Anda di halaman 1dari 19

1

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti alam, karena ilmu fisika
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda alam, kejadian-kejadian
alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut. Hidrosfer merupakan
bagian yang kecil dari ilmu fisika yang selalu dipelajari. hidrosfer adalah lapisan
air di bumi yang meliputi air laut, air sungai, air danau, air rawa dan air tanah,
wujudnya dapat berupa cair, padat dan uap. Hidrosfer secara khusus di pelajari
dalam ilmu yang disebut Hidrologi.
1

Hidrologi berhubungan dengan sirkulasi air dalam bentuk air lainnya
(konstituennya) dalam siklus Hidrologi. Termasuk dalam siklus Hidrologi adalah
prepitasi, evaporasi, infiltrasi, aliran air bawah tanah (ground water), limpasan
(run off), aliran sungai (stream flow) dan perpindahan baghan terlarut dan
tersuspensi dalam aliran air. Hidrologi umumnya berkenaan dengan air.
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan
berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk dan lain
sebagainnya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa
berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain
yang mengandung air.
Sejarah hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya
Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian 1947 oleh
____________

1
Streeter,Mekanika Fluida, ( Jakarta: Erlangga, 2002 ), hal. 14
2
Bernad Vonnegut. Hujan buatan adalah hujan yang sengaja dibuat oleh manusia.
Teknologi ini hanya berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya
hujan, yaitu dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding)
menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga
proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya
akan mempercepat terjadinya hujan. Istilah yang lebih tepat untuk mendefenisikan
aktifitas hujan buatan adalahTeknologi Modifikasi Cuaca (TMC), karena pada
dasarnya hujan buatan merupakan aplikasi dari suatu teknologi. TMC merupakan
usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan
mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah di
dalamawan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and
coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation).
Saat ini TMC menjadi salah satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan
untuk menanggulangi bencana yang ditimbulkan oleh karena adanya
penyimpangan iklim/cuaca. TMC bukanlah hal baru di dunia, karena teknologi ini
sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara untuk berbagai kepentingan. Hujan buatan
umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering
akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di
darat, mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai/danau kering,
tanah retak-retak, kesulitan air bersih dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan
buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya
dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.
3
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis ingin
membahas lebih rinci tentang Proses Terjadinya Hujan Buatan.

2. Tujuan Masalah
Sehubungan dengan penulisan koliqium dan berdasarkan latar
belakang masalah,maka yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah
untuk mengetahui proses terjadinya hujan buatan.

3. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah
yang terdapat dalam judul koliqium ini, maka dijelaskan istilah-istilah sebagai
berikut:
a) Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi
b) Hujan buatan adalah proses pemanfaatan awan berpotensi hujan (cumulus)
yang terbentuk akibat penguapan dari laut
c) Ground Base generator (GBG) merupakan salah satu metoda alternatif
untuk menyampaikan bahan semai ke dalam awan, yang pada prinsipnya
dengan memanfaatkan potensi topografi dan angin lembah (valley breeze),
yaitu angin lokal yang berhembus ke atas pegunungan pada siang hari
dengan mengikuti kemiringan permukaan gunung
d) Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air
saat jatuh kebumi hingga menguap keudara, kemudian jatuh kembali
kebumi siklusnya tidak berpangkal dan tidak berakhir dari laut ke atmosfer
terus kepermukaan tanah dan kembali ke laut.
4
B. KAJIAN TEORITIS

1. Pengertian Hujan
Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air
saat jatuh kebumi hingga menguap keudara, kemudian jatuh kembali kebumi
siklusnya tidak berpangkal dan tidak berakhir dari laut ke atmosfer terus
kepermukaan tanah dan kembali ke laut, dalam pergerakannya untuk sementara
air akan bertahan didanau, sungai, tanah atau air tanah dan dimamfaatkan oleh
manusia, kemudian kembali keatmosfir.
2

Siklus hidrologi ini memiliki beberapa tahap utama yaitu : (1) Penguapan
air dari permukaan bumi, baik yang ada dipermukaan bumi, dan permukaan air
tanah, atau dari jaringan tumbuhan. (2) Kondensasi uap air pada lapisan troposfer,
sehingga membentuk awan. (3) Perpindahan awan mengikuti arah angin, (4)
Presipitasi dalam bentuk cair yang mengembalikan air dari atmosfer kepermukaan
bumi, (5) Mengalirnya air mengikuti gaya gravitasi (dari tempat tinggi ketempat
rendah) baik dalam bentuk aliran permukaan maupun aliran bawah tanah.
Selama berlangsungnya tahap-tahap utama siklus hidrologi tersebut,proses
penguapan dapat terus berlangsung. Pada saat butiran hujan jatuh menuju
permukaan bumi, sebahagian air tersebut akan menguap sebelum sampai
kepermukaan bumi, dan jaga selam air mengalir pada permukaan bumi sabagian
air juga akan menguap keatmosfer sebelum sampai kelautan. Sebagian air asal
____________

2
Kohler, Hidrologi untuk Insinyur, ( Jakarta : Erlangga,2005 ),Hal. 26
4
5
presipitasi yang merembes kadalam tanah akan di serap oleh tumbuhan dan
kemudian di uapkan ke atmosfer melalui proses transpirasi.

Gambar : Siklus Hidrologi

Jadi siklus hidrolagi ini dijabarkan secara simultan, tidak terputus
putus.Air dalam siklus hidrologi mengalami perubahan bentuk dari cair ke gas dan
kembali kabentuk cair, kadang juga air berubah kebentuk padat. Perubahan air ke
bentuk padat dalam siklus hidrilagi terjadi jika butiran air tersebut berada pada
udara yang sangat dingin atau dibawah titik beku air. Perubahan ke bentuk padat
ini dapat terjadi pada lapisan atas troposfer atau pada air di permakaan bumi.
Perubahan air dari bentuk uap kebentuk cair disebut kondensasi, dan
perubahan air dari bentuk cair kebentuk padat disebut pembekuan. Dan juga ada
evaporasi yaitu proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air
atau dari bahan padat yang mengandung air, sedangkan transpirasi merupakan
6
penguapan air yang berasal dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Uap air yang
dihasilkan melalui proses evapontraspirasi dari berbagai sumber dari permukaan
bumi akan bergerak ke lapisan atas troposfer bumi. Suhu udara pada lapisan
troposfer bumi akan semakin rendah dengan bertambahnya ketinggian.
penurunan suhu udara akan mempercepat tercapainya kejenuhan uap air pada
udara tersebut, berarti akan merangsang terjadinya kondensasi.
Proses terjadinya pengembunan (kondensasi) uap air pada umumnya
terjadi apabila masa udara yang banyak mengandung uap air naik kelapisan yangl
lebih tinggi. Kenaikan masa udara itu disebabkab udara menjadi ringan atau
karena terdesak naik pada lereng pengunungan.Sampai di atas bertemu udara
dingin sehingga menghasilkan embun (kondensasi) berupa upa air. Uap air ini
dibawa oleh angin ke lereng lereng pengunungan sehiangga uap air ini semakin
besar dan berat, kemudian angin tidak dapat lagi menahan butiran air tersebut
maka jatuhlah kebui. Titik- titik air yang jatuh dari udara karena proses
pendinginan inillah yang disebut hujan.

2. Pengertian Hujan Buatan
Hujan buatan tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai pekerjaan
membuat atau menciptakan hujan, karena teknologi ini hanya berupaya untuk
meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan, yakni dengan cara melakukan
penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat
higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir- butir hujan dalam
awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.
7
Istilah yang lebih tepat unuk mendefinisikan aktivitas hujan buatan adalah
Teknologi modifikasi Cuaca(TMC), karena pada dasarnya hujan buatan
merupakan aplikasi dari suatu teknologi.TMC merupakan usaha manusia untuk
meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses
fisika yang terjadi didalam awan. Proses fisika yang diubah ( diberi perlakuan) di
dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and
coalescence) atau proses pembekuan es (ice nucleatin). Saat ini TMC menjadi
salah satu solusi teknis yang dapat dimamfaatkan untuk menanggulangi bencana
yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan iklim/cuaca. TMC bukankah
hal baru di dunia, karena teknologi ini sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara
untuk berbagai kepentingan.
Bahan untuk mempengaruhi proses terjadinya di awan terdiri dari dua
jenis yaitu:
1. Bahan untuk membentuk es, dikenal dengan glasiogenik,berupa perak
Iodida(Agl)
2. Bahan untuk menggabungkanbutir-butir air di awan,dikenal dengan
higroskopis,berupa garam dapur atau natrium clorida (NaCl), atau CaCl2 dan
urea.
Bahanbahan ini disebar dengan bantuan pesawat terbang,roket, dan
di sebar dari daerah tinggi. Penyebaran bahan bibit hujantadi, harus
memperhatikan kondisi yang akurat tentang arah angin, kelembaban dan tekanan
udara, peluang terjadinya hujan buatan.

8


Gambar : Pesawat sedang melakukan penyemaian awan untuk merangsang
terjadinya hujan

3. Proses pembentukan Awan
Udara di sekeliling kita banyak mengandung uap air. Tidak terhitung
banyaknya gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara terus menerus
dan menyembabkan partikel partikel air terangkai ke langit. Partikelpartikel
yang disebut dengan aerosol ini naik ke asmosfer, dan bila sejumlah besar udara
terangkat kelapisan yang lebih tinggi, maka ia akan mengalami pendinginan dan
selanjutnya mengembun. Kumpulan titik titik air hasil dari uap air dalam udara
yang mengembun inilah yang terlihat sebagai awan. Makin banyak udara yang
mengembun, makin besar awan yang terbentuk
9

Gambar : Proses pembentukan awan

Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis
awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dangan bentuknya yang seperti bunga
kol. Awan Cumulus terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan
Cumulus terbagi dalam 3 jenis, yaitu: Strato Cumulus (Sc) yaitu awan Cumulus
yang barau tumbuh : Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan Cumulus
yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan Cumulus yang bergabung
menjadi satu.
10

Jenis awan Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol, merupakan
jenis awan yang dijadikan sebagai sasaran penyemaian dalam kegiatan hujan
buatan.
4. Proses Membuat Hujan Buatan
Langkah-langkah untuk membuat hujan buatan adalah mengukur kondisi
awan dan kecepatan angin. Kecepatan angin tidak boleh lebih dari 20 knot, sebab
lebih dari itu angin akan memecah awan sehingga menyulitkan penaburan atau
penyemaian. Selain itu, garam menjadi unsur terpenting dalam teknologi hujan
buatan. Untuk membuat hujan antara 10-20 milimeter per hari atau kategori deras
dibutuhkan sekitar 3 ton garam per hari yang ditaburkan di awan. Penaburan
garam dilakukan selama 30 hari. Garam diangkut dengan pesawat jenis Casa C
212-200. Pesawat buatan 1979 ini memang didisain khusus dengan tambahan alat
chimney atau corong penyalur garam yang terhubung ke airscopper (lubang udara
berdiameter 40 sentimeter). Tenggang waktu pemuatan garam tak boleh lebih dari
satu jam sebelum terbang.
11
Hujan buatan adalah proses pemanfaatan awan berpotensi hujan (cumulus)
yang terbentuk akibat penguapan dari laut. Di awan ini garam akan ditaburkan
untuk mempercepat butir air dalam awan menjadi jenuh. Petugas penabur garam
juga dituntun dengan alat pemantau awan. Saat mereka yakin sampai pada awan
cumulus garam yang sebelumnya sudah dicampur seeding segera dituang ke
corong penyemaian. Garam campuran berukuran 50 mikron ini sifatnya sangat
halus seperti bubuk sehingga mudah menyatu dengan butir air di awan atau
higroskopis.
Semburan serbuk garam berguna menjaga proses titik air agar tak tersebar
dan membuat jenuh. Proses penyemaian di udara hanya memakan waktu satu jam
dan bisa dilakukan tiga kali dalam sehari. Selanjutanya setiap empat jam
dilepaskan balon vibal di lokasi sekitar wilayah yang akan menjadi target hujan
buatan. Balon dilengkapi alat deodolit yang berguna membaca arah dan kecepatan
angin di atas awan cumulus. Perkiraan penyemaian dapat menjatuhkan hujan
paling cepat satu jam. Tapi bila perkiraan salah, hujan yang diharapkan tak akan
muncul. Salah satu ciri bila proses penyemaian berhasil adalah awan menjadi
gelap dan keabu-abuan
5. Hujan Buatan Dapat Menambah Curah Hujan
Prinsip dasar penerapan TMC untuk menambah curah hujan adalah
mengupayakan agar proses terjadinya hujan menjadi lebih efektif. Upaya
dilakukan dengan cara mempengaruhi proses fisika yang terjadi di dalam awan,
yang dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dimana lingkungan awan
tersebut berada. Untuk bagian awan dingin, curah hujan akan bertambah jika
12
proses pembentukan es di dalam awan juga semakin efektif. Proses pembentukan
es dalam awan akan semakin efektif jika awan disemai dengan menggunakan
bahan semai berupa perak iodida (Agl).
Untuk bagian awan hangat, upaya dilakukan dengan menambahkan
partikel higroskopik dalam spektrum Ultra Giant Nuclei (UGN : berukuran lebih
dari 5 mikron ) ke dalam awan yang sedang dalam masa berkembang atau matang
sehingga proses hujan dapat segera dimulai serta berkembang ke seluruh awan.
Penambahan partikel dengan spektrum CCN (Cloud Condencation Nucleus: Inti
Kondensasi Awan) tidak perlu dilakukan, karena partikel dengan spektrum ini
sudah disediakan sendiri oleh alam. Dengan demikian awan tidak perlu dibuat,
karena dengan tersedianya CCN awan dapat terbentuk dengan sendirinya bila
kelembaban udara cukup. Pada kondisi tertentu, dengan masuknya partikel
higroskopik berukuran UGN kedalam awan, maka proses hujan (tumbukan dan
penggabungan) dapat dimulai lebih awal, durasi hujan lebih lama, dan daerah
hujan pada awan semakin luas, serta frekuensi hujan di tanah semakin tinggi. Dari
sinilah didapatkan tambahan curah hujan. Injeksi partikel berukuran UGN ke
dalam awan memberikan dua manfaat sekaligus, yang pertama adalah
mengefektifkan proses tumbukan dan penggabungan sehingga menginisiasi
(mempercepat) terjadinya proses hujan, dan yang kedua adalah mengembangkan
proses hujan ke seluruh daerah di dalam awan. Bahan semai yang digunakan
adalah bahan yang memiliki sifat higroskopik dalam bentuk super fine powder
(berbentuk serbuk yang berukuran sangat halus), paling sering digunakan adalah
NaCl, atau bisa juga berupa CaCl
2
atau Urea
13
6. Metoda Penyemaian Awan
Dalam penerapan TMC, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menyampaikan bahan semai ke dalam awan. Yang paling sering dan biasa
dilakukan adalah menggunakan wahana pesawat terbang. Selain menggunakan
pesawat terbang, modifikasi pesawat terbang juga dapat dilakukan dari darat
dengan menggunakan sistem statis melalui wahana Ground Base Generator
(GBG) pada daerah pegunungan untuk memodifikasi awan-awan orografik dan
juga menggunakan wahana roket yang diluncurkan ke dalam awan.

Gambar 2.1: Macam macam metoda penyampaian bahan semai kedalam awan

Di Indonesia untuk saat ini yang sudah operasional dan dikuasai
teknologinya berubah TMC dengan menggunakan wahana pesawat terbang TMC
sistem GBG saat ini masih dalam tarap ujicoba dan telah terpasang sejumlah
menara di daerah Puncak, Bogor (lereng Gunung Gede - Pangrango), sedangkan
14
untuk wahana roket baru sebatas kajian dan dalam wacana akan mulai dicoba di
Indonesia.
7. Wahana Pesawat Terbang
Berikut adalah beberapa contoh gambar penyemaian awan dari pesawat
terbang

Gambar 2.2 : Pesawat terbang jenis Cassa NC 212-200 sedang melepaskan bahan
semai berupa serbuk garam NaCI melalui airscooper yang terpasang
pada bagian bawah pesawat. bahan semai dilepaskan pada medan
updraft yang ada di sekitar dasar awan (jenis aan hangat)


Gambar 2.3 : Selain berupa serbuk (powder), bahan semai dapat pula dikemas
dalam bentuk flare yang dipasang pada bagian sayap ataupun bawah
pesawat. Partikel bahan semai masuk ke dalam awan jika flare
terbakar.
15
8. Ground Base Generator
Ground Base generator (GBG) merupakan salah satu metoda alternatif
untuk menyampaikan bahan semai ke dalam awan, yang pada prinsipnya dengan
memanfaatkan potensi topografi dan angin lembah (valley breeze), yaitu angin
lokal yang berhembus ke atas pegunungan pada siang hari dengan mengikuti
kemiringan permukaan gunung. Bahan semai dikemas dalam bentuk flare yang
dibakar dari atas menara pada ketinggian tertentu. Kembang api yang merupakan
hasil pembakaran dari flare dengan bahan higroskopik itu ditujukan untuk
mengatur partikel Cloud Condensation Nuclei ( CCN) yang berukuran sangat
halus ke dalam awan sehingga diharapkan mampu merangsang terjadinya hujan.
GBG aslinya digunakan di daerah lintng menengah dan tinggi dengan suhu
lingkungan berada di bawah titik beku (<0
0
C), namun saat ini sudah mulai
diterapkan di Indonesia meski masih dalam taraf ujicoba. Sejumlah menara GBG
telah terpasang menyebar di kawasan Puncak, Bogor (lereng Gunung Gede -
Pangrango) dengan tujuan untuk menyemai awan-awan orografis yang melintas di
kawasan Puncak. Jika setiap awan yang melintas dapat disemai, maka hujan dapat
turun lebih awal sehingga tidak terjadi penumpukan awan yang dapat
menimbulkan hujan lebat di daerah tersebut sehingga diharapkan akan mampu
memperkecil resiko banjir.




16
9. Wahana Roket
Roket dapat pula dimanfaatkan sebagai wahana untuk menyampaikan
bahan semai ke dalam awan. Metode ini sudah banyak dikembangkan oleh negar-
negara di Eropa. Saat ini BPPT bekerjasama dengan LAPAN tengah menjajaki
kemungkinan teknologi ini untuk diaplikasikan di Indonesia.

Gambar : Penyemaian awan menggunakan wahana roket yang ditembakkan ke
dalam awan dari darat


10. Pengukuran hujan buatan
Pengukuran hasil TMC dapat ditinjau dari hasil tambahan air hujan selama
periode dilakukannya kegiatan modifikasi cuaca (hujan buatan) di daerah target.
Ada dua pendekatan besaran dalam evaluasi hasil TMC yaitu dari segi curah
hujan dan aliran.
Evaluasi penambahan curah hujan diukur melalui pendekatan atau estimasi
menggunakan daerah kontrol sebagai pembanding untuk daerah target. Syarat
daerah kontrol antara lain berada di luar daerah target dan tidak terkontaminasi
dengan bahan semai yang dilepaskan, serta memiliki karakteristik curah hujan
yang berkorelasi kuat dengan curah hujan di daerah target. Selisih antara besarnya
17
curah hujan rata-rata di daerah target dengan besarnya curah hujan rata-rata di
daerah kontrol selama periode kegiatan hujan buatan dinyatakan sebagai
tambahan curah hujan hasil TMC.
Metode Evaluasi hasil TMC lainnya adalah melalui pendekatan debit
aliran (inflow) di daerah target. Prinsip dari metode ini adalah membandingkan
nilai denit aliran selama periode kegiatan hujan buatan dengan nilai debit saat
tidak ada pelaksanaan hujan buatan. Selisih besarnya debit aliran diantara kedua
periode tersebut dinyatakan sebagai penambahan aliran hasil TMC.










18
C. PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa: Proses terjadinya hujan buatan diawali dari proses pemanfaatan awan
berpotensi hujan (cumulus) yang terbentuk akibat penguapan dari laut. Di awan
inilah garam akan ditaburkan untuk mempercepat butir air dalam awan menjadi
jenuh. pada awan cumulus garam yang sebelumnya sudah dicampur seeding
segera dituang ke corong penyemaian. Garam campuran berukuran 50 mikron ini
sifatnya sangat halus seperti bubuk sehingga mudah menyatu dengan butir air di
awan atau higroskopis. Semburan serbuk garam berguna menjaga proses titik air
agar tak tersebar dan membuat jenuh. Perkiraan penyemaian dapat menjatuhkan
hujan paling cepat satu jam. Salah satu ciri bila proses penyemaian berhasil adalah
awan menjadi gelap dan keabu-abuan.

2. Saran
Penulisan makalah ini hanya membahas tentang proses peyebab terjadinya
hujan buatan, penulis menyarankan kepada yang berminat lainnya untuk
membahas tentang fenomena-fenomena alam lainnya dalam bidang ilmu fisika.



18
19
DAFT AR PUSTAKA

Achmad,Affandi (2011).Proses Hujan buatan.http://id.shvong.com (30 Desember
2011)

Kohler. 20005, Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta: Erlangga

Lakitan, Benyamin. 2000. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

No name (2010),Proses Terjadinya Hujan.http://www.geografiana.com (20
Desember 2011)

Palmer,joy.2007. Mengenal Ilmu Hujan.Jakarta: Penerbit LIA
Sosrodarsono Suryono dan Takeda Kensaku. 2006. Hidrologi untuk Pengairan.
Jakarta: Pradnya Paramita

Streeter.2002. Mekanika Fluida. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai