Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualits sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk
menigkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan
misinya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber
daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang
harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan ( pre-service education)
maupun program dalam jabatan ( inservice education ). Potensi sumber daya
guru perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan
fungsinya secara professional. Selain itu pengaruh perubahan yang serba
cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tugas guru mencakup pengembangan program tahunan, program
semester, pokok bahasan, program mingguan dan harian, program pengayaan
dan remedial, serta program bimbingan dan konseling. Dalam prakteknya
tentu tidah semudah yang dibayangkan, guru sering mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya, adakalanya guru menemui kendala dalam
melaksanakan kewajibannya dan tidak mampu menyelesaikannya sendiri,
maka oleh karena itu seorang pendidik atau guru membutuhkan bimbingan
atau petunjuk dari seorang supervisor pendidikan. Disekolah yang berperan
sebagai supervisor salah satunya adalah kepala sekolah. Sebagai supervisor
kepala sekolah memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan, untuk mewujudkan semuanya salah satu cara yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan supervisi untuk para guru
disekolah yang dipimpinnya. Sebagai supervisor kepala sekolah harus bisa
mengarahkan, membimbing, menilai, mengawasi, dan memperbaiki
kesalahan serta kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari laporan observasi ini adalah untuk memperoleh informasi
tentang :
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah
2. Bagaimana pelaksanaan tugas guru dan kesulitan yang dialami

C. Kegunaan Penulisan
Penelitian ini diharapakan berguna bagi para pembaca khusunya, terutama bagi :
1. Guru, sebagai informasi untuk meningkatkan kualitas pengajarannya
2. Kepala Sekolah, sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan
program supervisi secara lebih baik
3. Pengawas dan Supervisor fungsional, sebagai informasi, masukan dan
pertimbangan dalam melaksanakan supervisi selanjutnya















BAB II
KAJIAN TEO
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dalam Dictionary Of Education, Good Carter (1959) yang dikutip oleh Sahertian
(2000:17) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-
petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran. Mc Merney (1951:1)
dalam Sahertian (2000:17) melihat supervisi itu sebagai usaha sebagai suatu
prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses
pengajaran.
Pendapat lain dikemukan oleh Glicman ( 1981 ) yang dikutip oleh arni
Muhammad dkk,( 2000:6 ) menjelaskan bahwa supervisi adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran
Selanjutnya Kimbal Wiles dalam bukunya supervision for better scholl yang
dkutip oleh Soetopo (1982:40) mengartikan supervisi dengan supervision is a
service activity that exist to help teachers to their job better disini Kimbal lebih
mengutamakan pelayanan seorang guru yang dilaksanankan sedemikian rupa
sehingga mereka dapat bekerja lebih dari baik. Pendapat lain juga dikemukakan
Pidarta (1992:5) bahwa hakikat supervisi merupakan suatu proses pembimbingan
dari pihak atasan kepada Guru-guru dan personil sekolah lainnya, tujuannya
menangani masalah belajar para siswa untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar. Dengan demikian para siswa akan dapat belajar secara efektif dengan
prestasi belajar yang semakin meningkat
Berdasarkan beberapa kutipan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
supervisi pendidikan adalah proses pemberian bantuan kepada guru/ staf sekolah
untuk memperbaiki atau mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang
lebih baik, dengan kata lain supervisi pendidikan adalah suatu proses pemberian
layanan, bimbingan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun
kelompok dalam rangka memperbaiki pengajaran guru di kelas yang mencakup
segala aspek tugas pengajaran yang dilakukan guru.
B. Tujuan Supervise Pendidikan
Tujuan supervisi dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
1. Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang
sanggup berdiri sendiri.
2. Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan
dewasa yang berpancasila.
3. Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
2. Tujuan khusus
1. Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
2. Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid
3. Memperbesar kesnggupan guru mendidik murid untuk terjun ke msyarakat
4. Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan
kooperatif
5. Membesar ambisi guru untuk berkembang
6. Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki
7. Memperkenalkan karyawan baru kepada sekolah
8. Mngembangkan professional guru
9. C. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor
pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia dan
kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan guru. Karena itu,
supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteritik guru
yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang digunakan tidak sesuai, maka
kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan berjalan dengan efektif.
Sergiovanni (1982), mengemukakan berbagai pendekatan supervisi, antara lain (a)
supervisi ilmiah (scientific supervision), (b) supervisi klinis (clinical supervision),
(c) supervisi artistik, (d) integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut.
1. Supervisi Ilmiah
John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai
supervisi ilmiah sebagai berikut :
Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi
oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan
ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan
pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena
itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian,
agar dapat dilakukan perbaikan secara tepat.
Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah dan
metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian permasalahan yang
dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru bersama-sama mengadopsi
kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai prosedur baru serta mengamati
hasilnya dalam pembelajaran.
Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology. Maksudnya
setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam
mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan
dalam action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik
kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data
yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di
mana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak
atas dasar opini semata.
Keempat, pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini masih
relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman yang
baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula pendapat
bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk memecahkan problem
mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya
harus menjadi landasan sikap supervisor, di mana ia harus mengacu pada data
yang cukup untuk menilai dan membina guru.
2. Supervisi Artistik
Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi ilmiah.
Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata
sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Oleh karena itu pendekatan yang
digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga harus
mempertimbangkan dimensi tersebut.
Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan
supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas,
perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang
terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta
ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan
terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas. Dalam supervisi ini, instrumen
utamanya bukanlah alat ukur atau pedoman observasi, melainkan manusia itu
sendiri yang memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama
pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana)
kependidikan di sekolah.
Dari pengertian tersebut, mungkin dapat dianalogikan dengan pendekatan
penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan penelitian kuantitatif
sementara itu supervisi artistik lebih dekat dengan pendekatan penelitian
kualitatif.
3. Supervisi Klinis
Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran, yaitu untuk mengobati
penyakit, harus terlebih dahulu diketahui apa penyakitnya. Inilah yang harus
dilakukan oleh supervisor terhadap guru apabila ia hendak membantu
meningkatkan kualitas pembelajaran mereka.
Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra observasi, yang berisi
pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru mengenai apa yang
akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan, (b) observasi, yaitu
supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan fokus yang telah
disepakati, (c) analisis, dilakukan secara bersamasama oleh supervisor dengan
guru terhadap hasil pengamatan, dan (d) perumusan langkah-langkah perbaikan,
dan pembuatan rencana untuk perbaikan
D. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Mulyasa (2003: 98) menyatakan bahwa kepala sekolah harus berfungsi sebagai
EMASLIM (edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan
motivator). Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melakukan
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Pengawasan dan pengendalian merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di
sekolah terarah pada tujuan yang ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian
merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan
tidak melakukan penyimpangan dan lebih hati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya.





BAB III
PEMBAHASAN OBSERVASI DENGAN GURU

A. Hasil Observasi Dengan Guru SMPN
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru bidang studi PAI yang
mengajar di SMPN 2 Situjuh Gadang, dan guru bidang studi Bahasa Indonesia
yang mengajar di SMPN 1 Kecamatan Situjuah Limo Nagari di dapat beberapa
informasi tentang kesulitan yang mereka alami dalam proses belajar mengajar.
Guru PAI mengatakan bahwa kesulitan yang di alaminya dalam melaksanakan
tugasnya yaitu sulitnya pembuatan RPP untuk setiap pokok bahasan, lebih lanjut
dikatakannya kebanyakan guru sering mencontoh RPP yang sudah ada, atau
mencontoh RPP sekolah lain yang sejenis. Kasus seperti ini juga terjadi di SMPN
1 yang mana seperti diceritakan oleh salah seorang guru bahasa Indonesia mereka
( guru ) mengalami kesulitan dalam menyusun RPP.
Sementara itu kata guru bahasa Indonesia itu, masih banyak guru yang belum
menguasai materi yang akan di ajarkan akibatnya banyak siswa yang tidak paham
akan materi yang diajarkan guru tersebut. Selain itu juga guru SMPN 1 dan
SMPN 2 juga mengalami kesulitan dalam pemvariasian metode pembelajaran,
mereka cendrung menggunakan metode yang menoton artinya tidak
memvariasikan metode sehingga siswa sering mengalami kebosanan dalam
belajar.
Dijelaskan juga oleh ibuk Yarna sebagai guru PAI di SMPN 2 Situjuh Gadang,
mereka mengalami kesulitan dalam penggunaan alat peraga dalam pembelajaran,
ini disebabkan oleh kurang kreatifnya guru bidang studi dan tidak jarang guru-
guru hanya menjadikan papan tulis sebagai satu satunya media pembelajaran.
B. Pembahan Hasil Observasi Dengan Guru SMPN
Tugas guru mencakup pengembangan program tahunan, program semester, pokok
bahasan, program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, serta
program bimbingan dan konseling. Maka pelaksanaan tugas guru seharusnya
mengikuti langkah-langkah yang sudah ditentukan, dimana seorang guru sebelum
melaksanakan pengajaran didepan kelas, terlebih dahulu guru harus membuat
persiapan pembelajaran, seperti : menyusun program pembelajaran
tahunan,program semester, membuat silabus,membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran harian dan mingguan, selanjutnya melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan berbagai metode, media dan sarana pembelajaran lainnya,
selanjutnya guru harus melaksanakan evaluasi pembelajaran untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan dan
terakhir seorang guru melakukan perbaikan dan pengayaan.
Sebelum melakukan pembelajaran dikelas seorang guru harus mempersiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran, Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan
dalam silabus. Tugas guru yang paling utama dalam RPP adalah menjabarkan
silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci serta siap dijadikan
pedoman atau skenario dalam pembelajaran.
Namun faktanya di lapangan masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam
pembuatan RPP ini, sehingga sebagian guru di SMPN 1 dan SMPN 2 masih ada
yang mencontoh RPP sekolah lain, ini tentu akan berpengaruh terhadap siswa,
karena kurikulum suatu sekolah tidak sama, sebgaimana yang telah dituangkan
dalam kurikululm KTSP bahwa sekolah mempunyai kurikulum yang disesuaikan
dengan kemampuan suatu sekolah.
Kurikulumm KTSP sangat menuntut keaktifan siswa dalam belajar, guru hanya
sebagai fasilitator dan motivator, namun dilapangan masih banyak guru yang
menguasai PBM secara penuh tanpa melibatkan siswa, sangat banyak guru yang
menggunkan metode yang menoton dan tanpa variasi sama sekali akibatnya siswa
mengalami kebosanan dan tidak semangat untuk belajar. Selain itu penggunaan
media dalam pembelajaran sangat jarang dilakukan oleh guru, media yang
digunakan tak jarang hanya papan tulis saja. Padahal penggunaan media sangat
mendukung siswa dalam memahami materi lebih mendalam lagi.
Berdasarkan masalah yang yang penulis temui dilapangan sebaiknya untuk
memberikan pembinaan kepada guru-guru tersebut seorang supervisor sebaiknya
menggunakan pendekatan ilmiah, dimana kepala sekolah atau supervisor harus
melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar
mengajar
2. Mengemukakan hipotesis terhadap masalah yang dihadapi
3. Mengumpulkan data yang akurat tentang masalah guru
4. Mengolah data yang telah dikumpulkan dan dianalisa
5. Setalah semua data diolah atau dianalisis, kepala sekolah bisa
menyimpulkan pembinaan seperti apa yang pantas untuk diberikan kepada
guru tersebut.
Adapun pembinaan yang cocok dilakukan oleh kepala sekolah adalah pembinaan
berkelompok, ini bisa dilakukan dengan training dan pelatihan. Adapun solusi
yang dapat penulis berikan terhadap kesulitan yang dialami oleh guru-guru di
SMPN 1 dan SMPN 2 dalam pelaksanaan pembelajaran adalah :
1. Membangun kematapan diri pada mereduksi ekpestasi dengan terus
melakukan regulasi diri yang relevan dan berkesinambungan sehingga
guru akan semakin ahli dalam mengajar pada bidangnya masing-masing.
2. Mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar, diskusi, pelatihan,
lokakarya) secara berkesinambungan dalam merespon secara aktif setiap
isu-isu terbaru yang berkembang di dunia pendidikan.
3. Meminta kepada kepala sekolah atau melakukan konsultasi dengan kepala
sekolah agar kepala sekolah melakukan supervise klinis terhadap kusulitan
yang dirasakan guru dalam mengajar
4. Guru diharapkan terbuka dan tidak menutupi kekurangan yang
dirasakannya dalam mengajar dengan mengkonsultasikannya dengan
supervisor
5. Guru berperan aktif dalam kegiatan MGMP yang diselenggarakan oleh
dinas pendidikan kota / kabupaten, karena kesempatan ini jika benar-benar
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh guru maka kesulitan yang
mereka alami akan bisa di atasi. Diharapkan dalam MGMP ini guru mau
mengemukakan kesulitan yang mereka alami dalam mengajar.







BAB IV
PEMBAHASAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH

A. Hasil Observasi Dengan Kepala Sekolah
Dari observasi kami yang penulis lakukan di SMA Pembangunan informasi
penulis peroleh dari kepala sekoah, beliau mengatakan bahwa supervisi untuk
guru sudah mempunyai program yang sudah tersrtuktur. Beliau melanjutkan
supervise dilakukan dua kali dalam satu tahun ajaran. Adapun yang akan
melakukan supervise kepada guru-guru yang mengalami kesulitan dalam
mengajar bukan saya langsung ( kepala sekolah red-) tetapi guru-guru senior
yang ditunjuk oleh kepala sekolah berdasarkan pengalaman mengajar dan jurusan
( IPA, IPS dan Bahasa ).
Kepala sekolah menjelaskan guru yang ditunjuk tadi merupakan tim supervise
SMA Pembangunan, merekalah yang akan melakukan pembinaan terhadap guru-
guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar, tim ini nanti bertanggung jawab
kepada kepala sekolah dan memeberikan laporan tentang pelaksanaan supervise
yang telah dilakukan.
Masalah teknik yang digunakan oleh supervisor, kepala sekolah menjelaskan
mereka melakukan komunikasi sebelum melakukan supervise dengan guru,
artinya supervise yang dilakukan direncanakan dan diketahui oleh guru. Teknik
yang digunakan adalah observasi langsung dengan masuk kelas saat guru
mengajar dan memperhatikan semua aspek yang mendukung proses belajar
mengajar.
Untuk tindak lanjut atas kunjungan kelas ini, setelah pembelajaran selesai dan
siswa telah keluar dari kelas, supervisor akan membicarakan hasil pengamatannya
terhadap cara mengajar guru. Jika ada kekurangan maka akan langsung diberikan
pembinaan. Namun jika permasalahan yang dihadapi sama dengang guru yang
lain, kepala sekolah menjelaskan akan diberkan pembinaan secara berkelompok.
Namun kepala sekolah menambahkan rencana supervisi kadang-kadang tidak
berjalan sebagaimana yang telah di rencanakan sebelumnya, ada beberapa hal
yang menyebabkan hal itu terjadi, diantaranya :
1. Supervisi yang diberikan belum begitu menampak hasil yang baik
2. Guru- guru kurang terbuka dengan permasalahan yang mereka hadapi
dalam melaksanakan pembelajaran
3. Guru kurang menyambut baik supervise

B. Pembahasan Hasil Observasi Dengan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal
12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: Kepala sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan
prasarana.
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki
kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita
selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi,
sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan
pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang
sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan
upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala
sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa
kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja
personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama
kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3)
administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim
kerja; dan (7) wirausahawan. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu
melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan
kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukakan bahwa menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan
yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah
sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala
sekolah mereka. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah
harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala
sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia
sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus benar-benar paham dengan
kurikulum sekolah dan dia juga harus mengerti dengan cara-cara mengajar yang
baik dan efektif, artinya beberapa keterampilan dasar dalam mengajar harus
mampu dia pahami dan aplikasikan. Singkatnya kepala sekolah harus lebih pintar
dari guru yang menjadi bawahannya, kalau sudah seperti itu barulah dia bisa
memberikana pembinaan terhadap guru-guru tersebut. Walaupun usianya jauh
lebih tua dari kepala sekolah namun dengan kompetensi yang dimilikinya guru
guru akan menaruh hormat kepadanya.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala sekolah SMA
Pembangunan, dapat diperoleh informasi bahwa sebelum melakukan supervisi
kepada guru guru, supervisor melakukan pendekatan kepada guru yang
bersangkutan. Menurut analisa penulis sebelum kepala sekolah atau tim
supervisor melakukan pembinaan sebaiknya kepala sekolah atau supervisor harus
menganalisa guru seperti apa yang akan dibinanya.
Secara garis besar prototype guru dapat digolongkan kepada :
1. Kuadran I
Yaitu guru yang kurang bermutu atau guru drop out, yaitu guru yang memiliki
tingkat abstrak yang rendah dan dia memiliki komitmen yang rendah juga
terhadap tugas. Ia sedikit sekali memiliki motivasi untuk meningkatkan
kompetensinya, ia tidak tertarik untuk memikirkan perubahan apa yang perlu
dibuat dan hanya puas dengan melaksanakan tugas rutin saja.
1. Kuadran II
Guru yang kurang memusatkan perhatian, guru seperti ini memiliki tingkat
tanggung jawab dan komitmen yang tinggi akan tetapi tingkat abstraknya rendah.
1. Kuadran III
Guru sebagai pengamat yang analitik,ia memiliki tingkat tanggung jawab dan
komitmen yang rendah tetapi tingkat berfikir abstraknya tinggi.
1. Kuadran IV
Yaitu guru yang professional, ia memiliki tingkat abstarak yang tinggi maupun
tingkat tanggung jawab yang dan komitmen yang tinggi.
Dengan mengetahui prototype guru yang akan dibinanya maka supervisor akan
mudah dalam mencari pendekatan yang cocok digunakan untuk membina guru
tersebut. Menurut analisa penulis pendekatan yang digunakan oleh kepala sekolah
SMU Pembangunan adalah pendekatan artistic.
Pendekatan artistic adalah suatu pendekatan yang menyandarkan pada kepekaan,
persepsi dan pengetahuan pembina sebagai sarana untuk mengapresiasikan
kejadian-kejadian pengajaran yang bersifat subtleties / halus dan sangat bermakna
didalam kelas. Pembinaan dengan menggunakan pendekatan artistic tidak boleh
diwakilkan, supervisor harus berada di tempat saat mengamati guru sampai
kegiatan PBM ( proses belajar mengajar) selesai. Pembina atau supervisor harus
mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan pengajaran oleh guru dengan
cermat.
Pendekatan artistic hanya bisa dilakukan oleh para orang yang ahli. Sebagaimana
pelaksanaan supervisi oleh kepala SMA Pembangunan, dia membentuk suatu tim
supervise yang beranggotakan tiga orang yang ahli di bidang mereka masing-
masing. Jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Mereka adalah orang terpilih dan ahli
dalam bidang mereka. Mereka inilah yang akan melakukan pembinaan terhadap
guru-guru dijurusan masiang-masing.
Dalam pelaksanaannya supervisor mengamati cara guru mengajar secara
keseluruhan dengan cara kunjungan kelas. Semua aspek yang mendukung
pembelajaran diamati tidak hanya cara guru mengajar tapi juga keberadaan
lingkungan sekitar yang dapa mempengaruhi pembelajaran.
Setelah pembelajaran selesai pembina atau supervisor membuat menyusun hasil
pengamatannya dalam bentuk narasi, setelah supervisor membuat hasil
pengamatannya setelah itu supervisor mengkomunikasikan hasil pengamatannya
kepada guru yang disupervisi. Disanalah jika ada kekurangan guru dalam
mengajar supervisor akan melakukan / memberikan pembinaan terhadap guru
tersebut. Setelah pembinaan dilakukan supervisor perlun mendengarkan feedback
dari guru tentang pembinaan yang telah dilakukan dan biasanya ini berbentuk
diskusi antara supervisor dengan guru.


















BAB IV
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Dari observasi atau wawancara yang penulis lakukan dapat penulis tarik
kesimpulan bahwa, guru guru sangat membutuhkan pemberian supervisi dari
atasan mereka ( kepala sekolah red) ini berguna untuk membantu mereka agar
lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. Karena sangat mustahil sekali
pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila tidak ada supervise atau
pembinaan dari kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah supervisor di sekolah, dia berkewajiban memberikan
bantuan atau pembinaan terhadap guru yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya. Karena kepala sekolah adalah supervisor pendidikan di
sekolah, dia harus mengetahui bagaimana melaksanakan supervise yang baik,
sehingga keberadaan supervise kepala sekolah akan menjadi suatu hal yang sangat
dinantikan oleh guru.
Untuk dapat memberikan pembinaan dengan tepat kepala sekolah harus
mempunyai kompetensi yang cukup soal pemberian supervise, kepala sekolah
harus paham dengan pendekatan-pendekatan sebelum melakukan supervise,
dengan mengetahui dan menguasai beberapa pendekatan dalam supervise
pendidikan diharapkan pembinaan yang diberikan akan tepat sasaran dan
bermanfaat terhadap guru.
1. B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis sampaikan pada tulisan ini adalah :
1. Guru sebaiknya peka terhadap perkembangan zaman dan dunia pendidikan
2. Guru harus terbuka terhadap supervisor tentang kesulitan yang dialaminya
dalam pembelajaran, dan meminta agar dia disupervisi oleh kepala sekolah
3. Kepala sekolah harus memiliki kompetensi lebih tinggi dari guru-guru
lain, ini bisa dilakukana dengan mengikuti berbagau pelatihan
4. Kepala sekolah harus paham dengan pendekatan-pendekatan dalam
melaksanakan supervisi

Anda mungkin juga menyukai