Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan berusaha untuk dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen
dengan harga yang terjangkau namun tetap memperhatikan biaya- biaya yang diperlukan
dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Salah satu yang mempengaruhi ialah harga
transfer. Bagi perusahaan yang berorientasi pada desentralisasi, salah satu tantangan utama
dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi dengan merancang sutu metode
akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari pusat laba dari satu ke yang
lain.
Harga transfer adalah biaya atau harga yang dibebankan atas pemindahan suatu
barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahaan. Adanya biaya atau
harga tambahan yang dikenakan pada setiap barang atau jasa yang diproduksi yang
mengalami perpindahan dari satu divisi ke divisi lain dalam kegiatan produksi. Kewenangan
dalam penetapan harga transfer ditentukan oleh masing- masing divisi.
Salah satu contoh perusahaan yang menggunakan harga transfer adalah perusahaan
multinasional. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang selain beroperasi secara
domestik juga mempunya hhubungan afiliasi dengan perusahaan di negara- negara lain.
Perusahaan di berbagai negara tersebut pada hakekatnya berada dibawah kepemilikan atau
penguasaan yang sama dan kurang lebih dikendalikan oleh perusahaan induk di kantor pusat.
Harga transfer juga mempengaruhi keputusan manajemen dalam menetapkan besaran
harga suatu produk atau jasa yang akan dijual ke masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh
masing- masing divisi karena apabila harga transfer yang ditentukan tinggi maka harga jual
produk atau jasa tersebut juga akan menjadi tinggi sehingga akan membuat masyarakat tidak
tertarik untu membeli produk tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi transfer pricing ?
b. Apa tujuan dari transfer pricing ?
c. Apa dampak dari penerapan transfer pricing ?
2

d. Apa prinsip dasar transfer pricing ?
e. Apa saja jenis metode penentuan transfer pricing ?
f. Bagaimana Praktek transfer pricing di perusahaan multinasional ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dari transfer pricing.
b. Untuk mengetahui tujuan penerapan transfer pricing.
c. Untuk mengetahui dampak dari penerapan transfer pricing.
d. Untuk mengetahui prinsip dasar transfer pricing.
e. Untuk mengetahui metode penentuan transfer pricng.
f. Untuk mengetahui praktek di Indonesia transfer pricing.













3

BAB II
KONSEP TEORI
Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional dan Contoh Kasus yang Terjadi pada
Perusahaan di Indonesia
2.1 Definisi Transfer Pricing
Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satu
tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang
suatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer baranga dan jasa dari pusat laba
yang satu ke pusat laba yang lain dalam suatu perusahaan. Hal ini mungkin tak akan menjadi
sulit apabila hanya terjadi dalam sebuah perusahaan dan hanya terjadi dalam sebuah Negara
saja karena beban-beban serta biaya-biaya yang dikeluarkan akan lebih mudah terukur.
Namun, hal ini akan menjadi lebih sulit apabila suatu perusahaan ternyata memiliki berbagai
cabang yang terletak tidak hanya di satu Negara saja. Perusahaan yang seperti itu akan sangat
sulit menentukan harga penjualan dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka
pengawasan dan pengukuran kinerja perusahaan.
Transfer Pricing adalah sebuah cara yang digunakan perusahan untuk kepentingan
usahanya agar semuanya dapat diawasi dengan baik tentunya karena disini kinerja semua
divisi akan terlihat. Namun, beberapa tahun belakangan ini banyak sekali ditemukan berbagai
praktek ilegal dalam transfer pricing. Transfer Pricing digunakan oleh beberapa perusahaan
multinasional untuk mengecilkan pajaknya dan membuat beberapa Negara mengalami
kerugian dalam penerimaan pajak, terutama Indonesia yang memang mengandalkan pajak
dalam APBNnya. Dalam arti sempit, transfer pricing merupakan harga perpindahan barang
atau jasa antara dua pusat laba atau lebih. Sedangkan dalam arti luas, transfer pricing adalah
harga perpindahan barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi. Sedangkan Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) mendefinisikan transfer pricing sebagai harga yang
ditentukan dalam transaksi antar anggota grup dalam sebuah perusahaan multinasional
dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar wajar
sepanjang cocok bagi grupnya. Mereka dapat menyimpang dari harga pasar wajar karena
posisi mereka yang berada dalam keadaan bebas untukmengadopsi prinsip apapun yang
tepat bagi korporasinya.
4

2.2 Tujuan Transfer Pricing
Jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawab bersama atas pengembangan,
pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan
yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Transfer pricing merupakan mekanisme untuk
mendistribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat mencapai tujuan berikut ini:
1. Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita.
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola. Bagi perusahaan multinasional,
secara umum tujuan transfer pricing yang ingin dicapai adalah:
2.3 Dampak Transfer Pricing
Transfer pricing memiliki beberapa dampak, yaitu antara lain:
a. Dampak terhadap ukuran kinerja
Divisi Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer mempengaruhi biaya divisi
pembelian dan pendapatann divisi penjualan. Artinya laba kedua divisi tersebut dipengaruhi
oleh transfer pricing .
b. Dampak terhadap keuntungan perusahaan
Meskipun transfer pricing aktual tidak mempengaruhi perusahaan sebagai satu kesatuan,
penetapan transfer pricing ternyata mampu mempengaruhi tingkat laba yang dihasilkan oleh
perusahaan. Jika transfer pricing mempengaruhi perilaku divisi dan pajak penghasilan,divisi-
divisi yang bertindak secara independen mungkin menentapkan transfer pricing yang
memaksimalkan laba divisi, tetapi menimbulkan pengaruh sebaliknya bagi laba perusahaan
secara keseluruhan.
2.4 Prinsip Dasar Transfer Pricing
Jika ditinjau dari segi ekonomi dan manajemen, konsep dasar transfer pricing adalah:
a. Dari segi ekonomi
5

Dari segi ekonomi, prinsip dasar dari transfer pricing adalah memaksimalkan laba
perusahaan. Sehingga perusahaan harus secara berkala menjual produk sampai dengan titik
dimana tambahan biaya karena adanya tambahan unit yang diproduksi dan dijual (atau
dikenal dengan sebutan marginal cost ) lebih rendah dibandingkan dengan penghasilan yang
diperoleh dari penjualan unittersebut. Dalam hal penentuan harga untuk perusahaan
yangterintegrasi, harga harus ditentukan berdasarkan marginal cost produsen
b. Dari segi manajemen
Dari segi manajemen, transfer pricing lebih ditujukan untuk mengukur kinerja divisi, laba
perusahaan secara keseluruhan, dan otonomi divisi dan menilai motivasi
dan performance setiap divisi yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
2.5 Metode penentuan harga transfer

Ada dua metode penentuan harga yaitu :
a. Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan biaya :
1. Bagaimana menentukan besarnya biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar.biaya aktual tidak boleh digunakan karena
faktor inefisiansi produksi akan diteruskan kepusat laba pembelian.jika biaya standar
yang digunakan maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat
dan untuk meningkatkan standar tersebut.
2. Bagaimana Menentukan Markup laba
Dalam menghitung markup laba juga terdapat dua keputusan,yaitu :
a. Apa dasar markup laba tersebut
b. Tingkat laba yang diperlukan

`b. Biaya Tetap dan Laba Hulu
Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahn yang cukup serius
dalam perusahaan yang terintegrasi.pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke
pihak luar mungkim tidak menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang
terkandung didalam harga pembelian internal.bahkan jika pusat laba terakhir
menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut,pusat laba itu mungkin enggan untuk
6

mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba perusahaan. Berikut metode metode
untuk mengatasi masalah tersebut :
1. Persetujuan antar unit usaha
Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil wakil dari unit
pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga
penjualan ke pihak luar dan pembagian laba untuk produk produk dengan biaya
tetap dan laba bagian hulu yang signifikan.

2. Dua langkah penentuan harga
Membuat harga transfer yang meliputi dua beban. Pertama,untuk setiap unit yang
terjual pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya
variabe lstandar produksi. Kedua, pembebanan biaya berkala (biasanya setiap
bulan) dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya tetap yang berkaitan
dengan pasilitas yang disediakan untuk unit pembelian. Salah satu atau kedua
komponen tersebut harus memasukkan margin laba.

3. Pembagian laba
Jika sistem dua penentuan harga tidak dapat dilakukan maka sistem pembagian
laba(profit sharing ) dapat digunakan untuk memastikan keselarasan antara
kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara
berikut :
a. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variabel standar.
b. Setelah produk tersebut dijual,unit unit usaha membagi kontribusi yang
dihasilkan yang merupakan harga penjualan dikurangi biaya variabel
produksi dan pemasaran.

4. Dua kelompok harga
Dalam metode ini pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada harga jual ke
luar dalam unit pembelian dibebankan dengan total biaya standar. Selisihnya
dibebankan dalam akun kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan unit
usaha dikonsolidasikan. Metode penentuan harga transfer ini terkadang digunakan
ketika ada konflik antara unit pembelian dan penjualan yang tidak dapat diselesaikan
oleh metode yang lain.

7

2.6 Praktek Transfer Pricing Perusahaan Multinasional
Keputusan bisnis sebuah perusahaan sebagian besar juga dipengaruhi oleh pajak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Upaya meminimalisasi beban pajak secara baik
(yang berarti tidak melanggar peraturan perpajakan) sering disebut dengan perencanaan pajak
atau tax planning . Perencanaan pajak merujuk pada suatu proses rekayasa usaha dan
transaksi wajib pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal,tetapi masih
sesuai dengan peraturan perpajakan.
Transfer pricing merupakan bentuk perencanaan pajak yang tidak melanggar
ketentuan perpajakan. Namun, disisi lain praktik transfer pricing dikategorikan sebagai
tindak pidana perpajakan. Praktik transfer pricing sebenarnya telah terjadi di banyak
perusahaan,baik perusahaan domestik maupun multinasional asalkan perusahaan tersebut
melakukan produksi atau kegiatannya dalam divisi-divisi. Hanya saja, efek terhadap pajak
dalam hal ini tidak sama. Perusahaan yang hanya beroperasi di satu negara saja tidak akan
memeberikan efek ke pajak yang sangat signifikan dalam rangka transfer pricing. Hal ini
karena tarif pajak yang digunakan adalah sama. Lain halnya jika dilakukan oleh perusahaan
multinasional dengan beberapa cabang di berbagai negara.
Transfer pricing ini akan sangat signifikan pengaruhnya dalam penerimaan pajak.
Hal ini karena perbedaan tarif pajak yang ada di berbagai negara. Suatu transfer pricing dapat
terjadi karena suatu hubungan istimewa atau afiliasi antara anggota dalam suatu grup
perusahaan multinasional. Suatu transfer pricing sedikitnya melibatkan dua pihak yang
melakukantransaksi, yaitu pihak yang melakukan transfer atau transferor dan pihak yang
menerima transfer atau transferee. Dengan adanya hubungan istimewa ini, perusahaan
multinasional dapat melakukan negosiasi dalam penentuan harga transaksinya. Akibatnya,
harga yang terjadi terkadang bukanlah harga yang sewajarnya atau tidak sesuai juga dengan
harga pasar saat terjadinya transaksi.
Dengan begitu, data-data dalam laporan keuangannya tidak akan sesuai dengan yang
seharusnya. Karena dalam transaksi antar perusahaan anggota dalam suatu grup multinational
transaction ini bisa timbul negosiasi kecenderungannya adalah membuat bebannya seolah
besar dalam perusahaan pembeli. Dalam praktik transfer pricing yang menyimpang ini,
dipertimbangkan pula tarif pajaknya. Untuk negara dengan tarif pajak yang tinggi, pastinya
mereka akan memanipulasi agar penghasilannya rendah dengan mengatur biayanya agar
setinggi mungkin dan mengalihkan penghasilannya kepada yang pajaknya lebih sedikit.
8

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Transfer Pricing pada PT Asian Agri Group (AAG)
PT Asian Agri adalah induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas.
Perusahaan ini milik Sukanto Tanoto, orang terkaya pada tahun 2006 versi majalah Forbes.
Kerugian negara akibat kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT Asian Agri telah
mencapai Rp 1,3 Triliun. Perhatian penuh pemerintah pun diberikan untuk menangani kasus
pajak terbesar sepanjang sejarah perpajakan negeri ini. Dari hasil penyelidikan petugas
diketahui bahwa kapal induk bisnis terbesar kedua dalam kelompok usaha Raja Garuda Mas
itu memanipulasi isi Surat Pemeberitahuan (SPT) Tahunan pajak selama tiga tahun, yakni
sejak tahun 2002 hingga 2005. Modus yang dilakukan oleh PT Asian Agri adalah dengan
menggelembungkan biaya, memperbesar kerugian transaksi ekspor,dan menciutkan hasil
penjualan. Tujuannya adalah meminimalkan profit untuk menekan beban pajak.
Direktorat Jenderal Pajak telah menemukan bukti kuat Asian Agri menggelapkan pajak.
perusahaan ini terbukti menggelembungkan biaya perusahaan sebesar Rp 1,5 Triliuun,
membesarkan kerugian transaksi ekspor sebesar Rp 232 Miliar, dan mengecilkan
hasilpenjualan sebesar Rp 899 Miliar.
Berdasarkan bukti yang ada, hasil penghematan jumlah pajak yang harus disetor
kepada kas negara itu dialirkan dari Indonesia ke sejumlah perusahaan afiliasi PT Asian Agri
di luat negeri, seperti Hongkong, Makao,Mauritius, dan British Virgin Island lewat sejumlah
transaksi. Menariknya lagi,terungkapnya kasus pengelapan pajak yang dilakukan Asian Agri
ini disebabkanoleh laporan dari Vincentius Amin Sutanto, mantan Group Financial
Controller Asian Agri. Vincentius melaporkan bekas perusahaan tempatnya bekerja tersebut
karena tidak mendapatkan pengampunan dari sang taipan atas aksinya membobol rekening
PT Asian Agri senilai US$ 3,1 juta di Bank Fortis,Singapura.
3.2 Analisis Penanganan Kasus
Meskipun pemerintah telah menargetkan kasus PT Asian Agri selesai akhir Maret 2008,
tetapi kenyataannya sampai bulan Februari 2009 masih belum ada keputusan pengadilan
mengenai penyelesaian kasus ini. Di lain pihak, upaya penyelesaian kasus-kasus perpajakan
juga harus mempertimbangkan efisiensi waktu penyelidikian. Jika waktu penyelidikan terlalu
9

lama, sementara bukti sulit ditemukan untuk dibawa ke pengadilan, tentunya upaya
penyelesaian kasus ini akan tidak efisien.
Untuk kasus semacam ini, Direktorat Jenderal Pajak menyelesaikannya di luar
pengadilan. Penyelesaian di luar pengadilan tersebut dipertimbangkan mengingat aspek
kecepatan waktu d an penyelamatan pendapatan negara. Penyelesaian kasus penggelapan
pajak yang dilakukan oleh PT Asian Agri akan membutuhkan waktu yang lama apabila
diselesaikan melalui pengadilan. Hal ini dikarenakan adanya kesulitan dalam menemukan
bukti tindakan transfer pricing dengan menjual CPO dengan harga di bawah harga pasar
dunia yang berbuntut pada penggelapan pajak. Jika kasus-kasus pajak yang sulit dibuktikan
di pengadilan tetap dipaksakan, justru potensi penerimaan negara dapat hilang. Jalur
pengadilan pajak sangat bergantung pada temuan-temuan kantor pajak. Namun, jika sulit
dibuktikan, bisa jadi pengadilan justru memutuskan tidak ditemukan unsur kerugian negara.
Dugaan atau indikasi adanya transfer pricing tersebut harus didukung dengan data-
data secara detail dan akurat mengenai berapa harga pasti penjualan CPO dalam transaksi
yang dilakukan PT Asian Agri ini bisa dilakukan dengan menggunakan meode dan teknik
pemeriksaan sebagaimana yang telah diberikan, misalkan dengan menggunakan metode
harga pasar sebanding. Tidak dibenarkan tindakan asal tuding, melainkan harus ada data yang
pasti. Harga CPO dunia ditentukan atau berpatokan dengan harga pasar dunia di Rotterdam.
Kesulitan pembuktian transfer pricing ini disebabkan harga minyak sawit dunia selalu
berubah-ubah sehingga sulit dicari patokanharga, termasuk membandingkannya dengan harga
pasar CPO di Rotterdam. Ketika kontrak ekspor terjadi, bisa saja harga pasar dunia di
Rotterdam sedang tinggi, tetapi eksportir menjual lebih murah. Belum lagi biaya angkut,pajak
ekspor, dan asuransi.
Beberapa ahli, mengatakan bahwa permasalah kasus Asian Agri ini seharusnya
dapat diselesaikan apabila PT Asian Agri mau membayar utang pokok pajak dan dendanya.
Ancaman pidana hanyalah sebagai solusi terakhir jika WP tetap ingkar. Kasus ini pada
akhirnya tetap dilimpahkan ke pengadilan dan Dirjen Pajak serta Kejagung setuju bahwa
masalah ini adalah kasus pidana.
Kasus ini berakhir pada akhir tahun 2012 dimana Mahkamah Agung memutus kasasi
perkara ini. Asian Agri Group divonis untuk membayar dua kali pajak terhutang Rp. 1,259
triliun sehingga totalnya sebesar Rp. 2,519 triliun. Jumlah ini merupakan rekor tertinggi dalah
sejarah penetapan pajak oleh Ditjen Pajak
10

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Harga transfer adalah biaya atau harga yang dibebankan atas pemindahan suatu
barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahaan. Adanya biaya atau
harga tambahan yang dikenakan pada setiap barang atau jasa yang diproduksi yang
mengalami perpindahan dari satu divisi ke divisi lain dalam kegiatan produksi. Kewenangan
dalam penetapan harga transfer ditentukan oleh masing- masing divisi. Salah satu tujuan dari
harga transfer yaitu agar memberikan informasi yang relevan kepada masing- masing unit
usaha untuk menimbulkan timbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan
perusahaan. Prinsip dasarnnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga
yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari
pemasok luar. Idealnya harga transfer harus mengestimasikan harga normal pasar di luar,
dengan penyesuaian untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika
keputusan perolehan sumber daya mengalami hambatan, harga pasar merupakan harga
transfer yang paling baik. Suatu metode untuk menegosiasikan harga transfer harus dibuat
dan harus pula ada mekanisme arbitrase-nya untuk menyelesaikan permasalahan harga
transfer, tetapi perjanjian ini tidak boleh terlalu rumit sehingga pihak manajemen tidak
membuang banyak waktu.
Ada dua jenis penentuan harga transfer yaitu
1. Harga transfer berdasarkan biaya
a. Bagaimana menentukan besarnya biaya
b. Bagaimana menentukan mark up laba
2. Biaya tetap dan laba hulu
a. Persetujuan antarunit usaha
b. Dua langkah penentuan harga
c. Pembagian laba
d. Dua kelompok harga


11

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen.
Salemba Empat. Jakarta
http://sijenius.wordpress.com/2008/08/09/harga-transfer-definisi-penentuan-aspek-
internasional/ http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/17/sh03.html http://www.scribd.co
m/doc/27107315/
http://pajak.go.id
http://id.scribd.com/doc/45890437/Transfer-Pricing-Pada-an-Multinasional

Anda mungkin juga menyukai