Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37


HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
644
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SEDIMENTOLOGIS DENGAN KEKUATAN
CAMPURAN PASIR DAN SEMEN : STUDI KASUS PASIR HASIL ERUPSI
GUNUNG MERAPI DAN PASIR PANTAI PARANGTRITIS
Rizfan Hasnur, Doly Rizki Panggabean , dan I Wayan Warmada
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
SARI
Pasir merupakan salah satu material bangunan yang penting dalam pembuatan
bangunan teknik. Potensi pasir yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat besar,
baik pasir yang berasal dari erupsi Gunung Merapi maupun pasir yang telah
tersedimentasi di Pantai Parangtritis, namun pemanfaatan pasir untuk campuran pasir
dan semen (PC) yang paling banyak dimanfaatkan masih mengutamakan pasir hasil
erupsi Gunung Merapi. Penelitian ini akan menguji seberapa jauh hubungan antara
karakteristik sedimentologis dari pasir terhadap kekuatan campuran pasir dan semen
dengan cara membandingkan pasir yang diambil dari dua sumber yang berbeda (pasir
Gunung Merapi dan pasir Pantai Parangtritis). Parameter sedimentologis yang
digunakan pada penelitian ini meliputi : ukuran butir, sortasi, derajat kebundaran,
tingkat kebulatan dan perbandingan jumlah material lunak dan keras pada pasir.
Sedangkan parameter keteknikan yang diukur hanya kuat tekan dari campuran pasir
dan semen yang telah ditentukan perbandingannya yaitu 4:1. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kesimpulan bahwa paramater sedimentologis yang digunakan,
khususnya bentuk butir dan sortasi sangat berpengaruh terhadap kekuatan campuran
pasir dan semen dimana butiran yang belum mengalami proses transportasi dan abrasi
lebih baik dibandingkan butiran yang sudah mengalami proses transportasi dan abrasi
(pasir Gunung Merapi lebih baik daripada pasir Pantai Parangtritis).
Kata kunci: parameter sedimentologis, pasir semen, Merapi, Parangtritis, transportasi,
abrasi
ABSTRACT
Sand is one important material for building material in constructing engineering
building. Sand resource in Yogyakarta is very large, which comes from the eruption
Merapi Mountain as well as from Parangtritis beach. however the sand using for
Portland cement mixture still give priority to Merapi's Mountain sand. The research will
examine how far the relationship between the sedimentological characteristic for the
strength of concrete by comparing it with sand from different sources (Merapi's
Mountain and Parangtritis beach sand). The sedimentological parameter includes the
grain size, roundness, sphericity and ratio the weak and rigid material of sand. While
the technique parameter, we measure the strength fom mixture concrete with ratio 4:1.
This research will be expected that the sedimentological parameter, especially the
grain morphology and sortation strongly influence for the strength concrete mixture
where the grain for untransported sand. and the grain abrasion is better than the grain
that was transported i.e. Merapi's Mountain sand is better than Parangtritis' beach
sand.
Keyword:sedimentological parameter, cement, sand, Merapi, Parangtritis,
transportation, abrasion
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
645
Latar Belakang
Semakin kebutuhan masyarakat akan
bahan bangunan seperti pasir dan batu
mendorong para pengusaha untuk
terus mencari sumber bahan galian
tersebut untuk memenuhi
kebutuhannya dalam jumlah besar
contohnya di daerah Yogyakarta yang
memiliki karakteristik geologi yang
menarik dan juga sumber bahan galian
yang melimpah khususnya bahan
galian golongan C. Banyaknya
pengusaha penambangan pasir di
daerah ini mendorong warga yang
tinggal di sekitar lokasi penambangan
untuk mengambil bagian dalam usaha
ini. Di daerah Yogyakarta sendiri
terdapat beberapa lokasi yang
digunakan sebagai lokasi tambang
pasir dan batu tanpa memperhatikan
tingkat kualitas material yang
diperdagangkan. Melalui beberapa
aspek sedimentologis dan hasil analisis
di laboratorium, maka dapat diketahui
dan disimpulkan lkan potensi serta
kualitas dari pasir yang ditambang di
daerah terpilih sehingga dapat
meningkatkan potensi material yang
akan diperdagangkan.
Ketersediaan pasir pada daerah
Yogyakarta antara lain bersumber dari
erupsi gunung Merapi yang
terdistribusikan oleh air (media
pengangkut) ke beberapa sungai di
sekitarnya sampai terbawa ke laut,
salah satunya pantai Parangtritis.
Dengan memperhatikan jarak dan
lokasi ditambangnya pasir tersebut
dapat diamati bahwa bentuk butir
partikel yang terpisah dari batuan
sumber pada jarak dekat cenderung
untuk bersifat irregular atau angular
sedangkan pada butir partikel sedimen
yang telah tertransportasikan jauh oleh
air dari batuan sumber (provenan)
cenderung untuk memiliki bentuk yang
regular dan kebundaran serta sphericity
yang tinggi.
Tinjauan pustaka
Agregat ialah butiran mineral alami
yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton.
Agregat menempati kira-kira sebanyak
70% volume mortar atau beton.
Walaupun namanya hanya sebagai
bahan pengisi, akan tetapi agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
mortar/betonnya, sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan mortar/beton
(Tjokrodimuljo, 1996). Agregat
diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran
secara alamiah atau dapat pula
diperoleh dengan cara memecah batu
alam. Agregat halus seperti pasir dapat
diperoleh dari dalam tanah (pasir
galian), pada dasar sungai (pasir
sungai), atau dari tepi laut (pasir
laut).(Tjokrodimuljo, 1996).
Batupasir merupakan batuan
sedimen klastik yang butirannya
dominan berukuran pasir. Skala ukuran
butir yang umum dipakai adalah skala
Udden-Wentworth (Friedman &
Sanders, 1978). Seperti halnya batuan
sedimen klastik yang lain, parameter
yang dapat diamati pada batupasir
adalah tekstur, struktur dan komposisi
mineral. Dari ketiga parameter tersebut
dapat diturunkan beberapa parameter
yang dapat diukur, yang nantinya
dianggap sebagai parameter empiris
batupasir. Boggs (1987) menyatakan
bahwa tekstur batuan klastik dihasilkan
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
646
oleh proses fisika sedimentasi dan
dianggap mencakup ukuran butir,
bentuk butir (bentuk, pembundaran dan
tekstur permukaan), dan kemas
(orientasi butir dan hubungan antar
butir). Hubungan antar tekstur primer ini
menghasilkan parameter-paremeter
yang lain seperti bulk density, porositas
dan permeabilitas. Sedangkan Folk
(1974) menyebutkan bahwa ada dua
sifat-sifat batuan sedimen yang
besarannya dapat diukur, yaitu ukuran
butir (sortasi, kemencengan/skewness,
dan kurtosis) dan morfologi partikel
(bentuk butir, pembulatan,
pembundaran, dan tekstur permukaan
butiran).
Dari tekstur batupasir dapat
diturunkan beberapa parameter
empiris, yaitu ukuran butir, bentuk butir
(pembundaran dan pembulatan), dan
sortasi. Sedangkan dari struktur
sedimen dapat diturunkan parameter-
parameter empiris, misalnya arah
perlapisan silang siur, arah orientasi
butir, dll. Dan dari komposisi mineral
dapat diturunkan beberapa parameter
empiris batupasir, yaitu persen butiran
keras (rigid grain) dimana mineral rigid
terdiri dari mineral keras dan daya
tahan terhadap transportasi oleh air
yang tinggi seperti kuarsa, magnetit,
dan juga mineral-mineral berat seperti
apatit, zircon, tourmaline. Butiran lunak
(ductile grain) merupakan mineral yang
memiliki tingkat kekerasan dan daya
tahan terhadap transportasi air lebih
rendah seperti mineral felspar, mika,
piroksen, olivin dan lempung. Di
samping beberapa parameter di atas
juga terdapat parameter yang
berhubungan dengan tersebut, yaitu
bulk density, porositas dan
permeabilitas.
Sedangkan pada butir partikel
sedimen ada beberapa parameter yang
digunakan untuk memahami bentuk
morfologi butir dan hubungan antar
butirnya yaitu :
1. Betuk (shape atau form) adalah
kenampakan objek secara tiga
dimensi yang berkaitan dengan
ukuran, yang selanjutnya
diklasifikasikan secara kuantitatif
sebagai compact (equidimensional),
elongate (rodlike) dan platy (dislike)
serta beberapa kategori
intermedietnya. Sedangkan Zingg
(1935) mengklasifikasikan bentuk
berdasarkan perbandingan antar
sumbunya menjadi empat golongan
yaitu oblate, equent, bladed dan
prolate.
2. Sphericity (?) adalah derajat
kebolaan suatu partikel, sehingga
secara tiga dimensi ukuran
sumbunya mendekati sama. Sedang
menurut Wadell (1932) sphericity
sebagai luas permukaan butir dibagi
dengan luas permukaan sebuah
bola yang keduanya mempunyai
volume sama. Dan menurut Boggs
(1987) bahwa hasil perhitungan
sphericity yang sama terkadang
dapat diperoleh pada semua bentuk
butir. Sedang pada pengamatannya
dapat digunakan visual pembanding
sphericity pada kenampakan dua
dimensi (Rittenhouse, 1943)
3. Roundness (Rd) adalah derajat
kebundaran dari ujung-ujung
partikel. Sedang menurut Wadell
(1932) mendefinisikan roundness
sebagai rata-rata aritmatik
roundness masing-masing sudut
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
647
butiran pada bidang pengukuran.
Dalam penentuannya sendiri dapat
menggunakan tabel visual secara
sketsa (Krumbrein, 1941) atau tabel
visual foto (Power, 1953).
Roundness butiran pada endapan
sedimen ditentukan oleh komposisi
butiran, ukuran butir, proses dan
jarak transportasi (Boggs, 1987).
Dalam pemanfaatannya pasir sangat
berperan sebagai salah satu campuran
dalam pembuatau mortar. Mortar
adalah sebuah bahan bangunan
komposit yang terbuat dari kombinasi
agregat dan pengikat semen. Bentuk
paling umum dari mortar adalah mortar
semen Portland, yang terdiri dari
agregat mineral (biasanya kerikil dan
pasir), semen dan air. Dalam
perkembangannya banyak ditemukan
mortar baru hasil modifikasi, seperti
mortar ringan, mortar semprot
(shotcrete), mortar fiber, mortar
berkekuatan tinggi, mortar berkekuatan
sangat tinggi, mortar mampat sendiri
(self compacted concrete) (Anonim,
2008)
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di dua daerah
yang berbeda, yaitu di Kali Boyong
(pasir Merapi) dan di muara Kali Opak
(pasir Parangtritis). Pada setiap daerah
diambil sebanyak sepuluh titik
pengambilan sample yang berbeda.
Tiap sampel diuji secara
sedimentologis, baik dengan ayakan
dengan ukuran #18, #35, #60, #120,
#230, dan #270 mesh, maupun dengan
mikroskop binokuler. Pengamatan
mikroskopis karakteristik
sedimentologis butir pasir (morfologi
butir) menggunakan sampel pasir yang
telah diayak dengan ukuran #35 mesh.
Setiap sampel diamati sebanyak empat
puluh butir.
Pembuatan mortar dan pengujian
kuat tekan mortar dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu: pembuatan
mortar dengan perbandingan pasir dan
semen sebesar 4 : 1. Campuran
tersebut kemudian dimasukkan pada
cetakan berbentuk kubus dengan
ukuran 5 x 5 x 5cm dan dimampatkan
dengan cara ditekan sebanyak tiga
puluh kali persampel mortar. Kemudian
dibiarkan sampai mortar mengeras
selama 24 jam. Pengujian kuat tekan
dilakukan di Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada.
Hasil dan pembahasan
Hasil pengukuran parameter
sedimentologis dan keteknikan
batupasir sebagai bahan mortar dapat
dilihat pada Tabel 1.
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
648
Tabel 1: Hasil pengukuran parameter pasir lepas Merapi dan Parangtritis
Ukuran butir (phi) Rigid grain Ductile grain Sortasi
No.
Merapi Pr.tritis Merapi Pr.tritis Merapi Pr.tritis Merapi Pr.tritis
1 4,05 3,50 21 40 19 0 1,132 0,866
2 3,70 3,10 25 40 15 0 1,102 0,542
3 3,90 3,30 30 40 10 0 1,189 0,659
4 3,85 3,00 26 40 14 0 1,168 0,630
5 3,30 3,05 20 40 20 0 1,269 0,645
6 4,15 3,25 16 40 24 0 1,159 0,613
7 3,95 3,20 14 40 26 0 1,158 0,594
8 3,95 3,20 19 40 21 0 1,223 0,771
9 4,00 3,30 19 40 21 0 1,212 0,658
10 4,10 3,50 19 40 21 0 1,258 0,751

Tabel 1: (lanjutan)
Kebundaran Kebolaan Kuat tekan mortar
No.
Merapi Pr.tritis Merapi Pr.tritis Merapi Pr.tritis
1 0,165 0,370 0,652 0,738 1076 316
2 0,168 0,358 0,641 0,732 1034 750
3 0,166 0,325 0,641 0,729 850 242
4 0,163 0,355 0,651 0,732 468 398
5 0,163 0,340 0,669 0,730 1554 276
6 0,168 0,420 0,655 0,730 1250 456
7 0,168 0,395 0,648 0,726 882 358
8 0,168 0,398 0,640 0,721 1430 296
9 0,164 0,390 0,630 0,730 834 360
10 0,171 0,403 0,653 0,737 1108 320

Pengujian statistik
Daerah Kuat Tekan
Pasir Merapi 1076

1034

850 468 1554

1250

882 1430

834 1108

Pasir Parangtritis 316 750 242 398 276 456 358 296 360 320

a b
a- a ?a- a?
2
b- b ?b- b?
2
1076

316

27.4

750.8

-61.2

3745.4

1034

750

-14.6

213.2

372.8

138979.8

850

242

-198.6

39442.0

-135.2

18279.0

468

398

-580.6

337096.4

20.8

432.6

1554

276

505.4

255429.2

-101.2

10241.4

1250

456

201.4

40562.0

78.8

6209.4

PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
649
882

358

-166.6

27755.6

-19.2

368.6

1430

296

381.4

145466.0

-81.2

6593.4

834

360

-214.6

46053.2

-17.2

295.8

1108

320

59.4

3528.4

-57.2

3271.8

Total 10486

3772

0.0

896296.4

0.0

188417.6

a=
?
10486
10
= 1048,60
b=
?
3772
10
= 377,20
S=
?
896296,4 ? 188417,6
18
=
?
60261,89
S
x
=
?60261,89
?10
= ?6026,189
S
y
=
?60261,89
?10
= ?6026,189
S
x- y
= ?6026,189 ? 6026,189 = ?12052,396 = 109,78
t =
?1048,6 - 377,2?- 0
109,78
=
711,4
109,78
= 6,48
dari table untuk v = 18 maka t
0,05
=
2.101
karena nilai mutlak |t| = 6.48 > 2.101
menunjukan bahwa hasil signifikan,
untuk tingkat signifikan 5%, berarti
menunjukkan beda nyata pada kuat
tekan mortar antara mortar pasir
gunung Merapi dengan mortar pasir
pantai Parangtritis.
Pembahasan
Dari pengamatan dan pengukuran
terhadap sampel yang diambil dari
daerah Gunung Merapi dan juga Pantai
Parangtritis diperoleh bahwa beberapa
parameter sedimentologis dari pasir
pada kedua daerah tersebut berbeda.
Hal ini dapat diamati pada Gambar 2
dan hasil uji statistik terhadap nilai kuat
tekan mortar. Namun log rerata ukuran
butir tidak berpengaruh secara nyata
pada kuat tekan (Gambar 1a).
Dari aspek sortasi terlihat perbedaan
yang kontras antara pasir Merapi dan
pasir Parangtritis, dimana pasir Merapi
memiliki sortasi buruk (poorly sorted)
dan pasir Parangtritis memiliki sortasi
yang baik (well sorted). Hal ini
didasarkan atas klasifikasi sortasi
menurut Folk & Ward (1957).
Perbedaan sortasi ini memberikan
pengaruh yang cukup signifikan pada
kuat tekan mortar dari kedua bahan
tersebut (Gambar 1b). Pasir yang
tersortasi buruk (Merapi) mempunyai
nilai kuat tekan mortarnya lebih baik
daripada pasir yang tersortasi baik
(Parangtritis). Hal ini dapat dijelaskan
bahwa, semakin buruk sortasi, volume
pori pada mortar akan semakin kecil
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
650
karena ukuran butiran penyusun mortar
lebih bervariasi, sehingga mortar
memiliki kemampatan yang tinggi.
Ditinjau dari aspek tingkat
kebundaran, pasir Merapi memiliki
tingkat kebundaran yang lebih rendah
(angular), dibandingkan dengan pasir
Parangtritis yang tingkat
kebundarannya lebih tinggi (rounded).
Hal ini juga mempengaruhi tingkat
ikatan antara butir pasir dengan semen.
Dimana butiran pasir yang teratur
(derajad kebundaran tinggi) akan
memiliki tingkat porositas yang tinggi
dan juga tingkat daya ikat terhadap
lapisan air pada campuran mortar
tinggi. Perbedaan ini menyebabkan
nilai kuat tekan mortar di antara kedua
bahan ini cukup kontras (Gambar 1c).
Aspek kebolaan juga berpengaruh
terhadap kuat tekan mortar. Mortar dari
pasir yang mempunyai tingkat kebolaan
rendah (lebih lonjong) cenderung lebih
kuat daripada mortar dari pasir dengan
tingkat kebolaan tinggi. Pada Gambar
1d terlihat bahwa mortar yand dibuat
dari pasir Merapi, yang mempunyai
tingkat kebolaan rendah mempunyai
kuat tekan yang cenderung terklaster
pada kuat tekan yang tinggi. Hal ini
berbeda dengan mortar yang dibuat
dengan pasir Parangtritis dimana
mempunyai kuat tekan yang rendah.
Dari hasil perhitungan statistik
metode distribusi student t terlihat
bahwa nilai hasil uji kuat tekan antara
mortar pasir gunung Merapi dengan
mortar pasir pantai Parangtritis memiliki
perbedaan yang signifikan.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil pengamatan dapat diambil
kesimpulan :
1. Pasir Gunung Merapi memiliki
kualitas yang lebih baik untuk
dijadikan sebagai campuran mortar
dibandingkan dengan Pasir pantai
Parangtritis.
2. Karakteristik sedimentologis butiran
bisa digunakan untuk mengetahui
nilai kuat tekan mortar, terdiri dari
sortasi, kebundaran (roundness),dan
derajat kebolaan (sphericity). Rata-
rata ukuran butir tidak berpengaruh
terhadap kuat tekan mortar.
3. Untuk meningkatkan kualitas pasir
Pantai Parangtritis sebagai agregat
mortar, sebaiknya dicampur dengan
pasir dari Gunung Merapi.
Daftar Pustaka
Anonim, 2008, Beton, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/beton,
diakses pada tanggal 10 juli 2008.
Blatt, H., Middleton, G., & Murray, R.,
1980. Origin of Sedimentary Rocks,
Prentice-Hal, Inc., New Jersey, 782
p.
Bogs, S. Jr., 1987, Principle of
Sedimentology and Stratigraphy,
Merril Publishing Co., Columbus
Bogs, S. Jr. 1992, Petrology of
Sedimentary Rocks, Mac Millan
Publishing Co., New York
Folk, R. L., 1968, Petrology of
sedimentary rocks, Hemphills,
Austin, Texas
Friedman, G.M., & Sanders, J.E., 1978.
Principle of Sedimentology, John
Willey and Sons, Toronto, 791 p.
Krumbein, W. C., 1941, Measurement
and Geological Significance of
Shape and Roundness of
Sedimentary Particles, Journal of
Sedimentary Petrology, v. 11, p. 64-
PROSIDING
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37
HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008
651
72
Pettijohn, F. G., 1975, Sedimentary
rocks, 3
rd
ed., Harper New York
Power, M., C., 1953, A New Roundness
Scale for Sedimentary Particles,
Journal of Sedimentary Petrology, v.
23, p. 117-119
Rittenhouse, G., 1943, A visual method
of estimating two dimensional
sphericity, Journal of Sedimentary
Petrology, v. 13, p. 79-81
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi
Beton, Program Studi Teknik Sipil
Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik Program
Pasca Parjana Pniversitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Wadell, H., 1932, Volume, Shape and
Roundness of Rocks Particle,
Journal Geology, v.40, p.443-451
Zingg, Th., 1935, Beitrage zur
Schotteranalyse, Min. Petrog. Mitt.
Schweiz, v.15, p.39-140 (cited by
Pettijohn, 1975).
Gambar 1: Hubungan antara parameter pasir dan keteknikan (kuat tekan) mortar. Lingkaran
berisi: pasir Merapi dan lingkaran kosong: pasir Parangtritis.

Anda mungkin juga menyukai