0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan4 halaman
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
H. Mahdi Soroinda Nasution, SH.M.Hum., arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, Landjono bersama Arvinoor Siregar dan 1 orang lainnya, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Mimpi Berwarna Kelabu Cerpen: Rama Dira J DI SUATU subuh yang berkabut, mendadak Maharani terpental ke dalam sepenggal mimpi berwarna kelabu. Semesta kelabu dan segenap isinya juga kelabu. Sisa bulan purnama kelabu, menggelantung di langit kelabu dengan sinar bergeletar karena tertiup angin yang tentunya kelabu. Embun-embun kelabu menetes dari ujung dedaunan kelabu, untuk kemudian jatuh ke tanah yang kelabu. Demikianlah, seluruhnya adalah kelabu. Di tengah-tengah tanah lapang itu, Maharani melihat ada sekumpulan lelaki yang semuanya berikat kepala, tengah duduk bersila mengelilingi serang paling tua yang memegang !awan di kedua tangan sambil merapalkan serangkaian mantra. Angin lembah yang tak henti bertiup terasa membunuh dinginnya. "amun, tak ada di antara rang-rang itu yang merasakan perihnya irisan-irisan tajam angin itu pada kulit kelabu mereka, sebagaimana Maharani. Maharani memerhatikan mereka satu-satu tapi tak ada wajah kelabu yang bisa dikenalnya, ke!uali satu, wajah suaminya. Maharani berusaha mendekat, memegang bahu laki-laki itu, #Mengapa di sini$# "yngka seperti tak lagi mengenalinya. Matanya marah, sempat memandang sekejap padanya untuk kemudian berpaling, kembali memejam, terbuai dalam dengung mantra milik sang perapal. Maharani tak segera meninggalkan tempat itu sampai pada penghujung mantra dan rang-rang itu kemudian se!ara bergiliran meminum !airan darah dalam !awan, yang warnanya tidaklah merah sebab seperti sudah ditakdirkan, semua yang ada di dalam mimpi itu berwarna kelabu semata. Usai semuanya mendapat giliran, mereka mulai meraung, memukul-mukul tanah, berdiri, mengambil pedang masing-masing, lantas terbang satu-satu bersama angin yang menghembus ke arah pemukiman suku %adu, di kampung sebelah. Mimpi itu belum tuntas ketika Maharani mendapati tubuhnya telah basah peluh, masih terbaring di dalam pelukan "yngka. &embusan napas hangat milik sang suami yang baru menikahinya dua minggu yang lalu itu terus menyapu tengkuknya, membuat bulu-bulu halus di sana bergeletar. Maharani berusaha bangkit menuju jendela, membuka dua daunnya. Ia melihat, semesta di luar yang menyungkup pemukiman suku %adu itu masihlah larut dalam pekat sisa malam. Ia tak lagi bisa memejam kembali sebab pikirannya terus menerawang, menerka- nerka apa gerangan yang dibawa leh mimpi itu, sampai matahari mun!ul dari balik perbukitan. 'ertahun-tahun sebelumnya, sebelum menikah dengan "yngka, ia memang pernah mendengar, ritual sema!am yang ada di dalam mimpinya itu adalah ritual yang biasa dilakukan suku Ayal sebelum berangkat menuju medan perang. Sebagai rang Ayal, "yngka pernah men!eritakan pada Maharani (Maharani adalah keturunan suku %adu, sedangkan "yngka adalah keturunan suku Ayal yang memutuskan untuk bermukim di pemukiman suku %adu setelah menikahi Maharani) bahwa sebelum berangkat perang, kaum laki-laki suku Ayal biasanya melakukan ritual !awan merah. Mereka berkumpul untuk meminum se!ara bergiliran darah hewan yang ditampung dalam satu !awan sebagai upaya untuk mendatangkan kekuatan, sebab setelah usai meminum darah itu, maka rh yang ada di dalam tubuh si peminumnya bukan lagi rh mereka sendiri tapi sudah menjelma menjadi rh perang. *ika sudah kemasukan rh ini, mereka adalah ssk yang baru, prajurit perang yang tak terkalahkan, tak bisa mati, sebab mereka memiliki berlapis-lapis nyawa. +++++ SE'A,AIMA"A malam-malam sebelumnya, malam ini Maharani termenung bimbang, ketika tiba-tiba suaminya duduk terbangun dan merasa aneh menemukan -akta bahwa istrinya duduk membeku di samping dipan bambu pada saat semestinya ia tidur pulas sebagaimana dirinya sebab malam masihlah pekat. Tak bisa tidak, ia pun bertanya. Mulanya Maharani berusaha mengelak. Ia menggeleng, menegaskan tidak terjadi apa- apa. "amun kemudian, "yngka tak segera per!aya. Ia terus mendesak Maharani sampai kemudian bersedia men!eritakan mimpi berwarna kelabu yang selalu menyerang tidurnya dalam malam-malam terakhir ini. Mimpi itu, sungguh mendatangkan perasaan men!ekam pada Maharani. Sampai-sampai, segenap peristiwa yang ada di dalamnya terasa seperti rekaman gambar nyata yang terpampang di depan matanya. "amun, selalu, mimpi itu tak pernah tuntas. Tak berujung, hingga kemudian menyebabkan pikiran Maharani selalu galau, terpaksa menduga-duga apa yang akan terjadi sesudah itu. Mendengar itu, "yngka seperti tersihir sesuatu. .erasaannya menjadi bimbang. Ada sema!am kekhawatiran yang mendadak menghajarnya apalagi dalam mimpi itu ada dia bersama segermblan lelaki lain, tengah melakukan ritual !awan merah. #'enarkah itu$# Ia masih meragukan Maharani. #Tentu/ Aku tak mungkin membual/# #Sungguh aneh...# #Aneh bagaimana$# "yngka tak menjawab pertanyaan Maharani. Ia membatin, $'ukankah perang suku sudah lama tak terjadi$ 'ukankah ritual !awan merah sudah lama dibuang$$ .ikiran berlanjut menyisir menuju masa lalu. 0ala itu ia masihlah b!ah. Di lembah pemukiman suku Ayal, ia menyaksikan sendiri bagaimana Ayahnya berupaya melerai beberapa lelaki Ayal yang beren!ana melakukan ritual !awan merah sebelum terlibat dalam perang suku dengan suku %adu di kampung sebelah. Seperti biasanya apa yang menjadi penyebab ren!ana penyerangan itu adalah masalah saling mengakui siapa sesungguhnya yang layak menempati kawasan lembah itu seluruhnya. Suku Ayal, sebagai suku asli yang sudah sejak lama menempati wilayah lembah itu merasa lebih berhak untuk tinggal di sana, sementara suku %adu yang adalah suku pendatang, tak mau begitu saja pergi meninggalkan wilayah yang sudah mereka tempati. 0edua pihak tak ada yang mau mengalah, sepakat mengadu kekuatan sampai nyawa pungkas. Siapa yang tak mati, dialah pemilik lembah itu. Sampai pada perang suku yang kesekian puluh kalinya, memang tak ada lelaki dari suku Ayal yang meninggal dalam perang suku. 0rban yang meninggal semuanya dari pihak suku %adu. 0etika Ayah "yngka menjabat sebagai kepala suku Ayal baru, dialah yang kemudian mau mengambil jalan damai dalam menyelesaikan kn-lik yang terjadi antara dua suku yang mendiami lembah di kaki gunung itu. Sebagaimana yang disaksikan leh "yngka ke!il, hal pertama yang dilakukan leh Ayah "yngka adalah mendatangi kumpulan lelaki yang akan melakukan ritual !awan merah tadi. Ia men!ba menenangkan mereka dan meyakinkan bahwa penyelesaian masalah dengan pertumpahan darah itu telah membuat rh-rh nenek myang marah. .ara rh nenek myang tak mau lagi tanah lembah ini diktri leh anyir darah. Sekelmpk lelaki ini tak bisa menentang apa yang dikatakan leh Ayah "yngka sebagai kepala suku yang baru. Mereka juga mengiyakan ren!ana Ayah "yngka untuk mendatangi kepala suku %adu demi menawarkan jalan damai, tidak dengan tumpah darah sebagaimana la1imnya terjadi. Ayah "yngka dengan beberapa lelaki dari pemukiman suku Ayal mendatangi pemukiman suku %adu keeskannya dan pulang dengan kabar yang melegakan. Telah disepakati jalan damai. Tanah milik suku Ayal yang sempat diakui sebagai milik suku %adu dikembalikan. Dan sejak saat itulah suku %adu dan suku Ayal sepakat untuk tak lagi terlibat dalam perang suku yang a!ap kali menga!aukan kehidupan kedua pihak di lembah itu. Semenjak itu pula ritual !awan merah tak lagi dijalankan leh suku Ayal. #Seharusnya tak ada lagi ritual !awan merah, meski hanya di dalam mimpi... # .embi!araan suami istri itu tak berujung pada kepastian. 0edua-duanya gundah, kedua- duanya tak bisa memejam meski mereka telah berusaha. ++++++ DI suatu subuh lain yang berkabut, Maharani terbangun. Ia tak mendapati "yngka di sampingnya. Ia terus men!ari-!arinya ketika mendengar ribut-ribut di luar, teriakan- teriakan panik. 2.erang pe!ah. .erang pe!ah. Suku Ayal menyerang...2 .erkampungan suku %adu itu rusuh. Semuanya ka!au balau. 0abarnya, para lelaki suku Ayal sudah berada di ujung Selatan perkampungan. Mereka menyerang membabi buta. Mereka telah membunuh banyak rang %adu sementara mereka sendiri, tak bisa terbunuh. Tanpa sepengetahuan Maharani, sehari sebelumnya telah terjadi perebutan tanah antara beberapa rang suku Ayal dan suku %adu di wilayah perbatasan. Tak ada kesepakatan damai yang ter!apai, hingga pe!ahlah perang sebagaimana yang sering terjadi dua puluh tahun yang lalu. Maharani pun menjadi panik, apalagi "yngka tak ada bersamanya. 'elum reda kepanikan Maharani, ia mendengar suara keras pada pintu yang dihasilkan leh upaya beberapa rang untuk merbhkannya. .intu ambruk dan dari dalam, ia bisa melihat, segermblan lelaki berikat kepala, langsung memandang tajam padanya. Sebelum lelaki tertua masuk, "yngka yang juga serta dalam rmbngan itu, menghalanginya. 2.erempuan yang satu ini, biar aku yang membunuhnya.2 3elaki tertua mengalah dan memberi kesempatan kepada "yngka untuk menuntaskan hasrat membunuhnya meski sesungguhnya ia sudah menghabiskan ratusan nyawa milik rang %adu, sebelum men!apai rumah ini. Dalam perang suku kali ini, suku Ayal tak hanya menyerang kaum lelaki. Mereka menyerang siapa saja rang yang memiliki arma tubuh kas milik suku %adu. 3elaki, perempuan, anak, bayi, semuanya. "yngka melangkah maju, Maharani mundur dengan gerak yang tak kuasa menahan beban badan. 'eberapa kali ia terduduk untuk kemudian susah payah berusaha bangkit dalam !ekaman perasaan tak menentu. Maharani berusaha terus memandang suaminya dengan sepasang mata yang mulai berka!a-ka!a. Ia tahu pasti, meski itu adalah "yngka, rh yang ada di dalam tubuh itu tak akan mengenalnya. Sebentar lagi, ia akan mati dalam tangan rang yang paling di!intai. Dalam detik-detik terakhir menjelang "yngka menghujamkan pedang ke tubuhnya, ia hanya pasrah. Sebenarnya ia ingin membisikkan u!apan selamat tinggal dengan penuh rasa sayang. "amun, ia tak segera bisa melakukannya. "yngka sudah tak berjarak dengannya. "amun, "yngka tak juga segera menghujamkan pedang. Ia justru menarik lengan Maharani lantas membawanya bergegas menerbs pintu belakang, menaruh kedua lengan Maharani pada pundaknya untuk kemudian ia bawa terbang, terus meninggi perlahan, melintasi angin, terus menuju ke arah langit subuh yang tak berbintang. Di bawah mereka, terdengar teriakan para lelaki yang mengumpat, menyumpahi "yngka yang telah mellskan serang perempuan suku %adu yang seharusnya ia bunuh itu. Maharani terus terbang, melintasi waktu, mengitari semesta, dengan terus erat di punggung "yngka yang tiba-tiba hilang dan menyisakan dirinya sendiri, terjatuh ke bawah, dalam hempasan angin, layaknya sehelai bulu merpati, terjatuh perlahan, hingga men!apai taman bunga yang indah, di dunia yang entah. Maharani kebingungan men!ari. Ia memandang ke atas, tak juga bisa menemukan "yngka di mana. Mimpi itu usai, Maharani bangun. 'aru kali inilah mimpi berwarna kelabu itu sampai pada akhir yang demikian. Ia puas, ia tersenyum sebab ia kini telah mengetahui akhir yang sesungguhnya. "amun, senyuman itu segera berakhir karena tak ada "yngka di sampingnya. +++ .angkalpinang, 45 April 65