Anda di halaman 1dari 42

Kutipan dan Catatan Kaki

Ridhani Rida R. (115061100111009)


David Johan (115061100111013)
Afida Khofsoh (115061100111031)
Febrika Larasati (115061101111001)
Dewi Ariesi R. (115061105111007)
Adit Iqbal Iskandar (115061105111005)
Pendahuluan
Pembahasan
Kutipan
Tujuan
Jenis
Prinsip
Cara
Tanggung
Jawab
Penulis
Tujuan Mengutip
Memperkuat suatu teori pada
sebuah karya ilmiah dengan
meminjam pendapat seorang ahli
yang sudah dimuat secara luas
dalam sebuah buku atau majalah
untuk mendukung penulisan suatu
karya ilmiah tersebut.
Jenis Kutipan
Langsung
pinjaman pendapat dengan mengambil
secara lengkap kata demi kata, kalimat
demi kalimat dari sebuah teks asli
Tidak
Langsung
pinjaman pendapat seorang pengarang
atau tokoh terkenal berupa inti sari atau
ikhtisar dari pendapat tersebut
Prinsip Prinsip Mengutip
Keterangan dalam kurung segi empat
misalnya berbunyi:
[huruf miring dari saya, Penulis].
a. Jangan
mengadakan
perubahan
Contoh: Demikian juga dengan tata
bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami
selalu berusaha mencari bentuk kata yang
mengandung makan [sic!]
sentral/distribusi yang terbanyak sebagai
bahan dari daftar Swadesh.
b. Bila
ada
kesalahan
Syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak
boleh mengakibatkan perubahan makna
aslinya atau makna keseluruhannya.
Ditandai dengan tiga titik berspasi [. . .]

c.
Menghilangkan
Bagian Kutipan
Cara Mengutip
Kutipan Langsung yang Lebih
dari Empat Baris
Kutipan Tak Langsung
Kutipan Pada Catatan Kaki
Kutipan Atas Ucapan Lisan
Variasi Membuat Kutipan
Kutipan Langsung yang Tidak
Lebih dari Empat Baris
a. Kutipan Langsung yang Tidak Lebih
dari Empat Baris
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit karena
proses interaksi antara manusia (penjamu) dengan
berbagai sifat (biologis, filosofis, sosiologis dan
antropologis) dengan penyebab (agen) serta lingkungan.
Ketiga unsur tersebut perlu dalam keadaan seimbang.
(Bustam, 1996:24).
Singkatan-singkatan ibid., op. cit., atau loc. cit.
b. Kutipan Langsung yang Lebih Empat Baris
dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;
baris dengan baris kutipan satu spasi;
boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip;
sesudah kutipan selesai diberi nomor urut
penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang,
tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat
kutipan itu;
dimasukkan ke dalam 5 7 ketikan; bila kutipan itu
dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama
dari kutipan itu dimasukkan lagi 5 7 ketikan.
Contoh a: Mempergunakan Tanda Kutip
Suatu fikiran yang telah tersebar dengan
luas sekali di kalangan orang banyak
menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda
yang tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai
yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan
akademis dari biara-biara dan universitas-
universitas dan tempat-tempat pengasingan diri
yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan
materialistis ini (Asrul Sani 1959:7).
Contoh b: Tidak Mempergunakan Tanda Kutip
Suatu fikiran yang salah yang tersebar dengan
luas sekali di kalangan orang banyak
menggambarkan buku-buku sebagai benda-
benda yang berjiwa, tidak efektif, serba damai
yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan
akademis dari biara-biara dan universitas-
universitas dan tempat-tempat pengasingan diri
yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan
materialistis ini. (Asrul Sani, 1959:7).
Contoh c: Mempergunakan Dua Jenis Tanda Kutip
Dramatik timbul oleh pertentangan (konflik); pertentangan
dengan Alam atau Tuhan, dengan diri sendiri, dengan manusia
sesama, dengan lingkungan.Pertentangan menimbulkan lakon,
menimbulkan plot (alur) atau intrigue.
Akan tetapi pertentangan sendiri dimungkinkan oleh apa? Apa
sumber pertentangan?
Syahdan sumber pertentangan tiadalah lain selain jiwa
manusia. Jiwa manusia sebagai benda logam yang berat
bermuatan listrik. Bila bertemu dengan benda lain yang berlistrik
maka timbullah dramatik: Sebelum kutarik handle ini dan electron
berloncatan dari kutub ke kutub ungu gelora panas-bangis. . .
Jadi, dasar dramatik yang paling dalam adalah kejiwaan
manusia, benda bermuatan listrik, yang voltasenya lebih dari
seribu.
c. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
Jarak antar baris dua spasi;
Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut
penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang,
tahun terbit, dan nomor halaman tempat
terdapat kutipan itu.
Contoh Kutipan Tidak Langsung
Pertama-tama harus dibedakan dahulu antara kata
aksen dan tekanan. Dalam tata istilah ilmu bahasa
aksen tidak sama dengan tekanan. Aksen lebih luas
maknanya daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu
bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama
bentuk fonemik-sementalnya) dengan jalan titnada, kontur
lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Denga perkataan lain,
tekanan itu hanya satu bagian dari tata aksen, di samping
unsur titinada, kontur dan jangka.
21

21
Hockett, op. cit. hal. 33 35; dan selanjutnya juga
Hockett, A Manual of Phonology Indiana University
Publications in Anthropology and Linguistics, Memoir II,
1955; hal. 43 66.
d. Kutipan pada Catatan Kaki
Berbagai penyelidikan tentang akulturasi yang dilakukan
oleh para sarjana ilmu anthropologi-budaya bangsa Amerika
memang telah menunjukkan bahwa penyelidikan-penyelidikan
akan perstiwa perpaduan kebudayaan yang dipandang dari
sudut kompleks-kompleks unsur-unsur yang khusus, telah
memberi hasil yang memuaskan. Karena itu Kerskovits
beranggapan bahwa pandangan serupa itulah pandangan yang
paling berguna di dalam penyelidikan akulturasi.
2



2
kata beliau: However desirable studies of change in
whole culture may thus be, it seems most advantageous in
practice for the student to analyst into its components the
culture that has experienced contact. . . one can no more study
whole cultures than one take as the subject for a specific
research project the human body in its entirely. . . (M.J.
Herskovits, 1948:536).
e. Kutipan atas ucapan lisan
Dalam menjawab nota Keungan & RAPBD
Daerah Khusus Ibukota tahun 1973, tanggal 2
Pebruari 1973, Gubernur Ali Sadikin
mengatakan a.l.:. . . Tetapi apabila kita jujur
berkenan melihat persoalan itu pada perspektif
yang lebih luas dan pada proporsi yang wajar,
maka aka terlihat bahwa kepentingan umum
memang benar menuntut adanya pengorbanan-
pengorbanan itu. . .
f. Variasi Membuat Kutipan
Sebuah pola yang terus menerus dipakai akan
menimbulkan kebosanan sehingga diperlukan variasi.



Jelaslah, demikian tulis Ny, Haryati Soebadio, bahwa pola
tatabahasa bahasa-bahasa fleksi sukar dipergunakan untuk
bahasa Indonesia. Dengan pola tersebut kita mendapat kesan,
bahwa perasaan untuk membedakan kata kerja dengan kata
nama dalam bahasa Indonesia tidak sangat bertumbuh. . .
Tanggung Jawab Penulis
Dua tujuan alasan mengutip:
1. kutipan dibuat untuk mengadakan sorotan, analisa, atau kritik
mencerminkan gagasan pengarang secara bulat, dan
dikutip tanpa membuat kesalahan.

2. kutipan dibuat untuk memperkuat sebuah uraian
meminta pertanggungan jawab yang lebih besar karena
penulis menyetujui pendapat itu sehingga ia
bertanggungjawab pula atas kebenarannya dan bersedia
pula memberikan bukti-bukti untuk mempertahankan
pendapat itu.
Catatan Kaki
Pengertian
Prinsip
Membuat
Unsur
Referensi
Singkatan
Tujuan
Jenis
Cara
Membuat
Penerapan
Catatan kaki
keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan
pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.

Mempergunakan nomor-nomor penunjukan, dapat pula
dinyatakan dengan mempergunakan tanda:
a. asterik atau tanda bintang [*]
b. tanda salib [] pada halaman yang bersangkutan
Pengertian
Untuk menyusun pembuktian
Menyatakan utang budi
Menyampaikan keterangan tambahan
Menyampaikan inti sari fragmen yang dipinjam
menyampaikan uraian teknis, keterangan incidental,
atau materi yang memperjelas teks, atau informasi
tambahan terhadap topic yang disebut dalam teks
menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang
penting, seperti perbaikan, atau pandangan-
pandangan lain yang bertentangan
Merujuk bagian lain dari teks
Tujuan
Prinsip Membuat Catatan
Kaki
Hubungan
Catatan Kaki
dan Teks
Nomor Urut
Penunjukan
Teknik
Pembuatan
Catatan Kaki
Hubungan Catatan Kaki dan Teks
Dinyatakan dengan
mempergunakan nomor urut
penunjukan, baik yang terdapat
dalam teks maupun yang
terdapat pada catatan kaki
Nomor Urut Penunjukan
Berlaku untuk
setiap bab
Berlaku untuk
seluruh karangan
Teknik Pembuatan Catatan Kaki
harus disediakan
ruang atau tempat
secukupnya pada
kaki halaman
sesudah baris
terakhir dari teks,
dalam jarak 3 spasi
harus dibuat
sebuah garis
dalam jarak dua spasi
dari garis tadi, dalam
jarak 5 7 ketikan dari
margin kiri diketik
nomor penunjukan
Sesudah nomor
penunjukan,
setengah spasi ke
bawah mulai diketik
baris pertama dari
catatan kaki
jarak antar baris dalam
catatan kaki adalah
spasi rapat, sedangkan
jarak antar catatan kaki
pada halaman yang
sama dalam dua spasi
baris kedua dari
tiap catatan kaki
selalu dimulai
dari margin kiri
Jenis
Catatan
Kaki
Penunjukan
Sumber
Menunjuk sumber tempat
sumber kutipan terdapat,
disebut juga referensi
Catatan
Penjelas
Untuk membatasi suatu
pengertian, atau
menerangkan dan
memberi komentar
terhadap suatu
pernyataan yang dimuat
dalam teks
Gabungan
Sumber dan
Penjelas
Menunjuk sumber
dimana bahan dalam
teks diperoleh dan
memberi penjelasan
tentang pendapat atau
pernyataan yang dikutip
Unsur Unsur Referensi
Pengarang
Judul
Data
Publikasi
Jilid dan
Nomor
Halaman
Pengarang
1. dicantumkan sesuai dengan urutan biasa yaitu: gelar (kalau ada), nama kecil,
nama keluarga. Misalnya: Prof. Dr. Muhammad Thalib.
Pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat
misalnya: Thalib, Hansip, dsb.

2. Bila terdapat lebih dari seorang pengarang maka semua nama pengarang
dicantumkan, sebaliknya kalau ada empat nama atau lebih cukup nama pertama
yang dicantumkan, sedangkan bagi nama-nama lain digantikan dengan singkatan
et al.

3. Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama dengan
nomor (1) dan (2) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang nama penyunting
atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh sebuah tanda koma.

4. Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki dimulai dengan
judul buku atau judul artikel.
Judul
1. Semua judul mengikuti peraturan yang sama seperti pada
bibliografi.

2. Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan
kedua dan seterusnya atas sumber yang sama, judul buku
dsb. tidak perlu disebut lagi, dan digantikan dengan
singkatan: Ibid., Op. cit., atau Loc., Cit.

3. Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam
majalah atau harian, maka untuk selanjutnya cukup
dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.
Data Publikasi
1. Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat
dicantumkan pada referensi pertama; referensi-referensi
selanjutnya ditiadakan.

2. Data publikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat
nama tempat dan penerbit, tetapi harus mencantumkan
nomor jilid dan nomor halaman, tanggal, bulan (tidak
boleh disingkat), dan tahun.

3. Data sebuah publikasi bagi artikel sebuah harian terdiri
dari: bulan, hari, tanggal, tahun, dan nomor halaman.
Jilid dan Nomor Halaman
1. Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, maka
singkatan halaman (hal.) dipakai untuk
menunjukkan nomor halaman.

2. Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid,
maka harus dicantumkan nomor jilid dan
nomor halaman.
Cara Membuat Catatan Kaki
Referensi kepada buku dengan seorang pengarang
Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan
Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
Sebuah terjemahan
Artikel dalam sebuah antologi
Artikel dalam ensiklopedia
Referensi pada artikel majalah
Referensi pada artikel harian
Tesis dan disertasi yang belum ditertibkan
Referensi kepada dua sumber atau lebih
Referensi dari sumber kedua
Catatan penjelas
Referensi dan catatan penjelas
Singkatan Singkatan
Penerapan Catatan kaki dan Singkatan

Anda mungkin juga menyukai