Anda di halaman 1dari 5

Riau Pos

Minggu, 13 Januari 2008


Anggang dari Laut
Cerpen: Pinto Anugrah
"Pergilah! Ikuti aliran batang Kuantan itu, kelak kau akan bertemu ujungnya, di mana air
akan terasa asin di lidahmu. Muara dengan riak ombak yang mendesir, nyanyian yang
mendayu-dayu, yang membuat hati pilu dan layu. Ya, di sanalah tanah Melayu. Carilah
ayahmu! Ia berdiam di laut yang sedidih hingga teratak berair hitam, tempat buaya putih
tengkuk. nggang, itulah nama ayahmu, terkenal dengan julukan !nggang dari "aut#!"
Mengiang, kata-kata itu mengiang. $ertanam di tubuhku yang paling dalam. Masuk ke
darah, mengalir, setiap persendian, ngilu, dan pilu. Menjadi dayung setiap pelayaranku.
"Ingat, %uyuang! Kau bukan lagi anak dari seorang putri raja dengan ibu bernama Puti
&amilan. Kini, kau hanya seorang anak rantau yang men'ari penghidupan baru di tanah
seberang. "ayarilah penghidupanmu, kini kau punya kapal sendiri yang bebas kau kayuh ke
samudra manapun."
(ebuah kapal dagang baru saja melempar jangkar. Petang di bandar Malaka tak
menyurutkan hiruk-pikuknya sebagai bandar dagang yang sangat ramai. Kapal-kapal silih
berganti menurunkan dan menaikkan jangkarnya. %arang-barang dagang tak habis-
habisnya turun dan naik dari kapal-kapal.
"pa yang kau lamunkan, %ujang)"
ku tak menyangka ia akan menyapaku juga. (edari tadi kuperhatikan ia sibuk
menyelesaikan pekerjaannya* mengangkuti peti-peti lada yang hendak diperdagangkan. Ia
seorang kuli angkut di bandar ini, aku mengenalnya pagi tadi di kedai kopi sudut bandar.
"(aya hendak sangat berlayar."
Ia terta+a, lepas, keras sekali. ,ingga orang-orang pun menoleh, kami jadi pusat perhatian.
"Ke mana kau akan berlayar, %ujang)"
"-ntahlah. Ke mana gelombang akan memba+a."
"Kau masih terlalu mentah. Kau tahu, di laut lepas sana lanun-lanun berkeliaran.
Membidikkan meriamnya ke setiap kapal dagang yang le+at. (anggup kau
menghadapinya)"
ku ter'enung, kemudian mengangkat kepala kembali. "%oleh saya tanya sesuatu."
"pa yang hendak kau tanyakan)"
"Kau tahu di mana letaknya laut yang sedidih)"
Ia terkesiap, seketika ia hentikan pekerjaannya. .an langsung berlari, menghilang di balik
kerumunan orang. %andar sangat ramai, aku tak dapat melihat ke arah mana ia lari. $inggal
rasa heranku.
Kembali aku termenung di ujung bandar, menatap laut lepas, dan sesekali pikiranku
melayang entah ke mana. $ak lama ia kembali, namun kali ini ia tak sendiri. .i
belakangnya seorang tua mengikuti. ir mukanya jernih. %a+aannya sangat tenang.
$ampaknya ia seorang tua yang sangat dihormati dan jadi kaul tempat bertanya. Ia
menghampiriku, sangat dekat, memandang lekat-lekat.
Ia berkata setengah berbisik, "(iapa yang kau 'ari, anak dagang)"
ku memandang +ajahnya yang teduh itu. "nggang!"
$ampak ia terkejut, namun keterkejutannya itu dapat ia redam dengan bijak sebagai seorang
tua. ".ari mana kau tahu keberadaan nggang) ,anya orang-orang yang telah lama
berlayar dan lanun-lanun yang tahu akan keberadaan nggang."
"ku anak nggang!"
Kali ini keterkejutannya tak dapat ia sembunyikan. Ia terdiam, beberapa saat.
"(ebaiknya kau, anak dagang, 'epat pergi dari sini! &ika (yahbandar tahu, kau bisa
dirantai."
Ka+anku, kuli angkut, turut mengangguk. Mengiyakan. Meyakinkanku.
.an orang tua itu tampak memandang lurus ke depan, seolah pandangannya dapat
menembus luas lautan. ".atang juga masa itu!"
///
0uang ini gelap sekali, tak ada 'ahaya masuk sedikit pun. ku tersandar di dinding batu
yang lembab dengan kaki terantai dan terpasung ke dinding. Kepalaku terasa berat, tak lagi
berasa apa-apa. ,anya darah dingin yang mulai membeku terasa di bibirku yang sembab.
"sin," umpatku, "(easin air laut..."
$ak dapat kuingat dengan jelas, kejadian itu berlalu begitu 'epat. Menghantamku, membuat
segala yang ada di sekitarku mengelam. Kelam.
$iba-tiba saja ia telah berada di belakangku dengan para hulubalangnya. Mereka langsung
menyekap dan merantaiku. Ka+anku1kuli angkut itu, tak dapat berbuat apa-apa, hanya
memandang nanar ke arahku. (edangkan orang tua itu, ia tersenyum, senyum yang lepas,
"tidak apa, ikuti saja mereka! Itulah jalan untuk bertemu ayahmu!" Kemudian ia
menghilang di antara kerumunan orang yang menonton.
ku diba+a ke sudut bandar, seperti sebuah gudang, tapi aku yakin ini bukanlah sebuah
gudang. .i dalam gelap, hanya bayangan garis +ajah mereka yang dapat kutangkap dengan
mata.
"Kau dari mana)"
"(iak!"
(esuatu mendarat di kepalaku. %egitu keras. Membuat pandanganku mengabur. .an benar-
benar kelam.
///
"$ukar kebebasanmu dengan Pedang (ijana+i!"
Ia duduk berhadap-hadapan denganku. (ebuah meja $urki memisahkan. $ampangnya
begitu dingin, +alau airmukanya kelihatan bersih. ku tak mengenalnya.
"ku tidak tahu pedang apa itu, lagipula aku tidak punya pedang satu pun apalagi pedang
yang kau sebutkan tadi."
$a+anya langsung meledak seperti mun'ung meriam. ku tak mengerti apa yang
diterta+akannya. "%odoh! ku tidak menyangka ia punya anak sebodoh ini."
2rang-orang yang berdiri di sudut ruangan itu pun ikut terta+a.
"$idak perlu kau tahu pedang apa itu, 'ukup kau beritahu di mana keberadaan ayahmu,
maka kau bebas!"
".i laut yang sedidih." ku menja+abnya 'epat.
Ia lalu mengambil sebuah peti dan meletakkannya di atas meja $urki itu. .ikeluarkannya
sebuah peta yang tampak sudah usang dan dikembangkannya seperti mengembangkan layar
kapal ke hadapanku.
"$unjukkan! .i mana laut yang sedidih itu!"
ku sama sekali tak mengerti memba'a peta. Yang kulihat hanya garis-garis hitam yang
tebal dan pada bagian tertentu terdapat garis tipis mengiris. .an tulisan, tulisan rab tanpa
baris, aku dapat memba'anya sedikit-sedikit +alau masih terbata-bata. Kutelusuri tulisan
itu dengan berusaha memba'anya satu persatu.
"Inuk." Kutunjuk sebuah tempat yang dengan mudah dapat kuba'a di peta.
Ia langsung ter'enung, semua ter'enung.
"Inuk)"
"%ukankah Inuk +ilayah kekuasaan raja-raja %ugis di "ingga)"
"Kita tidak bisa masuk ke dalamnya."
"&ika tetap masuk kita akan berperang dengan %ugis-bugis itu."
"(aya tidak per'aya nggang berada di Inuk, (yahbandar."
"Kenapa kau tidak per'aya)"
"Kita lupa, ia itu 0aja "anun yang diburu mun'ung meriam raja-raja Melayu dan diben'i
oleh raja-raja %ugis. $idak mungkin dengan mudahnya ia memberitahukan keberadaannya
pada orang-orang, bahkan kepada anak dan istrinya sekalipun."
(yahbandar langsung memukul meja di hadapanku.
"%udak ini men'oba menipu kita!"
(ebuah benda keras lagi-lagi dihantamkannya ke kepalaku. Membuatku tersungkur ke
meja, darah segar langsung keluar mengalir dengan deras menggenangi meja buatan $urki
itu, membentuk lautku sendiri. $iba-tiba aku seperti tersadar, inikah laut yang sedidih itu)
Mana mungkin, aku menepis pikiran itu.
(amar-samar aku masih mendengar amarah mereka.
"%uang budak ini ke air, biar muara Kampar menguliti tubuhnya, di'abik-'abik buaya.
$idak ada gunanya budak ini di atas kapal kita."
",uh, nggang, 0aja "anun yang menyimpan pusaka segala lanun yang benar-benar li'ik
dan li'in. $idak salah ia dinamakan dengan nggang, mendengarnya saja sudah bikin gatal
seluruh badan apalagi kalau menyentuhnya."
///
"%angun! %angunlah, nakku!"
"Kaukah itu yahku) Kaukah itu nggang)"
"Ya, inilah bentuk +ujudku. $ernyata kau sudah besar, %uyuang. $anggalkanlah nama
ke'ilmu itu! (ekarang kau bernama $un %ujang yang akan me+arisi segalanya dariku."
".i mana) .i mana kau, yah)"
"da di hatimu."
",atiku jauh kutinggalkan bersama Ibu, sebagai ka+an sepinya untuk bersenandung."
"$elah kujemput dengan pusakamu Yamtuan 0aja Ke'ik dan pedang (apu 0ajab, serta 'ap
kuasa atas segala selat dan pesisiran."
"Kita pernah bertemu. %ukankah kau yang di bandar tempo hari)"
"Ya, bentuk lain dari penyamaranku."
".i mana aku saat ini)"
"da dalam dirimu."
"(eperti kabut kau buat segalanya kabur. $idakkah aku sekarang berada di laut yang sedidih
hingga teratak berair hitam, tempat buaya putih tengkuk)"
"$idak. Itupun lebih dikaburkan. Kenapa kau datang ingin menemuiku)"
"Ibu sudah sangat rindu kepadamu. ku ingin memba+amu menemui Ibu."
""aut telah mengikatku!"
"yah!"
".an suatu saat kau pun akan diikat laut!"
"yah!"
"(udah takdirmu kau akan menjadi 0aja "anun dan memegang pusaka pedang (ijana+i!"
"yah!"
"(alamku untuk ibumu!"
"yah!"
"%angun! %angunlah, anakku!
"2h, di mana aku)"
".i rumah. Kau terba+a arus sungai, untung tersangkut akar bakau, kalau tidak mungkin
kau akan digulung arus bendungan dan pulang namanya saja."
"yah! .i mana yah) yah!"
"yahmu belum pulang menangkap ikan sejak pagi."
"%agaimana aku menyusuri Kampar, Ibu) %atang Kampar telah dibendung, air
menggenang membuat danau. %agaimana 'aranya aku sampai ke laut. .an yah,
bagaimana dengan yah)"
"Kau bi'ara apa)"
""aut yang sedidih hingga teratak berair hitam, tempat buaya putih tengkuk. .i mana itu,
Ibu)"
"%angunlah, %uyuang! (adarlah!"
"nggang, ya, nggang. Itukah nama yah, %u)"
"0upanya benturan di kepalamu 'ukup keras, hingga kau men'era'au tidak karuan!"
"yah! Kita tidak akan ketemu yah lagi, %u!"///
Kandangpadati, 3435 6 37

Anda mungkin juga menyukai