Anda di halaman 1dari 31

what love is.?

Hak Cipta di Lindungi Negara.



Senin, 09 April 2012
LP CEMAS

LAPORAN PENDAHULUAN
CEMAS
RSU.................


logostikes_YAHOED_anyar banget lhooo


DISUSUN OLEH :
NAMA : Akmaludin Suryantara
NIM : 0803021
RUANG : ICU
RUMA SAKIT :................


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
S1 KEPERAWATAN
SEMARANG
2011



1. Definisi
Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan
kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa
dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai mengerikan( Sivalitar, 2007 ).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampuir setiap orang pada waktu tertentu
dalam kehidupannya. Kecemasan meruakan suatu reaksi normal terhadap situasi
yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama.
Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung gejala- gejala lain dari berbagai
gangguan emosi. ( Savitri, 2003 )
Kecemasan merupakan suatu tanda bahaya yang membuat orang yang
bersangkutan waspada dan bersiap diri melakukan upaya untuk mengatasi ancaman
yang bersifat internal tidak jelas dan konfliktual.(Kartijo, 2002)
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang kepribadian dan khawatir
karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
Kecemasan adalah sebab dari resepsi dimana terdapat konflik emosional antara id
dan super ego (Freund, 2002).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang
bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan menurut Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :
1. Faktor Internal
a. Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia,
pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat-
nasehat.
b. Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres
dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang
bertapun sebagai masalah yang bisa diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan
sesuatu yang berharga dan belajar dari pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan
menghadapi stres.
c. Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset
ini untuk menghalau stres yang datang mengganggu.
2. Faktor Eksternal
a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual
akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres
mengikuti berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak
menolong individu tersebut.
b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk
menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin
mampu menghadapi stres yang ada.
c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut
mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang
lain yang aset finasialnya terbatas.
d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal
ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian
serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan
bumper kepada kondisi stres suaminya.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam
kelompok anti ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas
sehingga penderitanya cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar
individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan
asalah bersama- sama dan tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat
situasi individu lebih siap menghadapi stres yang akan datang.

3. Klasifikasi Cemas
1). Kecemasan Ringan
Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan
berkeringat.
Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada
tangan, suara kadang-kadang meninggi
2). Kecemasan Sedang
Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat.
Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah
Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi,
berfokus pada apa yang menjadi perhatianya
Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,bicara lebih
banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman
3). Kecemasan Berat
Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit
kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

4). Kecemasan Panik
Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir logis.
Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak, blocking,
kehilangan kontrol diri, persepsi datar.
Skala Kecemasan
Skala kecemasan rentang respon kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang ada
dengan menggunakan Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991)
dengan skala HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :
NO
PERASAAN CEMAS PX
SEKOR
1
2
3
4
1
Perasaan Cemas meliputi Cemas, takut, mudah tersinggung dan firasat buruk.
X



2
Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah terkejut dan
mudah menangis

X


3
Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar,
keramaian lalulintas, kerumunan orang banyak
X



4
Gangguan Tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangun lesu,
sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan

X


5
Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk

X


6
Perasaan depresi meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini hari, berkurangnya
kesenangan pada hobi, perasaan berubah ubah sepanjang hari

X


7
Gejala somatic meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara tidak
stabil

X


8
Gejala Sensorik meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa
lemas, perasaan di tusuk tusuk

X


9
Gejala kardiovakuler meliputi tachicardi , berdebar debar, nyeri dada, denyut nadi
mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap

X


10
Gejala Pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas
pendek atau sesak, sering menarik napas panjang


X

11
Gejala Saluran Pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah, enek,
konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan, nyeri lambung
sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, berat badan menurun, perut terasa
panas atau kembung

X


12
Gejala Urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing
X



13
Gejala Vegetatif atau Otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah
berkeringat , sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri

X


14
Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek
dan cepat, muka merah

X




Bila :
Skor < 14 = Tidak ada kecemasan
Skor 14 - 20 = Kecemasan ringan
Skor 21 27 = Kecemasan sedang
Skor 28 41 = Kecemasan berat
Skor 42 56 = Kecemasan berat sekali / panik






4. Patofisiologi / pathway ( berdasarkan penyakit )



































5. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (
JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari
atau 2 x sehari
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan
sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan
pengobatan hipertensi.

8. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )


e. Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix,
hidrodiuril ), bendroflumentiazid ( Naturetin )
Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ),
Bumetanic ( Burmex )
Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene (
Dyrenium ), amilioride ( midamor )
Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ),
Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil
), klonidin ( catapres )
Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran
kalsium ( nivedipin, verapamil )
Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ),
reserpin ( Serpasil )
Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ),
guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )
Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten
Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ),
nitroprusid ( nipride, nitropess )
Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE
inhibitor ( captopril, captoten )


2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Pasien tampak nyaman
TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi dan distraksi
f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam,
ativan, diazepam, valium )

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing,
nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
b. Tinggikan kepala tempat tidur
c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e. Amati adanya hipotensi mendadak
f. Ukur masukan dan pengeluaran
g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam
Kriteria hasil :
Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari
Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
b. Instruksikan pasien tentang penghematan energi
c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d. Monitor adanya diaforesis, pusing
e. Observasi TTV tiap 4 jam
f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam

Kriteria hasil :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 8 jam per hari
Tampak dapat istirahat dengan cukup
TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c. Evaluasi tingkat stress
d. Monitor keluhan nyeri kepala
e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f. Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g. Lakukan masase punggung
h. Putarkan musik yang lembut
i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam
Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
b. Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
c. Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
d. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya



7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien
Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam
Kriteria hasil :
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ekspresi wajah rilek
TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
f. Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
g. Observasi TTV tiap 4 jam
h. Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaanya
i. Berikan support mental pada klien
j. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan
ekperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
- Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
- Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan
efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan
dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter
: sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah
yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta
alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
k. Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien


Evaluasi
Dx :1. Tidak terjadi penurunan curah jantung.
2. Nyeri atau sakit kepala hilang.
3. Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung.
4. Tidak terjadi intoleransi aktifitas.
5. Tidak terjadi gangguan pola tidur.
6. Perawatan diri klien terpenuhi.
7. Kecemasan hilang atau berkurang.
8. Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi, Melaporkan pemakaian
obat-obatan sesuai program








DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedure penelitian suatu pendekatan Praktek. Jogya :
Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Aziz Alimul H,S. kwp, Ners. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Adikusuma. (1999). Penatalaksanaan Stres.http://www.kabefarma.com 123.htm
(diakses 5 maret 2007)
Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.
Burns & Grove (1999), Metodology Research . Jakarta : Rineka Cipta
Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan Edisi III. Jakarta.EGC
Departemen kesehatan dan Kesejahteraan sosial Republik Indonesia. 2008. Petunjuk
Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
Freund, Sigmund. (2002). Psicoanalis A General Intruduction to Psicoanalisis
Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga pernafasan Bio Energy Power terhadap
derajat Ansietas dan depresi,www/http: bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses
8 pebrruari 2007)
Diposkan oleh profil all bes..... di 00.45
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2010 (1)
2012 (1)
April (1)
LP CEMAS
teman

Cari Blog Ini

what love is.?
Foto Saya
profil all bes.....
Tiada yg Menari Selain Mengenal...
Lihat profil lengkapku
Akmaludin Suryantara. Template Travel. Gambar template oleh Nikada.
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai