DINAMIKA POLITIK DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG DisusunOleh: Taufik Hidayat 13/356973/PTK/9243 MAGISTER PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PEMBANGUNAN DINAMIKA POLITIK DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG DisusunOleh: Taufik Hidayat 13/356973/PTK/9243 MAGISTER PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PEMBANGUNAN DINAMIKA POLITIK DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG DisusunOleh: Taufik Hidayat 13/356973/PTK/9243 MAGISTER PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembangunan (MPKD 44 UGM) H a l 1 DINAMIKA POLITIK DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG Taufik Hidayat PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu fenomena yang tidak habis-habisnya dibahas dalam kerangka kajian keberlangsungan hidup manusia. Fenomena ini melekat sebagai salah satu ciri kehidupan manusia yang kerap mengalami perubahan menurut berbagai dimensi yang ada. Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu perencanaan dalam rangka pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah merupakan upaya mendorong perkembangan wilayah melalui pendekatan komprehensif mencaku paspek fisik, ekonomi dan sosial (Misra dalam Moeis, 2009). Dalam perkembangannya di Indonesia, berbagai pendekatan telah diterapkan. Pada dasarnya, perkembangan pendekatan pengembangan wilayah ditujukan untuk mengefisienkan pembangunan berdasarkan evaluasi pelaksanaan pendekatan sebelumnya serta disesuaikan tuntutan dalam kurun waktu tertentu. Pengembangan wilayah adalah harmonisasi perkembangan wilayah. Banyak cara dapat diterapkan, mulai dari konsep pengembangan sektoral, basic needs approach sampai penataan ruang yakni pengaturan ruang secara terpadu melalui proses pemanfaatan sumber daya alam secara sinergi dengan pengembangan sumberdaya manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan hanya mungkin terjadi apabila pemerintahnya mempunyai komitmen yang kuat terhadap pembangunan ekonomi. Komitmen tersebut berarti keberanian politis pemerintah daerah untuk melakukan perubahan administratif dan membina disiplin demi keefektifan kebijaksanaan. Juga diperlukan langkah-Iangkah bagi keberhasilan proses pembangunan. Di samping itu komitmen ini berarti kemauan dan kemampuan untuk mengorganisir kembali elemen-elemen pendukung untuk melaksanakan pembangunan, tidak saja dari segi ekonomi tetapi juga dari segi politik. Pertumbuhan ekonomi dapat meningkat tanpa perubahan yang mengganggu dalam sistem sosial, tetapi ini hanya sekedar khayalan jika pembangunan yang Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembangunan (MPKD 44 UGM) H a l 2 berkelanjutan dapat tercapai tanpa perubahan struktur ekonomi dan politik. Kemampuan pemerintah daerah yang terikat dengan pembangunan ekonomi untuk menunda pembangunan tersebut dan mempertahankan momentumnya akan bergantung pada keberanian dan kebijaksanaan yang dimilikinya untuk menyerap konsekuensi-konsekuensi politis dari pembangunan, dan untuk menerima tingkat kerugian tertentu berdasarkan kekuatan sendiri. Sistem politik yang memungkinkan dapat berlangsung, dapat merupakan hasil dari perubahan itu sendiri. Kebutuhan akan kekuasaan dan dukungan awal sebagai pemacu pembangunan daerah sering dibarengi oleh keterbatasan-keterbatasan kekuasaan pemerintah terutama dalam masyarakat yang sedang berkembang. Kalau pemerintah tidak berhasil memperluas bidang kegiatannya sendiri yang disesuaikan dengan pembangunan dalam sistem sosial seluruhnya, akibatnya kecil harapan bahwa rencana-rencana pembangunan dapat diimplementasikan secara efektif. Reformasi yang digaungkan sejak tahun 1998 mengakibatkan lahirnya desentralisasi kekuasaan dari pusat ke daerah sehingga melahirkan Otonomi daerah. Otonomi daerah memungkinkan daerah mengatur sumber daya alam secara lebih efektif dan efisien karena daerah meiliki kewenangan yang lebih besar. Desentralisasi adalah salah satu alternatif dari berbagai metode bagaimana kekuasaan didistribusikan (distribution of power) dari pemerintahan yang lebih atas kepemerintahan yang lebih rendah. Konsep desentralisasi dalam tataran definisi adalah untuk mengurangi kadar kekuasaan dari sistem yang bersifat sentralistik, artinya desentralisasi adalah sesuatu yang tidak sentralistik, dimana peran dan kekuasaan diberikan secara sitematis kepada organisasi pemerintah dibawahnya (Nasir dalam Turner, 1997). Menurut PBB, desentralisasi merupakan perpindahan kekuasaan politik, fiskal dan administratif kepada sub nasional pemerintah yang mampu mengambil keputusan, setidaknya pada beberapa bidang kebijakan. Menurut Smith dalam Turner (1997) desentralisasi yang demokratis dibutuhkan oleh pemerintah daerah karena beberapa faktor, yaitu untuk pendidikan politik, pelatihan kepemimpinan politik, stabilitas politik, politik kesetaraan, akuntabilitas dan responsif. Konstelasi politik yang terjadi di era demokratisasi saat ini terkadang menyulitkan pemerintah daerah untuk membuat keputusan dalam perencanaan tata ruang dan mewujudkannya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Terutama jika pemerintah yang berkuasa bukan merupakan kader dari partai politik yang memenangkan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Fenomena Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembangunan (MPKD 44 UGM) H a l 3 tersebut sudah bukan merupakan hal yang mengejutkan, karena hampir dapat ditemukan di berbagai daerah di republik tercinta ini. Sering ditemukan dokumen RPJMD yang berlaku 5 tahun sebelumnya tidak singkron dengan dokumen RPJMD yang disusun oleh pemerintah daerah saat ini. Hal ini tentunya merugikan dan merupakan kegiatan yang tidak produktif, seharusnya rencana saat ini merupakan keberlanjutan dari rencana pembangunan sebelumnya. Kepentingan politik sesaat dari kepala daerah dan tim sukses partai pendukungnya sangat mempengaruhi kebijakan 5 tahun ke depan terutama jika kepala daerah terdahulu merupakan oposisi dari partai pemenang saat ini. Proses pengambilan keputusan oleh kepala daerah hampir selalu diintervensi oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang tidak menguntungkan rakyat. Sistem politik saat ini secara tidak langsung menjebak seorang kepala daerah terpilih untuk melakukan 'balas jasa' kepada partai-partai atau tim sukses yang telah memberi dukungan politik dan finansial selama proses kampanye hingga terpilih menjadi kepala daerah. Hal ini mungkin asumsi yang berlebihan, namun kenyataannya sudah banyak kepala daerah yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Dinamika politik yang terjadi di daerah (Kabupaten dan Kota) menyebabkan efektifitas implementasi perencanaan pembangunan (tata ruang) menjadi rendah. Intervensi dan kepentingan politik bisa saja ditemukan pada saat proses pembuatan rencana maupun pada tahap implementasi dan evaluasi. Jika kepala daerahnya memiliki 'political will' yang rendah terhadap keberhasilan pembangunan di daerah, maka keputusan dan kebijakan yang diambil akan sangat mudah dipengaruhi oleh oknum-oknum partai politik pendukungnya. Bentuk intervensi politik pada proses pembuatan rencana pembangunan (tata ruang) misalnya adanya arahan tertentu dari kepala daerah kepada kepala dinas yang melaksanakan proyek perncanaan yang jika dikaji secara ilmiah, arahan tersebut kurang sesuai dengan logika dan analisi ilmiah tim perencana (konsultan). Contoh kasusnya antara lain perubahan garis batas hutan lindung di sebuah Kabupaten (Nunukan) dikarenakan garis batas yang seharusnya (menurut tim perencana), melewati kebun sawit milik salah seorang oknum tim sukses bupati. Sedangkan bentuk intervensi politik pada tahap implementasi adalah pembiaran yang dilakukan kepala daerah terhadap bangunan tertentu yang melanggar peraturan zonasi (Zoning Regulation) karena pemilik bangunan tersebut adalah ketua salah satu partai pendukung. Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembangunan (MPKD 44 UGM) H a l 4 Terdapat beberapa konsep mengenai implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara Etimologis, implementasi menurut kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah sebagai berikut: "Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu (Webster dalam Wahab (2006:64))." Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2006:65). Berdasarkan definisi yang disampaikan para ahli di atas, disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. Seharusnya keputusan dan kebijkan yang diambil haruslah mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat bukan hanya golongan (partai) tertentu. Praktek demokrasi yang terjadi di negeri ini mengarah kepada 'demokrasi uang', artinya siapa saja yang memliki uang banyak (modal) kemungkinan besar akan memenangkan pertarungan pada pemilihan kepala daerah (PILKADA). Meskipun ada sebagian kecil yang menjadi kepala daerah karena didasarkan pada pengabdian kepada rakyat (pemilih) dan tidak ingin terlalu didikte oleh partai pengusung seperti Tri Rismaharini walikota Surabaya dan Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Tidak dapat dipungkiri bahwa politik dan segala dinamikanya tak dapat dipisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara terutama di era reformasi seperti sekarang ini. Semestinya politik dapat mempercepat dan memperlancar implementasi rencana pembangunan daerah bukan sebaliknya bersifat kontraproduktif dan menghambat proses pembangunan yang merugikan kepentingan rakyat. Kenyataan ini akan berpengaruh kepada tahap implementasi perencanaan pembangunan ataupun kebijakan lainnnya yang merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik. Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil keputusan, Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembangunan (MPKD 44 UGM) H a l 5 seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. KESIMPULAN Otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi kekuasaan dari pusat ke daerah dan segala dinamika politik yang terjadi di dalamnya seharusnya mampu digunakan oleh pemegang kekuasaan untuk mengambil kebutusan dan kebijakan yang lebih pro rakyat guna terwujudnya kesejahteraan bersama. Bukan sebaliknya, mengambil keuntungan individu dan golongan dengan politik yang tidak sehat dan cenderung korup. Kepala daerah dan Parlemen seharusnya bahu-membahu dan bekerja sama mewujudkan visi dan misi bersama tanpa melihat latar belakang partai politik tertentu. DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahab, Solichin. 2006. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Turner, Mark and David Hulme, 1997. Governance, Administration and Development: Making State Work. London: McMillan Press Ltd. Moeis, Syarif, 2009. Pembangunan Masyarakat Indonesia Menurut Pendekatan Teori Modernisasi Dan teori Dependensi, Makalah. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.