Anda di halaman 1dari 6

JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 7-12 ISSN 2303-1077

7

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA TRITERPENOID DARI FRAKSI KLOROFORM KULIT
BATANG DURIAN KURA (D. testudinarum Becc.)

Deny
1*
, Rudiyansyah
1
, Puji Ardiningsih
1

1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
*Email: denny_darma21@yahoo.com

ABSTRAK
Satu senyawa pentasiklik triterpenoid (senyawa 1) telah diisolasi dari fraksi kloroform ekstrak EtOH kulit
batang tumbuhan durian kura (D. testudinarum Becc.). Senyawa 1 berbentuk padatan amorf berwarna
putih sebanyak 16,8 mg. Spektrum NMR-
1
H dari senyawa 1 (CD
3
OD, 500 MHz) menunjukkan geseran
kimia pada
H
(ppm): 0,98 (H-23); 0,77 (H-24); 0,92 (H-25); 1,00 (H-26); 1,27 (H-27); 0,96 (H-29); 1,68
(H-30); 7,86 (17-CO
2
H); 3,48 (3-OH); 5,52 (H-12). Berdasarkan analisis data NMR-
1
H dan dibandingkan
dengan data NMR-
1
H yang telah dilaporkan dalam literatur, senyawa tersebut dapat diusulkan sebagai
asam oleanolat (Asam 3-Hidroksiolean-12-en-28-oat).

Kata kunci: D. testudinarum Becc., triterpenoid, asam oleanolat
PENDAHULUAN

Durian termasuk dalam genus Durio dari
famili Malvaceae yang bernilai ekonomi karena
menghasilkan buah yang melimpah (Uji, 2004).
Selain menghasilkan buah, secara tradisional
beberapa bagian dari tumbuhan durian dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat, seperti kulit
batang durian hijau (D. oxleyanus) digunakan
untuk mengobati penyakit malaria, kulit batang
durian merah (D. griffitii) sebagai obat diare, dan
kulit batang D. zibethinus sebagai antifertilitas
(Michon and de Foresta, 1995; Uji, 2005; Nurliani
dan Santoso, 2010). Uji bioaktivitas kandungan
kimia dari kayu batang D. oxleyanus
menunjukkan sitotoksik terhadap larva Artemia
salina (Septiadi, 2010).
Berdasarkan data di Herbarium
Bogoriense, terdapat 28 jenis spesies durian
(Durio spp), 19 spesies terdapat di Kalimantan, 7
spesies di Sumatera, dan di Jawa, Bali, Sulawesi
serta Maluku, masing-masing hanya terdapat
satu spesies (Uji, 2004; 2005). Empat belas dari
19 spesies durian di Kalimantan merupakan
spesies yang endemik, salah satunya adalah
durian kura (D. testudinarum Becc.). Durian kura
mempunyai kelebihan dan keunikan, jenis ini
merupakan satu-satunya spesies durian yang
buahnya berada di pangkal batang dan hampir
mendekati permukaan tanah serta memiliki rasa
buah yang manis (Uji, 2005).
Berdasarkan literatur, dari 28 spesies
durian yang telah diketahui, baru 5 spesies yang
telah dilakukan penelitian kandungan kimia
terhadap spesies durian yaitu D. carinatus, D.
kutejensis, D. zibethinus, D. oxleyanus dan D.
affinis. Senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam durian terdiri dari golongan
triterpenoid, lignan dan kumarin (Rudiyansyah
and Garson, 2006; 2010, Saziati, 2010).
Penelitian yang dilakukan terhadap
beberapa spesies tumbuhan durian telah
ditemukan golongan senyawa triterpenoid.
Penelitian kulit batang spesies tumbuhan D.
zibethinus telah diisolasi senyawa triterpenoid
yaitu metil 27-O-cis-kaffeoilsilikodiskat, metil 27-
O-trans-kaffeoilsilikodiskat. Selanjutnya, dari kulit
batang spesies D. kutejensis telah diisolasi
senyawa asam 3-O-trans-kaffeoil-2-
hidroksiolean-12-en-28 oat dan asam 3-O-
trans-kaffeoil-2-hidroksiurs-12-en-28-oat.
Spesies dari kulit batang D. carinatus, diisolasi
senyawa asam 3-O-cis-kaffeoilbetulinat dan
asam 3-O-trans-kaffeoilbetulinat (Rudiyansyah
and Garson, 2006; Rudiyansyah et al., 2010).
Penelitian kandungan kimia khususnya
senyawa triterpenoid dari tumbuhan D.
testudinarum masih belum pernah dilakukan.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap
kulit batang D. testudinarum dari fraksi kloroform.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengungkap kandungan senyawa metabolit
sekunder untuk dapat menambah referensi baru
mengenai senyawa triterpenoid yang terdapat
pada durian.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Tanaman
Bahan tanaman berupa kulit batang durian
kura (D. testudinarum) berasal dari hutan Gurung
Mali, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat. Sampel telah dilakukan
determinasi spesies di Herbarium Bogoriense
Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong pada
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 7-12 ISSN 2303-1077
8

bulan Agustus 2011. Gambar 1 merupakan
bagian dari tumbuhan D. testudinarum.











(a) (b) (c)
Gambar 1. (a) Bunga, (b) Daun, dan (c) Batang
D. testudinarum

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan diantaranya:
seperangkat alat gelas, alat evaporasi,
kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi
lapis tipis (KLT), kromatografi kolom tekan (KKT)
dan spektrometer NMR-
1
H JEOL JNM ECA-500
MHz.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
berbagai jenis pelarut organik, pereaksi uji
fitokimia, reagen serium sulfat 5%, plat KLT silika
gel 60 F
254
, silika gel 60 (60-70 mesh), silika gel
60 (230-400 mesh), dan silika gel 60 GF
254
.

Preparasi Sampel Kulit Batang Durian Kura
Sampel kulit batang durian kura (D.
testudinarum) dibersihkan dari jamur dan lumut,
dipotong-potong kemudian dikeringkan dalam
ruangan. Sampel yang telah bersih kemudian
diserbukkan di Workshop of Wood Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

Maserasi dan Partisi
Serbuk kulit batang durian kura 3 kg,
dimaserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar
dengan etanol yang telah didestilasi. Maserat
kemudian disaring, fitrat yang diperoleh diuapkan
pelarutnya menggunakan rotary evaporator
sehingga diperoleh 113 g maserat etanol.
Maserat etanol dipartisi berturut-turut
dengan n-heksana dan kloroform, sehingga
diperoleh fraksi n-heksana, etanol, dan
kloroform. Fraksi kloroform kemudian dipekatkan
menggunakan rotary evaporator sehingga
diperoleh 17 g fraksi kloroform.

Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan terhadap masing-
masing fraksi untuk mengidentifikasi golongan
fenol dan triterpenoid. Pada fraksi n-heksana
yang berwarna kuning ditambahkan reagen
FeCl
3
5% (dalam etanol) sehingga dihasilkan
warna kuning, uji golongan triterpenoid dilakukan
dengan menambahkan reagen Lieberman-
Burchard (H
2
SO
4
pekat ditambah asetat anhidrat)
menghasilkan warna spesifik merah jingga.
Uji golongan fenol terhadap fraksi
kloroform menunjukkan warna spesifik kuning
kehijauan. Sedangkan, uji golongan triterpenoid
dengan warna spesifik merah jingga. Fraksi
etanol cokelat diuji golongan fenol dengan warna
spesifik hijau tua dan uji golongan triterpenoid
dengan warna spesifik cokelat.

Pemisahan dan Pemurnian Senyawa

Kromatografi cair vakum (KCV)
Fraksi kloroform (17 g) difraksinasi dengan
KCV menggunakan silika gel 60 F
254
sebagai
fasa diam. Sampel dielusi dengan kombinasi
pelarut bergradien n-heksana:etil asetat (9:1),
(7:3), (1:1), (3:7), (1:9), etil asetat:metanol (95:5),
etil asetat 100% dan MeOH 100%, sehingga
diperoleh 6 fraksi gabungan (DN
1
-DN
6
). Fraksi
DN
2
(1,7 g) dipilih untuk dilakukan pemurnian
lanjutan dengan kromatografi kolom tekan (KKT).

Kromatografi kolom tekan (KKT)
Fraksi DN
2
(1,7 g) difraksinasi dengan KKT
I menggunakan kombinasi eluen bergradien dari
hasil analisis KLT yaitu n-heksana:kloroform
(2:8), n-heksana:kloroform (1:9), CHCl
3
100%,
kloroform:metanol (99:1), kloroform:metanol
(98:2), kloroform:metanol (97:3) dan MeOH
100%, sehingga diperoleh 10 fraksi gabungan
(DN
2.1
-DN
2.10
). Fraksi DN
2.8
(0,11 g)

diteruskan
pada tahap KKT II, dielusi dengan eluen n-
heksana:kloroform (3:7), n-heksana:kloroform
(2:8), CHCl
3
100% dan kloroform:metanol (99:1),
sehingga diperoleh 10 fraksi gabungan (E
1
-E
10
).
Fraksi E
10
(19,2 mg) di KKT III secara
isokratik dengan eluen n-heksana:etil asetat
(85:15), sehingga diperoleh 9 fraksi. Fraksi 5-9
digabung (senyawa 1) dan diperoleh 16,8 mg
padatan amorf putih. Uji kemurnian dilakukan
dengan KLT satu dimensi menggunakan
kombinasi eluen n-heksana:etil asetat (8:2),
n-heksana:aseton (8:2), kloroform:metanol
(98:2), dan KLT dua dimensi dengan eluen
n-heksana:etil asetat (8:2) yang menunjukkan
kemurnian yang cukup tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Golongan Senyawa
Uji golongan senyawa fenol dilakukan
dengan menambahkan FeCl
3
5% ke dalam
masing-masing fraksi n-heksana, kloroform dan
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 7-12 ISSN 2303-1077
9

OH 5
8
1
30 29 28 27 26
25
23
11
20
15
etanol. Pada fraksi n-heksana tampak warna
kuning, sedangkan pada fraksi kloroform dan
etanol ditandai dengan terbentuknya warna
kuning kehijauan dan hijau tua yang
menandakan bahwa hanya fraksi kloroform dan
etanol kulit batang durian kura (D. testudinarum)
mengandung senyawa-senyawa fenol.
Uji golongan triterpenoid menggunakan
reagen Liberman-Burchard. Pereaksi Liberman-
Burchard digunakan untuk identifikasi senyawa
golongan triterpenoid dengan penampakan
warna merah jingga dan steroid dengan warna
hijau (Achmad, 2006). Pewarnaan yang
ditimbulkan dari hasil uji fitokimia ekstrak n-
heksana dan kloroform menunjukkan reaksi
positif adanya senyawa triterpenoid sedangkan
pada fraksi etanol negatif dengan warna cokelat.








Intensitas warna pada uji keberadaan
senyawa triterpenoid kuat (lebih positif), hal ini
menunjukkan bahwa senyawa terpenoid
merupakan komponen utama dalam fraksi
kloroform dan n-heksana, sedangkan pada fraksi
etanol lebih positif golongan fenol. Semakin kuat
intensitas warna yang terbentuk maka kuantitas
senyawa yang ada pada fraksi tersebut semakin
banyak (Cannel, 1998).

Karakterisasi Struktur Senyawa
Analisis spektrum NMR-
1
H terhadap
senyawa 1 dilakukan untuk mengetahui
gambaran berbagai jenis atom hidrogen dalam
molekul. Spektrum NMR-
1
H dapat memberikan
informasi mengenai lingkungan kimia atom
hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam setiap
lingkungan, dan struktur gugus yang berdekatan
dengan setiap atom hidrogen (Creswell et al.,
2005).
Hasil analisis data NMR-
1
H senyawa 1
pada Gambar 2 memperlihatkan sinyal
karakteristik untuk senyawa triterpenoid. Menurut
Muharni dan Elfita (2011), karakteristik khas pola
sinyal NMR-
1
H untuk senyawa triterpenoid
terlihat dari sinyal-sinyal yang berhimpit pada
daerah geseran kimia (
H
) di bawah 2 ppm untuk
proton alifatik (CH
3
, CH
2,
dan CH) yang
merupakan proton siklik dari kerangka dasar
triterpenoid yang tidak terpisah dengan baik.
Informasi yang diperoleh dari data
spektrum NMR-
1
H senyawa 1 menunjukkan
adanya 7 sinyal proton metil singlet masing-
masing dengan integrasi 3H pada geseran kimia
(
H
) (0,77 ppm; 0,91 ppm; 0,96 ppm; 0,98 ppm,
1,00 ppm 1,27 ppm dan 1,68 ppm), menunjukkan
keberadaan proton metil yang terikat pada atom
karbon dalam lingkungan kepolaran yang
berbeda. Menurut Elya dkk, (2009) munculnya 7
puncak metil tersebut pada spektrum NMR-
1
H,
merupakan ciri dari senyawa triterpenoid.
















Gambar 3 menunjukkan pola gugus metil pada
kerangka triterpenoid.






Sinyal pada daerah
H
3,48 ppm
merupakan sinyal khas untuk proton metin pada
kerangka triterpenoid yang terikat pada atom C
yang mengikat gugus hidroksi (OH). Sinyal khas
ini untuk triterpenoid pentasiklik yang mengikat
OH pada posisi C-3 (Muharni, 2010). Data sinyal
spektrum NMR-
1
H senyawa 1 pada geseran
kimia (
H
) 5,52 ppm menunjukkan proton olefin
yang tersubsitusi pada cincin siklik. Sinyal-sinyal
proton dari spektrum NMR-
1
H tersebut
mengindikasikan bahwa senyawa 1 diduga
merupakan suatu kerangka triterpenoid turunan
olean-12-en yang tersubsitusi gugus hidroksi
(OH) pada C-3.
Gambar 3. Gugus metil pada kerangka
triterpenoid (Dewick, 2002)



Gambar 2. Spektrum NMR-
1
H dari senyawa 1

JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 7-12 ISSN 2303-1077
10

Berdasarkan data-data spektrum NMR-
1
H,
kerangka struktur senyawa 1 memiliki kesamaan
dengan senyawa olean-12-en dari senyawa
golongan olean yang telah diisolasi oleh
Rudiyansyah and Garson (2006), Huang et al.,
(2009), Suryati et al., (2010) dan Baek et al.,
(2010). Ciri-ciri dari golongan senyawa olean
ditunjukkan dengan adanya proton olefin pada
geseran kimia (
H
) 5,12-5,52 ppm dan adanya 7
proton metil singlet, sehingga diduga senyawa 1
termasuk senyawa olean-12-en.










































Tabel 1 merupakan perbandingan
pergeseran kimia (
H
) dari senyawa -amirin,
asam 3-O-trans-kaffeoil-2-hidroksiolean-12-
en-28-oat, asam maslinat dan asam oleanolat
dengan geseran kimia (
H
) senyawa 1. Hasil
perbandingan geseran kimia (
H
) pada Tabel 1
dapat diketahui bahwa nilai geseran kimia (
H
)
senyawa 1 memiliki banyak kesamaan dengan
nilai pergeseran kimia dari senyawa triterpenoid
pentasiklik asam oleanolat (3-Hidroksiolean-12-
en-28-oat). Sehingga, struktur senyawa 1
disarankan sebagai asam oleanolat (Asam 3-
Hidroksiolean-12-en-28-oat).











































SIMPULAN
Senyawa asam oleanolat (Asam 3-
Hidroksiolean-12-en-28-oat) berbentuk padatan
Tabel 1. Perbandingan data spektrum NMR-
1
H senyawa 1 dengan asam 3-O-trans-kaffeoil2-
hidroksiolean-12-en-28-oat 2, asam maslinat 3, -amirin 4, dan asam oleanolat 5.



H
Senyawa
2
Senyawa
3
Senyawa
4
Senyawa
5
Senyawa
1

Gugus
Terkait

H

(ppm)*

H

(ppm)**

H

(ppm)***

H

(ppm)****

H

(ppm)
1 2,00; 1,04 1,30; 2,23 1,67 1,00; 1,52 1,00; 1,68 CH
2 3,83 4,07 1,60 1,17 1,17 OH/CH
3 4,60 3,36 3,21 3,44 3,48 OH/CH
4 - - - - - -
5 0,99 1,02 0,75 0,84 0,83 CH
6 1,57; 1,46 1,41; 1,53 1,52 1,38; 1,52 1,36 CH
7 1,54; 1,35 1,32; 1,52 1,54 1,21; 1,33 1,19; 1,30 CH
8 - - - - - -
9 1,70 1,82 1,53 1,68 1,68 CH
10 - - - - -
11 1,96 2,05; 2,05 1,90 1,22 1,19 CH
12 5,25 5,45 5,12 5,50 5,52 CH=CH
13 - - - - - -
14 - - - - - -
15 1,80; 1,07 1,22; 1,22 - 1,80 1,90 CH
16 1,99; 1,60 1,98; 1,98 - 1,92 1,91 CH
17 - - - - - -
18 2,86 3,27 - 3,31 2,88 CH
19 1,68; 1,13 1,30; 1,80 - 1,32; 1,80 1,32; 1,90 CH
20 - - - - - -
21 1,38; 1,19 1,20; 1,45 - 1,17; 1,41 1,17; 1,36 CH
22 1,74; 1,54 1,82; 2,04 - 1,80; 2,08 1,90; 2,88 CH
23 0,89 (s) 1,25 (s) 0,99 (s) 1,24 (s) 0,98 (s) CH
3

24 0,94 (s) 1,06 (s) 0,78 (s) 1,02 (s) 0,77 (s) CH
3

25 1,05 (s) 0,96 (s) 0,95 (s) 0,89 (s) 0,92 (s) CH
3

26 0,84 (s) 0,95 (s) 1,00 (s) 1,01 (s) 1,00 (s) CH
3

27 1,18 (s) 1,24 (s) 0,91 (s) 1,28 (s) 1,27 (s) CH
3

28 - - 0,79 (s) - - -
29 0,90 (s) 0,92 (s) 0,86 (s) 0,94 (s) 0,96 (s) CH
3

30 0,94 (s) 0,98 (s) 1,06 (s) 1,00 (s) 1,68 (s) CH
3

2 7,04 - - - - Ar-H
5 6,77 - - - - Ar-H
6 6,94 - - - - Ar-H
7 7,55 - - - - Ar-H
8 6,31 - - - - Ar-H


Keterangan: *Rudiyansyah and Garson (2006); **Huang et al., (2009); *** Suryati et al., (2010); **** Baek et al., (2010).
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 7-12 ISSN 2303-1077
11

amorf putih (16,8 mg), telah diisolasi dari fraksi
kloroform dengan perbandingan pergeseran
kimia (
H
) spektrum NMR-
1
H dari senyawa 1
(CD
3
OD, 500 MHz)

(ppm); 0,98 (H-23); 0,77 (H-
24); 0,92 (H-25); 1,00 (H-26); 1,27 (H-27; 0,96
(H-29); 1,68 (H-30); 7,86 (17-CO
2
H); 3,48 (3-
OH); 5,52 (H-12), dengan struktur sebagai
berikut:






Gambar 4. Asam 3-Hidroksiolean-12-en-28-oat

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada staf LIPI
serpong yang telah membantu pengukuran
spektrum NMR-
1
H dan juga kepada staf
herbarium Bogoriense Cibinong yang telah
mengidentifikasi sampel tumbuhan yang
digunakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. A., 2006, Keanekaragaman Sumber
Alam Hayati sebagai Sumber Senyawa
Kimia yang Berguna, Makalah Seminar
Nasional Kimia, 2 September 2006,
Makasar; Jurusan Kimia FMIPA,
Universitas Negeri Makasar.
Baek, M.Y., Cho, J. G., Lee, D. Y., Ahn, E. M.,
Jeong, T. S., and Baek, N. I., 2010,
Isolation of Triterpenoids from the Stem
Bark of Albizia julibrissin and Their Inhibitor
Activity on ACAT-1 and ACAT-2, J. Korean
Soc. Appl. Biol. Chem. 53 (3): 310-315.
Cannel, R. J. P., 1998, Method In Biotechnology:
Natural Products Isolasi, Human Press Inc,
Totowa New Jersey.
Creswell, C. J., Runquist, O. A., dan Campbell,
M. M., 2005, Analisis Spektrum Senyawa
Organik, Edisi Ke-3, Kosasih, P. (Alih
Bahasa), ITB, Bandung.
Dewick, P. M., 2002, Medical Natural Products: A
biosynthetic Approach, Second Edition,
School of Pharmaceutical of Nottingham,
UK.
Elya, B., Koela, S., dan Hanafi, M., 2009,
Senyawa Triterpenoid dari Ekstrak n-
heksan Kulit Batang Tanaman Garcinia
benthami, J. Makara Sains, 13: 9-12.
Huang, Y., Aisa, H. A., Isaev, M. I., 2009,
Isoprenoid of Euphorbia soraria, J.
Chemistry of Natural Compounds, 45
(6):921-924.
Michon, G., and de Foresta, H., 1995, The
Indonesian Agroforest Model. Forest
Resource Management and Biodiversity
Conservation, in P. Halladay and D.A.
Gilmour Eds, Conserving Biodiversity
Outside Protected Areas. The role Of
Traditional Agro- ecosystems, IUCN.
Muharni., 2010, Triterpenoid Lupeol dari Manggis
Hutan (Garcinia bancana Miq.), Penelitian
Sains, 13: 41-45.
Muharni dan Elfita., 2011, Triterpenoid -Amirin
dari Kulit Batang Garcinia bancana Miq.,
Penelitian Sains, 14: 30-32.
Nurliani, A., dan Santoso, H. B., 2010, Efek
Spermatisida Ekstrak Kulit Kayu Durian
(Durio zibethinus Murr.) Terhadap Mortilitas
dan Kecepatan Gerak Spermatozoa
Manusia secara In Vitro, Sains dan
Terapan Kimia, 4: 72.
Rudiyansyah and Garson, M. J., 2006,
Secondary Metabolites from the Wood
Bark of Durio ziberthinus and Durio
kutejensis, J. Nat. Prod, 69: 1218-1221.
Rudiyansyah and Garson, M.J., 2010, Lignans
and Triterpenoids from the Bark of Durio
carinatus Mast and Durio oxleyanus Griff.,
J. Nat. Prod, 73: 1649-1654.
Rudiyansyah, Lambert, L.K., and Garson, M.J.,
2010, Conformational Studies and
Proposed Biosyntesis of Lignan from Durio
oxleyanus Griff (Bambacaceae), Ind. J.
Chem., 10: 116-121.
Saziati, O., 2010, Penentuan Struktur Senyawa
Kumarin dari Fraksi Kloroform Kulit Batang
Durian Burung (Durio affinis Becc.),
Universitas Tanjungpura, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Pontianak, (Skripsi).
Septiadi., 2010, Penentuan Struktur dan Uji
Bioaktivitas Senyawa Metabolit Sekunder
dari Fraksi Kloroform Kayu Batang Durian
Hijau (Durio oxleyanus Giff., Universitas
Tanjungpura, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Pontianak,
(Skripsi).
Suryati, Nurdin, H., Dachriyanus, and Lajis, M.
N., 2010, Characterization Antibacterial
Constituent from Ficus deltoideus Jack.,
Majalah Farmasi Indonesia, 21(2):134-138.
Uji, T., 2004, Keanekaragaman Jenis, Plasma
Nutfah dan Potensi Buah-buahan Asli
1
3
29
28
27
26 25
23
11
20
17
24
30
10
14
22
OH
2
CO H
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 7-12 ISSN 2303-1077
12

Kalimantan, Herbarium Bogoriense, Bidang
Botani, Pusat Penelitian Biologi- LIPI, Bio
Smart, 6: 117-125.
Uji, T., 2005, Keanekaragaman Jenis dan
Sumber Plasma Nutfah Durian (Durio spp.)
di Indonesia, Buletin Plasma Nutfah, 11:
28-33.

Anda mungkin juga menyukai