Anda di halaman 1dari 36

PERUBAHAN STRUKTUR & FUNGSI

FISIK SERTA HUBUNGANNYA DENGAN


PENURUNAN FUNGSI HORMON PADA
PRIA
Oleh Kelompok II
1. Maryuni 4.Tiurlan Lubis
2.Intan K 5. Zulaikha
3. Endah 6.Marlynda Happy
7. Rositta

PROSES MENUA
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk Infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Secara Biologik, proses menua merupakan
rangkaian perubahan terpaut waktu dan menjurus
kepada proses degeneratif.
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA
LANJUT USIA.
A. Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel.
Lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar
ukurannya.
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler.
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah dan hati.
Jumlah sel otak menurun (5-10%), Berat otak
menurun 10-20%.
Terganggunya mekanisme perbaikan sel.


2. Sistem Persarafan.
Cepatnya menurun hubungan persarafan.
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres.
Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran.
Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ).
Hilangnya kemampuanpendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
Otosklerosisakibatatrofimembrantympani.
Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
karena meningkatnya keratin.
Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan.
Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah
melihat dalam cahaya gelap.
Hilangnya daya akomodasi.
Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas
pandangannya.
Menurunnya daya membedakan warna biru atau
hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun,
menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing
mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
Temperatur tubuh menurun ( hipotermia )
secara fisiologis akibat metabolisme yang
menurun.
Keterbatasan refleks menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dan jumlahnya
berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan
menurun.
8. Sistem Gastrointestinal.
Kehilangan gigi akibat Periodontal
disease,kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas
saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin,
asam, dan pahit.
Eosephagus melebar.
Rasa lapar menurun,asam lambung menurun.
Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.
Atrofi payudara.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa
lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.
10. Sistem Perkemihan.
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan
sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah
yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus
(nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%.
Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah,
frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada
pria.

11. Sistem Endokrin.
Produksi semua hormon menurun.
Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya
BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
Menurunnya produksi aldosteron.
Menurunya sekresi hormon kelamin
misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan
jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena
kehilangan proses keratinisasi, serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis.
Kulit kepala dan rambut menipis berwarna
kelabu.
Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Berkurangnya elastisitas akibat dari
menurunya cairan dan vaskularisasi.
Pertumbuhan kuku lebih lambat.
Kuku jari menjadi keras dan rapuh,pudar dan
kurang bercahaya.
Kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin
rapuh.
Kifosis
Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).
Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang
bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
mental :
1. Perubahan fisik,khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan(Hereditas)
5. Lingkungan

Kenangan (Memory). a. Kenangan jangka
panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan. b. Kenangan
jangka pendek atau seketika : 0-10 menit,
kenangan buruk.
IQ (Inteligentia Quantion). a.Tidak berubah dengan
informasi matematika dan perkataan verbal. b.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan
ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada
daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari
faktor waktu.
C. PERUBAHAN-PERUBAHAN PSIKOSOSIAL.
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh
produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun
(purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-
kehilangan, antara lain :
1). Kehilangan finansial (income berkurang). 2).
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi
yang cukup tinggi lengkap dengan segala
fasilitasnya),
3). Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4). Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki
rumah perawatan bergerak lebih sempit.
c. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
(economic deprivation).
d. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang
sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan
ketulian.
g. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan
hubungan dengan teman-teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik:
perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

D. PERKEMBANGAN SPRITUAL.
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi
dalam kehidupan (Maslow,1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner,1970).
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun
menurut Folwer (1978), Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini
adalah berpikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai keadilan.
Sehingga bisa dikatakan bahwa :
Usia bertambah Kemunduran hampir seluruh
fungsi organ tubuh .

Mempengaruhi kinerja sistem tubuh

Mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan
( Akibat dari terjadinya Atrofi dan kematian sel
Secara fisiologis)

Kematian sel dan atrofi sel pembentuk organ
disebabkan oleh :
1. Transport nutrien dan atau oksigen yang tidak
adekuat
2. Kegagalan pembuangan sisa metabolisme
3. Ganguan pada enzim-enzim intrasel yang
penting untuk kehidupan sel.
4. Menurunnya fungsi dari replikasi dan
pemulihan DNA, sintesis RNA & sintesis
protein

AKIBAT KEMUNDURAN FUNGSI ORGAN TUBUH
LANSIA AKAN MEMPENGARUHI :
Fungsi motorik.
Yaitu menurunnya kekuatan jaringan tulang,
otot dan sendi yang akan berpengaruh
terhadap fleksibilitas, kekuatan, kecepatan,
instabilitas (mudah jatuh) dan kekakuan
tubuh, diantaranya adalah kesulitan bangun
dari duduk atau sebaliknya, jongkok,
bergerak, dan berjalan.
Fungsi sensorik yaitu :
Berpengaruhnya sensitifitas indera (sayaf
penerima), diantaranya adalah indera
penglihatan dan peraba yang menimbulkan
hilangnya perasaan jika dirangsang
(anestesia), perasaan belebihan jika
dirangsang (hiperestesia) dan perasaan
yang timbul dengan tidak semestinya
(paraestesia).
Fungsi sensomotorik yaitu :
Mengalami gangguan keseimbangan dan
koordinasi.
PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN PADA LANSIA
Dalam sistem endokrin , ada hormon yang
diproduksi dalam jumlah besar disaat stress dan
berperan penting dalam reaksi mengatasi
stress. Oleh karena itu, dengan mundurnya
produksi hormon inilah lanjut usia kurang
mampu menghadapi stress.
Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan
lansia tampak lesu dan kurang bergairah
Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya
pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar
testis.
PENURUNAN HORMON PADA LANSIA LAKI-LAKI
Selama proses penuaan normal pada pria
penurunan hormon terjadi secara perlahan
dibandingkan wanita dan sangat bervariasi antara
individu satu dan lainnya.
Pada Laki-laki dikenal istilah Andropause

Defenisi Andropause adalah :
1. Kondisi pria diatas usia tengah baya yang
mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan
yang mirip dengan menopause pada wanita.
2. Berhentinya fungsi fisiologis pada pria namun
pada pria penurunan produksi spermatozoa,
hormon testosteron dan hormon hormon
lainnya terjadi secara perlahan. (Tidak seperti
pada wanitia menopause dimana produksi
ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid
yang akan berhenti dengan cara yang relatif
mendadak)
Pada pria hormon yang turun pada pada
andropause ternyata tidak hanya testosteron
saja, melainkan penurunan multi hormonal yaitu
penurunan hormon
DHEA(Dehidroephyandosteron) & DHEAS
(Dehidroephyandosteron Sulfat); Melantonin;
Growth Hormon&IGFs (Insulin growth factors)
perubahan emosi, biasanya mereka jadi
merasa kurang percaya diri, mudah marah, sulit
tidur, timbul rasa cemas, dan berlanjut dengan
depresi.
Gejala dan keluhan yang sering muncul akibat
penurunan kadar hormon testosteron pada pria
adalah:
1. Gangguan vasomolor seperti tubuh terasa
panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan
takut terhadap perubahan yang terjadi.
2. Gangguan fungsi kognitif seperti mudah lelah,
menurunnya konsentrasi, berkurangnya
kerjasama mental/ intuisi, keluhan depresi,
nervous, dan hilangnya rasa percaya diri,
menurunnya motivasi terhadap berbagai hal.
3. Gangguan virilitas seperti menurunnya kemampuan
dan kekuatan tenaga secara signifikan, menurunnya
kekuatan masa otot, perubahan pertumbuhan rambut
dan kualitas kulit, penumpukan lemak pada daerah
abdominal dan osteoporosis, berkurangnya masa
tulang sehingga resiko fraktur meningkat.
4. Gangguan seksual yaitu menurunnya minat terhadap
seksual, perubahan tingkah laku dan aktifitas
seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi, berkurangnya kemampuan
ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi.
PENATALAKSANAAN
Bagi lansia pria yang kadar hormonnya menurun
dan mengalami gejala penurunan hormon
diberikan terapi sulih hormon testosteron (Hormone
Replacement Therapy / HRT).
Pengobatan sulih hormon testosteron dapat berupa
pil atau kapsul yang diminum, suntikan, implan
(susuk dalam tubuh), krim dan patch (tempelan di
kulit). Sebelum pemberian obat, perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
secara pasti kadar hormon masing-masing dalam
tubuh, agar dokter dapat menentukan jenis
pengobatan hormonal yang dibutuhkan, berikut
dosisnya.
REFERENSI
1. Boedhi D. R. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia lanjut, FK UI, 1999
2. http://www.stdi.ac.id/kemunduranfisiologis/
3. http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/ANDROPAUSE.pdf
4. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-septikapus-5189-1-bab1.pdf
5. http://www.banjaristi.web.id/2011/09/makalah-hipofungsi-kelenjar-hipofisis.html
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3595/1/keperawatan-ismayadi.pdf
7. http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/artikel/detail/551

Anda mungkin juga menyukai