Anda di halaman 1dari 13

1

KEYNOTE SPEECH
PADA
KONGRES XV IKATAN BIDAN INDONESIA
PENGUATAN PROFESI BIDAN DALAM
MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG
BERKUALITAS
Jakarta, 11 November 2013

Yang terhormat,
1. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Bidan Indonesia
(PB IBI);
2. Ketua/Pimpinan Kongres XV Ikatan Bidan Indonesia;
3. Ketua Umum Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang
Ikatan Bidan Indonesia se Indonesia; dan
4. Para Narasumber serta Seluruh Undangan.

Assalamualaikum Wr. Wb.,
Selamat siang, dan salam sejahtera bagi kita
semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
dapat berada di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat
untuk bersama-sama mengikuti Kongres XV Ikatan
Bidan Indonesia. Adapun tema dari Kongres XV IBI
2

tahun ini adalah Penguatan Profesi Bidan Untuk
Mempersiapkan Generasi yang Berkualitas. Tak lupa kami
ucapkan selamat kepada pengurus IBI yang telah
melaksanakan kegiatan ini, karena dengan pelaksanaan
kegiatan ini menandakan bahwa IBI sangat perduli dengan
masalah yang dihadapi perempuan dan anak dalam
mempersiapkan generasi yang akan datang.

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Permasalahan dalam pembangunan nasional yang
paling erat hubungannya dengan peran bidan adalah
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) karena hamil,
melahirkan dan nifas yang walaupun telah terjadi
penurunan dari tahun ke tahun, namun meningkat kembali
pada tahun 2012 yang mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup (SDKI 2012). Angka ini sangat tinggi, dan merupakan
yang tertinggi bila dibanding dengan negara-negara ASEAN
lain. Meskipun jumlah kematian ini sangat besar, tapi
kematian ini masih belum menarik perhatian masyarakat.
Padahal bila diidentifikasikan dengan kecelakaan Pesawat
terbang, kematian ini sama dengan jumlah kematian 36
buah kapal terbang Jumbo Jet dengan penumpang rata-rata
500 orang, dan lebih dari 3 kali kematian akibat ledakan
WTC di New York pada tanggal 11 September 2001 yang lalu.

3

Kematian ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas
keluarga, utamanya kualitas hidup anak-anak yang
ditinggalkan. Beberapa penelitian menunjukkan tiap ibu
yang meninggal, akan meninggalkan rata-rata 2-3 anak, dan
sekitar 50% dari bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
meninggal akan mengalami meninggal menyusul kematian
ibunya. Tingginya kematian ibu hamil, melahirkan dan
nifas di suatu negara, menandakan masih terlantarnya
kesehatan perempuan di negara itu secara sistematis.
Keadaan ini bukan hanya keterlantaran kesehatan pada saat
kehamilan dan kelahiran saja, tetapi merupakan
keterlantaran sejak awal kehidupannya yang diakibatkan
oleh adanya kesenjangan gender. Selain itu tingginya
kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas, mencerminkan
belum berhasilnya pencapaian kemajuan pemberdayaan
perempuan seperti yang kita harapkan. Keadaan ini terjadi
karena masih rendahnya perhatian terhadap kualitas dan
pemberdayaan perempuan, serta masih adanya kesenjangan
gender dan diskriminasi gender.







4

Saudara-saudara sekalian yang berbahagia,

Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pembangunan
adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur
dan sejahtera tanpa memandang suku, agama, jenis kelamin,
ras dan usia. Pembangunan yang dilaksanakan di
Indonesia, dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar
di dunia berdasarkan data sensus tahun 2010, yaitu 237,55
juta jiwa, dimana jumlah perempuan 49,90 persen dan laki-
laki berjumlah 50,10 persen, jika digabungkan penduduk
perempuan dan anak maka jumlahnya diperkirakan sekitar
70%, maka selama ini berupaya agar semua elemen
masyarakat, perempuan dan laki-laki, dapat merasakan
manfaat dan mendapatkan akses serta dapat berpartisipasi
secara adil dan setara dan proses pembangunan bidang
sosial, ekonomi, politik, hukum dan hankam, serta adil dan
setara di dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa dan
bernegara. Pembangunan kesetaraan gender, pemberdayaan
perempuan, perlindungan perempuan dan anak sudah
menjadi komitmen bersama dan menjadi bagian integral
dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Sudah banyak kemajuan yang dicapai selama ini di
dalam upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender,
pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan
dan anak, namun kami juga menyadari masih banyak sekali
5

tantangan yang dihadapi dan perlu dipecahkan secara
bersama-sama. Khusus di bidang kesehatan, sesuai dengan
topik dan fokus kita hari ini, masih banyak isu-isu gender
yang dihadapi kita bersama selain isu masing tingginya AKI
yang sudah saya sampaikan di atas. Isu-isu gender di bidang
kesehatan yang dapat diidentifikasi dan perlu perhatian kita
semua, baik di tingkat nasional maupun global antara lain
adalah: (1) masih terjadinya kesenjangan akses dan manfaat
pelayanan kesehatan secara umum di antara perempuan dan
laki-laki; (2) rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB,
(3) rendahnya perhatian masyarakat akan pemenuhan gizi
anak bayi dan balita, terutama bagi anak yang perempuan
disebabkan karena adanya budaya patriarki yang masih
menomorsatukan anak laki-laki; (4) masih tingginya anemia
di kalangan perempuan dan remaja puteri; (5) masih terjadi
kekerasan gender dibidang kesehatan yang ditandai dengan
masih belum terpenuhinya hak kesehatan seksual dan
kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki secara adil
dan setara; serta (6) tingginya angka kematian ibu dan bayi.

Karena itu untuk mencapai kualitas bangsa yang baik,
kita harus memulai dengan pemeliharaan kesehatan dan
kecukupan gizi ibu hamil, pertolongan persalinan yang baik.
Kemudian dilanjutkan dengan memberikan Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif, imunisasi, serta kasih sayang kepada bayi,
untuk menjamin pertumbuhan bayi secara optimal. Juga
6

telah kita ketahui bersama bahwa ASI selain dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi secara optimal, dan juga
sangat banyak manfaatnya untuk ibu, keluarga dan
masyarakat.

Hadirin yang berbahagia,

Pada kesempatan yang baik ini, saya menyampaikan
penghargaan kepada Ikatan Bidan Indonesia yang selama ini
konsisten membantu pemerintah menangani masalah
terkait pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi
sebagai salah satu upaya untuk mempercepat menurunkan
angka kematian ibu karena hamil dan melahirkan selama
ini, namun seperti yang telah saya kemukakan di atas,
masalah kesehatan seksual dan reproduksi merupakan
masalah yang tidak berdiri sendiri. Untuk itu melalui
kongres ini, saya harapkan juga dapat diidentifikasi berbagai
tantangan medis dan non-medis yang masih dihadapi dan
solusi konkrit yang perlu dicari untuk mempercepat
terwujudnya kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan dan didalam mengakses informasi yang tepat
dan akurat serta mendapatkan pelayanan kesehatan, baik
umum dan khusus terkait pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi yang berkualitas, aman dan nyaman serta
menghapuskan kekerasan berbasis gender di bidang
7

kesehatan, termasuk dalam percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi.

Sebagai contoh, masalah AKI solusinya tidak berdiri
sendiri. Penurunan AKI bergantung pada masalah terkait
pengetahuan/pendidikan terkait SDM, masalah ekonomi,
pemberdayaan, maalah transportasi, infrastruktur, sarana
dan prasarana, terkait masalah komitmen dan kepedulian
masyarakat setempat, masalah kultur penduduk dan
struktur masyarakat lokal. Singkatnya, isu AKI merupakan
isu cross-cutting issues, yang perlu penanganan kerjasama
dan sinergi antara disiplin ilmu dan sektor. Gerakan Sayang
Ibu dapat digunakan sebagai entry point untuk
penguatan koordinasi dan kerjasama penurunan AKI di
masyarakat. Badan PP dan KB sebagai focal point di daerah
perlu mengambil langkah dan berinisiatif untuk upaya-
upaya pencegahan, promosi dan pemberdayaan serta
perlindungan terkait kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan di bidang kesehatan. Ikatan Bidan Indonesia
merupakan salah satu entitas yang juga perlu dilibatkan
untuk percepatan penurunan AKI.

Langkah-langkah percepatan ini penting untuk
dirumuskan bersama agar nantinya kita semua dapat
mewujudkan pembangunan Millenium di tahun 2015,
8

khususnya goal terkait penurunan angka kematian ibu dan
penurunan angka kematian bayi.

Untuk diketahui bahwa pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) menjadi pertimbangan dalam
penyusunan agenda pembangunan pasca-2015 dan akan
dikaitkan dengan isu pembangunan berkelanjutan dan
berkeadilan. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Presiden
SBY, Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf, dan PM Inggris
David Cameron, dalam keterangan pers bersama, usai
pertemuan ketiga United Nations High-Level Panel of
Eminent Persons on the post-2015 Development Agenda, di
Monrovia, Liberia. Agenda ini masih akan dibicarakan pada
Sidang Umum PBB, namun yang pasti kesetaraan gender,
pemberdayaan perempuan dan anak perempuan
mendapatka prioritas nomor 2 dari 12 Agenda yang
diusulkan oleh High Level Panel.

Hadirin yang berbahagia,

Bidan baik secara individu maupun dalam organisasi
yang besar seperti IBI, mempunyai potensi yang besar
untuk meningkatkan kualitas bangsa dan dalam ukuran
yang lebih kecil meningkatkan kualitas keluarga, karena:
Bidan adalah sekelompok perempuan yang mempunyai
kelebihan dibanding dengan kelompok perempuan lain
9

Bidan mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk
memeriksa kehamilan dan mampu mendeteksi segala
kelainan sedini mungkin
Bidan mempunyai keterampilan untuk menolong
persalinan dengan baik dan benar,
Bidan terutama bidan di desa berada ditengah-tengah
masyarakat yang berada di desa, bahkan di desa yang
sangat terpencil, yang merupakan ujung tombak bagi
penyelamatan ibu hamil, melahirkan dan nifas.
Bidan mampu memberikan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) kepada masyarakat sekitarnya.

Melihat kemampuan dan potensi bidan di atas, saya
yakin bahwa bidan, baik sebagai individu maupun dalam
organisasi akan mampu berperan dalam meningkatkan
kualitas bangsa yang diawali dari meningkatkan kualitas
keluarga. Untuk itu, kami mengharapkan IBI dapat
memakai didalam melayani keluarga untuk memotivasi dan
mendorong masyarakat, terutama perempuan dan laki-laki
dalam mendukung program sebagai berikut:
1. Pencapaian Wajib belajar, yaitu dengan mengurangi
drop-out anak perempuan,
2. Pencegahan perkawinan dini, dan mengurangi
kehamilan terlalu muda,
10

3. Perencanaan keluarga, termasuk didalamnya
perencanaan jumlah anak, kapan ingin melahirkan,
untuk menghindarkan kehamilan terlalu muda, terlalu
sering (terlalu dekat antara kelahiran yang satu dengan
yang lainnya), terlalu banyak dan terlalu tua,
4. Memasyarakatkan dan meningkatkan pemakaian ASI
secara eksklusif, khusus untuk ini saya ingin berpesan
agar:
a) Semua bidan yang menolong persalinan dapat
memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui segera
setelah lahir.
b) Membina dan membantu ibu-ibu agar mampu dan
berhasil memberikan ASI secara Eksklusif.

Dalam Penanganan korban Kekerasan terhadap Perempuan
dan Anak, yang semakin banyak kasus yang terlaporkan,
dapat ditangani melalui Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di 30
provinsi dan 242 kabupaten/kota.

Saudara saudara sekalian,

Harapan saya dari kongres ini, semoga dapat disusun
suatu rekomendasi yang betul-betul spesifik dan konkrit
ditujukan bagi semua stakeholder, yaitu pemerintah,
masyarakat dan swasta, termasuk remaja dan kalangan
11

generasi muda lainnya yang sejak awal sudah perlu
diberikan pemahaman mengenai kesehatan seksual dan
reproduksi, baik di pusat, maupun di daerah. Saya juga
mengharapkan selain perlunya terobosan-terobosan dan
inisiatif baru di dalam menyediakan produk-produk KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi), juga dapat
dirumuskan langkah-langkah untuk mengubah pola pikir
dan pandangam syarakat secara umum mengenai issue
gender di bidang kesehatan ini melalui Pendekatan
Behaviour Change Communication yang jelas targetnya
dan dapat terukur. Rencana Aksi yang jelas juga perlu
dirumuskan untuk melaksanakan berbagai rekomendasi
yang akan disusun, lengkap dengan target, indikator dan
anggarannya. Mudah-mudahan dengan upaya ini, kita
semua dapat mewujudkan Tujuan Pembangunan Millenium
di tahun 2015 secara utuh di setiap goal-nya dengan
perspektif gender dan peduli hak anak yang akan berdampak
pada terwujudnya Goal terkait dengan penurunan AKI dan
AKB secara khusus.

Selain itu saya sangat mengharapkan agar para bidan
dan organisasi IBI mampu mengantisipasi akibat globalisasi,
menjadikan globalisasi peluang dalam kemandirian yang
berkualitas dan selalu proaktif dalam meningkatkan
pelayanan pada masyarakat, serta selalu meningkatkan
kualitas pengetahuan dan keterampilannya. Dengan akan
12

hadirnya masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015, suka
atau tidak suka, maka pasar tenaga kerja Indonesia akan
diisi pula oleh tenaga kerja regional , termasuk bidan. Untuk
itu, penting untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-
baiknya dari sisi pengetahuan, keterampilan dan dedikasi.
Disisi lain, peluang bidan untuk mengakses pasar kerja di
ASEAN-pun terbuka lebar.

Terakhir saya ingin mengingatkan bahwa kesehatan
bukan segala-galanya namun segala-galanya tanpa
kesehatan tidak ada artinya (Health is everything but
everything without health is nothing WHO). Kesehatan
itu merupakan investasi yang sangat menguntungkan bagi
pembangunan suatu bangsa. Demikianlah beberapa hal yang
dapat saya sampaikan pada Kongres XV Ikatan Bidan
Indonesia semoga bermanfaat dan Selamat mengikuti
kongres serta sukses untuk kita semua.

Terima kasih,
Wabillahi taufik wal hidayah,
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia


13

Linda Amalia Sari Gumelar

Anda mungkin juga menyukai