Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Bells Palsy adalah suatu kelumpuhan akut nervus facialis perifer yang
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Penyakit ini biasanya hanya mengenai satu sisi
wajah (unilateral), tetapi dapat pula mengenai kedua sisi wajah yang sehat dengan
bilateral Bells Palsy.
Istilah Bells Palsy (kelumpuhan bell) biasanya digunakan untuk kelumpuhan
nervus facialis jenis perifer yang timbul secara akut, yang penyebabnya belum
diketahui, tanpa adanya kelainan neurologik lain. Pada sebagian besar penderita Bells
Palsy kelumpuhannya akan sembuh, namun pada beberapa diantara mereka
kelumpuhannya sembuh dengan meninggalkan gejala sisa. Salah satu gejala Bells palsy
adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita berusaha menutup kelopak
matanya, matanya terputar ke atas dan matanya tetap kelihatan. Gejala ini disebut juga
fenomena Bell. Pada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang
tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan dengan gerakan bola mata yang sehat
Prevalensi Bells Palsy di Indonesia, secara pasti sulit ditentukan. Data yang
dikumpulkan dari empat Rumah Sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bells Palsy
sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 2150 tahun,
peluang untuk terjadinya pada wanita dan pria sama. Tidak didapati perbedaan insiden
antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya
riwayat terkena udara dingin atau angin berlebihan.








BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

Daerah wajah umumnya dipersarafi oleh oleh nervus facialis (nervus VII). Nervus
VII termasuk kedalam nervus cranialis, dimana nervus cranialis merupakan sistem saraf
autonom yang terdiri dari 12 pasang nervus cranialis, yaitu :
1. Nervus Olfaktorius (Nervus I)
2. Nervus Opticus (Nervus II)
3. Nervus Occulomotoniis (Nervus III)
4. Nervus Trochleanis (Nervus IV)
5. Nervus Tnigeminus (Nervus V)
6. Nervus Abducens (Nervus VI)
7. Nervus Facialis (Nervus VII)
8. Nervus Vestibulocochleanjs (Nervus VIII)
9. Nervus Glassopharyngeus (Nervus IX)
10. Nervus Vagus (Nervus X)
11. Nervus Acessonius (Nervus XI)
12. Nervus Hypoglosus (Nervus XII)
Nervus facialis adalah saraf motorik yang menginervasi otot-otot muka (otot
mimetic). Nervus facialis keluar dari os petrosum kembali dan tiba di cavum timpani.
Kemudian ia turun dan sedikit membelok ke belakang dan keluar dari tulang tengkorak
melalui foramen stylomastoideum. Pada saat ia turun kebawah dan membelok
kebelakang di cavum timpani, di situ ia tergabung dengan ganglion gnikulatum.
Nervus facialis mempunyai lima komponen fungsional yaitu tiga aferent dan dua
eferent. Dua aferent pertama datang dari sekitar kuping berupa sensasi sakit dan
temperature, induk selnya terdapat didalam ganglion genikulatum. Aferent ketiga
datang dari 2/3 depan Iidah membawa sensorik taktil melalui nervus lingualis menuju
korda timpani dan ke gangion genikulatm dimana terdapat sel induknya. Selanjutnya
akson ketiga aferent tersebut dikirim menuju pons melalui nervus intermedius masuk
kedalam pons. Eferent pertama datang dari nucleus nervus facialis didalam pons menuju
canalis facialis dan keluar dari foramen stilomastoideus serta bercabang-cabang
menginervasi oto-otot mimik. Eferent kedua datang dari nucleus sanivatorius superior
didalam pons, kemudian keluar melalui nervus intermedius menuju ganglion
genikulatum dan disana bercabang dua. Cabang pertama menuju ganglion
sphenopalatini dan mengirim serabut post ganglioner ke kelenjar laknimalis sedangkan
cabang kedua menuju ganglion submaksilaris dan memberi serabut post ganglion ke
kelenjar sublingualis.
Otot-otot yang dipersarafi oleh nervus facialis adalah:
1. M. Frontalis, berfungsi mengangkat ails mata dan mengkerutkan dahi.
2. M. Corrugator supercilii, berfungsi menarik alis mata kearah medial.
3. M. Orbiculris oculi, berfungsi menutup mata.
4. M. Procerus, berfungsi megangkat/mengkerutkan hidung.
5. M. Nasalis, berfungsi melebarkan lubang hidung.
6. M. Levator labii superior, berfungsi untuk mengangkat bibir atas.
7. M. Levator Anguli Oris, berfungsi untuk mengangkat sudut mulut.
8. M. Zygomaticus mayor, berfungsi untuk menarik sudut mulut keatas dan ke
belakang sebagaimana tersenyum dan ketawa.
9. M. Orbicularis Oris, berfungsi untuk menguncupkan mulut ke depan (seperti
bersiul).
10. M. Risonius, berfungsi untuk retraksi sudut mulut atau menarik sudut lateral bibir
kearah belakang.
11. M. Buccinator, berfungsi untuk menekan kedua pipi atau menarik kedua pipi dan
seperti meniup terompet.
12. M. Depressor labii inferioris, berfungsi untuk depresi sudut mulut atau menarik
sudut mulut lateral bibir kearah bawah dan belakang.
13. M. Mentalis, berfungsi untuk menaiklan kulit dagu sementara menguncupkan
bibir bawah.
14. M. Depressor Anguli Oris, berfungsi untuk depresi sudut mulut atau menarik
sudut bibir ke arah bawah.
15. M. Platysma, berfungsi untuk menarik bibir bawah dan sudut mulut kearah lateral
dan inferior.



BAB III
PATOLOGI TERAPAN

Kerusakan nervus facialis bisa berakibat paralisis total otot-otot fasial sepihak.
Otot-otot muka sepihak jadi lemah dan garis-garis muka sekitar bibir, hidung dan dahi
menghilang. Bila tersenyum, maka sudut mulut tertarik kearah yang sehat, air ludah
biasanya menetes dari sudut mulut. Sukarnya menutup mata berakibat mudahnya iritasi
dan infeksi pada mata. Sering terjadi nervus facialis lumpuh tanpa sebab yang jelas
yang disebut dengan Bells Palsy. Penyebab lain gangguan pada nervus facialis adalah :
1. lnfeksi
2. Tumor dan virus
3. Komplikasi dan pembedahan
4. Trauma kftpitis

Gambaran KIinik
Kelumpuhan saraf fasialis melibatkan semua otot wajah sesisi dan sangat mudah
dibuktikan dengan tanda-tanda :
- Kerutan lipat kulit dahi hanya sesisi yang sehat
- Kelompok mata tidak dapat menutup rapat pada wajah yang sakit dan nampak
bola mata berputar-putar keatas
- Mulut merot kesisi yang sehat, jika mulut terbuka dan mudah di julurkan nampak
lidah normal gerakannya ,namun gerakan bibir menyimpang kesisi yang tidak
sehat.
- Ketika mengembungkan pipi dengan mulut tertutup maka gembungan besar pada
sisi yang sakit, dalam waktu seketika ketupan kedua bibir terbuka karena
kelemahan otot pipi dan otot bibir yang sesisi wajah terserang.
- Air mata sering keluar pada sisi wajah yang sakit akibat iritasi pada konjungtiva
karena kelopak mata sulit menutup mata bila berlangsung terus kadang kala mata
mengalami infeksi.
- Kadang kala di sertai gangguan pengecap. apabila oedem yang mengenai nervus
facialis pada foramen stylomastoideus sampai ke corda tympani.


Proses Patologinya
Dengan adanya proses cuaca yang dingin tersebut maka dapat menyebabkan
nervus facialis terjepit di foramen stilomastoideus akibat penekanan atau penjepitan
saraf yang akan mengalami kelumpuhan facialis LMN dan kelumpuhan tersebut
dinamakan Bells Palsy.
Pada kondisi ini masih digolongkan dalam paresis ringan sebagian mengalami
kelumpuhan komplit atau digolongkan dalam tipe 1. Hal ini disebabkan adanya blok
londuksi saraf yang refersible, ini di sebut dengan Neoropraksia yang terjadi akibat
adanya lompresi akut oleh cairan oedem di sekitar saraf. Adapun bentuk kerusakan saraf
lainya yaitu axonotnesis dan neoronotnesis.
Axonotnesis yaitu suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada Axon tetapi
pembungkus jaringan penyambung mendukung dan melindungi saraf secarah utuh.
Neoronotnesis yaitu putusnya serabut otot yang menyokong endonerium yang
mengakibatkan kehilangan axon tetapi kondisi ini mengakibatkan pembungkus dan
jaringan penyambung mengalami kerusakan dan keadaan ini tidak dapat pulih seperti
semula.















BAB IV
STATUS KLINIK

A. Data-Data Medis RS
1. Diagnosa Medis : Bells Palsy Sinistra
2. Catatan Klinis : Vital Sign
a. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
b. Denyut Nadi : 68x/menit
c. Pernafasan : 19x/menit
d. Temperatur : 35,5 C

B. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Umum
N a m a : Tn. Nafrin
U m u r : 75 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
A g a m a : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Tentara
Alamat : Rajawali
b. Khusus
Keluhan Utama : Lemah pada wajah
Lokasi Keluhan : Bagian sisi kiri
Penyebab : Cuaca dingin
RPP : Pada awalnya pasien tiba-tiba merasakan
kelemahan pada otot wajah bagian kanan dan
susah menutup mata saat ingin tidur. Lalu pasien
ke RS dan dinyatakan terkena Bells Palsy pada
bagian Dextra dan melakukan terapi selama 13
kali kunjungan, namun setelah membaik sekarang
pasien kembali menderita kelemahan otot tetapi
berpindah ke bagian sinistra wajah pasien.
2. Inspeksi
a. Statik
Wajah tampak asimetris
Mulut tampak merot ke sisi kanan
b. Dinamis
Mata pada sisi kiri tidak dapat tertutup dengan rapat
Saat mengangkat alis kerutan dahi hanya terlihat di sisi yang sehat
3. Pemeriksaan Fungsional
a. Tes Orientasi
Tes menutup mata
Tes menggembungkan pipi
Tes mengerutkan dahi
Tes mengangkat dahi
Tes tersenyum
Tes bersiul
b. Pemeriksaan Fungsi Dasar
Tes Gerakan Aktif
Tes menutup mata
Hasilnya : mata tidak bisa tertutup rapat masih ada kelemahan otot
orbicularis oculi.
Tes menggembungkan pipi
Hasilnya : belum maksimal, masih ada kelemahan otot bucinator
Tes mengerutkan dahi
Hasilnya : Pasien tidak bisa mengerutkan dahi secara maksimal, masih
ada kelemahan otot procerius.
Tes mengangkat dahi
Hasilnya : Belum makskimal, masih ada kelemahan otot frontalis
Tes tersenyum
Hasilnya : Bisa tapi belum sempurna masih ada kelemahan otot
orbicularis oris.
Tes bersiul
Hasilnya : masih sulit melakukan gerakan bersiul

4. Pemeriksaaan Spesifik
a. Tes motorik
Pasien diminta mengucapkan huruf A, I, U, E, dan O
Hasil : Tidak mampu
Pasien diminta untuk bersiul
Hasil : Tidak mampu
b. MMT
m. Frontalis : 2
m. Orbicularis oculi : 2
m. Proccerius : 2
m. Zigomaticum : 2
m. Bucinator : 2
m. Orbicularis oris : 2

C. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan fungsional wajah akibat Bells Palsy Sinistra

D. Problematik Fisioterapi
1. Kelemahan otot wajah sisi kiri
2. Gangguan ADL wajah

E. Perencanaan Fisioterapi
1. Tujuan jangka panjang
Mengembalikan kemampuan fungsional wajah sisi kiri secara maksimal
2. Tujuan jangka pendek
Meningkatkan kekuatan otot wajah
Memperbaiki ADL wajah






F. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. HFC
Tujuan : Sebagai pre-eliminary exercise
Tehnik : Pasien tidur terlentang, lalu fisioterpis memberikan HFC pada sisi
wajah bagian kiri dan kanan
Dosis : F : 3 x seminggu
I : 60 mA
T : Coplanar
T : 7 menit
2. Interperensi
Tujuan : Sebagai pr - eliminary exercise
Pelaksanaan : pasien tidur terlentang, menggunakan 2 pad. Satu dibelakang
leher dan satu pada titik wajah yang lemaah.
Dosis : F : 3x seminggu
I :
T : kontak langsung dengan 2 pad
T : 10 menit
3. Message (Friction)
Tujuan : Melancarkan sirkulasi darah
Tehnik : Pasien tidur terlentang, fisioterapis berdiri disamping bad diatas
bagian kepala pasien
Dosis : F : 3 x seminggu
I : 5 10 x
T : Friction
T : 5 menit
4. PNF Wajah
Tujuan : Memfasilitasi respon muskuler otot wajah, meningkatkan
Kekuatan otot wajah
Dosis : F : 2 x seminggu
I : 6 8x
T : Manual kontak
T = 10 menit
Teknik : Pasien tidur terlentang di atas bed, FTs berada diatas kepala
Pasien kemudian melakukan terapi dengan berbagai teknik
PNF pada otot-otot wajah sebagai berikut :
a). M. Frontalis
Fisioterapi memegang dahi pasien dengan ujung jari, gunakan tahanan
pada dahi, dorong ke arah caudal dan medial. Pasien diminta melawan
gerakan tersebut dengan meminta mengangkat dahinya.
b). M. Orbicularis Oculi
Pada saat FTs menarik keatas, pasien diminta menutup mata.
Sedang untuk lower kelopak mata, ibu jari diletakkan pada kedua mata
bagian bawah sambil menarik ke bawah, pasien diminta menutup mata.
c). M. Risorrius dan M. Zygomaticum Major
Ujung jari-jari diletakkan pada kedua sudut mulut pasien, gunakan
tahanan pada sudut mulut kearah caudal dan medial. Pada saat itu pasien
diminta menarik sudut mulutnya ke atas.
d). M. Orbicularis Oris
Ujung jari-jari FTs diletakkan pada sudut mulut pasien sambil menarik
ke samping. Pada saat itu pula pasien diminta untuk menarik sudut
mulutnya kedepan sambil mencucukan bibirnya.
e). M. Levator Labii Superior
Ujung jari-jari Fts diletakkan pada sudut mulut pasien kemudian
mencucukan mulut pasien dan pada saat itu pasien diminta menarik sudut
mulutnya ke samping sambil memperlihatkan giginya
f). M. Bucinator
Gunakan tahanan pada permukaan bagian dalam pipi dengan
menggunakan stik, tahanan dapat dilakukan secara diogonal keatas atau
diagonal ke bawah sambil meminta pasien menggembungkan pipinya
5. Latihan ADL
Tujuan : Mempercepat proses penyembuhan dengan memberikan
Gerakan aktifitas fungsional pada otot wajah
Dosis : F : 1-3x sehari
I : 6-8x detik
T : self exercise
T : 5-10 menit
Teknik : Memberikan Home Program atau edukasi berupa :
i. Melakukan gerakan-gerakan fungsional seperti mengangkat alis,
mengkerutkan dahi, membuka mata, mutup mata, bersiul mencibir,
menggembungkan pipi, dan gerakan lainnya pada wajah
ii. Gerakan ADL dan ekspresi wajah tersebut diatas dapat dilakukan
didepan cermin.
iii. Dianjurkan pasien mengkompres air hangat pada wajah sisi kanan
iv. Memakai kaca mata pelindung
C. Evaluasi
Sesaat : Pasien merasa otot-otot wajahnya lebih rileks
Berkala : Setelah 3 kali terapi pasien merasa sudah ada perubahan.

D. Edukasi
Menyarankan pasien untuk menghindari cuaca dingin
Menyarankan pasien untuk menggunakan kacamata saat ingin berkendara
dengan motor
E. Home Program
Pasien diminta untuk melakukan mirror exercise dirumah
Pasien diminta untuk makan permen karet pada sisi yang mengalami
gangguan.

Anda mungkin juga menyukai