Anda di halaman 1dari 3

Dengan banyaknya gedung-gedung yang dibangun maka sangat dibutuhkan

bahan penutup atap yang baik yaitu yang memenuhi persyaratan kuat, ringan dan
kedap air. Dari berbagai jenis penutup atap, genteng beton merupakan bahan yang
banyak dipakai sebagai penutup atap terutama untuk bangunan rumah tinggal. Genteng
beton sebagai bahan penutup atap yang banyak diminati masyarakat umumnya saat ini
kebutuhannya semakin meningkat, namun sesuai sifat dasar beton sebagai bahan
dasar pembuatnya memiliki sifat kurang mampu menahan tarik, lentur, bersifat getas
dan berat sendirinya besar. Usaha peningkatan kualitas beton sampai sekarang ini
masih terus dilakukan baik peningkatan kuat tekan, tarik maupun lentur, bahkan sampai
pada upaya untuk membuat ringan tetapi mempunyai kekutan tinggi. Salah satunya
dengan penambahan serat dalam adukan yang memberikan perbaikan beberapa sifat
beton. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengaplikasikan beton serat untuk
pembuatan genteng beton yaitu dengan penambahan serat ijuk. Serat ijuk yaitu serabut
berwarna hitam dan liat, yang terdapat pada bagian pangkal dan pelepah daun pohon
aren. Ijuk bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan terhadap genangan asam
termasuk genangan air laut yang mengandung garam. Dengan sifat yang demikian
maka penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir diharapkan dapat meningkatkan
beban lentur genteng beton dan berat jenisnya semakin kecil sehingga genteng beton
yang dihasilkan semakin ringan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur yang
digunakan meliputi : berat jenis, berat satuan dan kadar air, mengetahui karakteristik
pasir yang digunakan meliputi : berat jenis, berat satuan, kadar air dan gradasi pasir,
mengetahui karakteristik genteng beton yang dihasilkan meliputi beban lentur dan berat
jenis serta untuk mengetahui pengaruh penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir
terhadap beban lentur dan berat jenis genteng beton. Pembuatan dan penelitian
karakteristik genteng beton dilakukan di Laboratorium Loka Teknologi Permukiman
Semarang yang terletak di Jalan Raya Kembangarum Km.15 Mranggen Timur
Semarang. Sedangkan penelitian karakteristik bahan susun genteng beton dilakukan di
Laboratorium Mekanika Tanah dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian beban lentur genteng beton
dengan panambahan persentase serat ijuk dan pengurangan pasir sebesar 0; 0,5; 1;
1,5; 2 dan 2,5% berturut turut adalah 62,25; 63,75; 67,84; 70,43; 73,97 dan 75,32 kg.
Sedangkan hasil penelitian berat jenis genteng beton dengan panambahan prosentase
serat ijuk dan pengurangan pasir sebesar 0; 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5% berturut turut
adalah 2,106; 2,094; 2,017; 1,930; 1,929; 1,902.

Dari hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penambahan prosentase serat ijuk dan pengurangan pasir sebesar 0; 0,5; 1; 1,5; 2 dan
2,5% menghasilkan genteng beton dengan beban lentur semakin meningkat dan berat
jenis semakin kecil.




Genteng beton sebagai bahan penutup atap yang diminati banyak masyarakat
umumnya saat ini kebutuhannya semakin meningkat. Namun sesuai sifat dasar beton,
sebagai bahan dasar pembuatnya memiliki sifat kurang mampu menahan tarik, lentur,
bersifat getas dan berat sendirinya besar. Usaha peningkatan kualitas beton sampai
sekarang ini masih terus dilakukan baik peningkatan kuat tekan, tarik maupun lentur,
bahkan sampai pada upaya untuk membuat beton itu ringan tetapi mempunyai
kekuatan tinggi.

Penambahan serat dalam adukan beton dapat meningkatkan kuat tarik,
kuat lentur, dan beton yang dihasilkan lebih ringan (Dwiyono, 2000). Penambahan serat
dalam adukan yang memberikan perbaikan beberapa sifat beton perlu diaplikasikan
dalam pembuatan genteng beton.

Panjang serat yang ditambahkan dalam adukan genteng beton serat harus memenuhi
ketentuan mengenai aspek rasio yaitu perbandingan antara panjang serat dengan
diameter serat. Aspek rasio yang ideal yaitu 50 sampai 100 (Sudarmoko 1987 dalam
Dwiyono 2000). Serat yang terlalu pendek akan mudah tercabut dan serat yang terlalu
panjang akan mengakibatkan kesulitan dalam pengerjaan yaitu akan terjadi
penggumpalan. Jumlah serat yang sedikit belum berpengaruh, tetapi sebaliknya jumlah
serat yang terlalu banyak akan mengakibatkan kesulitan dalam pengerjaan.

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur mill yang digunakan, meliputi:
berat jenis, berat satuan dan kadar air.
2. Mengetahui karakteristik pasir yang digunakan meliputi : berat jenis, berat
satuan, kadar air dan gradasi pasir.
3. Mengetahui karakteristik genteng beton yang dihasilkan, meliputi : beban
lentur dan berat jenis.
4. Mengetahui pengaruh penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir terhadap
beban lentur dan berat jenis genteng beton.


Kegunaan yang diambil dari penelitian ini adalah:

1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi
loka teknologi pemukiman semarang, untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga suatu
saat ada perusaahaan genteng beton di wilayah Semarang yang memproduksi genteng
beton serat.
2. Bagi masyarakat khususnya disekitar lokasi pembuatan genteng beton. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam menentukan pilihan
terhadap bahan penutup atap terutama genteng beton.
3. Bagi para peneliti dan mahasiswa Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
informasi atau referensi untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai
aplikasi beton fiber ke dalam genteng beton.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Serat ijuk yang dipakai dalam penelitian ini dalam kondisi jenuh kering muka atau
SSD (Saturated Surface Dry) dan dipotong-potong dengan panjang 1-2 cm dengan
persentase 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% terhadap berat pasir yang digunakan.
Serat ijuk ini diperoleh dari desa Subah, kecamatan Subah, kabupaten Batang.
2. Semen yang digunakan dalam penelitian ini merk Nusantara dengan kemasan isi 40
kg, tertutup rapat dan butirannya halus tidak menggumpal, dan semua butiran lolos
ayakan 0,09 mm.
3. Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir Muntilan. Butiran yang
digunakan lolos ayakan 5 mm.
4. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari toko bangunan Bintang Jaya
yang terletak di Jalan Raya Mranggen No. 68 Semarang. Kapur mill yang digunakan
semua butirannya lolos ayakan 0,09 mm.
5. Air yang digunakan dalam pembuatan genteng beton ini adalah air sumur yang
berada ditempat pengujian.
6. Beban lentur dan berat jenis genteng beton diteliti pada umur 28 hari dengan jumlah
benda uji masing-masing 3 buah.
7. Perbandingan volume semen : kapur : pasir = 1 : 0,997 : 2,990.
8. Menggunakan nilai faktor air semen (fas) yang cocok untuk pembuatan genteng
beton serat.

Anda mungkin juga menyukai