Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INSTRUMENTASI LINGKUNGAN

SATELIT CUACA, BALON CUACA, & STASIUN CUACA




Disusun oleh:
M.Zainulloh (115090800111009)







JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1. Satelit Cuaca
Satelit adalah stasiun relay yang digantung di langit. Disebut stasiun relay karena
fungsi utama satelit adalah me-relay sinyal-sinyal yang berasal dari Bumi. Sinyal-sinyal yang
diterimanya dari Bumi terlebih dahulu digeser frekuensinya baru kemudian dipancarkan
kembali ke Bumi. Jadi pada dasarnya satelit itu berisi rangkaian translator frekuensi, yaitu
rangkaian elektronik yang terdiri dari transceiver, penggeser frekuensi dan receiver.
Sinyal dari Bumi yang sampai ke satelit sangatlah lemah. Hal ini dikarenakan sinyal
yang dikirim dari Bumi hingga mencapai satelit akan melalui lintasan (path) ruang yang
sangat jauh sehingga sinyal akan mengalami redaman (free space path loss) yang sangat
besar. Redaman ini disebabkan karena sifat radiasi gelombang elektromagnetik itu memancar
ke segala arah (seperti bola yang mengembang) sehingga kekuatan sinyal akan melemah
sebanding dengan kuadrat dari jarak yang ditempuhnya. Selain itu jarak tempuh itu akan
terasa semakin jauh bagi sinyal yang panjang gelombangnya makin pendek. Dengan
demikian besarnya redaman ini berbanding lurus dengan kuadrat dari jarak dan frekuensi
yang digunakan.


Untuk memudahkan perhitungan, persamaan di atas bisa disederhanakan menjadi:
L = 32.4 + 20 Log d + 20 Log f

L adalah besarnya Loss atau redaman (dalam satuan dB). f adalah frekuensi kerja yang
digunakan (dalam satuan MHz). d adalah jarak tempuh antara stasiun bumi dengan satelit
(dalam satuan km).
Agar sinyal yang sangat lemah ini bisa dipancarkan kembali ke Bumi dengan daya
pancar yang cukup, dibutuhkan rangkaian penguat yang bertingkat-tingkat. Pada tingkat
pertama sinyal diperkuat oleh gain antena penerima. Output dari antena yang juga masih
sangat lemah kemudian diperkuat lagi dengan LNA (Low Noise Amplifier). Setelah levelnya
cukup, sinyal ini kemudian dimasukkan ke rangkaian mixer-1 untuk digeser frekuensinya ke
frekuensi L-Band. Penggeseran frekuensi menurunkan level sinyal, sehingga sinyal harus
diperkuat lagi pada tahap ini. Setelah levelnya cukup, sinyal dimasukkan lagi ke mixer-2
untuk digeser lagi frekuensinya ke frekuensi kerjanya (frekuensi down link). Pada tahap ini
sinyal diperkuat lagi oleh driver amplifier dan kemudian diperkuat oleh HPA (High Power
Amplifier) agar diperolah daya pancar yang cukup besar. Pada tahap akhir, sinyal kemudian
diperkuat lagi oleh antena pemancar untuk menghasilkan apa yang disebut dengan EIRP
(Equivalent Isotropic Radiated Power). Besaran EIRP inilah yang kemudian oleh satelit
dipancarkan kembali ke bumi.



Jika ada frekuensi yang dipancarkan keluar, maka juga terdapat energi yang keluar dari
Bumi. Energi yang keluar dari Bumi dikenal dengan nama Outgoing Longwave
Radiation (OLR). Pengukuran OLR sangat penting dalam kaitannya dengan studi iklim
melalui kesetimbangan energi. Ada dua jenis OLR, yakni Upwards Longwave
Radiation dan Downwards Longwave Radiation. Perbedaan keduanya terletak pada arah
gerakan radiasinya. Upwards mengindikasikan radiasi yang diemisikan oleh permukaan
bumi. Besarnya energi radiasi ini diperlihatkan pada gambar berikut.


Satelit secara umum bekerja berdasarkan prinsip pencitraan. Jenis-jenis metode
pencitraan yang ada adalah sebagai berikut.
1. Visible Satellite I mage
Citra ini serupa dengan seolah-olah mengambil potret hitam-putih dari Bumi.
Bagian yang terang menunjukkan di mana sinar Matahari dipantulkan kembali ke
angkasa akibat awan dan liputan salju. Berdasarkan citra ini awan dan salju terlihat
sebagai warna yang cerah dan semakin tebal awan semakin cerah warnanya. Permukaan
Bumi ditampilkan sebagai abu-abu dan lautan nyaris mendekati hitam. Keterbatasan
utama dari citra visible adalah ketersediaannya hanya pada waktu siang hari.
Satelit yang mendukung misalnya: NOAA 17 dan NOAA 18: ch1=0,58-0,68 m
dan ch2=0,725-1,10m, MTSAT-1R: ch1=0.55-0,90 m, dan FY-2C: vis=0,5-1,05m.
2. I nfrared Satellite Image
Citra ini berdasarkan panas radiasi. Dengan kata lain semakin hangat permukaan,
semakin banyak radiasi inframerah yang terjadi. Hasilnya pada citra adalah semakin
dingin permukaan maka semakin terang, dan sebaliknya semakin dingin maka semakin
gelap. Pada prakteknya puncak awan akan semakin dingin sehingga terlihat sebagai
warna terang dan permukaan tanah yang lebih hangat terlihat gelap. Dengan cara ini
awan rendah akan terlihat abu-abu dan awan yang lebih tinggi akan terlihat lebih terang.
Kerugiannya adalah sulit membedakan fog / kabut dengan daratan biasa karena suhunya
yang serupa. Keuntungan utamanya adalah ketersediaannya 24 jam sehari.
Satelit yang mendukung misalnya adalah NOAA 17 dan NOAA 18: ch4=10,3-11,3
m dan ch2=11,5-12,5m, MTSAT-1R: ch4=10.3-11,3 m dan ch5:11,5-12,5m, dan
FY-2C: ir1=10,5-12,5m.
3. Enhanced I nfrared Satellite Image
Enhanced Infrared Satellite Image merupakan pengembangan citra satelit
inframerah dengan menekankan pada area awan dan puncak awan terdingin. Citra
inframerah bisa digunakan untuk membedakan tinggi awan.
4. Composite Visible-I nfrared Satellite Image
Dengan mengkombinasikan citra inframerah dan citra visible, lalu dicoba untuk
menggabungkan keunggulan masing-masing karakteristik citra dan menghilangkan
kelemahannya. Bagian dasar adalah citra visible, kmudian ditambahkan citra inframerah
(T < -32
o
C) menggunakan pola strip. Hasilnya bisa didapatkan area dengan awan dingin
/ tinggi pada citra visible.

5. Composite Satelit Surface Map
6. Water Vapor Satellite I mage
Ini adalah modifikasi dari citra inframerah, di mana dilakukan dengan mengamati
kandungan uap air dari udara (humidity). Daerah yang lembab ditampilkan sebagai warna
putih dan yang kering berwarna hitam.

Beberapa pengukuran besaran fisika yang dilakukan menggunakan satelit adalah
sebagai berikut.
1. Suhu dan Humidity
Pengukuran suhu permukaan dapat menggunakan satelit ASTER (Advanced Spaceborne
Thermal Emission and Reflection Radiometric). Selain itu, pengukuran suhu relatif
menggunakan satelit MSAT IR Enhanced juga telah dilakukan. Citra ini diambil pada
pita gelombang inframerah dan menggambarkan suhu relatif / hangat atau dinginnya
obyek-obyek yang teramati oleh satelit cuaca. Awan-awan rendah umumnya suhunya
lebih hangat dan berada relatif dekat terhadap permukaan bumi dan berwarna biru tua
sampai dengan hijau muda, sementara awan-awan bersuhu lebih dingin yang umumnya
puncak awannya lebih tinggi berwarna oranye sampai dengan merah muda terang. Citra
inframerah ini sangat berguna untuk mendeteksi awan-awan baik di waktu siang maupun
malam hari. Bentuk datanya adalah citra gambar sebagai berikut.


Suhu merupakan faktor pengontrol yang penting pada proses fisika, kimia, dan biologi di
permukaan bumi. Suhu sebagai variabel iklim utama dan parameter kunci yang dapat
digunakan untuk mengontrol perubahan energi panjang gelombang melalui atmosfer
yang dipengaruhi kondisi permukaan obyek lain, seperti kelembaban permukaan, kondisi
dan tutupan vegetasi. Spektral yang dapat digunakan untuk mengkaji kondisi suhu pada
obyek di permukaan bumi adalah spektral termal. Penggunaan spektral termal ini dapat
dilakukan dengan analisis brightness temperature. Brightness temperature (BT) adalah
perhitungan dari intensitas radiasi termal yang diemisikan oleh obyek. Satuan yang
digunakan adalah satuan suhu, sebab terdapat korelasi antara intensitas radiasi yang
diemisikan dan suhu fisik dari badan radiasi, dimana diasumsikan bahwa emisi radiasi
pada permukaan obyek berwarna hitam adalah 1,0. Hubungan antara radiasi dan suhu
dibuat oleh Plancks Law (Monteith and Unsworth, in Cresswell et al., 1999). Untuk
interpretasi data hasil satelit, transformasi persamaan Plancks Law yang digunakan
sebagai berikut.



Perhitungan radiasi pada panjang gelombang ini dapat digunakan untuk menggambarkan
kondisi suhu permukaan tanaman. Tanaman mengambil air dari tanah dan dilepaskan
melalui daun kembali ke udara pada proses evapotranspirasi. Saat proses transpirasi,
daun akan menjadi dingin. Jika tanaman tidak mendapat cukup air, suhu permukaan daun
akan meningkat dan dapat menggambarkan kondisi tanaman terhadap kebutuhan air.

Pengukuran humidity dapat dicontohkan pada satelit MSAT WV Enhanced. Citra ini
diambil pada pita panjang gelombang yang sensitif terhadap kandungan uap air di
atmosfer. Warna putih terang menggambarkan adanya kandungan uap air (udara
lembap), wilayah dengan warna biru menunjukkan kelembapan udara tinggi dan / atau
kristal-kristal es di dalam awan. Sedangkan warna coklat menunjukkan kelembapan
udara rendah / tidak ada kandungan uap air. Citra water vapor ini sangat penting untuk
menentukan wilayah-wilayah yang udaranya lembap / kandungan uap airnya tinggi serta
mendeteksi sirkulasi / aliran massa udara di atmosfer.




Pengukuran humidity dengan satelit Terra/Aqua. Humidity di sini diukur dengan metode
regresi berganda (multiple regression) sehingga dapat dikaji unsur cuaca. Digunakan
MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer). Data dari MODIS ini berupa
suhu permukaan dan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Untuk melakukan
pendugaan suhu udara dan kelembaban relatif diperlukan bahan dan peralatan sebagai
berikut.
1. Data MODIS Terra/Aqua Level 2 NDVI dan kanal 31 dan 32 untuk menghitung
suhu permukaan (periode tanggal 4 Agustus 2004 28 Agustus 2004)
2. Data suhu udara dan kelembaban relatif dari stasiun BMG (23 stasiun di Sumatera
dan 21 stasiun di Kalimantan)
3. Data ketinggian (DEM)

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan regresi berganda (multiple
regression) sebagai berikut.


Contoh data model pendugaan humidity reatif dari satelit ini adalah sebagai berikut.







3. Kecepatan dan Arah Angin serta Tekanan Udara
Contoh : Pengukuran vektor angin menggunakan satelit MTSAT-IR+GSM

Gambar Data Pencitraan Vektor Angin

MTSAT adalah satelit yang peluncurannya memiliki dua tujuan, yaitu sebagai satelit
cuaca dan satelit komunikasi. MTSAT-1R, diluncurkan 26 Februari 2005, pada
koordinat 140BT. Sedangkan MTSAT-2 diluncurkan pada 18 Februari 2006, pada
koordinat 145BT. MTSAT-2 menggantikan misi satelit MTSAT-1R yang telah
beroperasi sejak 5 tahun sekitar tahun 2010. Penambahan notasi R pada MTSAT-1R
menunjukkan satelit ini sebagai pengganti MTSAT-1 yang gagal mengorbit.
Untuk proses akuisisi data, langkah pertama adalah mengumpulkan data pgm.gz
untuk kanal IR1, IR2, IR3 dan IR4 per jam. Misal pada data tanggal 15 Februari 2010.


Langkah kedua, data kanal IR1 di dump untuk mendapatkan satu ctl dan dat untuk
data 24 jam.


Langkah ketiga, menjalankan script HovMoller sehingga diperoleh keluaran
Temperatur Black Body Rata- rata. Hasil T
BB
/ Temperatur Black Body (satuan Kelvin) di
atas wilayah 0,6384LU dan 122,85BT per-jam pada tanggal 15 Februari 2010
ditunjukkan gambar di bawah ini.

Sedangkan T
BB
di atas sepanjang bujur 122,85BT adalah seperti berikut di bawah ini.

hasil HovMoller langkah ketiga adalah sebagai berikut.


Langkah keempat, melakukan dump data kanal IR1, IR2, IR3 dan IR4 kemudian dibuat
plot dan grafik HovMoller tiap jam per-kanal. Contoh plot HovMoller Penampang
Lintang terhadap Waktu dengan pusat di lintang 0,6384LU yang merupakan posisi
bandar udara Jalaluddin Gorontalo untuk tiap- tiap kanal sebagai berikut.

Untuk mengetahui evolusi TBB maka dibuat pula plot HovMoller dengan format cross-
section lintang terhadap waktu sebagai berikut.

Langkah terakhir adalah analisis, dari Plot HovMoller bisa diperoleh informasi tren
kondisi meteorologi dari sudut pandang penampang lintang dan atau bujur terhadap
waktu.


Beberapa satelit di atas memiliki penjelasan karakteristik penyusun dan kemampuannya
sebagai berikut.
1. Satelit NOAA
Satelit NOAA merupakan satelit meterologi generasi ketiga milik National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat. Munculnya satelit ini untuk
menggantikan generasi satelit sebelumnya, seperti seri TIROS (Television and Infra Red
Observation Sattelite, tahun 1960-1965) dan seri IOS (Infra Red Observation Sattelite,
tahun 1970-1976). Konfigurasi satelit NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 km,
inklinasi sekitar 98,7 98,9 , mempunyai kemampuan mengindera suatu daerah 2 x
dalam 24 jam (sehari semalam).
NOAA merupakan satelit yang dapat diandalkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan fisik lautan/samudera dan atmosfer. Seri NOAA ini dilengkapi dengan enam
sensor utama, yaitu :
1. AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer),
2. TOVS (Tiros Operational Vertical Sonde),
3. HIRS (High Resolution Infrared Sounder-bagian dari TOVS),
4. DCS (Data Collection System),
5. SEM (Space Environment Monitor),
6. SARSAT (Search And Rescue Sattelite System).

Di antara enam sensor utama di atas, maka sensor yang relevan untuk pemantauan Bumi
adalah sensor AVHRR dengan kemampuan memantau lima saluran yang dimulai dari
saluran tampak (visible band) sampai dengan saluran inframerah jauh (far infrared
band). Periode untuk sekali orbit bagi satelit NOAA adalah 102 menit, sehingga setiap
hari menghasilkan kurang lebih 14,1 orbit. Bilangan orbit yang tidak genap ini
menyebabkan sub-orbital track tidak berulang pada baris harian walaupun pada saat
perekaman data waktu lokalnya tidak berubah dalam satu lintang.
Sensor AVHRR terdiri dari 5 Saluran (band) dengan panjang gelombang tertentu. Secara
umum sensor AVHRR mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Kepekaan saluran merah infra termal 0,12 K pada 300 K
2. Jumlah pixel sebanyak 1024
3. IFOV (Instantaneous Field of View) adalah 1,3 0,1 m rad
4. Resolusi terkecil adalah sebesar 1,1 x 1,1 km
5. Lebar liputan/sapuan adalah 2.590 km
6. FOV (Field of View) adalah 55,4
7. Kecepatan garis (line rate) adalah 360 garis per menit
8. Kecepatan data (line data) adalah 665,4 x 103 bps


Gambar. Satelit NOAA AVHRR

2. MTSAT IR1
Observasi cuaca dari hasil pencitraan MTSAT menyediakan gambar hasil pencitraan
awan yang direkam oleh sensor satelit cuaca MTSAT, didasarkan pada pencitraan infra
merah. Data observasi MTSAT ini diperoleh dari Universitas Kochi dan JMA (Japan
Meteorological Agency). Pencitraan awan yang diambil adalah infra merah kanal 1
(panjang gelombang : 10,3-11,3 m) dan pencitraan uap air inframerah kanal 3 (panjang
gelombang : 6,5-7,0 m).
Untuk citra IR1 memiliki area tutupan : 70LU-20LS dan 70BT -160BT , resolusi
horizontal : 1/20 derajat (1800 x 1800 piksel), format gambar : PGM (Portable Gray
Map) yang dikompres dalam bentuk gzip. Nilai TBB yang rendah mengindikasikan
adanya awan-awan tinggi. Di wilayah yang konvektif, awan tinggi berarti terdapat
konveksi yang dalam yang sangat berhubungan dengan luasnya area curah hujan.
Untuk citra uap air inframerah kanal 3 (water-vapor) disajikan format gambar GIF
(Graphics Interchange Format).

3. Satelit Terra/Aqua

Gambar Satelit Aqua Terra
2. Balon Cuaca
Balon cuaca (Weather Balloon) merupakan pengembangan balon udara yang
bertujuan mendapatkan informasi tentang: temperatur, kelembaban relatif, tekanan,
kecepatan angin dan arah angin. Untuk mengukur temperatur, kelembaban relatif
digunakan alat radiosonde, disamping itu alat ini juga dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi ozon.
Balon cuaca jenis ini bisanya berukuran kecil dan berwarna merah. Balon yang
biasanya terbuat dari karet ini berukuran 76mm (3 inci) sebelum diisi gas, dan
berukuran ~40 cm setelah di isi gas. Kemudian balon dilepaskan ke udara. Ketinggian
dasar awan dapat dihitung setelah didapat lamanya waktu dari balon dilepaskan
sampai mencapai dasar awan. Dasar awan sanagat jarang datar dan solid, sehingga
ketinggian dasar awan ditentukan ketika balon menghilang tetapi ketika warnanya
mulai memudar. Balon juga dapat digunakan untuk mengukur visibilitas vertikal
kedalam lapisan kabut atau salju. Dalam hal ini balon akan mulai memudar secepat ia
dilepaskan, sehingga visibilitas vertikal adalah ketika balon menghilang.
Penggunaan balon cuaca merupakan cara yang dapat diandalkan, aman dan
sederhana untuk mendapatkan indikasi ketinggian awan. Namaun, memiliki
keleamhan dimana pengamatnya haruslah seorang yang sanagat awas. Huajan dan
salju basah dapat memperlambat kecepatan naik balon. Angin kencang dan visibiliti
yang kurangdapat menyebabkan balon seolah olah telah memasuki dasar awan
padahal belum
Pada malam hari balon cuaca tidak dapat digunakan, sehingga dipakai proyektor
cuaca (ceiling projector). Namun, saat senja proyektor cuaca tidak mungkin
diguanakan dan diganti dengan menggunakan pilot balon pibal.


3. Stasiun Cuaca
Handoko (1995) menyatakan untuk dapat memahami cuaca dan iklim serta
persebarannya menurut ruang dan waktu diperlukan dasar pengetahuan fisika
atmosfer, pemahaman geografi serta statistika dan matematika untuk
menyederhanakan kerumitan proses-proses tersebut. Cuaca dan iklim dinyatakan
dengan susunan unsur-unsur cuaca dan iklim yang terdiri dari: radiasi surya, lama
penyinaran surya, suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan dan arah
angin, penutupan awan, presipitasi (embun, hujan dan salju) dan evaporasi
/evapotranspirasi.

Cuaca (wheather) adalah nilai sesaat dari atmosfer serta perubahan dalam jangka
pendek (kurang dari 1 jam hingga 24 jam) di suatu tempat tertentu di bumi. Cuaca
dicatat terus-menerus pada jam-jam tertentu secara rutin, menghasilkan seri data
cuaca selanjutnya yang dapat digunakan untuk menentukan iklim.

Iklim (climate) adalah sintesis/kesimpulan dari perubahan unsur-unsur cuaca
(hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka waktu yang panjang di suatu
tempat pada suatu wilayah. Setelah bertahun-tahun (30 tahun tahun atau lebih) dari
rata-rata tiap nilai unsur-unsur cuaca akan mencerminkan sifat atmosfer yang dikenal
sebagai iklim. Jadi tiap tempat cuaca hari ke hari berubah-ubah akhirnya membentuk
siklus tertentu, rata-rata data cuaca itulah yang nantinya disebut sebagai data iklim.
Iklim sering diartikan nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu wilayah.

Meteorologi berasal dari kata Yunani meteoros, yang artinya benda yang ada di
dalam udara dan logos yang berarti ilmu/kajian. Jadi meteorologi didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari proses dan gejala cuaca yang terjadi di dalam
atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu troposfer. Kajian masalah meteorologi
diperlukan dalam pembangunan irigasi, objek wisata, tempat peristirahatan,
perkebunan, perikanan, lapangan terbang, pelayaran, proyek industri dan lain
sebagainya

Klimatologi berasal dari kombinasi dua kata Yunani, yaitu klima yang diartikan
sebagai kemiringan(slope) bumi yang mengarah pada pengertian lintang tempat
dan logos yang berarti ilmu. Jadi klimatologi didefinisikan sebagai ilmu yang
memberi gambaran dan penjelasan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai
tempat berbeda dan bagaimana kaitan antara iklim dan aktivitas manusia, Secara
mudahnya, ilmu iklim/klimatologi yaitu cabang ilmu pengetahuan yang membahas
sintesis atau statistik unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam periode tertentu
(beberapa tahun) di suatu tempat dan wilayah tertentu. Sintesis Klimatologi dapat juga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari jenis iklim di muka bumi dan faktor
penyebabnya. Karena metereologi mencakup interpretasi dan koleksi data
pengamatan maka ilmu ini memerlukan teknik statistik. Demikianlah klimatologi
dapat pula disebut juga meteorologi statistik.

Pada prinsipnya data iklim harus terbentuk dari data cuaca yang dapat mewakili
secara benar (representatif) keadaan atmosfer suatu tempat dan dalam waktu
sepanjang mungkin. Data iklim dapat berupa data yang diskontinyu dan data
kontinyu. Data yang diskontinyu antara lain radiasi dan lama penyinaran matahari,
presipitasi (curah hujan, embun dan salju) dan penguapan. Penyajian dan analisisnya
dalam bentuk nilai akumulasi sedangkan penyajian grafiknya dalam bentuk kurva
histogram. Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu, kelembapan, tekanan
udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk angka rata-rata
atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.

Menurut Bayong (2004), Klimatologi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
klimatologi fisis, klimatologi kedaerahan (regional). Klimatologi fisis mempelajari
sebab terjadinya ragam pertukaran panas, pertukaran air dan gerakan udara terhadap
waktu dan tempat, sehingga di muka bumi ini terdapat iklim yang berbeda.
Klimatologi kedaerahan bertujuan memberikan gambaran (deskripsi) iklim dunia
yang meliputi sifat dan jenis iklim, sedangkan klimatologi terapan mencari hubungan
klimatologi dengan ilmu lain, misalnya: agroklimatologi: penerapan klimatologi
dalam bidang pertanian.

Menurut Handoko (1993), klimatologi dapat dibagi dalam beberapa cabang keilmuan
iklim berdasarkan:
metode pendekatan keilmuan
ruang lingkupnya di atmosfer
pemanfaatannya


Berdasarkan pendekatan keilmuannya terdapat 4 cabang klimatologi antara lain:
1. Klimatografi, pembahasan secara deskriptif (apa adanya) berdasarkan data,
peta dan gambar. Pembahasan tak disertai analisis fisika dan matematika yang
mendalam. Umumnya dikembangkan oleh pakar geografi.
2. Klimatologi fisik, adalah klimatologi yang membahas perilaku dan gejala-
gejala cuaca yang terjadi di atmosfer dengan menggunakan dasar-dasar ilmu
fisika dan matematika. Tinjauannya ditekankan pada neraca energi dan neraca
air antara bumi dan atmosfer.
3. Klimatologi dinamik, adalah klimatologi yang membahas pergerakan atmosfer
dalam berbagai skala, terutama tentang peredaran atmosfer umum di berbagai
wilayah di seluruh dunia.
4. Klmatologi terapan, adalah klimatologi yang membahas penerapan ilmu iklim
untuk memecahkan berbagai permasalahan praktis yang dihadapi oleh
masyarakat. Contoh klimatologi terapan antara lain: klimatologi pertanian
(agroklimatologi), klimatologi perkotaan, klimatologi kelautan, klimatologi
bangunan dan bioklimatologi.
Berdasarkan ruang lingkup atmosfer yang dibahas, terdapat 3 macam klimatologi
dengan rincian sebagai berikut:
Mikroklimatologi, yakni ilmu iklim yang membahas atmosfer sebatas ruang
antara perakaran hingga sekitar puncak tajuk tanaman atau sifat atmosfer di
sekitar permukaan tanah.
Mesoklimatologi, yaitu klimatologi yang membahas perilaku atmosfer dalam
daerah yang relatif sempit, tetapi pola iklimnya sudah berbeda dari iklim di
sekitarnya. Sebagai contoh adalah iklim perkotaan dan iklim di daerah badai.
Skala iklim meso berkisar antara 0-100 km.
Makroklimatologi, yaitu klimatologi yang menekankan pembahasannya pada
penelaahan iklim daerah luas dan skala besar. Wilayah lingkupnya mulai batas
ruang iklim mikro hingga puncak atmosfer, serta meliputi seluruh dunia.
Faktor pengendali utama massa udara antara benua dan samudra.

Contoh Gambar Stasuin klimatologi :

Anda mungkin juga menyukai