS = 3,5 HB UTS (MPa).
UTS = 500 HB UTS (psi) ; HB (kg/mm
2
) ; diukur untuk beban 300kg
FATIGUE
Banyak komponen seperti tool, dies, gear, cam, shaft, spring, dalam
operasinya menerima beban berfluktuasi yang berulang. Dalam
kondisi beban seperti ini komponen akan rusak pada tegangan
dibawah tegangan rusak pada beban statis. Gejala ini disebut rusak
karena kelelahan.


FATIGUE

Endurance limit untuk logam ada kaitannya dengan UTS.
Untuk baja, endurance limit setengah dari tensile strength
IMPACT
Perbedaan energi potensial di A dan di C merupakan
energi yg diperlukan untuk mematahkan specimen,
yaitu m.g (a-b).
a = r (1-cos ) ; b = r (1-cos ) ;
Bila, m(kg); g =9,806 m/det
2
; a dan b (m) , maka energi
dinyatakan dalam joule (J)
SIFAT FISIK MATERIAL
Sebagaimana sifat mekanik, sifat fisik juga dipakai sebagai
pertimbangan dalam memilih dan pengolahan material.
Sifat fisik material diantaranya :
Density (berat jenis) ; Melting Point (titik cair) ; Specific Heat ;
Thermal Conductivity ; Thermal Expansion ; Corrosion
Resistance ; Electrical Properties
Density suatu material adalah berat per satuan volume .
Peran yang lebih penting dari density ditunjukkan dalam
specific strength (rasio kekuatan terhadap berat) dan specific
stiffness (rasio kekakuan terhadap berat) material dan struktur.
Misal penghematan berat menjadi faktor penting untuk
struktur pesawat terbang, bodi dan komponen otomotiv.
Density merupakan faktor yang penting dalam pemilihan material untuk
peralatan dengan kecepatan tinggi (high speed equipment), seperti
penggunaan magnesium dalam mesin percetakan dan mesin tekstil.
Disisi lain aplikasi berat juga diperlukan (counterweights)



Melting Point (titik cair)
Melting point suatu material tergantung pada energi yang diperlukan untuk
memisahkan atom-atom material .
Pemilihan material untk aplikasi pada temperatur tinggi, melting point
menjadi keharusan untuk dipertimbangan, seperti pada jet engines dan
furnace atau komponen yang bergesekan tinggi yang menimbulkan panas.
Specific Heat (J/kg K)
adalah energi yang diperlukan untuk menaikkan temperatur dari satu
satuan masa material dengan satu derajat.
Semakin rendah Specific heat material, semakin tinggi temperatur yang
diperlukan untuk meningkatkan tempertur material tersebut.
Thermal Conductivity
Menunjukkan kemudahan panas mengalir dan melalui suatu material.
Logam umumnya memiliki thermal conductivity yang tinggi.
Thermal Expansion
Secara umum koefisien thermal expansion adalah kebalikan dari melting
point material.

Ketika merancang bagian-bagian mesin, maka
tegangan yang bekerja pada bagian-bagian
mesin yang dirancang, harus lebih rendah dari
tegangan maksimum bahan.
Tegangan yang bekerja yang lebih rendah dari
tegangan maksimum itulah yang dinamakan
tegangan kerja (working stress) atau design
stress.

FAKTOR KEAMANAN (FACTOR OF SAFETY)
Adalah perbandingan tegangan maksimum
terhadap tegangan kerja.

TEGANGAN KERJA
Untuk bahan yang ulet seperti mild steel, tegangan
maksimum didasarkan pada tegangan yield

Untuk bahan yang getas seperti besi tuang, tegangan
maksimum didasarkan pada tegangan ultimate
PEMILIHAN FAKTOR KEAMANAN
Pemilihan faktor keamanan yang sesuai untuk digunakan
dalam merancang komponen mesin tergantung pada beberapa
pertimbangan, seperti bahan, cara pembuatannya, jenis
tegangannya, kondisi kerjanya, bentuk dari komponen.

n = n
1
.n
2
.n
3
..

n1 = faktor keamanan karena ketidak telitian dalam
menentukan beban dan tegangan.
1,2-1,5 (teliti); 2-3 (kurang teliti)
n2 = faktor keamanan karena ketidak homogenan bahan.
1,2-1,5 bila didasarkan pada yield stress/UTS: 0,45-0,55
1,4-1,8 bila didasarkan pada yield stress/UTS: 0,55-0,7

1,7-2,2 bila didasarkan pada yield stress/UTS: 0,7-0,9

2-3 bila didasarkan pada UTS utk low ductile material
3-4 bila didasarkan pada UTS utk brittle material
4-6 bila didasarkan pada UTS utk highly brittle material

n3 = faktor keamanan karena kondisi kerja,
1,0-1,5
Untuk ukuran kekuatan, tegangan yang terjadi harus
lebih kecil dari tegangan kerja/tegangan yang diijinkan
= N/F ()
= N/F ()
mak = T/Jp. r = T/wp ()
wp = Jp/r modulus penampang
untuk penampang
lingkaran padat






modulus penampang segi empat

untuk penampang lingkaran



Untuk penampang lingkaran berongga
PHASE DIAGRAM (DIAGRAM FASA)
Logam murni memiliki
titik cair (melting point)
dan titik beku (freezing
point) yang jelas, dan
proses pembekuan
terjadi pada temperatur
konstan.
Kurva pendinginan untuk pemadatan logam murni

Tidak seperti logam murni, proses pembekuan/pemadatan paduan
terjadi dalam rentang temperatur (range of temperatures)

Proses pemadatan dimulai ketika temperatur logam cair turun
sampai dibawah liquidus, dan pemadatan terjadi keseluruhan
ketika temperatur mencapai solidus. Dalam rentang temperatur
antara liquidus dan solidus paduan dalam keadaan seperti
bubur.
Diagram fasa juga disebut diagram keseimbangan, yang
menunjukkan hubungan antara temperatur, komposisi dan fasa
yang yg terjadi dalam sistem paduan.
Batas kiri dari diagram fasa ini (100%Ni) menunjukkan titik cair
nikel, dan batas kanan (100%CU) menunjukkan titik cair
tembaga.
Untuk komposisi 50%CU dan 50% Ni, paduan ini mulai memadat
pada temperatur 1313
0
C (2395
0
F), dan memadat secara
keseluruhan pada 1249
0
C (2280
0
F). Diatas 1313
0
C, seluruhnya
cair pada kompisisi 50%CU-50%Ni. Ketika didinginkan secara
perlahan sampai 1249
0
C, seluruhnya padat pada komposisi
50%CU-50%Ni.

Antara kurva liquidus dan solidus, yaitu pada
temperatur 1288
0
C(2350
0
F) terdapat dua daerah fasa
yaitu fasa padat (42%Cu-58%Ni) dan fasa cair (58%Cu-
42%Ni).
Untuk menentukan komposisi bagian padat, kita tarik
garis horisontal hingga memotong kurva solidus dan
dibaca kebawah, didapat komposisinya, dengan cara yg
sama yaitu menarik garis sampai memotong kurva
liquidus dan dibaca kebawah, didapat komposisinya.

SISTEM BESI CARBON.

Secara komersial besi murni mengandung sampai
0,008%C, baja mengandung sampai 2,11% C, besi tuang
mengandung sampai 6,67%C walaupun kebanyakan
besi tuang mengandung lebih kecil dari 4,5%C.
Gambar diatas menunjukkan diagram fasa besi-besi
carbide. Walaupun diagram ini dapat dikembangkan ke
kanan sampai 100%C (graphite murni), tapi rentang
untuk aplikasi teknik hanya sampai pada 6,67%C
(cementite).
Besi murni meleleh pada temperatur 1538
0
C. Selama
pendinginan besi, besi pertama dalam bentuk delta
ferrite, kemudian austenite, dan terahir alfa ferrite.

FERRITE.
Alfa ferrite adalah larutan padat (body centered cubic iron)
dan memiliki larutan padat maksimum 0,022%C pada
temperatur 727
0
C.
Ferrite relatif lunak dan ulet dan magnetic dari temperatur
ruangan sampai 768
0
C.
AUSTENITE
Antara temperatur 1394
0
C (2541
0
F) dan 912
0
C (1674
0
F), besi
mengalami transformasi dari struktur bcc ke fcc, menjadi besi
gama atau austenite.(W.R.Austen, 1843-1902). Austenite
memilki kelarutan padat sampai 2,11%C pada 1148
0
C (2098
0
F).
Austenite adalah fasa yg penting dalam heat treatment baja.
CEMENTITE
Batas kanan dari diagram menunjukkan cementite, yg mana
100% besi carbide (Fe
3
C) dengan kandungan carbon 6,67%.
Cementite (carbide) sangat keras dan rapuh (brittle)

Diagram fasa besi-besi carbide (Fe-Fe3 C )
dan perkembangan mikrostruktur dalam baja
Bermacam mikrostruktur dapat dikembangkan, tergantung pada
kandungan karbon dan metode heat treatment.
Untuk contoh misalnya, besi dengan 0,77 % C bila didinginkan
dengan sangat lambat dari temperatur yaitu dalam fasa
austenite. Pada temperatur reaksi yang terjadi, austenite
ditranformasikan kedalam alpha ferrite (bcc) dan cementite.
Reaksi ini disebut reaksi eutectoid. Struktur dari baja eutectoid
disebut pearlite. Mikro struktur pearlite terdiri dari lapisan
selang seling ferrite dan cementite. Akibatnya sifat mekanik
pearlite berada diantara ferrite (soft dan ductile) dan cementite
(hard dan brittle).
C 1100
0
C 727
0
Dalam besi dengan kandungan karbon lebih kecil dari 0,77 %,
mikro struktur yang terbentuk terdiri dari fasa pearlite (ferrite
dan cementite) dan fasa ferrite.
Jika kandungan karbon lebih besar dari 0,77 %, austenite
tertransformasikan ke paerlite dan cementite.
Pengaruh unsur paduan dalam diagram fasa besi-besi carbide
adalah merubah temperatur eutectoid dan komposisi eutectoid
(prosentase karbon dalam baja pada titik eutectoid).
Temperatur eutectoid bisa dinaikkan atau diturunkan dari
tergantung pada unsur paduan . Pada sisi lain, unsur paduan
selalu menurunkan komposisi eutectoid, yaitu kandungan
karbon lebih rendah dari 0,77 %. Menurunnya temperatur
eutectoid akan meningkatkan rentang (range) austenite.
C 727
0
HEAT TREATMENT

Heat treatment paduan besi.
Bermacam mikrostruktur logam dapat dimodifikasi dengan
teknik heat treatment, yaitu dengan mengontrol pemanasan
dan pendinginan pada kecepatan yang bervariasi. Treatment
ini memberikan transformasi fasa yang berpengaruh besar
pada sifat mekanik bahan, seperti kekuatan (strength),
kekerasan (hardness), keuletan (ductility), ketangguhan
(toughness) dan ketahanan aus.
Pengaruh dari thermal treatment ini tergantung terutama
pada paduannya, komposisi dan mikro strukturnya, laju
pemanasan dan pendinginan selama heat treatment.

CASE HARDENING
Carburizing
Untuk baja karbon rendah (0,2%C), baja paduan (0,08-
0,2%C), unsur yg ditambahkan ke permukaan adalah C.
Caranya, panaskan baja pada 870-950
0
C dalam
lingkungan gas carborizing, kemudian didinginkan
cepat.
Carbonitriding, cyaniding, nitriding, flame hardening,
induction hardening.
ANNEALING
Proses annealing terdiri, pemanasan ke temperatur
tertentu, penahanan pada temperatur tsb dalam
periode waktu tertentu, didinginkan perlahan.
Annealing digunakan untuk memperbaiki logam yg di
cold worked atau heat treatment ke sifat semulanya,
seperti meningkatkan keuletannya, mengurangi
kekerasan dan kekuatan.

FULL ANNEALING
Biasanya digunakan pada baja karbon rendah dan
menengah. Baja dipanaskan sampai diatas A
1
atau A
3

dan didinginkan dengan pelan (10
0
C per jam) dalam
furnace yg sdh dimatikan. Struktur yg dihasilkan adalah
pearlite kasar yg lunak dan ulet
NORMALIZING
Memanaskan ke temperatur diatas A
3
atau A
cm
agar
terjadi transformasi ke austenite, kemudian didinginkan
di udara. Normalising meningkatkan kekuatan dan
kekerasan dan menurunkan keuletan.

TEMPERING
Tempering di aplikasikan pada baja yg telah dikeraskan dng
heat treatmen untuk mengurangi kerapuhan (brittleness),
meningkatkan keuletan (ductility) dan ketangguhan
(toughness), mengurangi tegangan sisa.
Baja dipanaskan ke temperatur tertentu, tergantung pada
komposisinya dan didinginkan pada laju tertentu
HARDENABILITY PADUAN BESI.

Hardenability adalah kemampuan suatu paduan untuk
dikeraskan dengan cara heat treatment. Hardenability
merupakan ukuran kedalaman kekerasan yg dapat diperoleh
dengan pemanasan dan pendinginan cepat.
Hardenability ini tergantung pada kandungan karbon, ukuran
butiran austenite,unsur paduannya dan laju pendinginan.
Pengujian hardenability adalah dengan Jominy test.
Jominy test dikembangkan oleh W.E Jominy (1893-1976). Sebuah
benda uji dengan panjang 100 mm dan diameter 25 mm,
dipanaskan sampai ke temperatur 100 % austenite, kemudian
didinginkan dengan cepat secara langsung pada salah satu
ujungnya dengan semburan air pada 24
0
C. Laju pendinginan
bervariasi pada sepanjang batang uji, yg tertinggi pada bagian
ujung yg kontak langsung dng air. Kekerasan sepanjang batang
uji diukur pada pada jarak yg berbeda dari ujung yg didinginkan




TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai