Anda di halaman 1dari 25

Stkip kusumanegara 11/01/2009

BAB I
PENDAHULUAN

Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah

kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan perundang-undangan.

OTONOMI DAERAH 3
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Dengan otonomi daerah berarti telah memindahkan sebagian besar ke-

wenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah

otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon

tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena

kewenangan membuat kebijakan (perda) sepenuhnya menjadi wewenang daerah

otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan

pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah

(PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan daerah

untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom. Terpusatnya

SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke daerah seiring dengan

pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan pembangunan akan bergeser dari

pusat ke daerah. Menguatnya isu Putra Daerahisme dalam pengisian jabatan akan

menghambat pelaksanaan otonomi daerah, disamping itu juga akan merusak rasa

persatuan dan kesatuan yang telah kita bangun bersama sejak jauh hari sebelum

Indonesia merdeka.

OTONOMI DAERAH 4
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi,

otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan.

Otonomi Daerah menjadi wacana dan bahan kajian dari berbagai kalangan, baik

pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, kalangan akademisi, pelaku ekonomi

bahkan masayarakat awam. Semua pihak berbicara dan memberikan komentar

tentang “otonomi daerah” menurut pemahaman dan persepsinya masing-masing.

Perbedaan pemahaman dan persepsi dari berbagai kalangan terhadap otonomi

daerah sangat disebabkan perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang

digunakan. Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena

semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi

daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan

pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian

sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Semenjak awal kemerdekaan samapi sekarang telah terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan Otonomi

Daerah. UU 1/1945 menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil. UU

22/1948 memberikan hak otonomi dan medebewind yang seluas-luasnya kepada

Daerah. Selanjutnya UU 1/1957 menganut sistem otonomi ril yang seluas-

luasnya. Kemudian UU 5/1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata dan

bertanggung. Sedangkan saat ini di bawah UU 22/1999 dianut prinsip otonoi

daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab

OTONOMI DAERAH 5
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

BAB II
OTONOMI DAERAH DALAM PELAYANAN PUBLIK

Setiap manusia Indonesia dijamin oleh konstitusi, memiliki hak yang

sama untuk mengabdikan diri sesuai dengan profesi dan keahliannya dimanapun

di wilayah nusantara ini.

Yang perlu dikedepankan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana

pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif,

sehingga dapat mendesain standard Pelayanan Publik yang mudah, murah dan

cepat. Untuk menciptakan kelembagaan pemerintah daerah otonom yang

mumpuni perlu diisi oleh SDM yang kemampuannya tidak diragukan, sehingga

merit system perlu dipraktekkan dalam pembinaan SDM di daerah.

2.1. Pajak Anggaran Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah di beberapa daerah telah diwarnai dengan

kecenderungan Pemda untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan cara

membuat Perda yang berisi pembebanan pajak-pajak daerah. Hal ini telah

mengakibatkan timbulnya ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy) sehingga

pengusaha merasa keberatan untuk menanggung berbagai pajak tersebut.

OTONOMI DAERAH 6
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Kebijakan pemda untuk menaikkan PAD bisa berakibat kontra produktif karena

yang terjadi bukan PAD yang meningkat, akan tetapi justru mendorong para

pengusaha memindahkan lokasi usahanya ke daerah lain yang lebih menjanjikan.

Pemerintah daerah harus berhati-hati dalam mengeluarkan Perda tentang

pajak daerah, sehingga pelarian modal ke daerah lain dapat dihindari, dan harus

berusaha memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan untuk menarik investor

menanamkan modal di daerahnya.

Organisasi publik memang berbeda dengan organisasi bisnis karena

organisasi publik memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

Organisasi publik tidak sepenuhnya otonomi tetapi dikuasai faktor-faktor

eksternal.

Organisasi publik secara resmi diadakan untuk pelayanan masyarakat.

Organisasi publik tidak dimaksud kan untuk berkembang menjadi besar

sehingga merugikan organisasi publik lain

Kesehatan organisasi publik diukur melalui :

Kontribusinya terhadap tujuan politik.

Kemampuan mencapai hasil maksimum dengan sumber daya yang tersedia.

Kualitas pelayanan masyarakat yang buruk akan memberi pengaruh politik

yang negatif / merugikan. (Azhar Kasim, 1993 : 20)

OTONOMI DAERAH 7
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Meskipun organisasi publik memiliki cirri-ciri yang berbeda dengan

organisasi bisnis akan tetapi paradigma beru Administrasi Publik yang dipelopori

oleh Ted Gabler dan David Osborne dengan karyanya "REINVENTING

GOVERNMENT" telah memberikan inspirasi bahwa administrasi publik harus

dapat beroperasi layaknya organisasi bisnis, efisien, efektif dan menempatkan

masyarakat sebagai stake holder yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya.

Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan

otonomi daerah antara lain pelayanan publik, formasi jabatan, pengawasan

keuangan daerah dan pengawasan independent.

2.2. Pelayanan Publik

OTONOMI DAERAH 8
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah akan

mempengaruhi minat para investor dalam menanamkan modalnya di suatu daerah.

Excelent Service harus menjadi acuan dalam mendesain struktur organisasi di

pemerintah daerah. Dunia usaha menginginkan pelayanan yang cepat, tepat,

mudah dan murah serta tariff yang jelas dan pasti. Pemerintah perlu menyusun

Standard Pelayanan bagi setiap institusi (Dinas) di daerah yang bertugas

memberikan pelayanan kepada masyarakat, utamanya dinas yang mengeluarkan

perizinan bagi pelaku bisnis. Perizinan berbagai sector usaha harus didesain

sedemikian rupa agar pengusaha tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk

mengurus izin usaha, sehingga tidak mengorbankan waktu dan biaya besar hanya

untuk mengurus perizinan. Deregulasi dan Debirokratisasi mutlak harus terus

menerus dilakukan oleh Pemda, serta perlu dilakukan evaluasi secra berkala agar

pelayanan publik senantiasa memuaskan masyarakat.

Ada hasil penelitian tentang kualitas pelayanan yang perlu dijadikan

pedoman oleh aparat pemda dalam melayani masyarakat di daerah Studi

International menyatakan bahwa tiga 3-6 dari 10 pelanggan akan bicara secara

terbuka kepada umum mengenai perlakuan buruk yang mereka terima. Pada

akhirnya 6 dari 10 pelanggan akan mengkonsumsi barang atau jasa alternatif

(Pantius D, Soeling, 1997, 11). Hasil studi The Tehnical Assistens Research

Program Institute menunjukkan: 95 % dari pelanggan yang dikecewakan tidak

pernah mengeluh kepada perusahaan.

OTONOMI DAERAH 9
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Rata-rata pelanggan yang komplain akan memberitahukan kepada 9 atau

10, orang lain mengenai pelayanan buruk yang mereka terima. 70 % pelanggan

yang komplain akan berbisnis kembali dengan perusahaan kalau keluhannya

ditangani dengan cepat. (Pantius D. Soeling, 1997 : 11).

Dengan demikian pelayanan memegang peranan yang sangat penting

dalam menjaga loyalitas konsumen, demikian pula halnya pelayanan yang

diberikan oleh pemda kepada para pelaku bisnis. Bila merasa tidak mendapat

pelayanan yang memuaskan maka mereka akan dengan segera mencari daerah

lain yang lebih kompetitif untuk memindahkan usahanya.

Penilaian Kualitas Pelayanan menurut Konsumen menurut Zeitmeml Para

suraman Berry yang dikutip oleh Amy YS. Rahayu penilaian kualitas pelayanan

oleh konsumen meliputi Indikator kualitas pelayanan menurut konsumen ada 5

dimensi (Amy Y.S. Rahayu, 1997:11) adalah sebagai berikut :

Tangibles: kualitas pelayanan berupa sarana fisik kantor, komputerisasi

Administrasi, Ruang Tunggu, tempat informasi dan sebagainya.

Realibility: kemampuan dan keandalan dalam menyediakan pelayanan yang

terpercaya.

Responsivness: kesanggupan untuk membantui dan menyediakan pelayanan

secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

Assurance: kemampuan dan keramahan dan sopan santun dalam meyakinkan

kepercayaan konsumen.

OTONOMI DAERAH 10
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Emphaty: sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan payanan kepada

konsumen.

2.3. Pengisian Formasi Jabatan

Formasi jabatan di pemerintah daerah Tk. I maupun Tk. II ada yang bertambah

akan tetapi ada juga yang berkurang, karena harus disesuaikan dengan

kemampuan daerah untuk membiayai perangkat daerah (dinas) sesuai dengan

besarnya pendapatan asli daerah yang dimiliki.

Pengisian formasi jabatan baik untuk jabatan politik maupun untuk

jabatan karir di Instansi daerah sering diwarnai dengan menguatnya isu putra

daerah. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah menyatakan otonomi daerah

sering menimbulkan berbagai gejolak biasanya terkait dengan proses pemilihan

kepala daerah dan pertanggung jawaban kepala daerah. (Republika, 10 Januari

2001). Kasus pemilihan Bupati Sampang Madura yang berlarut-larut sampai saat

ini belum dilantik menunjukkan bahwa belum semua anggota masyarakat di

daerah siap melaksanakan demokrasi di tingkat lokal.

OTONOMI DAERAH 11
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Demokrasi menuntut adanya sikap dewasa dan rasional serta sanggup

untuk menerima adanya perbedaan pendapat termasuk kekalahan dari calon atau

partai yang didukungnya. Sepanjang proses pemilihan Kepala Daerah telah

dilakukan secara demokratis dengan mengikuti aturan main yang telah ditetapkan

maka semua pihak harus siap menerima apapun hasilnya. Dalam demokrasi ada

idiom yang menyatakan bahwa tidak mungkin suatu pilihan memuaskan semua

orang.

Sepanjang pemilihan itu telah memuaskan dan diterima oleh sebagian

besar masyarakat maka hasilnya harus diterima dan disahkan sebagai keputusan

yang legal. Teror, ancam-mengancam secara fisik dan psikis merupakan

manifestasi dari sikap yang belum dewasa dalam berdemokrasi, sehingga hal ini

harus dihindarkan dalam praktek-praktek politik di era reformasi saat ini.

Untuk pengisian formasi jabatan karir pemda hendaknya mengedepankan

profesionalisme sehingga tidak terjebak pada fanatisme sempit berupa kesukuan,

sebab bila hal ini yang ditonjolkan oleh pemda maka selain merugikan pemda

sendiri, juga akan mengusik rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang telah sejak

lama dibangun dan diperjuangkan bahkan jauh sebelum kemerdekaan RI.

Menurut Ibnu Purna untuk dapat mengeliminir terjadinya ego daerahisme

pelaksanaan otonomi daerah harus dilandasi dengan semangat plurarisme dengan

cara mempelajari kembali sejarah pergerakan Nasional dalam memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia (Republika, 22 November 2000).

OTONOMI DAERAH 12
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Strategi pengisian formasi jabatan yang paling valid, adil dan layak di

daerah adalah dengan mengadakan Fit and Proper Test secara obyektif kepada

setiap calon, tanpa melihat dari mana suku dan daerahnya yang penting masih

warga negara Indonesia. Hal ini akan mampu menekan isi kesukuan yang sudah

tidak relevan lagi untuk dipertahankan di era GLOBALISASI karena keaslian dan

kesukuan tidak akan menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas.

Selaiknya dengan profesionalisme akan dapat memberikan kinerja yang

unggul karena pendekatan yang bersifat primordial adalah masa lalu yang harus

segera ditinggalkan. Pembinaan pegawai di pemerintah daerah harus sudah

menerapkan merit system agar kinerja pemda dapat menjadi clean government di

tingkat local sebagai sumbangan untuk menciptakan clean government secara

Nasional.

2.4. Pengawasan Keuangan Di Daerah

OTONOMI DAERAH 13
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Pelaksanaan otonomi daerah telah mengakibatkan terjadinya pergeseran

peran dari Departemen yang berada di Pusat ke Dinas-dinas di daerah. Demikian

juga pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang dahulu dilaksanakan oleh

Pemerintah Pusat dengan Pemimpin Proyek yang diangkat dan ditunjuk oleh

Menteri., kini telah diserahkan kewenangan untuk mengangkat dan menunjuk

Pinpro kepada pemerintah daerah. Diserahkannya kewenangan pelaksanaan

proyek ke daerah berarti diserahkan pula kewenangan pengelolaan keuangan

negara yang cukup besar kepada daerah. Sementara tugas pelaksanaan kegiatan

dari Departemen secara berangsur-angsur akan menciut dan tinggal pembinaan

dengan pembuatan standar-standar baku.

Meningkatnya jumlah anggaran yang dikelola di daerah perlu dibarengi

dengan peningkatan kemampuan pengawasan keuangan di daerah . Sebab

membengkaknya anggaran di pemda bila tidak diikuti dengan pengawasan

keuangan yang memadai tidak tertutup kemungkinan akan menyuburkan praktek

KKN di daerah. Untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pengawasan

keuangan di daerah diperlukan pendistribusian aparat pengawasan (Itjen dan

BPKP) ke daerah tingkat I maupun TK II. Pengawasan keuangan di daerah tidak

dapat sepenuhnya diserahkan kepada DPRD sebab DPRD bersifat politis dan

tidak semua anggota DPRD memiliki staf ahli yang mampu dan menguasai seluk

beluk pelaksanaan keuangan daerah.

2.5. Lembaga Pengawasan Independen

OTONOMI DAERAH 14
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Untuk mengawasi kinerja DPRD yang kini berfungsi sebagai independent yang

bertugas memantau kinerja DPRD. Kewenangan yang cukup besar yang dimiliki

oleh DPRD ini dapat saja disalahgunakan untuk kepentingan para anggota DPRD

sendiri, sementara kepentingan rakyat tetap saja terabaikan. Tugas dari lembaga

ini adalah untuk menekan praktek-praktek politik yang kolusif yang dilakukan

oleh DPRD dan Kepala Daerah. Pada saat penyusunan RAPBD dan penyampaian

Laporan Pertangungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, adalah saat yang

kritis dan perlu mendapat perhatian serius dari segenap lapisan masyarakat agar

tidak terjadi persekongkolan politik yang merugikan kepentingan masyarakat.

Kasus pemberian mobil dinas kepada setiap anggota DPRD telah

mendapat dana sebesar Rp 75.000.000,00 sebagai subsidi pembelian kendaraan.

(Republika, 9 Maret 2001) dinilai oleh sebagian perbuatan yang dilakukan agar

pertanggungjawaban kepala daerah tidak dipermasalahkan oleh DPRD, padahal

masih banyak pos-pos untuk kesejahteraan masyarakat yang perlu dibiayai dari

APBD. Disini jelas bahwa demi memuluskan penilaian atas LPJ gubernur telah

memanjakan DPRD dengan berbagai fasilitas berlebihan.

Di daerah kasus yang hampir sama juga terjadi di Kab. Purbalingga

Jateng dimana utang pribadi anggota Dewan berupa kredit Sepeda Motor senilai

Rp. 450.000.000,00 dilunasi dengan anggaran APBD Kabupaten. Hal ini ada

kaitannya dengan penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bupati yang

disampaikan pada bulan Maret 2001. (Republika, 20 Maret 2001).

OTONOMI DAERAH 15
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Eforia rupanya juga menghinggapi sikap para DPRD sehingga tidak

tertutup kemungkinan para anggota DPRD menyalahgunakan kekuasaan yang

dimiliki. Lembaga pengawasan Independen ini beranggotakan para tokoh

masyarakat, kalangan perguruan tinggi dan LSM yang konsen terhadap Clean

Government sehingga perlu mengawal ketat pelaksanaan otonomi daerah di

seluruh Indonesia, agar otonomi daerah benar-benar mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di daerah, tanpa dibarengi dengan meningkatnya KKN

di seluruh daerah.

OTONOMI DAERAH 16
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

BAB III
PROSPEK OTONOMI DAERAH DI MASA

MENDATANG

OTONOMI DAERAH 17
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

3.1. Otonomi Daerah masa kini

Otonomi Daerah yang dilaksanakan saat ini adalah Otonomi Daerah yang

berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah. Menurut UU ini, otonomi daerah dipahami sebagai kewenangan daerah

otonom untuk menatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

OTONOMI DAERAH 18
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Sedangkan prinsip otonomi daerah yang digunakan adalah otonomi

daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang luas

adalah keleluasaan daerah untuk menyelengarakan pemerintahan yang mencakup

kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik

luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta

kewenangan bidang lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Yang

dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan Daerah untuk

menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara

nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup, dan berkembang di daerah.

sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah

berupa perwujudan pertanggung-jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan

kewenangan kepada Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang dipikul oleh

Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semkain baik, pengembangan

kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang

serasi antara Pusat dan Daerah serta antara Daerah dalam rangka menjaga

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam UU 22/1999 adalah :

Penyelengaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah.

Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan

bertangung jawab.

OTONOMI DAERAH 19
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota.

Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga

tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antara

Daerah.

Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah

Otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada

lagi wilayah administratif.

Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

badan legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawas

maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam

kedudukannya sebagai Wilayah Administratis untuk melaksanakan

pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil

Pemerintah.

Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari

Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada

Desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumber

daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan

mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.

OTONOMI DAERAH 20
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Dalam implementasi kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan UU 22/1999

yang dilaksanakan mulai 1 Januari 2001 terdapat beberapa permasalahan yang

perlu segera dicarikan pemecahannya. Namun sebagian kalangan beranggapan

timbulnya berbagai permasalahan tersebut merupakan akibat dari kesalahan dan

kelemahan yang dimiliki oleh UU 22/1999, sehingga merekapun mengupayakan

dilakukannya revisi terhadap UU 22/1999 tersebut.

Jika kita mengamati secara obyektif terhadap implementasi kebijakan

Otonomi Daerah berdasarkan UU 22/1999 yang baru berjalan memasuki bulan

kesepuluh bulan ini, berbagai permasalahan yang timbul tersebut seharusnya

dapat dimaklumi karena masih dalam proses transisi. Timbulnya berbagai

permasalahan tersebut lebih banyak disebabkan karena terbatasnya peraturan

pelaksanaan yang bisa dijadikan pedoman dan rambu-rambu bagi implementasi

kebijakan Otonomi Daerah tersebut. Jadi bukan pada tempatnya jika kita langsung

mengkambinghitamkan bahkan memvonis bahwa UU 22/1999 tersebut keliru.

3.2. Otonomi Daerah dan Prospeknya di Masa Mendatang

OTONOMI DAERAH 21
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Sebagian kalangan menilai bahwa kebijakan Otonomi Daerah di bawah

UU 22/1999 merupakan salah satu kebijakan Otonomi Daerah yang terbaik yang

pernah ada di Republik ini. Prinsip-prinsip dan dasar pemikiran yang digunakan

dianggap sudah cukup memadai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat dan

daerah. Kebijakan Otonomi Daerah yang pada hakekatnya adalah upaya

pemberdayaan dan pendemokrasian kehidupan masyarakat diharapkan dapat

mememnuhi aspirasi berbagai pihak dalam konteks penyelenggaraan

pemerintahan negara serta hubungan Pusat dan Daerah.

Jika kita memperhatikan prinsip-prinsip pemberian dan penyelenggaraan

Otonomi Daerah dapat diperkirakan prospek ke depan dari Otonomi Daerah

tersebut. Untuk mengetahui prospek tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang kita gunakan

disini adalah aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Dari aspek ideologi , sudah jelas dinyatakan bahwa Pancasila merupakan

pandangan, falsafah hidup dan sekaligus dasar negara. Nilai-nilai Pancasila

mengajarkan antara lain pengakuan Ketuhanan, semangat persatuan dan kesatuan

nasional, pengakuan hak azasi manusia, demokrasi, dan keadilan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Jika kita memahami dan

menghayati nilai-nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan Otonomi

Daerah dapat diterima dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

bernegara. Melalui Otonomi Daerah nilai-nilai luhur Pancasila tersebut akan dapat

diwujudkan dan dilestarikan dalam setiap aspek kehidupan bangsa Indonesia .

OTONOMI DAERAH 22
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Dari aspek politik , pemberian otonomi dan kewenangan kepada Daerah

merupakan suatu wujud dari pengakuan dan kepercayaan Pusat kepada Daerah.

Pengakuan Pusat terhadap eksistensi Daerah serta kepercayaan dengan

memberikan kewenangan yang luas kepada Daerah akan menciptakan hubungan

yang harmonis antara Pusat dan Daerah. Selanjutnya kondisi akan mendorong

tumbuhnya dukungan Derah terhadap Pusat dimana akhirnya akan dapat

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Kebijakan Otonomi Daerah sebagai

upaya pendidikan politik rakyat akan membawa dampak terhadap peningkatan

kehidupan politik di Daerah.

Dari aspek ekonomi , kebijakan Otonomi Daerah yang bertujuan untuk

pemberdayaan kapasitas daerah akan memberikan kesempatan bagi Daerah untuk

mengembangkan dan meningkatkan perekonomiannya. Peningkatan dan

pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah. Melalui kewenangan yang

dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, daerah akan

berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan

dan kemampuan. Kewenangan daerah melalui Otonomi Daerah diharapkan dapat

memberikan pelayanan maksimal kepada para pelaku ekonomi di daerah, baik

lokal, nasional, regional maupun global.

OTONOMI DAERAH 23
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Dari aspek sosial budaya , kebijakan Otonomi Daerah merupakan

pengakuan terhadap keanekaragaman Daerah, baik itu suku bangsa, agama, nilai-

nilai sosial dan budaya serta potensi lainnya yang terkandung di daerah.

Pengakuan Pusat terhadap keberagaman Daerah merupakan suatu nilai penting bgi

eksistensi Daerah. Dengan pengakuan tersebut Daerah akan merasa setara dan

sejajar dengan suku bangsa lainnya, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap

upaya mempersatukan bangsa dan negara. Pelestarian dan pengembangan nilai-

nilai budaya lokal akan dapat ditingkatkan dimana pada akhirnya kekayaan

budaya lokal akan memperkaya khasanah budaya nasional.

Selanjutnya dari aspek pertahanan dan keamanan , kebijakan Otonomi Daerah

memberikan kewenangan kepada masing-msing daerah untuk memantapkan

kondisi Ketahanan daerah dalam kerangka Ketahanan Nasional. Pemberian

kewenangan kepada Daerah akan menumbuhkan kepercayaan Daerah terhadap

Pusat. Tumbuhnya hubungan dan kepercayaan Daerah terhadap Pusat akan dapat

mengeliminir gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia .

OTONOMI DAERAH 24
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

Memperhatikan pemikiran dengan menggunakan pendekatan aspek

ideologi, politik, sosal budaya dan pertahanan keamanan, secara ideal kebijakan

Otonomi Daerah merupakan kebijakan yang sangat tepat dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Hal ini berarti bahwa kebijakan Otonomi Daerah

mempunyai prospek yang bagus di masa mendatang dalam menghadapi segala

tantangan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasya-rakat, berbangsa dan

bernegara.

Namun demikian prospek yang bagus tersebut tidak akan dapat terlaksana

jika berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi tidak dapat diatasi dengan

baik. Untuk dapat mewujudkan prospek Otonomi Daerah di masa mendatang

tersebut diperlukan suatu kondisi yang kondusif diantaranya yaitu :

Adanya komitmen politik dari seluruh komponen bangsa terutama

pemerintah dan lembaga perwakilan untuk mendukung dan memperjuangkan

implementasi kebijakan Otonomi Daerah.

Adanya konsistensi kebijakan penyelenggara negara terhadap

implementasi kebijakan Otonomi Daerah. Kepercayaan dan dukungan masyarakat

serta pelaku ekonomi dalam pemerintah dalam mewujudkan cita-cita Otonomi

Daerah. Dengan kondisi tersebut bukan merupakan suatu hal yang mustahil

Otonomi Daerah mempunyai prospek yang sanat cerah di masa mendatang. Kita

berharap melalui dukungan dan kerjasama seluruh komponen bangsa kebijakan.

Otonomi Daerah dapat diimplementasikan dalam penyelenggaraan pemerintahan

di daerah.

OTONOMI DAERAH 25
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

BAB IV
PENUTUP

Pelaksanaan otonomi daerah me mungkinkan pelaksanaan tugas umum

Pemerintahan dan tugas Pembangunan berjalan lebih efektif dan efisien serta

dapat menjadi sarana perekat Integrasi bangsa. UU No. 22 1999 jauh lebih

Desentralistik dibandingkan dengan UU No. 5 1974 namun karena pelaksanaan

nya berbarengan dengan pelaksanaan Reformasi yang mengakibatkan efuria-

efuria di kalangan masyarakat maka pelaksanaan otonomi daerah dapat juga

diwarnai efuria baik dari Kepala daerah maupun dari para anggota DPRD.

Untuk menjamin agar pelaksanaan otonomi daerah benar-benar mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, maka segenap lapisan

masyarakat baik mahasiswa, LSM, Pers maupun para pengamat harus secara terus

menerus memantau kinerja Pemda dengan mitranya DPRD agar tidak

disalahgunakan untuk kepentingan mereka sendiri, transparansi, demokratisasi

dan akuntabilitas harus menjadi kunci penyelenggaraan pemerintahan yang baik

good government dan Clean government.

Bila semua daerah otonom dapat menyelenggarakan pemerintahan secara

bersih dan demokratis, maka pemerintah kita secara nasional pada suatu saat nanti

entah kapan mungkin juga akan dapat menjadi birokrasi yang bersih dan

professional sehingga mampu menjadi negara besar yang diakui dunia.

OTONOMI DAERAH 26
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc
Stkip kusumanegara 11/01/2009

PEFERENSI

Amy Y.S. Rahayu, 1977, Fenomena Sektor Publik dan Era Service Quality,

dalam Bisnis dan Birokrasi No. 1/Vol. III/April/1997.

Pantius D Soeling 1997, Pem berdayaan SDM untuk peningkatan

pelayanan, dalam Bisnis Birokrasi No. 2/Vol III/Agustus/1997.

Azhar Kasim 1993, Pengukuran Efektifitas dalam Organisasi, Lembaga

Penerbit FEUI bekerjasama dengan Pusat antar universitas Ilmu-ilmu Sosial

UI.

Harian Umum Republika edisi 22 November 2000, 10 Januari 2001, 9

Maret 2001 dan 20 Maret 2001.

UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 5 1974.

Martani Huseini, 1994 Penyusunan Strategi Pelayanan Prima dalam suatu

perspektif Reengineering, dalam Bisnis dan Birokrasi. No. 3/Vol

IV/September 1994.

Penghargaan Abdi Satyabakti dalam manajemen pembangunan, Info Pan

1995 No. 13/IV / Oktober/1995

Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) ©2006

OTONOMI DAERAH 27
Mahmud.sgh@gmail.com
www.chisella.co.cc

Anda mungkin juga menyukai