0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan5 halaman
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Anggang dari Laut Cerpen: Pinto Anugrah "Pergilah! Ikuti aliran batang Kuantan itu, kelak kau akan bertemu ujungnya, di mana air akan terasa asin di lidahmu. Muara dengan riak ombak yang mendesir, nyanyian yang mendayu-dayu, yang membuat hati pilu dan layu. Ya, di sanalah tanah Melayu. Carilah ayahmu! Ia berdiam di laut yang sedidih hingga teratak berair hitam, tempat buaya putih tengkuk. nggang, itulah nama ayahmu, terkenal dengan julukan !nggang dari "aut#!" Mengiang, kata-kata itu mengiang. $ertanam di tubuhku yang paling dalam. Masuk ke darah, mengalir, setiap persendian, ngilu, dan pilu. Menjadi dayung setiap pelayaranku. "Ingat, %uyuang! Kau bukan lagi anak dari seorang putri raja dengan ibu bernama Puti &amilan. Kini, kau hanya seorang anak rantau yang men'ari penghidupan baru di tanah seberang. "ayarilah penghidupanmu, kini kau punya kapal sendiri yang bebas kau kayuh ke samudra manapun." (ebuah kapal dagang baru saja melempar jangkar. Petang di bandar Malaka tak menyurutkan hiruk-pikuknya sebagai bandar dagang yang sangat ramai. Kapal-kapal silih berganti menurunkan dan menaikkan jangkarnya. %arang-barang dagang tak habis- habisnya turun dan naik dari kapal-kapal. "pa yang kau lamunkan, %ujang)" ku tak menyangka ia akan menyapaku juga. (edari tadi kuperhatikan ia sibuk menyelesaikan pekerjaannya* mengangkuti peti-peti lada yang hendak diperdagangkan. Ia seorang kuli angkut di bandar ini, aku mengenalnya pagi tadi di kedai kopi sudut bandar. "(aya hendak sangat berlayar." Ia terta+a, lepas, keras sekali. ,ingga orang-orang pun menoleh, kami jadi pusat perhatian. "Ke mana kau akan berlayar, %ujang)" "-ntahlah. Ke mana gelombang akan memba+a." "Kau masih terlalu mentah. Kau tahu, di laut lepas sana lanun-lanun berkeliaran. Membidikkan meriamnya ke setiap kapal dagang yang le+at. (anggup kau menghadapinya)" ku ter'enung, kemudian mengangkat kepala kembali. "%oleh saya tanya sesuatu." "pa yang hendak kau tanyakan)" "Kau tahu di mana letaknya laut yang sedidih)" Ia terkesiap, seketika ia hentikan pekerjaannya. .an langsung berlari, menghilang di balik kerumunan orang. %andar sangat ramai, aku tak dapat melihat ke arah mana ia lari. $inggal rasa heranku. Kembali aku termenung di ujung bandar, menatap laut lepas, dan sesekali pikiranku melayang entah ke mana. $ak lama ia kembali, namun kali ini ia tak sendiri. .i belakangnya seorang tua mengikuti. ir mukanya jernih. %a+aannya sangat tenang. $ampaknya ia seorang tua yang sangat dihormati dan jadi kaul tempat bertanya. Ia menghampiriku, sangat dekat, memandang lekat-lekat. Ia berkata setengah berbisik, "(iapa yang kau 'ari, anak dagang)" ku memandang +ajahnya yang teduh itu. "nggang!" $ampak ia terkejut, namun keterkejutannya itu dapat ia redam dengan bijak sebagai seorang tua. ".ari mana kau tahu keberadaan nggang) ,anya orang-orang yang telah lama berlayar dan lanun-lanun yang tahu akan keberadaan nggang." "ku anak nggang!" Kali ini keterkejutannya tak dapat ia sembunyikan. Ia terdiam, beberapa saat. "(ebaiknya kau, anak dagang, 'epat pergi dari sini! &ika (yahbandar tahu, kau bisa dirantai." Ka+anku, kuli angkut, turut mengangguk. Mengiyakan. Meyakinkanku. .an orang tua itu tampak memandang lurus ke depan, seolah pandangannya dapat menembus luas lautan. ".atang juga masa itu!" /// 0uang ini gelap sekali, tak ada 'ahaya masuk sedikit pun. ku tersandar di dinding batu yang lembab dengan kaki terantai dan terpasung ke dinding. Kepalaku terasa berat, tak lagi berasa apa-apa. ,anya darah dingin yang mulai membeku terasa di bibirku yang sembab. "sin," umpatku, "(easin air laut..." $ak dapat kuingat dengan jelas, kejadian itu berlalu begitu 'epat. Menghantamku, membuat segala yang ada di sekitarku mengelam. Kelam. $iba-tiba saja ia telah berada di belakangku dengan para hulubalangnya. Mereka langsung menyekap dan merantaiku. Ka+anku1kuli angkut itu, tak dapat berbuat apa-apa, hanya memandang nanar ke arahku. (edangkan orang tua itu, ia tersenyum, senyum yang lepas, "tidak apa, ikuti saja mereka! Itulah jalan untuk bertemu ayahmu!" Kemudian ia menghilang di antara kerumunan orang yang menonton. ku diba+a ke sudut bandar, seperti sebuah gudang, tapi aku yakin ini bukanlah sebuah gudang. .i dalam gelap, hanya bayangan garis +ajah mereka yang dapat kutangkap dengan mata. "Kau dari mana)" "(iak!" (esuatu mendarat di kepalaku. %egitu keras. Membuat pandanganku mengabur. .an benar- benar kelam. /// "$ukar kebebasanmu dengan Pedang (ijana+i!" Ia duduk berhadap-hadapan denganku. (ebuah meja $urki memisahkan. $ampangnya begitu dingin, +alau airmukanya kelihatan bersih. ku tak mengenalnya. "ku tidak tahu pedang apa itu, lagipula aku tidak punya pedang satu pun apalagi pedang yang kau sebutkan tadi." $a+anya langsung meledak seperti mun'ung meriam. ku tak mengerti apa yang diterta+akannya. "%odoh! ku tidak menyangka ia punya anak sebodoh ini." 2rang-orang yang berdiri di sudut ruangan itu pun ikut terta+a. "$idak perlu kau tahu pedang apa itu, 'ukup kau beritahu di mana keberadaan ayahmu, maka kau bebas!" ".i laut yang sedidih." ku menja+abnya 'epat. Ia lalu mengambil sebuah peti dan meletakkannya di atas meja $urki itu. .ikeluarkannya sebuah peta yang tampak sudah usang dan dikembangkannya seperti mengembangkan layar kapal ke hadapanku. "$unjukkan! .i mana laut yang sedidih itu!" ku sama sekali tak mengerti memba'a peta. Yang kulihat hanya garis-garis hitam yang tebal dan pada bagian tertentu terdapat garis tipis mengiris. .an tulisan, tulisan rab tanpa baris, aku dapat memba'anya sedikit-sedikit +alau masih terbata-bata. Kutelusuri tulisan itu dengan berusaha memba'anya satu persatu. "Inuk." Kutunjuk sebuah tempat yang dengan mudah dapat kuba'a di peta. Ia langsung ter'enung, semua ter'enung. "Inuk)" "%ukankah Inuk +ilayah kekuasaan raja-raja %ugis di "ingga)" "Kita tidak bisa masuk ke dalamnya." "&ika tetap masuk kita akan berperang dengan %ugis-bugis itu." "(aya tidak per'aya nggang berada di Inuk, (yahbandar." "Kenapa kau tidak per'aya)" "Kita lupa, ia itu 0aja "anun yang diburu mun'ung meriam raja-raja Melayu dan diben'i oleh raja-raja %ugis. $idak mungkin dengan mudahnya ia memberitahukan keberadaannya pada orang-orang, bahkan kepada anak dan istrinya sekalipun." (yahbandar langsung memukul meja di hadapanku. "%udak ini men'oba menipu kita!" (ebuah benda keras lagi-lagi dihantamkannya ke kepalaku. Membuatku tersungkur ke meja, darah segar langsung keluar mengalir dengan deras menggenangi meja buatan $urki itu, membentuk lautku sendiri. $iba-tiba aku seperti tersadar, inikah laut yang sedidih itu) Mana mungkin, aku menepis pikiran itu. (amar-samar aku masih mendengar amarah mereka. "%uang budak ini ke air, biar muara Kampar menguliti tubuhnya, di'abik-'abik buaya. $idak ada gunanya budak ini di atas kapal kita." ",uh, nggang, 0aja "anun yang menyimpan pusaka segala lanun yang benar-benar li'ik dan li'in. $idak salah ia dinamakan dengan nggang, mendengarnya saja sudah bikin gatal seluruh badan apalagi kalau menyentuhnya." /// "%angun! %angunlah, nakku!" "Kaukah itu yahku) Kaukah itu nggang)" "Ya, inilah bentuk +ujudku. $ernyata kau sudah besar, %uyuang. $anggalkanlah nama ke'ilmu itu! (ekarang kau bernama $un %ujang yang akan me+arisi segalanya dariku." ".i mana) .i mana kau, yah)" "da di hatimu." ",atiku jauh kutinggalkan bersama Ibu, sebagai ka+an sepinya untuk bersenandung." "$elah kujemput dengan pusakamu Yamtuan 0aja Ke'ik dan pedang (apu 0ajab, serta 'ap kuasa atas segala selat dan pesisiran." "Kita pernah bertemu. %ukankah kau yang di bandar tempo hari)" "Ya, bentuk lain dari penyamaranku." ".i mana aku saat ini)" "da dalam dirimu." "(eperti kabut kau buat segalanya kabur. $idakkah aku sekarang berada di laut yang sedidih hingga teratak berair hitam, tempat buaya putih tengkuk)" "$idak. Itupun lebih dikaburkan. Kenapa kau datang ingin menemuiku)" "Ibu sudah sangat rindu kepadamu. ku ingin memba+amu menemui Ibu." ""aut telah mengikatku!" "yah!" ".an suatu saat kau pun akan diikat laut!" "yah!" "(udah takdirmu kau akan menjadi 0aja "anun dan memegang pusaka pedang (ijana+i!" "yah!" "(alamku untuk ibumu!" "yah!" "%angun! %angunlah, anakku! "2h, di mana aku)" ".i rumah. Kau terba+a arus sungai, untung tersangkut akar bakau, kalau tidak mungkin kau akan digulung arus bendungan dan pulang namanya saja." "yah! .i mana yah) yah!" "yahmu belum pulang menangkap ikan sejak pagi." "%agaimana aku menyusuri Kampar, Ibu) %atang Kampar telah dibendung, air menggenang membuat danau. %agaimana 'aranya aku sampai ke laut. .an yah, bagaimana dengan yah)" "Kau bi'ara apa)" ""aut yang sedidih hingga teratak berair hitam, tempat buaya putih tengkuk. .i mana itu, Ibu)" "%angunlah, %uyuang! (adarlah!" "nggang, ya, nggang. Itukah nama yah, %u)" "0upanya benturan di kepalamu 'ukup keras, hingga kau men'era'au tidak karuan!" "yah! Kita tidak akan ketemu yah lagi, %u!"/// Kandangpadati, 3435 6 37