Anda di halaman 1dari 20

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis bahan bakar minyak pada tahun 70- an, cukup memberikan kejutan bagi
negara-negara industri.2Akibatnya, Negara-negara industry berlomba untuk
mengembangkan sumber energy alternative seperti energi matahari, dan energi yang
bersumber dari biomassa. Pengembangan energy baru dan terbarukan di Indonesia
menjadi salah satu program strategis pemerintah Indonesia untuk mengurangi
ketergantungan akan bahan bakar minyak. Salah satu sumber energy alternative yang
prospektif untuk dikembangkan adalah bioetanol yang merupakan satu-satunya pengganti
bensin yang dikenal saat ini. Singkong dan tandan kosong kelapa sawit menjadi sumber
bioetanol yang sangat potensial dikarenakan persediannya yang melimpah di Indonesia.
Etanol adalah salah satu diantaranya yang dapat digunakan sebagai sumber energi
dari konversi biomassa seperti biji-bijian, umbi akar, molase, maupun sari buah. Salah
satu sumber lignosellulosa yang terdapat dalam jumlah yang berlimpah dan murah
harganya di Indonesia adalah limbah padat dari industri kelapa sawit dimana Indonesia
merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua dunia pada tahun 2003 dengan total
produksi sebesar 10,5 juta ton (Ditjenbun, 2004). Limbah padat dari perkebunan kelapa
sawit terdiri dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS), serat, cangkang, batang pohon dan
pelepah daun. TKKS merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses pengolahan
tandan buah segar (TBS) dengan jumlah 22-23% TBS (Darnoko, 1992).
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dikebunkan
oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat
pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk
menjadi Negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu diharapkan orang-
orang Indonesia akan yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai
keteknik pengelolahan hasil panen harus berlaku professional.




2

B. Identifikasi masalah
Masalah yang dibahas dalam percobaan ini adalah :
a. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit dalam pengolaan menjadi bioetanol
b. Penggunaan ragi roti ( Sacharomyes cereviceae ) terhadap hasil bioetanol
c. Penggunaan tandan kosong kelapa sawit dalam mengurangi limbah kelapa sawit

C. Batasan masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada:
1. Bahan baku fermentasi adalah gula dari hidrolisis selulosa yang berasal dari
tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
2. Ragi yang digunakan adalah ragi yang berasal dari ragi roti
3. Lama fermentasi adalah 48 jam

D. Rumusan masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses
pengolahan tandan kosong kelapa sawit menjadi bioetanol dan pengaruh konsentrasi ragi
roti dan lama fermentasi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan.

E. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui capa pembuatan bioethanol dari TKKS
2. Mengetahui pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi ragi roti terhadap kadar
bioetanol yang dihasilkan.

F. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan:
1. Dapat memberikan informasi ilmiah dalam pemanfaatan limbah padat TKKS
untuk menghasilkan bioetanol dengan menggunakan ragi roti.
2. Dapat memberikan informasi kadar bioetanol yang dihasilkan untuk penelitian
lebih lanjut.


3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tandan kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama berlignin selulosa yang
belum termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan kelapa sawit (Elaeis
guineensis). Basis satu ton tandan buah segar akan dihasilkan minyak sawit kasar
sebanyak 0,21 ton (21%) , minyak inti sawit sebanyak 0,05 ton (0,5%) dan sisanya
merupakan limbah dalam bentuk tandan kosong, serat dan cangkang biji yang masing
masing sebanyak 0,23 ton (23%), 0,135 ton (13,5%) dan 0,055 ton(5,5%) (Darnoko,
1992).


Tandan kelapa sawit Pohon kelapa sawit

Padahal tandan kosong kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan menjadi
barang yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan baku bioetanol. Hal ini karena
tandan kosong kelapa sawit banyak mengandung selulosa yang dapat dihirolisis menjadi
glukosa kemudian difermentasi menjadi bioetanol. Kandungan selulosa yang cukup tinggi
yaitu sebesar 45% menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan bioetanol (Aryafatta, 2008).
Selama ini pengolahan/pemanfaatan TKKS oleh perkebunan kelapa sawit (PKS)
masih sangat terbatas yaitu dibakar dalam incinerator, ditimbun (open dumping),
dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit, atau diolah menjadi kompos. Namun karena
adanya beberapa kendala seperti waktu pengomposan yang cukup lama sampai 6 12
bulan, fasilitas yang harus disediakan, dan biaya pengolahan TKKS tersebut. Maka cara
cara tersebut kurang diminati oleh PKS. TKKS cocok dikembangkan sebagai bahan baku
4

pembuatan bioetanol. Sehingga ketika diolah menjadi bioetanol dapat menghasilkan
rendemen yang cukup besar sehingga harga jual bioetanol yang dihasilkan dapat lebih
murah. Adapun komposisi TkKS adalah sebagai berikut :

Tabel Komposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS)

Komposisi TKS Dasar Kering (%)
Selulose 45,95
Hemiselulase 22,84
Lignin 16,49
Abu 1,23
N 0.53
Minyak 2,41
Tandan kosong kelapa sawit merupakan produk limbah dari industry kelapa sawit.
Bagian luar dari buah kelapa sawit yang tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Sebanyak 23% dari tandan buah segar yang diproses oleh industry kelapa sawit
merupakan tandan kosong kelapa sawit. TKKS masih dianggap sebagai limbah yang
mengganggu oleh perusahaan dan penanganan yang tidak tepat terhadap TKKS
mengakibatkan pecemaran lingkungan (Zaini 2009).
a. Manfaat
Industry kelapa sawit selain berfungsi sebagai pembuatan bioetanol juga
menghasilkan limbah lainnya berupa serat kelapa sawit dari daging buah (perikarp)
kelapa sawit serta cangkang inti sawit. Namun kedua jenis limbah ini dapat digunakan
secara langsung sebagai bahan bakar berbasis biomassa dalam pabrik. Hal ini dikarenakan
kandungan air serat kelapa sawit serta cangkang inti sawit yang menunjang untuk
langsung dibakar.
B. Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan
bahan baku hayati. Etanol adalah ethyl alkohol (C
2
H
5
OH) yang dapat dibuat dengan cara
sintesis ethylen atau dengan fermentasi glukosa. Etanol diproduksi melalui hidrasi
katalitik dari etilen atau melalui proses fermentasi gula menggunakan ragi Saccharomyces
cerevisiae. Beberapa bakteri seperti Zymomonas mobilis juga diketahui memiliki
5

kemampuan untuk melakukan fermentasi dalam memproduksi etanol (Bambang
Prastowo, 2007).
Bioetanol didapatkan dari hasil hidrolisis dari gula kompleks kemudian
dilanjutkan dengan fermentasi oleh mikroorganisme dan pemurnian menggunakan
distilasi. Nilai kalor dari bioetanol mencapai 66% dari nilai kalor gasoline, namun
memiliki nilai oktan yang lebih tinggi. Sehingga apabila dicampur dengan bensin dalam
mesin akan meningkatkan performa bahan bakar dibandingkan dengan penggunaan bahan
bakar gasoline biasa. Selain itu karena menggunakan hasil pertanian sebagai bahan
bakunya, maka bioetanol juga mengandung jauh lebih sedikit pencemar seperti sulfur
oksida yang banyak ditemukan pada gasoline dan merupankan salah satu polutan kota.
Secara umum, bahan baku dari bioetanol adalah semua hasil pertanian yang mengandung
gula. Baik gula sederhana (contohnya mollase di tebu), amilum (pati di singkong), serta
selulosa (tandan kelapa sawit) (Goldemberg and Guardabassi 2009).
a. Manfaat
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternative memiliki keunggulan
karena dapat dicampur dengan gasoline dalam berbagai tingkat kemurnian ataupun
dibakar secara murni tanpa menyebabkan kerusakan atau perubahan konfigurasi mesin
pada mesin busi biasa. Kegunaan ethanol/bioethanol (alkohol) berdasarkan literatur
adalah sebagai berikut: Berdasarkan (Fessenden, 1992) kegunaan ethanol adalah:
Digunakan dalam minuman keras.
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri.
Sebagai bahan bakar.
Etanol merupakan bahan bakar yang jika dicampur dengan gasoline dimana
prosentase 10% etanol dan 90% gasoline akan menghasilkan produk dengan nama dagang
Gasohol. Berdasarkan (Austin, 1984) kegunaan ethanol adalah :
Sebagai bahan industri kimia.
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran.
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
6

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa kimia lain,
seperti asetaldehid, etil asetat, asam asetat, etilene dibromida, glycol, etil klorida, dan
semua etil ester.
Berdasarkan (Uhligh, 1998) kegunaan ethanol adalah :
Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan kosmetik.
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar.

C. Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
Khamir (yeast) merupakan jasad renik (mikroorganisme) yang pertama yang
digunakan manusia dalam industri pangan. Orang-orang Mesir zaman dahulu telah
menggunakan yeast dan proses fermentasi dalam memproduksi minuman beralkohol dan
membuat roti lebih dari 5000 tahun yang lalu.
Khamir ini nerupakan mikroorganisme uniseluler yang masuk dalam Kingdom
Fungi. Anggota kingdom tersebut lainnya yang membentuk jaringan hifa (miselium)
disebut Kapang (mould). Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk
menyerupai jamur. Khamir yang sering digunakan pada fermentasi etanol adalah
Saccharomyces cereviseae, S.uvarium, Schizosaccharomyces sp., Kluyveromyces sp.
(Lackhe, 2002). Khamir yang sangat potensial untuk fermentasi etanol adalah
Saccharomyces cereviseae karena memiliki daya konversi menjadi etanol sangat tinggi,
metabolismenya sudah diketahui, metabolit utama berupa etanol, CO
2
, dan air dan sedikit
menghasilkan metabolit lainnya. Fermentasi ini membutuhkan kondisi yang sedikit aerob,
pH 4,0 - 4,5, suhu 300C dan kadar gula 10 18% (Frazier dan Westhoff, 1978).
Saccharomyces cerevisiae, merupakan Khamir yang paling popular dalam
pengolahan makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam industry wine dan bir.
Dalam bidang pangan, khamir digunakan dalam pengembangan adonan roti dan dikenal
sebagai ragi roti.(Nur Hidayat, 2006).
Ragi adalah mikroorganisme penghasil etanol yang paling dikenal saat ini.
Efesiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan cara mengabolisasi sel mikroorganisme
yang digunakan. Amobilisasi sel bertujuan untuk membuat sel menjadi tidak bergerak
atau berkurang ruang geraknya sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan
subtract yang diberikan hanya digunakan untuk menghasilkan produk.(Putra A.E &
Surya, R.P, 2006). Saccharomyces merupakan genus khamir /ragi/yeast memiliki
7

kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO
2
. Ciri-ciri spesies
Saccharomyces cerevisiae
1. Mikroorganisme bersel Satu
2. Tidak berklorofil
3. Tumbuh baik pada suhu 30
o
C dan pH 4,8.
4. Mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi



















8

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
BATAN Serpong- Tangerang pada hari Kamis 02 Oktober 2014
B. Alat dan bahan
a. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
b. Mikroorganisme S. Cerevisiae
c. Bahan kimia (H
2
SO
4
0,5%, NaOH, yeast ekstrak,dll)

C. Langkah kerja
Penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap , yaitu
1. Penghilangan lignin biasa disebut dengan getah kayu (pretreatment). Proses ini
terbagi menjadi dua yaitu secara fisik dengan pengecilan ukuran di ubah
menjadi bentuk serbuk kemudian yang kedua yaitu proses penghilangan lignin
secara kimiawi dengan cara memecah lignin menggunakan tenaga dan tekanan
tinggi 8-9bar. Proses ini untuk menghilangkan lignin untuk mengambil bagian
selulosa yang akan dijadikan bioethanol.
2. Hidrolisis dan sacarifikasi
Hidrolisis yaitu proses yang mengubah selulosa dan hemilosa menjadi gula
gula pendek sedangkan sacarifikasi mengubah gula-gula pendek menjadi
glukosa. Hidrolisis dilakuakn pada suhu 50
o
C, PH 4,8-5,5 dan waktu selama
24 jam. Proses hidrolisis ke sacarifikasi sekitar 12 jam
3. Fermentasi
Proses ini yaitu proses perubahan glukosa menjadi etanol dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme yaitu yeast. Suhunya 32
o
C dengan
waktu 48-72 jam. Proses ini ditandai dengan turunnya glukosa berarti etanol
meningkat.
4. Destilasi dan Dehidrasi
Destilasi yaitu pemisahan etanol hasil fermentasi dengan ampasnya.
Persentase alcohol berkisar 70-80%, kemudian dilakukan retrifikasi yaitu
9

pemisahan etanol dengan air sampai persentase alcohol mencapai 95%
sedangkan dehidrasi adalah proses untuk membuat etanol sesuai standar SNI
yaitu persentase mencapai 99,5%

10

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
a. Proses pembuatan Bioethanol
Proses pembuatan bioetanol yang dilakukan disini adalah dalam skala besar.
Bahan dasar pembuatan bioetanol yang sering kami gunakan adalah bonggol jagung
(zea mays) dan tandan kosong kelapa sawit (Elaeis guineensis). Proses cara
keseluruhannya memiliki tahapan.
Pretreatment dan konversi TKKS menjadi bioetanol menjadi 3 buah bagian
utama, yaitu proses tretreatment TKKS menjadi chip TKKS, proses sakarifikasi dan
fermentasi TKKS cacahan menjadi bioetanol. TKKS yang telah dipisahkan dari
tandan buah kelapa sawit segar akan diberi perlakuan pendahuluan terlebih dahulu
sebelum dikonversi menjadi bioethanol. Metode pretreatment dibagi dalam 2 langkah,
yaitu pencacahan TKKS menjadi chip serta pemecahan structural Kristal selulosa dan
hemiselulosa. Proses pencacahan tersebut dinamakan pretreatment secara fisika.
Proses fisikanya dengan pengecilan ukuran bahan sampai menjadi serbuk. Proses
tersebut dengan menggiling TKKS menjadi kepingan kecil dengan menggunakan
mesin pencacah atau penggiling. Tujuan pencacahan dilakukan untuk memperluas
luas permukaan TKKS sebelum pretreatment kimia.
Sementara itu, pemecahan struktur selulosa dan hemiselulosa secara kimia
bertujuan untuk merusak struktur lignoselulosa yang menghalangi proses fermentasi
oleh enzim. Terdapat beberapa metode, namun metode yang kami gunakan adalah
metode explosion dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Perlakuan ini pada suhu
180
o
C, tekanan 4 bar awalnya, dan selanjutnya 8-9 bar. Setelah pretreatment lignin
pecah, akhirnya pada proses mengurai selulosa menjadi gula-gula pendek jadibisa
cepat masuk dan selulosa terikat.
TKKS yang telah dipretreatment kemudian akan menjalani proses hidrolisis
dan sakarifikasi untuk mengubah hemiselulosa menjadi bentuk yang dapat
difermentasi (gula selulosa). Hidrolisis dengan merubah selulosa menjadi
monosakarida monosakarida menjadi gula gula rantai pendek. Lalu ke proses
sakarifikasi yaitu pemecahan gula gula pendek berubah menjadi gula (glukosa).
11

Proses hidrolisis sendiri berlangsung selama 1 jam dan proses hidrolisis ke
sakarifikasi memakan waktu selama 72 jam. Pada tahap ini menggunakan proses
enzimatik. Hal ini dikarenakan proses reaksi enzimatik yang spesifik dan tidak
menghasilkan reaksi sampingan yang dapat mendegradasi gula yang dihasilkan.
Enzim yang digunakan adalah selulosa dari Trichoderma reesei. Proses sakarifikasi di
integrasikan dalam suatu reactor yang sama dengan menggunakan kapang
Saccharomyces cereiceae. Reaksi ini akan dilangsungkan pada ph 4.7-5.5 dan suhu
45
o
C dengan rotary shaker dengan tingkat agitasi 150 rpm selama 48-72 jam. Proses
ini menghasilkan 0.3 kg bioetanol/kg selulosa.
Hasil keluaran dari fermentor akan berupa suatu campuran yang disebut
sebagai beer. Keluaran dari fermentor akan dipisahkan menjadi padatan dan fase cair.
Fase padatan yang terdiri dari lignin akan diolah lebih lanjut sebagai by product
dengan cara dibakar secara langsung, hal ini dimungkinkan karena energy density
lignin yang tinggi.
Fermentasi merupakan kegiatan pencampuran mikroba pada bahan pangan
sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang terlibat dalam
fermentasi adalah khamir dalam Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan
alkohol. Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu
untuk tujuan mengubah sifat bahan, agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Fermentasi disini berperan sebagai pemecahan gula menjadi alkhol dan
karbondioksida.
Proses pemurnian yang digunakan adalah gabungan antara distilasi dan
dehidrasi bioetanol yang dapat meningatkan konsentrasi liquid secara signfikan.
Menara distilasi yang digunakan adalah menara distilasi bertingkat dengan
menggunakan kolom stripping dan reaktifikasi. Etahanol akan berada pada aliran atas
dari kolom distilasi. Sementara pada aliran bawah dari kolom akan terdapat effluent
dan air. Effluent dari keluaran bawah distilasi ini akan diolah kembali menjadi biogas
yang digunakan sebagai sumber energy.
Pengolahan limbah bioetanol dari TKKS dibagi menjadi dua jenis limbah,
yaitu limbah padatan dan limbah cairan. Limbah padatan berupa padatan TKKS yang
mengandung sebagian besar lignin dan sisa selulosa dan hemiselulosa yang tidak
terfermentasikan. Sisa padatan ini memiliki heating value yang tinggi jika digunakan
12

sebagai bahan bakar secara langsung. Heating value yang cukup tinggi dari lignin
akan menjadikan lignin sebagai bahan bakar padat yang cukup baik. Sementara
limbah cair akan diolah dengan teknologi fermentasi untuk menjadi biogas
(biometana).
Lignin merupakan salah satu penyusun utama dari biomassa. Strukturnya
membentuk ikatan hydrogen yang kuat dengan selulosa sehingga tampak seperti
menyelubungi selulosa (dikenal dengan lignoselulosa). Hal inilah yang
mengakibatkan biomassa sulit untuk difermentasi. Selain itu lignin memiliki sifat
yang inert yang membuatnya relative sulit untuk direaksikan.



b. Pertanian

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi yang besar menjadi
sumber biomassa selulosa dengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya yang
terbarukan. TKKS merupakan hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit
yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk, dan media bagi pertumbuhan
13

jamur serta tanaman. Limbah kelapa sawit jumlahnya sangat melimpah, setiap
pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS (Tandan Kosong
Kelapa Sawit) sebanyak 23% TKKS atau sebanyak 230 kg TKKS. Apabila dalam
sebuah pabrik dengan kapasitas pengolahan 12,7 juta ton/jam dengan waktu operasi
selama 1 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2,3 juta ton TKKS. Jumlah limbah
TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18,2 juta ton.
Produksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit layak diusahakan karena
tingkat keuntungan mencapai 75 %.
Table luas areal kelapa sawit Sumber : Ditjen Perkebunan, 2006
Luas areal (Ha)
Tahun Perkebuna
n Rakyat
Perkebunan
Besar
Negara
Perkebuna
n Besar
Swasta
Total
Swasta
1999 1.041.046 576.999 2.283.757 3.901.802
2000 1.166.758 588.125 2.403.194 4.158.077
2001 1.561.031 609.943 2.542.457 4.713.431
2002 1.808.424 631.566 2.627.368 5.067.358
2003 1.654.394 662.803 2.766.360 5.283.557
2004 1.904.943 674.865 2.821.705 5.401.513
2005 1.917.038 676.408 2.914.773 5.508.219
2006 2.120.338 696.699 3.141.8 5.958.839


Tabel Penyebaran Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Tahun
2005
No. Provinsi Luas
Area (Ha)
Produksi
Kelapa
Sawit
(ton)
Produksi
TKKS
(ton)
1 NAD 261.101 112.000 26.000
2 Sumatera
Utara
964.257 414.000 95.000
3 Sumatera 324.332 139.000 32.000
14

Barat
4 Riau 1.340.036 559.000 129.000
5 Kepulauan
Riau
2.067 888 205
6 Jambi 466.709 200.000 46.000
7 Sumatera
Selatan
532.365 228.000 53.000
8 Bangka
Belitung
100.681 430.000 99.000
9 Bengkulu 83.583 35.000 8050
10 Lampung 163.589 71.000 16. .000
11 Kalimanta
n Barat
466.900 201.000 46.000
12 Kalimanta
n Tengah
269.043 116.000 27.000
13 Kalimanta
n Selatan
150.211 64.500 15000
14 Kalimanta
n Timur
222.132 95.000 22.000
15 Sulawesi
Tengah
44.215 18.000 4.100
16 Sulawesi
selatan
13.925 60.000 14.000
17 Sulawesi
Barat
84.248 36.000 8.300
18 Irian Jaya 41.640 18.000 4.200
Nasional 5.518.219 2.300.000 529.000

c. Lingkungan dan energy
Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa
kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki
nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94.
Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering
15

ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. Zat aditif yang banyak digunakan
seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah
lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak
mengakumulasi gas karbon dioksida (CO
2
) dan relatif kompetibel dengan mesin
mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya
yang sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin,
2007).
d. Industry
Produksi bioethanol di Indonesia setiap tahun mengalami kenaikan yang
cukup signifikan. Penentuan kapasitas pendirian pabrik bioethanol ini didasarkan pada
kebutuhan bioethanol, ekspor dan impor bioethanol, serta kebutuhan bioethanol dalam
negeri, hal ini akan mempengaruhi jalannya produksi. Pertimbangan pemilihan lokasi
pabrik bioethanol didasarkan pada beberapa kriteria antara lain :
a. Lokasi yang dekat dengan perairan sehingga dapat memudahkan transportasi
dan kebutuhan utilitas pabrik
b. Lokasi dengan produksi kelapa sawit yang besar. Pemilihan lokasi pabrik di
propinsi Riau dikarenakan Riau menghasilkan kalapa sawit terbesar di
Indonesia. Pemilihan lokasi di kota Kuantan Singingi dikarenakan kota
tersebut menghasilkan limbah tandan kosong kelapa sawit yang besar serta
lokasinya yang setrategis dekat dengan perairan sehingga nantinya
memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan utilitas pabrik.
Tabel I.6 Pabrik Bioethanol di Indonesia
Nama
Perusahaan
Kapasitas
Produksi
Lokasi
Molindo Raya
Industri
51 juta liter/tahun Lawang, Jatim
PTPN XI 7 juta liter/tahun Jatiroto, Jatim
Aneka Kimia
Raya
17 juta liter/tahun Mojokerto, Jatim
Indo Acidatama 45 juta liter/tahun Solo, Jateng
Madu Baru 7 juta liter/tahun Yogyakarta, DIY
PSA Palimanan 7 juta liter/tahun Cirebon, Jabar
16

Indo Lampung
Distilery
50 juta liter/tahun Lampung

B. Dokumentasi


Limbah TKKS dipabrik sawit tandan buah kelapa sawit segar

TKKS yang masih utuh mesin cacah kelapa sawit
pertama

TKKS setelah dicacah pertama kali mesin cacah ke dua

Ukuran cacahan kedua

17









18







19


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembuatan bioetanol menggunakan tandan kosong kelapa sawit sangat cocok
dilakukan di Indonesia karena banyaknya perkebunan kelapa sawit yang sudah
tersebar Di Indonesia
2. Tandan kosong kelapa sawit merupakan produk limbah dari industry kelapa sawit.
Bagian luar dari buah kelapa sawit yang tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan
lignin.
3. Proses pembuatan bioetanol dari kelapa sawit terdiri dari 4 tahap yaitu
pretreatment, hidrolisis dan sakarifikasi, fermentasi, distilasi dan dehidrasi
4. Bioetanol yang dihasilkan dari Tandan kosong kelapa sawit alkoholnya dengan
persentase sebesar 99,8 % sesuai dengan SNI.
B. Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan Bioethanol yang
berasal dari Tandan Kosong Kelapa sawit dan sebaiknya pemerintah membuka pabrik
pabrik pembuatan bioetanol secara menyebar di Indonesia.











20

DAFTAR PUSTAKA
Austin, G.T., 2008. Industri Proses Kimia. Ahli bahasa: Ir. E.Jasjfi, M.Sc. Jilid I, Edisi 5.
Erlangga. Jakarta
Budiyanto, H.M., 2002. Mikrobiologi Terapan. UMM Press. Malang
Darnoko, 1992, Potensi Pemanfaatan Limbah Lignoselulosa Kelapa Sawit Melalui
Biokonversi, Berita Pen. Perkeb. 2. Hal: 85-97
Ditjen Perkebunan, 2004, Prospek Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit di
Indonesia, PT. Bisinfocus Data Pratama
Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. 1992. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Frazier, W. C dan D. C. Westhoff. 1978. Food Microbiology 4 theditition. New York :
McGraw Hill Book. Publishing. Co. Ltd
Lachke, A. 2002. Biofuel from D-Xylose The Second Most Abundant Sugar. India:
Biochemical Science of Chemical Laboratory
Mursyidin, D. 2007. Ubi Kayu dan Bahan Bakar Terbarukan. Banjarmasin
Nur hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Putra A. E & Surya, R. P. 2006. Produksi Etanol menggunakan Saccharomyces cereviseae
Yang diamobilisasi Dengan Agar Batang. Surabaya: FMIPA ITS
Zaini, H. 2009. Production of Bioethanol from Empty ruit Bunch of Oil Palm, University
College of Engineering and Technologi Malaysia
Uhlig, H. 1998, Industrial Enzymes and Their Aplications : Translated and updated by
Elfriede M. Linsmaier-Bednar, John Wiley & Sons, Inc, New York.
Prastowo, Bambang. 2007. Bahan Bakar bioetanol dari tandan kelapa sawit. Pusat Penelitian
dan Pengembanga Perkebunan 6 (1) : 10-18
Sills, 1984, Biology Of Ethanol Production Microorganisme. CRC Critical Review In
Biotechnology, I, 161-187
http://www.aryafatta.com/2008/06/01/mengolah-limbah-sawit-jadi-bioetanol
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25729/2/Reference.pdf

Anda mungkin juga menyukai