PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BATURAJA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmatNya sehingga makalah Analisis Horizontal dan Vertikal Laporan Keuangan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah seminar manajemen keuangan. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa prodi manajemen sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen kami minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
Baturaja, 20 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Depan Kata Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan 1.3 Rumusan Masalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian laporan keuangan 2.1.1 Analisis laporan keuangan 2.1.2 Analisis Horizontal Dan Vertikal 2.1.3 Perbedaan Analisis Horizontal Dan Vertikal 2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan 2.2.1 Laporan Neraca 2.2.2 Laporan Laba Rugi 2.2.3 Laporan Perubahan Ekuitas 2.2.4 Laporan arus Kas BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Horizontal BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam memilih metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Kebebasan dalam memilih metode ini, dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berbeda-beda di setiap perusahaan. Karena aktivitas perusahaan yang dilingkupi dengan ketidakpastian maka penerapan prinsip konservatisme menjadi salah satu pertimbangan perusahaan dalam kaitannya dengan akuntansi dan laporan keuangannya. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka pendapatan dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya cenderung tinggi. Akibatnya, laporan keuangan akan menghasilkan laba yang terlalu rendah (understatement). Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Secara tradisional, konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan melalui pernyataan tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi megantisipasi semua kerugian (Watts, 2003a) Untuk menjalankan sebuah usaha di butuhkan perencanaan dan perlunya menganalisis laporan keuangan agar dapat berjalan dengan baik. Analisis adalah proses perencanaan yang terdiri beberapa bagian atau komponen yang saling berhubungan atau berkesinambungan agar mendapatkan pengertian yang berupa sumber informasi yang tepat serta memiliki pemahaman arti keseluruhan. Salah satu analisis itu adalah analisis laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan data keuangan dari suatu perusahaan dari suatu perusahaan sampai seberapa jauh aktivitas perusahaan dan bagaimana tingkat keberhasilan perusahaan selama satu tahun. Untuk itu Laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus transparan, wajar, mudah dipahami dan dapat diperbandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Laporan laba rugi. Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal yang dimiliki suatu perusahaan pada periode tertentu. Neraca ini dapat disusun setiap saat serta merupakan hasil dari situasi posisi keuangan perusahaan. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukkan penghasilan dari aktivitas suatu perusahaan pada periode tertentu. Agar sebuah usaha bekerja secara efisien dibutuhkan analisis laporan keuangan, salah satu metode anlisis laporan keuangan adalah analisis horizontal (dinamis) atau analisis trend yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda yang bergerak dari tahun ke tahun (periode). Melalui latar belakang masalah diatas, bahwa pentingnya analisis laporan keuangan sebagai informaasi bagi pihak pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan pengelolaan Listrik dan untuk menilai keadaan keuangannya, maka kami tertarik untuk memilih judul Analisis Horizontal pada Laporan Keuangan PT Perusahaan Listrik Negara ( Persero )
I.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui pengertian dari jenis jenis laporan keuangan 2. Mengetahui cara analisis horizontal dan vertikal laporan keuangan 3. Mampu menjelaskan hubungan dari masing-masing jenis laporan keuangan. 4. Untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT Perusahaan Listrik Negara ( Persero ) pada tahun ( periode ) 2010 sampai 2011, Berdasarkan analisis Horizontal pada laporan keuangan.
1.3 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaiman kondisi keuangan pada PT Perusahaan Listrik Negara ( Persero ) pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011, berdasarkan analisis horizontal.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan (financial statement) adalah hasil akhir dari akuntansi yang merupakan suatu ringkasan transaksi keuangan. Laporan keuangan disajikan dengan maksud memberikan informasi mengenai posisi harta, utang, dan modal serta perolehan laba atau rugi yang menunjukkan hasil aktivitas yang terjadi dalam rumah tangga perusahaan dan membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan.
Seperti dalam perusahaan jasa, pada umumnya laporan keuangan yang disusun dalam perusahaan dagang meliputi: 1. Laporan Laba/Rugi, 2. Laporan Perubahan Modal, 3. Neraca, 4. Laporan Arus Kas.
Laporan Keuangan biasanya dilaporkan oleh perusahaan publik sebanyak empat kali, dalam periode per tiga bulanan. Tiap laporan biasanya harus sudah bisa diumumkan pada hari terakhir bulan berikut per masing-masing periode tiga bulanan, misal laporan Maret harus sudah keluar akhir April, laporan Juni harus keluar Juli, dst. Pengecualian adalah laporan keuangan periode terakhir pada triwulan ke-4 yang juga dianggap sebagai laporan keuangan tahunan, karena laporan tahunan harus diaudit, maka penerbitannya agak lama dan biasanya maksimal tanggal 31 Maret setiap tahunnya. Kadangkala ada perusahaan yang agak terlambat menerbitkan laporannya. Kita perlu menaruh perhatian untuk kasus- kasus ini. Apa ada masalah dengan keuangan perusahaan sehingga proses pelaporan harus menunggu agak lama. Ada beberapa cara untuk mendapatkan laporan keuangan: Dari media massa tempat dimuatnya laporan keuangan. Cara ini paling tidak efisien karena kita harus minimal berlangganan media tersebut, biasanya adalah harian bisnis yang terkemuka seperti Bisnis Indonesia, Investor Daily, atau harian umum Kompas. Dari Situs perusahaan terkait. Tapi cara ini juga kurang efisien karena kadang-kadang perusahaan jarang memutakhirnya situs mereka. Dari Situs IDX (Bursa Efek Indonesia). Ketika kode emiten yang terkait dan Anda akan bisa mengakses sejarah dokumen yang diterbitkan perusahaan, termasuk laporan keuangannya. Dari buku laporan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan perusahaan. Pada bagian akhir buku ini biasanya terdapat laporan keuangan untuk tahun buku yang dimaksud. Cara terakhir, menghubungi sekretaris perusahaan. Ini bila Anda kesulitan mengakses dari berbagai metode di atas 2.1.1 ANALISA LAPORAN KEUANGAN Analisa laporan keuangan adalah Suatu analisa yang dilakukan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan, prestasi kerja dan kinerja perusahaan di masa lalu sampai saat ini serta prospeknya dimasa datang, yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak- pihak yang berkepentingan. Manfaat Analisa Laporan Keuangan
1. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan perusahaan di bidang keuangan 2. Mengetahui Kinerja Perusahaan 3. Membantu dalam pengawasan perusahaan 4. Membantu pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan 5. Melihat perkembangan usaha perusahaan selama beberapa waktu.
Macam-macan Analisis laporan Keuangan
Analisis Time Series dan Cross Sectional : 1. Analisis Trend atau time series adalah analisis rasio perusahaan untuk beberapa periode. 2. Analisis Cross Sectional, dengan analisis ini analis membandingkan rasio-rasio perusahaan (company ratio) dengan rata-rata rasio perusahaan sejenis atau industri (rasio rata-rata/rasio standard) untuk waktu yang sama. Analisis Commond Size dan Analisis Index 1. Analisis Commond Size, untuk membuat perbandingan elemen-elemen laporan keuangan dengan command base-nya 2. Analisis Index, memilih tahun dasar sebagai commond base-nya elemen-elemen laporan keuangan pada periode lain dibandingkan dengan elemen-elemen laporan keuangan yang sama dengan tahun dasar tersebut Tujuan Laporan kuangan 1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen(stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna Analisa Laporan keuangan o Management Pemegang Saham Kreditur Supplier Pemerintah Karyawan Konsumen Masyarakat
Jenis Jenis Analisa Laporan Keuangan Analisa Horizontal Analisa Vertikal Analisa Trend Analisa Rasio Analisa horizontal Adalah analisa yang membandingkan suatu pos dalam laporan keuangan dengan pos yang sama tetapi pada periode yang berbeda. Perubahan Rupiah = Angka periode tahun berjalan Angka periode tahun dasar Perubahan Prosentase = Perubahan Rupiah dibagi angka periode tahun dasar x 100. Analisa vertikal adalah Analisa yang membandingkan pos dalam suatu laporan keuangan dengan pos lainnya yang dijadikan tolak ukur dalam 1 periode yang sama.Pos dalam laporan keuangan yang lazim dijadikan tolak ukur adalah penjualan dan total aktiva. Ada tiga teknik yang sering digunakan dalam analisa laporan keuangan yaitu. 1. Perubahan nilai rupiah dan persentase (indeks) pada laporan keuangan, atau sering disebut sebagai analisa horisontal. 2. Laporan ukuran-umum (commonsize statements), atau sering oikenal sebagai analisa vertikal. 3. Rasio keuangan atau dikenal sebagai analisa rasio. Berdasarkan pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa analisa laporan keuangan adalah analisa keuangan perusahaan yang melibatkan neraca dan laba rugi.
2.1.2 Analisis Horizontal dan Vertikal
Analisis Horizontal Analisis horizontal dilakukan dengan cara jumlah setiap akun laporan keuangan tahun berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada periode sebelumnya untuk mengetahui kenaikan atau penurunan yang terjadi pada akun tersebut. Kenaikan atau penurunan tersebut dibagi dengan akun periode sebelumnya dan dikali dengan seratus persen untuk mengetahui persentase kenaikan atau penurunan pada akun tersebut dan kenaikan atau penurunan jumlah pos dihitung sebagai persentase kenaikan atau penurunan.
Analisis Vertikal Analisis Vertikal menitikberatkan pada hubungan financial antar pos pos laporan keuangan satu periode. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masing masing pos aktiva dinyatakan sebagai persen dari total aktiva. Masing masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal terhadap laporan laba-rugi, masing masing pos dinyatakan sebagai persen dari total pendapatan atau penghasilan.
2.1.3 Perbedaan Analisis horizontal dan Vertikal pertama, analisis vertikal membandingkan pos yang satu dengan yang lain dalam satu periode sedangkan pada analisis horizontal membandingkan dengan pos yang sama pada periode yang berbeda. kedua, total angka pos-pos yang dibandingkan pada analisis vertikal bila dikumulatifkan sbesar 100%, sedangkan pada analisis horozontal, periode pembanding ditetapkan sebesar 100% sehingga angka pada periode yang dibandingkan bisa diatas atau dibawah 100%. ketiga, dari sisi tujuannya analisis vertikal diaplikasikan untuk mengetahui kontribusi masing-masing pos terhadap angla total, sedangkan pada analisis horizontal digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan dan perkembangan masing-masing pos. oleh karena itu analisisi horizontal sering juga disebut sebagai analisis tren (trend analysis) 2.2. Jenis Jenis Laporan Keuangan 2.2.1 Laporan Neraca Seperti namanya, laporan neraca (balance sheet) berguna untuk menimbang posisi keuangan perusahaan. Ada sisi kiri untuk Aset dan sisi kanan untuk Kewajiban dan Ekuitas. Dalam istilah akuntansi kadang-kadang aset disebut sebagai Aktiva, sedang Kewajiban disebut sebagai Pasiva (atau liabilities). Perlu diperhatikan penggambaran kiri dan kanan hanyalah kiasan. Bisa saja laporan aset dilaporkan lebih dulu di posisi atas, setelah itu laporan kewajiban di bawahnya. Tak usah pusing dengan istilah-istilah ini. Yang penting kita paham bahwa konsep dasarnya adalah adanya aset (harta yang dimiliki perusahaan) akan menyebabkan adanya kewajiban (harta yang dimiliki oleh pemodal dan orang lain). Ada aturan akuntansi penting yaitu kedua sisi neraca harus bernilai sama. Maka disebut seimbang (balance). Aturan ini agar kita bisa mengecek di mana letak posisi harta perusahaan agar bisa dipantau kesehatan keuangannya. Dari neraca inilah orang lain dapat membaca di mana, kemana, dan kapan keuangan perusahaan berubah. Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari: kas atau setara kas, benda tak bergerak (seperti tanah, gedung) dan juga barang bergerak seperti kendaraan, dan bahkan ada juga harta non fisik (seperti nilai yang dibayar untuk akuisisi anak perusahaan). Aset juga meliputi piutang perusahaan, pajak yang sudah dibayar di muka, serta biaya-biaya yang sudah dibayar di muka. Prinsipnya segala sesuatu yang berniai yang bisa diakui milik perusahaan itulah disebut aset. Kewajiban dan Ekuitas menunjukkan asal muasal harta perusahaan berasal. Kewajiban terdiri dari: hutang perusahaan pada pihak lain, pajak yang belum dibayar, uang muka dari pihak lain, biaya sewa yang masih berjalan. Ekuitas sendiri menunjukkan hak milik dari pemegang saham yang terdiri dari dua komponen, yaitu: modal usaha dan nilai laba usaha (atau kerugian usaha). Prinsipnya segala sesuatu yang kanan, atau Kewajiban dan Ekuitas ini. Yang dimaksud dengan Neraca adalah laporan yang berisi harta (asset), utang atau kewajiban-kewajiban pada pihak lain (liebilities) beserta modal (capital) dari suatu perusahaan pada saat bisa diakui milik pihak lain akan masuk neraca bagian tertentu. Oleh karena itu Neraca terdiri dari tiga kelompok, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Untuk kelompok aktiva di klasifikasikan dari tingkat likuiditasnya (mudah diuangkan).Klasifikasi untuk aktiva : a.Aktiva lancar (Current assets) b. Aktiva tetap (Fixed assets)
Aktiva Lancar Terdiri dari semua aktiva yang mudah dijadikan uang dalam jangka waktu yang relatif pendek. Aktiva lancar pada umumnya terdiri dari: 1. Kas: uang tunai, uang di bank, cek, wesel pos, dan tabungan di bank 2. Wesel Tagih (Not Receivable): surat janji (promes) yang datang dari seseorang tentang kesanggupan membayar pada tanggal tertentu. Wesel (promes) ini dapat dijual seketika untuk dijadikan uang tunai. 3. Piutang Dagang (Account Receivable): yaitu tagihan kepada para langganan baik perorangan atau perusahaan sebagai akibat dari kegiatan perusahaan piutang pada umumnya mempunyai jangka waktu yang tetap sesuai dengan perjanjian. 4. Persediaan Barang (Merchandise Inventory): terdiri dari barang dagangan yang sengaja dibeli untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan perusahaan. 5. Perlengkapan Toko (Store Sapplies): yaitu semua perlengkapan toko seperti kertas pembungkus, peti-peti kemasan, karton dan sebagainya. 6. Perlengkapan Kantor (Office Supplies): terdiri dari alat-alat tulis seperti kertas tik, kertas stensil, pensil, amplop, blanko-blanko surat, dan sebagainya. 7. Biaya-biaya yang dibayar di muka (Prepaid Expence): yaitu seluruh biaya-biaya yang telah dibayar lebih dahulu walaupun belum masanya. Karena biaya ini telah dibayar di muka, maka kita mempunyai tagihan. Contoh: uang muka sewa.
Aktiva Tetap (Fixed/PlantAssets) Terdiri dari aktiva yang sifatnya relatif tetap dan mempunyai jangka waktu perputaran lebih dari satu tahun. Aktiva ini dapat berwujud atau tidak berwujud. Adanya aktiva tetap ini untuk menjalankan aktivitas perusahaan bukan untuk dijual. Termasuk di dalamnya antara lain: 1. Peralatan Kantor (Office Equipment): uaitu peralatan kantor yang tahan lama seperti: meja, kursi, lemari arsip, mesin tik dan peralatan lainnya. 2. Alat Pengangkut (Delivery Equipment): sarana perusahaan yang dipakai untuk mengangkut barang seperti: truk, gerobak, dan sebagainya. 3. Gudang (Building): yaitu bangunan perusahaan baik untuk tempat usaha seperti toko atau kantor. 4. Mesin-mesin (Machinery): yaitu mesin-mesin untuk memperoduksi barang seperti mesin cetak, mesin pintal, tenun, dan sebagainya. 5. Tools (alat-alat): ialah alat-alat untuk menjalankan perusahaan misalnya kunci, catok, dongkrak dan sebagainya. Inilah kelompok yang termasuk akun harta, perusahaan semakin besar, semakin banyak kelompok harta baik harta lancar atau harta tetap. Pasiva (liabilities) adalah kewajiban perusahaan yang harus dibayar kepada pihak ketiga (kreditur). Pasiva (liabilities) sesuai dengan jangka waktu atau umurnya dibagi dalam: 1. Utang jangka pendek (current liabilities) Utang jangka pendek, yaitu utang yang harus segera dilunasi, paling lambat umur dari utang ini satu tahun. Yang termasuk utang jangka pendek di antaranya: a) Utang Wesel/Wesel Bayar: yaitu wesel yang harus kita bayar kepada pihak lain yang pernah kita berikan kepadanya. Biasanya umur utang wesel adalah 30 hari, 60 hari, atau 90 hari. b) Utang Dagang (Account Payable): utang kepada rekanan (suplier) yaitu utang dalam rangka kegiatan perusahaan, atau utang ini terjadi karena membeli barang yang belum dibayar. c) Biaya-biaya yang harus dibayar: yaitu biaya-biaya yang belum kita lunasi dalam periode pembukuan tertentu. Misalnya utang gaji, utang upah dan utang-utang biaya lainnya. 1. Utang jangka panjang (long term liabilities) Utang jangka panjang (long term liabilities), yang termasuk utang ini adalah semua utang yang pembayarannya relatif lama. Seperti utang obligasi (bond payable), utang hipotek (mortage payable), dan sebagainya. Komponen terakhir dari pasiva adalah modal (capital). Modal/capital diperoleh dari selisih atau nilai lebih assets dengan liabilities. Nilai lebih ini merupakan hak dari pemilik perusahaan. Secara teknis urutan penyusunan Neraca adalah sebagai berikut: a) Menuliskannama perusahaan. b) Menuliskan jenis laporan, dalam hal ini Neraca. c) Menuliskan saat keadaan keuangan perusahaan itu dilaporkan, misalnya tanggal, bulan dan tahun tertentu. d) Menyajikan aktiva, kewajiban dan modal disusun sesuai dengan ketentuan, dan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia. Penyusunan Neraca dapat dilakukan dalam 2 cara: 1. Bentuk laporan (Staffel) 2. Bentuk Scontro Sumber penyusunan Neraca diambil dari kertas kerja lajur Neraca dengan ketentuan sebagai berikut: a) untuk aktiva berada di lajur Neraca sebelah debet. b) untuk kewajiban datanya di lajur Neraca sebelah kredit. c) untuk modal diambil dari modal akhir hasil laporan perubahan modal.
2.2.2 Laporan Laba/Rugi (I ncome Statement)
Seperti namanya, laporan ini mengungkap bagaimana kinerja perusahaan, apakah menghasilkan keuntungan atau kerugian. Di dalam laporan ini kita dapat melihat jumlah pendapatan bersih (net revenues/sales), serta biaya (beban) untuk mewujudkan penjualan tersebut baik berupa bahan baku dan biaya utama lainnya. Setelah dikurangi beban pokok inilah akhirnya kita bisa membaca yang namanya laba kotor (gross profit/income). Laba kotor artinya laba yang diperoleh dari hasil operasi penjualan sebelum dikurangi biaya-biaya lain yang tidak berhubungan dengan penjualan. Dari sana kita bisa tahu biaya administrasi untuk menjalankan perusahaan, biaya pemasaran, dll. Setelah dikurangi biaya rutin perusahaan inilah maka kita akan mendapatkan yang namanya laba usaha (operating income). Tapi nilai ini belum dipotong oleh pajak, biaya laba/rugi kurs dll. Setelah dikurangi biaya pajak dan kurs inilah maka kita akan mendapatkan nilai akhir yang bernama laba bersih (net income). Angka inilah yang merupakan keuntungan/kerugian perusahaan. Nilai akhir dari laba bersih inilah yang kemudian bisa diatribusikan kepada pemegang saham. Dalam laporan ini biasanya kita juga bisa mendapatkan data laba bersih per saham. Seandainya ada perusahaan yang tidak mencantumkan angka ini, bisa kita hitung sendiri dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah saham beredar. Laporan laba/rugi menggambarkan sumber-sumber penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan usahanya, dan jenis-jenis beban yang harus ditanggung perusahaan. Jadi, laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan dan beban pada akhir periode akuntansi. Laporan laba rugi atau perhitungan laba rugi dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut. a. Bentuk Langsung (Single Step) Penyajian laporan laba/rugi dengan bentuk single step dilakukan dengan menjumlahkan semua pendapatan menjadi satu, demikian pula bebannya. Setelah itu dicari selisihnya untuk mengetahui laba dan rugi.
b. Bentuk Bertahap (Multiple Step) Penyajian laporan laba/rugi dengan bentuk multiple step dilakukan dengan memisahkan antara pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha, serta memisahkan pula antara beban usaha dan beban di luar usaha. Setelah itu mencari selisihnya sehingga akan diperoleh laba atau rugi bersih
2.2.3 Laporan Perubahan Ekuitas/Modal (Capital Statement) Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menunjukkan adanya perubahan modal yaitu dari modal awal menjadi modal akhir. Hal-hal yang perlu diperhitungkan atau yang memengaruhi dalam penyusunan laporan perubahan modal antara lain: a. besarnya modal awal periode, b. adanya laba atau rugi usaha, c. adanya pengambilan pribadi pemilik atau prive, d. adanya investasi tambahan dari pemilik, e. besarnya modal akhir periode. Laporan perubahan modal hanya lazim berlaku dibuat pada perusahaan perseorangan, persekutuan atau firma, dan CV. Sementara itu, untuk perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) istilah untuk laporan perubahan modal adalah laporan laba ditahan (returned earning statement).s
2.2.4. Laporan Arus Kas Inilah laporan penting lain yang berguna sebagai mekanisme kontrol apakah pelaporan laba/rugi atau neraca tadi benar. Seperti kita ketahui, kalau ada penjualan barang kepada perusahaan lain, biasanya perusahan tidak langsung menerima dana yang bisa dimasukkan kas, tetapi transaksi penjualan ini akan dimasukkan dalam posisi akuntansi. Inilah gunanya laporan arus kas, di sini kita bisa mengontrol apakah penjualan menghasilkan kas atau tidak. Dalam laporan arus ini ada tiga macam laporan utama berikut: Arus kas dalam aktivitas operasi, berupa penerimaan/pengeluaran uang yang didapat dari jual/beli barang atau jasa, juga pembayaran kas untuk pemasok, karyawan, dll. Arus kas dalam aktivitas investasi, berupa penerimaan/pengeluaran uang dari komponen yang dianggap sebagai unsur investasi. Unsur yang dianggap investasi biasanya kegiatan keuangan lain guna mendapatkan imbal balik baik langsung atau tidak langsung. Kegiatan investasi misalnya pembelian tanah, pembangunan pabrik, atau juga penyertaan modal di perusahaan lain. Arus kas dalam aktivitas pendanaan, berupa penerimaan/pengeluaran uang dari komponen yang dianggap sebagai pendanaan (financing). Suatu misal perusahaan bisa menjual barang kepada perusahaan lain, seluruh stok habis, tapi sayangnya pembayaran baru selesai tiga bulan berikutnya. Maka perusahaan melakukan operasi pendanaan (baca: hutang ke bank) untuk mendapatkan kas segar guna membiayai produksi dan menyediakan stok guna penjualan berikutnya. Seiring perusahaan mendapatkan pembayaran maka mereka bisa membayar kepada bank yang masuk dalam operasi investasi ini. Laporan arus kas ini penting sekali agar kita bisa paham posisi keuangan dalam kondisi yang sebenarnya, yaitu perputaran uang yang sesungguhnya, bukan posisi keuangan dalam pos akuntansi.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Analisis Horizontal Analisis Horizontal Laporan Keuangan pada PT PLN ( persero ) Sebagai Berikut : 1. Aktiva Lancar Secara keseluruhan aktiva lancar perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp 13.779.056 atau 30,1 % . Hal ini dapat di telusuri sebagai berikut : a) Kas dan setara kas mengalami kenaikan sebesar Rp 2.371.295 atau 12 % hal ini terjadi akibat saldo uang perusahaan dan saldo rekening bank perusahaan akibat peningkatan penjualan. b) Piutan usaha mengalami kenaikan sebesar Rp 629.655 atau 29,1 % c) Persediaan mengalami kenaikan sebesar Rp 5.726.791 atau 57,7 % . . 1. Aktiva tetap Aktiva tetap perusahaan secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar Rp 43.849.225 atau 13,5 % . 1. Kewajiban Lancar Kewajiban lancar mengalami kenaikan sebesar Rp 7.969.124 atau 14,5 % . 1. Kewajiban Jangka Panjang Mengalami kenaikan sebesar Rp. 43.692.585 atau 26,5 % di sebab kan adanya kenaikan pendapatan sebesar Rp 4.461.770 atau 19,6 % . 1. Ekuitas Mengalami kenaikan sebesar Rp 5.666.572 atau 3,8 % di sebabkan karena penyetoran dana oleh pemegang saham sebesar Rp 5.667.221 atau 3,8 % . 1. Pendapatan Usaha Meningkat sebesar Rp 45.642.529 atau sebesar 28,1 % disebabkan karena permintaan pelanggan yang selalu meningkat di tambah lagi subsidi dari pemerintah yang meningkat cukup banyak.. Peningkatan ini membuktikan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan cukup baik. 1. Laba Kotor Sebelum Pos Keuangan Seiring dengan peningkatan yang terjadi pada pendapatan usaha, laba kotor juga mengalami peningkatan sebesar Rp 1.353.301 atau 10,2 % . Peningkatan ini atas laba tersebut baik bagi perusahaan karena peningkatan pada penjualan lebih besar. 1. Beban Usaha Beban usaha mengalami peningkatan sebesar Rp 44.289.228 atau 29,7 % ini disebabkan karena adanya peningkatan pada bahan bakar dan pelumas sebesar Rp 36.362.281 atau 43,2 % dan pembelian tenaga listrik sebesar Rp 4.500.004 atau 17,8 % jadi, total beban usaha mengalami peningkatan dan sebaiknya perusahaan mengantisipasi agar biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sehingga laba yang diperoleh lebih besar. 1. Beban Keuangan Mengalami kenaikan sebesar Rp 1.743.230 atau 29 % . 1. Laba Tahun Berjalan Laba tahun berjalan mengalami penuruna sebesar Rp 2.899.392 atau 28,7 % ini diakibatkan saldo beban beban tersebut berpengaruh pada berkurangnya laba yang diperoleh, sehingga penting bagi perusahaan untuk meminimalkan beban tersebut.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Laporan keuangan (financial statement) adalah hasil akhir dari akuntansi yang merupakan suatu ringkasan transaksi keuangan. Laporan keuangan disajikan dengan maksud memberikan informasi mengenai posisi harta, utang, dan modal serta perolehan laba atau rugi yang menunjukkan hasil aktivitas yang terjadi dalam rumah tangga perusahaan dan membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan. Seperti dalam perusahaan jasa, pada umumnya laporan keuangan yang disusun dalam perusahaan dagang meliputi: 1. laporan laba/rugi, 2. laporan perubahan modal, 3. neraca, 4. laporan arus kas. Analisis Horizontal Analisis horizontal dilakukan dengan cara jumlah setiap akun laporan keuangan tahun berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada periode sebelumnya untuk mengetahui kenaikan atau penurunan yang terjadi pada akun tersebut. Kenaikan atau penurunan tersebut dibagi dengan akun periode sebelumnya dan dikali dengan seratus persen untuk mengetahui persentase kenaikan atau penurunan pada akun tersebut dan kenaikan atau penurunan jumlah pos dihitung sebagai persentase kenaikan atau penurunan. Analisis Vertikal Analisis Vertikal menitikberatkan pada hubungan financial antar pos pos laporan keuangan satu periode. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masing masing pos aktiva dinyatakan sebagai persen dari total aktiva. Masing masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal terhadap laporan laba-rugi, masing masing pos dinyatakan sebagai persen dari total pendapatan atau penghasilan. Dari analisis horizontal tersebut kenaikan pendapatan penjualan adalan trend yang baik yang mungkin disebabkan oleh penambahan investasi. Tetapi hal ini tidak diimbangi oleh kenaikan laba tahun berjalan, karena beban-beban usaha mengalami kenaikan dalam persentase yang besar.
4.2. Saran Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran yang bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i sangatlah diharapkan untuk membantu prosses penulisan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
SOEMARSO, S.R.,Akuntasi Suatu Pengantar; Salemba Empat; Jakarta:2005.s http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063114-jenis-jenis-laporan-keuangan/ http://bolasalju.com/2012/02/16/laporan-keuangan-2-empat-jenis-laporan-keuangan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi http://ssbelajar.blogspot.com/2012/09/laporan-keuangan-perusahaan-dagang.html Diposkan oleh farhand di 21.00. Rabu, 04 Maret 2009 Diposkan oleh Venezia Amanda di 06.02 http://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan http://blogdeta.blogspot.com/2009/03/analisa-laporan-keuangan.html www.google.co.id http://id.shvoong.com/
Rasio Likuiditas Adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31). Rasio likuiditas terdiri dari : 1. Current Ratio Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus : Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar) Pada tahun 2010, CR = (227.819.168.461 / 123.450.557.939) = 1,845 Kesimpulan: setiap Rp.1 utang lancer dijamin oleh 1,8 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,8 : 1 1. Acid test ratio (Ratio Immediate Solvency) Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Rumus : Quick Ratio = ((Aktiva Lancar Persediaan) / Hutang lancar)) Pada tahun 2010, ((QR = 227.819.168.461 82.424.270.814 / 123.450.557.939)) = 1.17 Kesimpulan: rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan PT.COLORPACK INDONESIA 1,17 maka keadaanya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan. Ratio Solvabilitias Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid. 1. Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas) Merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya . Rumus: Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100% pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 134.499.083.729) x 100% = 1,04 = 100% Kesimpulan: perusahaan dibiayai oleh utang 100% untuk tahun 2010 menunjukan kreditor menyediakan Rp.100,- untuk setiap Rp.100 1. Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rumus: Total Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100% Pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 275.390.730.449) = 0,511 = 51% Kesimpulan: pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.51,- dibiayai dengan utang dan Rp.49 disediakan oleh pemegang saham. Ratio Rentabilitas Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah : 1. Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor) Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rumus : GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100% Pada tahun 2010, = (62.009.766.595 / 516.581.827.768) 100% = 0,12 = 12% Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan laba kotor dari pejualan bersih adalah sebesar 12% 1. Net Profit Marginal (Margin Laba Bersih) Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rumus: NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100% Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 516.581.827.768) 100% = 0,05 = 5% Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih adalah sebesar 5% 1. c. Operating Profit Margin untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik RUMUS: OPM = (Laba usaha / Penjualan Bersih) x 100% Pada tahun 2010, = (39.294.864.546 / 516.581.827.768) x 100% = 0,07 = 7% Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia untuk laba besar. 1. Return of Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. RUMUS: ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100% Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 275.390.730.449) x 100% = 0,10 = 10% Kesimpulan: laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan adalah sebesar 10% 1. Return of Equity Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut. RUMUS: ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100% Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 134.499.083.729) x 100% = 0,021 = 2% Rasio Perputaran Piutang Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang. RUMUS: Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha) Kesimpulan: dalam hasil ini tingkat pengembalian atau imbal balik perusahaan terhadap investor setiap tahunnya adalah sebsar 2% Yang dimaksudkan dengan Penjualan dalam formula ini adalah: total nilai penjualan untuk periode yang diukur, 1 Jan s/d 31 Des 2012 misalnya. Sedangkan Rata-rata Piutang adalah: Rata-rata saldo piutang untuk periode yang sama. Menghitung nilai rata-rata ini yang kadang menjebak. Dalam menghitung rata-rata saldo piutang, terkadang seseorang hanya menggunakan saldo awal dan saldo akhir piutang, dijumlahkan, lalu dibagi dua. Misalnya: Yang diambil hanya saldo piutang dagang per 31 Januari ditambah saldo piutang dagang per 31 Desember, lalu dibagi dua. Cara ini akan menghasilkan nilai rata-rata piutang yang tidak tepat. Cara terbaik untuk menghitung nilai rata-rata piutang adalah dengan jalan: menjumlahkan semua saldo piutang disepanjang periode (dari 31 Jan + 28 Feb + 31 Mar. dan seterusnya hingga 31 Desember), lalu dibagi total bulanatau 12 jika perusahaan menggunakan periodisasi tahunan.
kenaikan/penurunan kenaikan / penurunan 2008 2009 2009-2008 2009 2010 2010-2009 Rp % Rp % AKTIVA KAS 6,750,145 8,139,304 1,389,159 20.58% 8,139,304 9,975,712 1,836,408 22.56% GIRO PD BANK INDONESIA 9,945,696 12,893,414 2,947,718 29.64% 12,893,414 19,989,683 7,096,269 55.04% GIRO PD BANK LAIN 3,420,288 9,081,086 5,660,798 165.51% 9,081,086 5,658,116 (3,422,970) -37.69% Penyisihan kerugian penurunan nilai (34,208) (90,811) (56,603) 165.47% (90,811) (63) 90,748 -99.93% 3,386,080 8,990,275 5,604,195 165.51% 8,990,275 5,658,053 (3,332,222) -37.06% PENEMPATAN PD BANK INDONESIA