Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM

APA SEBAB MASYARAKAT MENTAATI DAN MELANGGAR HUKUM








OLEH :

IRPUN WALID SAHAMAD (D1A114121)





FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI MATARAM
2014/2015













Kata pengantar
Assalamualaikum.Wr..Wb...
Puja dan Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena dengan segala limpahan nikmat-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas saya yang berjudul Apa Sebab Masyarakat Mentaati
Dan Melanggar Hukum
Dalam penyusunan makalah ini,kami banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
masukan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu dalam kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen
yang telah memberi arahan dan penjelasan tentang tata cara penulisan makalah ini.
Kami menyadari,penulisan ini masih banyak kekurangannya,untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri
Mataram secara khusus dan bagi masyarakat pada umumnya.




Mataram, 2 Oktober 2014

Penyusun














BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Jika kita berbicara filsafat, kita seakan berada pada ranah yang sangat abstrak, dan
filsafat hukum merupakan cabang dari filsafat, filsafat hukum mempunyai fungsi yang
strategis dalam pembentukan masyarakat sadar hukum dan taat di Indonesia.
Hukum adalah dalam kompas ilmu untuk manusia, atau sosial ilmu, karena merupakan
bagian integral dan penting dalam komponen manusia masyarakat dan budaya. Tidak ada
kejadian yang dikenal dari suatu keadaan dalam pengalaman manusia, di mana masyarakat
yang heterogen ada dan budaya telah tanpa, atau sudah bebas dari, hukum. Dimanapun dan
kapanpun masyarakat dan budaya yang ditemukan, ada hukum juga ditemukan, menggenangi
seluruh masyarakat sebagai bagian dari budaya.
Seperti komponen lain dari masyarakat manusia dan budaya, hukum adalah fenomena,
rentan terhadap ketakutan intelektual dengan bantuan dari indra manusia, dan tunduk pada
penyelidikan empiris dan ilmiah deskripsi. Hukum merupakan salah satu bentuk budaya
untuk kendali dan regulasi perilaku manusia, baik individual atau kolektif dalam
penerapannya. Hukum adalah alat utama dari kontrol sosial pada masyarakat modern serta
dalam masyarakat primitif.
Pembentukan masyarakat sadar hukum dan taat akan hukum merupakan cita-cita dari
adanya norma-norma yang menginginkan masyarakat yang berkeadilan sehingga sendi-sendi
dari budaya masyarakat akan berkembang menuju terciptanya suatu sistem masyarakat yang
menghargai satu sama lainnya, membuat masyarakat sadar hukum dan taat hukum bukanlah
sesuatu yang mudah dengan membalik telapak tangan, banyak yang harus diupayakan oleh
pendiri atau pemikir negeri ini untuk memikirkan hal tersebut. Hukum bukanlah satu-satunya
yang berfungsi untuk menjadikan masyrakat sadar hukum dan taat hukum, Indonesia
yang notabeneadalah negara yang sangat heterogen tampaknya dalam membentuk formulasi
hukum positif agak berbeda dengan negara-negara yang kulturnya homogen, sangatlah
penting kiranya sebelum membentuk suatu hukum yang akan mengatur perjalanan
masyarakat, haruslah digali tentang filsafat hukum secara lebih komprehensif yang akan
mewujudkan keadilan yang nyata bagi seluruh golongan, suku, ras, agama yang ada di
Indonesia.
Peranan hukum didalam masyarakat sebagimana tujuan hukum itu sendiri adalah
menjamin kepastian dan keadilan, dalam kehidupan masyarakat senantiasa terdapat
perbedaan antara pola-pola perilaku atau tata-kelakuan yang berlaku dalam masyarakat
dengan pola-pola perilaku yang dikehendaki oleh norma-norma (kaidah) hukum. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya suatu masalah berupa kesenjangan sosial sehingga pada waktu
tertentu cenderung terjadi konflik dan ketegangan-ketegangan sosial yang tentunya dapat
mengganggu jalannya perubahan masyarakat sebagaimana arah yang dikehendaki.
Keadaan demikian terjadi oleh karena adanya hukum yang diciptakan diharapkan dapat
dijadikan pedoman (standard) dalam bertindak bagi masyarakat tidak ada kesadaran hukum
sehingga cenderung tidak ada ketaatan hukum.
Dari uraian d iatas timbul pertanyaan yang harus di gali jawabnya lebih mendalam
yakni tentang Mengapa orang Mentaati Hukum? Hal ini dapat kita temukan jawabanya
dalam ranah filsafat hukum.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui alasan-alasan mengapa kita sebabagai manusia harus taat terhadap
hukum,
2. Untuk memenuhi salah satu tuga mata kuliah Pengant Ilmu Hukum yang diberikan oleh
dosen pembimbing









































BAB II
PEMBAHASAN

Sebelum kita mengetahui tentang mengapa seseorang mentaati hukum kita harus
mengetahui dulu tujuan dari hukum itu sendiri, tujuan hukum tersebut dikemukakan oleh
beberapa ahli hukum yakni sebagai berikut :

1. Dr. Wirjono Prodjodikoro. S.H
Dalam bukunya Perbuatan Melanggar Hukum. Mengemukakan bahwa tujuan Hukum
adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat. Ia
mengatakan bahwa masing-masing anggota masyarakat mempunyai kepentingan yang
beraneka ragam. Wujud dan jumlah kepentingannya tergantung pada wujud dan sifat
kemanusiaan yang ada di dalam tubuh para anggota masyarakat masing-masing Hawa nafsu
masing-masing menimbulkan keinginan untuk mendapatkan kepuasan dalam hidupnya
sehari-hari dan supaya segala kepentingannya terpelihara dengan sebaik-baiknya.
Untuk memenuhi keinginan-keinginan tersebut timbul berbagai usaha untuk mencapainya,
yang mengakibatkan timbulnya bentrokan-bentrokan antara barbagai macam kepentingan
anggota masyarakat. Akibat bentrokan tersebut masyarakat menjadi guncang dan
keguncangan ini harus dihindari. Menghindarkan keguncangan dalam masyarakat inilah
sebetulnya maksud daripada tujuan hukum, maka hukum menciptakan pelbagai hubungan
tertentu dalam hubungan masyarakat.

2. Prof. Subekti, S.H.
Menurut Prof. Subekti SH keadilan berasal dari Tuhan YME dan setiap orang diberi
kemampuan, kecakapan untuk meraba dan merasakan keadilan itu. Dan segala apa yang di
dunia ini sudah semestinya menimbulkan dasar-dasar keadilan pada manusia.
Dengan demikian, hukum tidak hanya mencarikan keseimbangan antara pelbagai kepentingan
yang bertentangan satu sama lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan antara
tuntutan keadilan tersebut dengan Ketertiban atau Kepastian Hukum.

3. Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldoorn.
Dalam bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlanse Recht, Apeldoorn menyatakan
bahwa tujuan Hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.
Untuk mencapai kedamaian Hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mengadakan perimbanagn antara kepentingan yang saling bertentangan satu sama lain dan
setiap orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat Van
Apeldoorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara 2 teori tujuan hukum, Teori Etis dan
Utilitis.

4. Aristoteles.
Dalam Bukunya Rhetorica mencetuskan teorinya bahwa tujuan hukum menghendaki
keadilan semata-mata dan isi daripada hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa
yang dikatakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil.
Menurut teori ini buku mempunyai tugas suci dan luhur, ialah keadilan dengan memberikan
tiap-tiap orang apa yang berhak dia terima yang memerlukan peraturan sendiri bagi tiap-tap
kasus. Apabila ini dilaksanakan maka tidak akan ada habisnya. Oleh karenanya Hukum harus
membuat apa yang dinamakan Algemeene Regels(Peratuaturan atau ketentuan-ketentyuan
umum. Peraturan ini diperlukan oleh masyarakat teratur demi kepentingan kepastian Hukum,
meskipun pad asewktu-waktu dadapat menimbulkan ketidak adilan.

5. Jeremy Bentham
Dalam Bukunya Introduction to the morals and negismation, ia mengatakan bahwa hukum
bertujuan semata-mata apa yang berfaedah pada orang. Pendapat ini dititikberatkan pada hal-
hal yang berfaedah pada orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal
keadilan. Disini kepastian melalui hukum bagi perorangan merupakan tujuan utama dari
Hukum.

6. Mr. J.H.P. Bellefroid.
Bellefroid menggabungkan 2 pandangan ekstrim tersebut. Ia menggabungkan dalam bukunya
Inleiding tot de Rechts wetenshap in Nederland bahwa isi hukum harus ditentukan menurut
2 asas, ialah asas keadilan dan faedah.

7. Rusli Effendy (1991:79)
Mengemukakan bahwa tujuan hukum dapat dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, yaitu :
a). Dari sudut pandang ilmu hukum normatif, tujuan hukum dititik beratkan pada segi
kepastian hukum.
b). Dari sudut pandang filsafat hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi
keadilan.
c). Dari sudut pandang sosiologi hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi
kemanfaatan.

8. Van Kan
berpendapat bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya
kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.
Adapun tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara universal, dapat dilihat dari
tiga aliran konvensional :
1. Aliran Etis
Aliran ini menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk
mencapai keadilan. Hukum ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang adil dan yang tidak
adil, dengan perkataan lain hukum menurut aliran ini bertujuan untuk merealisir atau
mewujudkan keadilan. Pendukung aliran ini antara lain, Aristoteles, Gery Mil, Ehrliek,
Wartle.
Salah satu pendukung aliran ini adalah Geny. Sedangkan penetang aliran ini pun cukup
banyak, antara lain pakar hukum Sudikno Mertokusumo:
Kalau dikatakan bahwa hukum itu bertujuan mewujudkan keadilan, itu berarti bahwa hukum
itu identik atau tumbuh dengan keadilan, hukum tidaklah identik dengan keadilan. Dengan
demikian berarti teori etis itu berat sebelah (Achmad Ali, 1996:86).
Tegasnya keadilan atau apa yang dipandang sebagai adil sifatnya sangat relatif,
abstrak dan subyektif. Ukuran adil bagi tiap-tiap orang bisa berbeda-beda. Olehnya itu tepat
apa yang pernah diungkapkan oleh N.E. Algra bahwa :
Apakah sesuatu itu adil (rechtvaardig), lebih banyak tergantung pada Rechtmatig
heid(kesesuaian dengan hukum) pandangan pribadi seseorang penilai. Kiranya lebih baik
tidak mengatakan itu adil, tetapi itu mengatakan hal ini saya anggap adil memandang
sesuatu itu adil, terutama merupakan sesuatu pendapat mengenai nilai secara pribadi.
Achmad Ali (1990:97).
2. Aliran Utilistis
Menurut aliran ini mengaggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-
mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebsar-besarnya bagi manusia
dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. Jadi pada hakekatnya menurut aliran ini, tujuan
hukum adalah manfaat dalam mengahasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar
bagi jumlah orang yang terbanyak.
Aliran utilistis ini mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum tidak lain adalah
bagaiamana memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga masyarakat (ajaran
moral praktis).
3. Aliran Yuridis Dogmatik
Menurut aliran ini menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-
mata untuk menciptakan kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum, fungsi
hukum dapat berjalan dan mampu mempertahankan ketertiban.
Penganut aliran yuridis dogmatik ini bahwa adanya jaminan hukum yang tertuang
dari rumusan aturan perundang-undangan adalah sebuah kepastian hukum yang harus
diwujudkan. Kepastian hukum adalah syarat mutlak setiap aturan, persoalan keadilan dan
kemanfaatan hukum bukan alasan pokok dari tujuan hukum tetapi yang penting adalah
kepastian hukum.
Bagi penganut aliran ini, janji hukum yang tertuang dalam rumusan aturan tadi
merupakan kepastian yang harus diwujudkan, penganut aliran ini melupakan bahwa
sebenarnya janji hukum itu bukan suatu yang harus, tetapi hanya suatu yang seharusnya.
Dari ketiga aliran tujuan hukum di atas tidaklah bersifat baku, dalam artian masih ada
pendapat-pendapat lain tentang tujuan hukum yang bisa dilambangkan dengan melihat latar
belakang konteks sosial masyarakat yang selalu berubah.
Dari uraian tersebu dapat disimpulkan bahwa kita sebagai masyarakat harus
mengtahui bahwa hukum itu dibentuk atau diciptakan intinya adalah untuk mencipatakan
ketertiban sekaligus ketertiban dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Soerjono (91986:49-50, setir pendapatnya L. Pospisil, 1971:200-201) berpendapat
bahwa ada Faktor-faktor yang menyebabkan warga masyarakat mematuhi hukum, setidak-
tidaknya dapat dikembalikan pada faktor-faktor atau hal-hal sebagai berikut:
1. Compliance, yaitu:
an overt acceptance induced by expectation of rewards and an attempt to avoid possible
punishment not by any conviction in the desirability of the enforced nile. Power of the
influencing agent is based on means-control and, as a consequence, the influenced person
conforms only under surveillance.
Orang mentaati hukum karena takut terkena hukuman. Ketaatan sebagai pemenuhan suatu
penerimaan terang yang dibujuk oleh harapan penghargaan dan suatu usaha untuk
menghindari kemungkinan hukuman, bukan karena keinginan yang kuat untuk menaati
hukum dari dalam diri. Kekuatan yang mempengaruhi didasarkan pada alat-alat kendali
dan, sebagai konsekuensinya, orang yang dipengaruhi menyesuaikan diri hanya di bawah
pengawasan.
2. Identification, yaitu:
an acceptance of a rule not because of its intrinsic value and appeal but because of a
persons desire to maintain membership in a group or relationship with the agent. The source
of power is the attractiveness of the relation which the persons enjoy with the group or agent,
and his conformity with the rule will be dependent upon the salience of these relationships
Ketaatan yang bersifat identification, artinya ketaatan kepada suatu aturan karena takut
hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak. Identifikasi, yaitu: suatu penerimaan
terhadap aturan bukan karena nilai hakikinya, dan pendekatan hanyalah sebab keinginan
seseorang untuk memelihara keanggotaan di dalam suatu hubungan atau kelompok dengan
ketaatan itu. Sumber kuasa menjadi daya pikat dari hubungan orang-orang yang menikmati
kebersamaan kelompok itu, dan penyesuaiannya dengan aturan akan bergantung atas
hubungan utama ini.
3. Internalization, yaitu:
the acceptance by an individual of a rule or behavior because he finds its content
intrinsically rewarding the content is congruent with a persons values either because his
values changed and adapted to the inevitable.
Ketaatan yang bersifat internalization, artinya ketaatan pada suatu aturan karena ia benar-
benar merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai instrinsik yang dianutnya. Internalisasi,
yaitu: penerimaan oleh aturan perorangan atau perilaku sebab ia temukan isinya yang pada
hakekatnya memberi penghargaan isi adalah sama dan sebangun dengan nilai-nilai
seseorang yang manapun, sebab nilai-nilainya mengubah dan menyesuaikan diri dengan
yang tak bisa diacuhkanAda kesadaran dari dalam diri yang membuatnya mentaati hukum
dengan baik.
Ada beberapa hal sebab berlakunya kaidah hukum supaya hukum itu berfungsi, antara lain :
Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah
yang lebih tinggi tingkatannya atau apabila terbentuk menurut cara yang telah ditetapkan.
Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut dapat dipaksakan
berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima dan diakui oleh seluruh masyarakat.
Kaidah hukum tersebut berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengan cita-cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut , menurut saya, ada beberapa alasan mengapa manusia
mematuhi hukum:
o Manusia mematuhi hukum jelas karena hukum itu merupakan suatu kebutuhan.
Dimana ada masyarakat, disitu pasti ada hukum. Semua manusia butuh hukum untuk
kelangsungan hidupnya, karena sejatinya setiap manusia pasti mendambakan kehidupan yang
aman, nyaman, dan tentram, dan dengan adanya hukum itu sendiri, kehidupan yang aman
itupun dapat terwujudkan. Contohnya, sebagai warga Negara Indonesia, kita wajib tau apa
saja hak-hak dan kewajiban kita dalam kehidupan berbangsa danbernegara, maka dengan
adanya UUD 1945 pasal 27 sampai pasal 33 kita dapat mengetahui hak-hak dan kewajiban
kita sebagai warga Negara Indonesia.
o Manusia mematuhi hukum karena memang dari kesadaran manusia itu sendiri.
Contohnya, sebagai manusia yang bermoral, pasti tidak akan ada pria dan wanita yang belum
terkat perkawinan yang sah tetapi tinggal bersama dalam satu rumah (biasa disebut kumpul
kebo). Memang tidak ada sanksi tertulis dalam hal tersebut. Tetapi perlu diingat, hukum itu
bukan hanya sebatas Undang-Undang atau peraturan tertulis saja (paham legisme), tetapi ada
juga hukum yang bersifat tidak tertulis (hukum adat) yang sanksinya merupakan sanksi moral
dari masyarakat sekelilingnya. Seperti Contoh kasus diatas , atas dasar kesadaran tentu tidak
akan ada manusia yang berbuat demikian walaupun memang tidak ada Undang-Undang yang
memuat hal tersebut, tetapi hal itu tentu ssaja merupakan perbuatan asusila yang tentu saja
akan mendapat sanksi moral, yaitu berupa cemooh dari masyarakat bahwa mereka yang
terlibat tersebut telah melanggar norma susila yang berlaku.
o Manusia mematuhi hukum karena adanya sanksi
Alasan ini paling banyak dan paling ampuh untuk mendorong manusia mematuhi
hukum. Sanksi merupakan balasan atau ganjaran yang akan diterima bagi siapa saja yang
melanggar hukum, dengan ketentuan - ketentuan tertentu. Sanksi bersifat memaksa.
o Manusia adalah makhluk sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang bersifat Zoon Politicn (Aristoteles) yang nyata dalam
kehidupan bersama sebagai masyarakat itu tidak mudah. Hal itu disebabkan karena setiap
manusia mempunyai kebutuhan dan kepentingan sendiri-sendiri yang seringkali bertentangan
satu sama lainnya. Dari akibat perbedaan itu sering terjadi ketidakeimbangan /keserasian
dalam hubungan bermasyarakat, disinilah aturan tata kehidupan antarmanusia yang disebut
Hukum itu dibutuhkan ditengah-tengah masyarakat.
Manusia mentaati hukum dengan berpegang pada teori. Teori-teori tersebut adalah :
1. Teori kedaulatan Tuhan
Teori ini menganggap bahwa hukum itu adalah perintah Tuhan, maka pada hakekatnya
manusia mentaati hukum berarti mentaati Tuhan
2. Teori kedaulatan hokum
Menurut teori ini, bahwa seseorang mentaati hukum karena berasal dari perasaan bahwa
hukum adalah sebagian dari masyarakat. Akibatnya apabila ia tidak mentaati hokum akan
dianggap tidak mengikuti norma-norma yang dianut oleh masyarakat itu sendiri.
3. Teori kedaulatan Negara
Menurut teori ini, seseorang mentaati hukum karena ia sendiri yang menghendakinya.
Sementara Negara yang mempunyai hak kekuasaan sekaligus mempunyai kekuatan untuk
menyelenggarakan hukum.

Mengapa manusia melanggar hukum
Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut manusia akan melakukan segala cara. Sering terjadi
hal tesebut adalah hal melanggar hukum.
o Melanggar hukum karena memang tidak tau hokum
Sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tau hukum. Karena hukum itu sendiri ada ditengah-
tengah masyarakat, dimana ada masyarakat, disitulah ada hukum. Hanya saja, di Indonesia
banyak sekali Undang-Undang yang telah dibuat pemerintah dan sangat disayangkan bahwa
tidak semua Undang-Undang tersebut menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari
alasan sosialisasi yang kurang, malas tau, dan sebagainya. Conton saja, Undang-Undang
tentang Pornografi. Banyak masyarakat yang tidak tau isi dari Undang-Undang tersebut dan
sanksi apa yang dikenakan bagi para pelanggarnya.
o Manusia melanggar hukum karena merasa punya kekuasaan atau materi berlebih
Banyak orang yang mempunyai kekuasaan atau jabatan yang tinggi merasa hal itu adalah
segala-galanya. Sehingga tidak mempedulikan peraturan yang berlaku. Padahal dalam
Undang-Undang dijelaskan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan
hukum. Tetapi pada kenyataannya banyak para pejabat atau artis-artis yang mempunyai
popularitas dan materi yang banyak sehingga jika tersangkut sebuah kasus maka terlihat
sangat mudah kasus itu cepat selesai penanganannya atau jika pun ada sanksi maka sanksi
yang dijatuhkan sangatlah ringan.
o Melanggar hukum karena kesengajaan (Dolus)
Yang dimaksudkan, Dolus adalah kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan
pelanggaran atau kejahatan tertentu. Contohnya yaitu Pasal 338 KUHP tentang tindak pidana
pembunuhan, Pasal 245 KUHP tentang tindak pidana pemalsuan mata uang.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Jika kita ingin mengetahui alasana mengapa seseorang taat terhadap hukum kita juga perlu
tau tujuan dari hukum itu sendiri ada beberpa ahli yang menyatakan bahwa tujuan hukum itu
dibuat atau untuk mencipatkan ketertiban dan keadilan, akan tetatpi berbegai persefsi itu
muncul dari tujuan hukum ini sehingga terjadi suatu konroversi di dalamnya, contohnya dari
kedua ahli hukum ini yaitu Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldoorn.dan Jeremy Bentham.
Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldoorn Dalam bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlanse
Recht, Apeldoorn menyatakan bahwa tujuan Hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil. Untuk mencapai kedamaian Hukum harus diciptakan
masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbanagn antara kepentingan yang saling
bertentangan satu sama lain dan setiap orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang
menjadi haknya. Pendapat Van Apeldoorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara 2 teori
tujuan hukum, Teori Etis dan Utilitis.
Sedangkan menurut Jeremy Bentham, dalam Bukunya Introduction to the morals and
negismation, ia mengatakan bahwa hukum bertujuan semata-mata apa yang berfaedah pada
orang. Pendapat ini dititikberatkan pada hal-hal yang berfaedah pada orang banyak dan
bersifat umum tanpa memperhatikan soal keadilan. Disini kepastian melalui hukum bagi
perorangan merupakan tujuan utama dari Hukum.
Selain tujuan hukum di atas ada juga beberapa aspek atau alasan mengapa seseorang taat
terhadap hukum yaitu, yang pertama Orang mentaati hukum karena takut terkena hukuman.
Ketaatan sebagai pemenuhan suatu penerimaan terang yang dibujuk oleh harapan
penghargaan dan suatu usaha untuk menghindari kemungkinan hukuman, bukan karena
keinginan yang kuat untuk menaati hukum dari dalam diri. Yang kedua Ketaatan yang
bersifat identification, artinya ketaatan kepada suatu aturan karena takut hubungan baiknya
dengan seseorang menjadi rusak. Identifikasi, yaitu: suatu penerimaan terhadap aturan bukan
karena nilai hakikinya, dan pendekatan hanyalah sebab keinginan seseorang untuk
memelihara keanggotaan di dalam suatu hubungan atau kelompok dengan ketaatan itu. Yang
Ketiga Ketaatan yang bersifat internalization, artinya ketaatan pada suatu aturan karena ia
benar-benar merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai instrinsik yang dianutnya

B. Saran
Untuk seluruh pembecapenulis menyarankan agar meperdalam filsafat hukum karena dengan
kita memperdalam filsafat hukum kita akan lebih mengenal alasan-alasan mengapa seseorang
taat terhadap hukum, mengapa negara berhak menghukum, dan alasan-alasa seseorang
melanggar hukum, pertanyaan pertanyaan tersebut dapat terkuak dengan adanya filsafat
hukum ini.

Anda mungkin juga menyukai